Anda di halaman 1dari 12

BAB I.

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Kayu bukan hal yang asing di telinga kita. Kayu telah dimanfaatkan untuk

memenuhi kebutuhan manusia. Berbagai pemanfatannya telah membantu kehidupan


sehari-hari. Sebagai mahasiswa teknik sipil, kayu adalah material yang umum
digunakan dalam konstruksi bangunan. Meski pada dasarnya peranan kayu dalam
pembuatan bangunan bisa diganti dengan material atau komponen pabrikan seperti
besi, baja atau bahkan almunium, tetapi penggunaan kayu untuk keperluan ini masih
lebih dominan. Terlebih pada daerah-daerah yang memiliki kawasan hutan yang luas,
penggunaan kayu sangatlah dominan jika dibandingkan dengan penggunaan bahanbahan pabrikan. Hal ini disebab oleh persediaan kayu pada daerah seperti ini sangat
melimpah dan mudah untuk mendapatkannya
Sebenarnya, memakai kayu sebagai komponen dalam membuat sebuah bangunan
merupakan cara yang lebih baik daripada menggunakan bahan material pabrik seperti
besi dan baja. Mengapa? sebab pemakaian kayu dinilai lebih ramah lingkungan. Hal
tersebut didasarkan bahwa kayu merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui
yakni dengan cara reboisasi. Asalkan penggunaan kayu masih dalam batas wajar,
tidak dieksploitasi secara berlebihan dan tidak secara illegal. Fakta ini jelas berbeda
jika dibandingkan dengan besi atau baja, keduanya merupakan sumber daya alam
yang tidak dapat diperbarui sehingga lama-kelamaan persediaannya akan habis dan
kondisi seperti itu jelas akan membawa dampak yang kurang baik bagi kita serta
lingkungan.
Sebagai bahan alam, terdapat kelebihan-kelebihan sendiri yang dimiliki oleh kayu
dan tidak dapat ditemukan pada material lain. Hal ini yang menjadi nilai tersendiri
pada kayu dan menjadikan kayu sebagai pilihan dalam struktural bangunan.
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan tertentu tergantung dari sifat-sifat kayu yang
bersangkutan dan persyaratan teknis yangdiperlukan,yang mengarah ke jenis kayu
yang akan di pilih. Misalkan : untuk konstruksi (yang harus kuat, keras, mempunyai
keawetan alam yang tinggi) dapat dipilih kayu jati, kayu balau,kayu bungur, kayu
bangkirai dan lain-lain. Untuk lantai (yang harus bersifat keras, tahan asam, daya

abrasi tinggi) dapat dipilih kayu jati, kayu bungur dan lain-lain. Berbagai macam jenis
kayu yang ada dan secara teknis mengguntungkan. Selain itu kayu memiliki nilai
estetika tersendiri yang dapat menjadi pertimbangan. Oleh karena itu penting bagi kita
untuk mempelajari lebih dalam tentang karakteristik, sifat dan jenis kayu. Kita juga
tidak boleh mengabaikan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh kayu, sehingga
kita dapat memanfaatkan potensi kayu

secara maksimal

dalam berbagai

penggunaannya. Baik secara material maupun metode konstruksi ,mengingat kita


berada dalam lingkup teknik sipil. Dengan mempelajarinya, nantinya dapat membatu
pemahaman tentang kayu .

1.2

Rumusan Masalah

1.2.1
1.2.2
1.2.3
1.2.4
1.2.5
1.2.6

1.3

Apa pengertian kayu ?


Bagaimana struktur dari kayu ?
Bagaimana klasifikasi kayu ?
Apa jenis-jenis kayu ?
Bagaimana cara mengawetkan kayu ?
Bagaimana pengunaan kayu dalam konstruksi bangunan ?

Tujuan

1.3.1

Dapat memahami karakteristik dan sifat-sifat kayu.

1.3.2

Dapat memahami struktur dari kayu.

1.3.3

Dapat memahami klasifikasi kayu.

1.3.4

Dapat memahami jenis-jenis kayu.

1.3.5

Dapat memahami cara mengawetkan kayu.

1.3.6

Dapat memahami penggunaan kayu dalam konstruksi bangunan.

