KAYU Teknologi Bahan1
KAYU Teknologi Bahan1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kayu bukan hal yang asing di telinga kita. Kayu telah dimanfaatkan untuk
abrasi tinggi) dapat dipilih kayu jati, kayu bungur dan lain-lain. Berbagai macam jenis
kayu yang ada dan secara teknis mengguntungkan. Selain itu kayu memiliki nilai
estetika tersendiri yang dapat menjadi pertimbangan. Oleh karena itu penting bagi kita
untuk mempelajari lebih dalam tentang karakteristik, sifat dan jenis kayu. Kita juga
tidak boleh mengabaikan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh kayu, sehingga
kita dapat memanfaatkan potensi kayu
secara maksimal
dalam berbagai
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6
1.3
Tujuan
1.3.1
1.3.2
1.3.3
1.3.4
1.3.5
1.3.6
BAB II.
PEMBAHASAN
Kayu memiliki berat jenis yang ringan sehingga berat sendiri struktur menjadi ringan;
Bahan bangunan dari kayu memiliki nilai estetika yang cukup tinggi;
Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara sempurna sehingga tidak ada
istilah limbah pada konstruksi kayu.
2.
3.
4.
5.
Kayu Jati
Kayu Ebony
Kayu Cendana
Kayu Salimuli, dsb.
Berat
Jenis
Ker
ing Udara
Kokoh lentur
mutlak
(kg/cm2)
0,90
1100
650
II
0,90 - 0,60
1100 - 725
650 - 425
III
0,60 - 0,40
725 - 500
425 - 300
IV
0,40 - 0,30
500 - 360
300 - 215
0,30
360
215
Kelas Pemakaian
Keterangan
Kelas Keawetan
Kelas
Kekuatan
I
I
II
II
II
III
III
I
II
III
IV
IV
IV
yang
terlindung
yang
No.
1
2
3
4
5
6
7
Jenis Kayu
Agathis
Anpupu
Bakau
Balau
Balsa
Bayur
Bangkirai
B.J.
Kelas
Kela
Rata
Awet
2
0,49
0,89
0,94
0,98
0,52
0,91
IV
III,I
III
I
V
IV
1,II,II
Kuat
III
II,I
I,II
I,II
V
II,III
I,II
I
I,II
IV,V
IV,V
II,I
II,III
I
II,III
I,II
I,II
8
9
10
11
Bedaru
Belangeran
Benuang
Benuang
1,84
0,86
0,33
0,39
I
I
II,I,III
V
IV,V
12
13
14
15
16
17
Laki
Berumbung
Bintangur
Bongin
Bugis K.
Bungur
Cemara
0,85
0,78
1,82
0,88
0,88
-
II
III
III
III,IV
II,III
II,III
18
19
20
21
22
23
24
25
Cempaga
Cempaka
Cendana
Cengal
Dahu
Durian
Ebony
Gadok
0,71
0,84
0,70
0,58
0,64
1,05
0,75
II,III
II
II
III,I
II
II,III
IV
V
II,I
II,III
III,I
IV,V
I
III,II
V
II,III
I
II,III
26
27
Gelam
Gerunggang
0,47
III
IV
,I
II
III,I
28
29
30
31
32
Gia
Giam
Gisok
Gofasa
Jabon
0,91
0,99
0,83
0,74
0,42
I,IV
I
II,III
II,III
V
V
I,II
I
II,I
II,III
III,I
33
Jangkang
0,63
IV,V
V
III,II
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
Jati
Jelutung
Jeungjing
Jobar
Kapuk Hutan
Kapur
Kedunba
Kemenyan
Kemeri
Kempas
Kenanga
Kenari
Keruing
Keranji
Kesambi
Ketapang
Kolaka
Kuku
Kulim
Kupang
Lara
Lasi
Leda
0,70
0,40
0,33
0,84
0,30
0,81
0,84
0,57
0,31
0,95
0,33
0,55
0,79
0,98
0,01
0,96
0,87
0,94
1,15
0,01
0,57
I,II
V
IV,V
I,II
V
II,III
IV
IV,V
V
III,IV
V
IV
III
I
III
III,IV
III
II
I,II
II,IV
I
II
IV,V,I
II
III,V
IV,V
II,I
IV,V
II,I
III
III,II
IV,V
I,II
IV,V
III
I,II
I,II
I
II,III
I
I
I
II,III
I
II
II,IV
II,IV
II,III
I
II,I,I
57
58
59
60
Mahang
Mahoni
Malas K.