BAB II.
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kayu


Kayu adalah salah satu bahan bangunan yang sudah lama dikenal oleh
masyarakat kita dan telah dipakai untuk berbagai keperluan, termasuk sebagai pendukung
struktur bangunan. Di Indonesia terdapat banyak sekali jenis pohon yang dihasilkan dari
hutan. Sebagai hasil utama hutan, kayu akan tetap terjaga keberadaannya selama hutan
dikelola secara lestari dan berkesinambungan. Bila dibandingkan dengan bahan struktur
bangunan yang lain kayu memiliki beberapa keandalan diantaranya :

Kayu memiliki berat jenis yang ringan sehingga berat sendiri struktur menjadi ringan;

Mudah dalam pelaksanaan pekerjaan dengan peralatan yang sederhana;

Struktur bangunan dari kayu lebih aman terhadap bahaya gempa;

Bahan bangunan dari kayu memiliki nilai estetika yang cukup tinggi;

Kayu dapat dibudidayakan;

Sebagai bahan dari alam, kayu dapat terurai secara sempurna sehingga tidak ada
istilah limbah pada konstruksi kayu.

2.2 Jenis-Jenis Kayu


Sebagai bahan konstruksi bangunan kayu dibagi menjadi beberapa kelas yang
ditinjau dari sifat keawetan, sifat kekuatan, dan sifat pemakaian kayu. Pembagian kelas-kelas
tersebut menunjukkan kualitas suatu kayu.

2.2.1 Klasifikasi Kayu berdasarkan Sifat Keawetan


Menurut sifat keawetannya, kayu dibagi menjadi empat kelas, antara lain :
a. Kelas Kayu Istimewa
b. Kelas Kayu Awet
c. Kelas Kayu Cukup Awet
d. Kelas Kayu Agak Awet dan Tidak Awet
A. Kelas Kayu Istimewa
Kayu yang termasuk kelas kayu istimewa, antara lain :
1. Kayu Balsa

2.
3.
4.
5.

Kayu Jati
Kayu Ebony
Kayu Cendana
Kayu Salimuli, dsb.

B. Kelas Kayu Awet


Kayu yang termasuk kelas kayu awet, antara lain :
1. Kayu Rengas
2. Kayu Cempaka
3. Kayu Gofasa
4. Kayu Ulin
5. Kayu Bungur, dsb.
C. Kelas Kayu Cukup Awet
Kayu yang termasuk kelas kayu cukup awet, antara lain :
1. Kayu Mahoni
2. Kayu Sindur
3. Kayu Sungkai
4. Kayu Meranti Merah, dsb.
D. Kelas Kayu Agak Awet dan Tidak Awet
Kayu yang termasuk kelas kayu agak awet dan tidak awet, antara lain :
1. Kayu Jelutung
2. Kayu Medang
3. Kayu Surian
4. Kayu Durian, dsb.

2.2.2 Klasifikasi kayu berdasarkan Sifat Kekuatannya


Menurut sifat kekuatannya, kayu dibagi menjadi lima kelas :
Tabel 2.1. Penggolongan Kayu berdasarkan Kelas Kekuatan
Kelas
Kuat

Berat
Jenis

Ker

ing Udara

Kokoh lentur
mutlak
(kg/cm2)

Kokoh tekan mutlak (k


g/cm2)

0,90

1100

650

II

0,90 - 0,60

1100 - 725

650 - 425

III

0,60 - 0,40

725 - 500

425 - 300

IV

0,40 - 0,30

500 - 360

300 - 215

0,30

360

215

2.2.3 Klasifikasi kayu berdasarkan Pemakaiannya


Penggolongan Kayu berdasarkan kelas pemakaian :
Ditetapkan dari

Kelas Pemakaian

Keterangan

Kelas Keawetan

Kelas

Kekuatan
I

I
II

II
II

III

III

I
II

III

Konstruksi berat, selalu terkena penga-ruhpengaruh buruk, seperti: terus me-nerus


berada dalam tanah, atau ter-kena panas
matahari, hujan dan angin.
Konstruksi berat yang terlindung berada
di bawah atap dan tidak berhubungan

IV

IV

IV

dengan tanah basah.


Konstruksi ringan

berada di bawah atap.


Konstruksi

yang

terlindung
yang

bersifat tidak permanen.

No.

1
2
3
4
5
6
7

Jenis Kayu

Agathis
Anpupu
Bakau
Balau
Balsa
Bayur
Bangkirai

B.J.

Kelas

Kela

Rata

Awet

2
0,49
0,89
0,94
0,98
0,52
0,91

IV
III,I
III
I
V
IV
1,II,II

Kuat
III
II,I
I,II
I,II
V
II,III
I,II
I
I,II
IV,V
IV,V
II,I
II,III
I
II,III
I,II
I,II

8
9
10
11

Bedaru
Belangeran
Benuang
Benuang

1,84
0,86
0,33
0,39

I
I
II,I,III
V
IV,V

12
13
14
15
16
17

Laki
Berumbung
Bintangur
Bongin
Bugis K.
Bungur
Cemara

0,85
0,78
1,82
0,88
0,88
-

II
III
III
III,IV
II,III
II,III

18
19
20
21
22
23
24
25

Cempaga
Cempaka
Cendana
Cengal
Dahu
Durian
Ebony
Gadok

0,71
0,84
0,70
0,58
0,64
1,05
0,75

II,III
II

II
III,I

II
II,III
IV

V
II,I
II,III
III,I

IV,V
I
III,II

V
II,III
I
II,III

26
27

Gelam
Gerunggang

0,47

III
IV

,I
II
III,I

28
29
30
31
32

Gia
Giam
Gisok
Gofasa
Jabon

0,91
0,99
0,83
0,74
0,42

I,IV
I
II,III
II,III
V

V
I,II
I
II,I
II,III
III,I

33

Jangkang

0,63

IV,V

V
III,II

34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56

Jati
Jelutung
Jeungjing
Jobar
Kapuk Hutan
Kapur
Kedunba
Kemenyan
Kemeri
Kempas
Kenanga
Kenari
Keruing
Keranji
Kesambi
Ketapang
Kolaka
Kuku
Kulim
Kupang
Lara
Lasi
Leda

0,70
0,40
0,33
0,84
0,30
0,81
0,84
0,57
0,31
0,95
0,33
0,55
0,79
0,98
0,01
0,96
0,87
0,94
1,15
0,01
0,57

I,II
V
IV,V
I,II
V
II,III
IV
IV,V
V
III,IV
V
IV
III
I
III
III,IV
III
II
I,II
II,IV
I
II
IV,V,I

II
III,V
IV,V
II,I
IV,V
II,I
III
III,II
IV,V
I,II
IV,V
III
I,II
I,II
I
II,III
I
I
I
II,III
I
II
II,IV
II,IV
II,III
I
II,I,I

57
58
59
60

Mahang
Mahoni
Malas K.
Matoa

0,64
1,04
0,77

I
IV,V
III
II,III
III,IV

61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75

Medang
Melur
Membacang
Mendarahan
Menjalin
Mensira G.
Mentibu
Merambung
Meranti M.
Meranti P.
Merawan
Merbau
Merpayang
Mersawa
Nyatoh

0,52
0,61
0,53
0,38
0,55
0,54
0,70
0,88
0,65
0,46
0,67

III,IV
IV
II,V
V
V
V
IV,V
V
III,IV
III,IV
II,III
I,II
V
IV
II,III

II
II,V
II,IV
II,III
II,IV
I,III
II,III
III
IV,V
II,IV
II,IV
II,III
I,II
II,III
II,III
II,I,I

II,III
II,IV

I
II
I,III

76
77

Nyirih
Pasang

78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97

Patin K.
Pelawan
Perepat Darat
Perepat Laut
Perupuk
Petaling
Petanang
Pilang
Pimping
Pinang K.
Pulai
Punak
Puspa
Putat
Ramin
Rasamala
Rengas
Resak
Salimuli
Sampang