Matoa
0,64
1,04
0,77
I
IV,V
III
II,III
III,IV
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
Medang
Melur
Membacang
Mendarahan
Menjalin
Mensira G.
Mentibu
Merambung
Meranti M.
Meranti P.
Merawan
Merbau
Merpayang
Mersawa
Nyatoh
0,52
0,61
0,53
0,38
0,55
0,54
0,70
0,88
0,65
0,46
0,67
III,IV
IV
II,V
V
V
V
IV,V
V
III,IV
III,IV
II,III
I,II
V
IV
II,III
II
II,V
II,IV
II,III
II,IV
I,III
II,III
III
IV,V
II,IV
II,IV
II,III
I,II
II,III
II,III
II,I,I
II,III
II,IV
I
II
I,III
76
77
Nyirih
Pasang
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
Patin K.
Pelawan
Perepat Darat
Perepat Laut
Perupuk
Petaling
Petanang
Pilang
Pimping
Pinang K.
Pulai
Punak
Puspa
Putat
Ramin
Rasamala
Rengas
Resak
Salimuli
Sampang
0,92
0,76
0,78
0,56
0,91
0,75
0,79
0,66
0,46
0,76
0,63
0,81
0,69
0,70
0,64
-
I
I,II
III
II,III
IV,V
I,II
III
III
III,IV
III,IV
III,V
III,IV
III
II,III
IV
II,III
II
III
I,II
V
I,II
I
II
II,I
II,III
I,II
II
II
I,II
II,III
IV,V
II
II
I,II
II,III
II
II
II
II,III
III,I
98
99
100
Saninten
Sawokecik
Sendok-
0,76
1,03
0,45
III
I
V
V
II
I
III,II
101
102
103
104
sendok
Simpur
Sindur
Sonokeling
Sonokemban
0,90
0,65
III,V
II,V
I
II,I,II
I,III
II,III
II
II,I,I
105
106
g
Sungkai
Surian
0,63
-
III
III,V
I
II,III
III,I
107
Surianba-
0,60
II,IV
V
II,III
108
109
110
111
112
113
114
wang
Tanjung
Tembesu
Tempimis
Tepis
Teraling
Terap
Terentang
1,08
0,81
1,01
0,75
0,44
0,40
I,II
I
I
IV,V
II,IV
III,V
IV
I
II
I
II,IV
II
III,V
III,I
IV
III,IV
V
III
II,I,I
115
116
Trembesi
Tualang
0,61
0,83
117
118
119
120
Tusam
Ulin
Walikukun
Weru
0,55
1,04
0,98
0,77
IV
I
II
II
I
III
I
I
II,I
berikut:
Kayu harus cukup kering sebelum diawetkan, terutama bila menggunakan bahan
pengawet berupa minyak atau larut minyak dengan cara tekanan/vakum (kadar air
perlu dikuliti.
Sortimen kayu atau bentuk kayunya
(kayu
gergajian
atau
dolok).Kayu
sebab
akan
membuka
terbuka dan tidak tembus bahan pengawet perlu dilabur bahan pengawet secara
merata.
Bahan peengawet, metode serta alat untuk pelaksanaan pengawetan.
Faktor perusak kayu, tempat kayu akan digunakan kemudian.
Cara rendaman: kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah
ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa
jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya
terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan
sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin,
rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin
dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara
rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari
logam. Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua
bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan
bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan
beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu
tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau
rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak
masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil
lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses
difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di
Cara pemulasan dan penyemprotan : cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat
yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis.
Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam.
Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a. Pengawetan
sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian
untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b. Untuk membunuh
serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif). c.
Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan
bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).
Cara pembalutan : cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiangtiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang
dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut
sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.
a) Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannya dengan
menanam kembali (Reboisasi).
b) Udah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannya serta
harga yang relatif murah.
c) Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.
d) Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan kimia yang keras)
cukup tinggi/baik.
e) Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga mempunyai
nilai dekorasi yang indah/baik.
f) Kedap suara.
1.2.2 Kekurangan kayu
a) Sifatnya kurang homogen
b) Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
c) Lendutan dapat trjadi pada keadaan kelembaban tinggi.
d) Mudah terserang serangga, jmur dan cacing laut.
e) Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : mata kayu dan pecah-pecah.
f) Agak mudah terbakar