0,92
0,76
0,78
0,56
0,91
0,75
0,79
0,66
0,46
0,76
0,63
0,81
0,69
0,70
0,64
-

I
I,II
III
II,III
IV,V
I,II
III
III
III,IV
III,IV
III,V
III,IV
III
II,III
IV
II,III
II
III
I,II
V

I,II
I
II
II,I
II,III
I,II
II
II
I,II
II,III
IV,V
II
II
I,II
II,III
II
II
II
II,III
III,I

98
99
100

Saninten
Sawokecik
Sendok-

0,76
1,03
0,45

III
I
V

V
II
I
III,II

101
102
103
104

sendok
Simpur
Sindur
Sonokeling
Sonokemban

0,90
0,65

III,V
II,V
I
II,I,II

I,III
II,III
II
II,I,I

105
106

g
Sungkai
Surian

0,63
-

III
III,V

I
II,III
III,I

107

Surianba-

0,60

II,IV

V
II,III

108
109
110
111
112
113
114

wang
Tanjung
Tembesu
Tempimis
Tepis
Teraling
Terap
Terentang

1,08
0,81
1,01
0,75
0,44
0,40

I,II
I
I
IV,V
II,IV
III,V
IV

I
II
I
II,IV
II
III,V
III,I

IV
III,IV

V
III
II,I,I

115
116

Trembesi
Tualang

0,61
0,83

117
118
119
120

Tusam
Ulin
Walikukun
Weru

0,55
1,04
0,98
0,77

IV
I
II
II

I
III
I
I
II,I

2.3 Cara Mengawetkan Kayu


Keawetan kayu berhubungan erat dengan pemakaiannya. Kayu dikatakan awet bila
mempunyai umur pakai lama. Kayu berumur pakai lama bila mampu menahan bermacammacam factor perusak kayu. Dengan kata lain: keawetan kayu ialah daya tahan suatu jenis
kayu terhadap faktor-faktor perusak yang datang dari luar tubuh kayu itu sendiri. Kayu
diselidiki keawetannya pada bagian kayu terasnya, sedangkan kayu gubalnya kurang
diperhatikan. Pemakaian kayu menentukan pula umur keawetannya. Kayu, yang awet dipakai
dalam konstruksi atap, belum pasti dapat bertahan lama bila digunakan di laut, ataupun
tempat lain yang berhubungan langsung dengan tanah. Demikian pula kayu yang dianggap
awet bila dipakai di Indonesia. Serangga perusak kayu juga berpengaruh besar. Kayu yang
mampu menahan serangga rayap tanah, belum tentu mampu menahan serangan bubuk. Oleh
karena itu tiap-tiap jenis kayu mempunyai keawetan yang berbeda pula. Misalnya keawetan
kayu meranti tidak akan sama dengan keawetan kayu jati. Ada kalanya pada satu jenis kayu
terdapat keawetan yang berbeda, disebabkan oleh perbedaan ekologi tumbuh dari pohon
tersebut.
Tujuan pengawetan kayu:
1. Untuk memperbesar keawetan kayu sehingga kayu yang mulanya memiliki umur
pakai tidak panjang menjadi lebih panjang dalam pemakaian.
2. Memanfaatkan pemakaian jenis-jenis kayu yang berkelas keawetan rendah dan
sebelumnya belum pernah digunakan dalam pemakaian, mengingat sumber kayu di
Indonesia memiliki potensi hutan yang cukup luas dan banyak dengan aneka jenis
kayunya.
3. Adanya industri pengawetan kayu akan memberi lapangan pekerjaan, sehingga
pengangguran dapat diatasi.
Untuk pengawetan yang baik perlu diperhatikan prinsip prinsip di bawah ini:
1. Pengawetan kayu harus merata pada seluruh bidang kayu.
2. Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak
mungkin di dalam kayu.
3. Dalam pengawetan kayu bahan pengawet harus tahan terhadap pelunturan (faktor
bahan pengawetnya).
4. Faktor waktu yang digunakan.

5. Metode pengawetan yang digunakan.


6. Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat
ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
7. Faktor perlatan yang dipakai serta manusia yang melaksanakannya.
TEKNIK PENGAWETAN KAYU
Teknik atau cara pengawetan yang digunakan
akan berpengaruh terhadap hasil atau umur
pemakaian kayu. Pemilihan cara pengawetan
selain tergantung dari faktor tempat kayu
nantinya akan digunakan/dipasang, perlu juga
dipertimbangkan faktor ekonomisnya. Banyak
cara pengawetan yang dapat dilaksanakan,
mulai cara sederhana sampai kepada cara yang
relative sukar dengan peralatan yang mahal (modern).
Menyiapkan kayu yang akan diawetkan:

Setiap cara pengawetan bertujuan memasukkan bahan pengawet sedalam, sebanyak


mungkin ke dalam kayu secara merata sesuai dengan jumlah retensi yang diperlukan.
Agar diperoleh hasil pengawetan yang baik perlu diperhatikan faktor-faktor sebagai

berikut:
Kayu harus cukup kering sebelum diawetkan, terutama bila menggunakan bahan
pengawet berupa minyak atau larut minyak dengan cara tekanan/vakum (kadar air

yang dikandung sekitar 20-25%).


Kayu harus bebas kulit dan kotoran. Kecuali cara pengawetan khusus, kayu tidak

perlu dikuliti.
Sortimen kayu atau bentuk kayunya
(kayu

gergajian

atau

dolok).Kayu

dianjurkan dalam bentuk siap pakai,


tidak diperkenankan dipotong, dibelah,
diserut, ataupun pengerjaan lain setelah
diawetkan,

sebab

akan

membuka

permukaan kayu yang telah terlapisi


bahan pengawet. Bila pengerjaan lanjutan terpaksa harus dilakukan maka bagian yang

terbuka dan tidak tembus bahan pengawet perlu dilabur bahan pengawet secara

merata.
Bahan peengawet, metode serta alat untuk pelaksanaan pengawetan.
Faktor perusak kayu, tempat kayu akan digunakan kemudian.

CARA PENGAWETAN KAYU

Cara rendaman: kayu direndam di dalam bak larutan baha pengawet yang telah
ditentukan konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa
jam atau beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya
terendam, jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan
sticker. Ada beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin,
rendaman panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin
dapat dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara
rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari
logam. Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua
bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan
bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan
beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu
tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau
rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak
masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil
lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses
difusi. Kayu yang diawetkan dengan cara ini dapat digunakan untuk bangunan di

bawah atap dengan penyerang perusak kayunya tidak hebat.


Cara pencelupan: kayu dimasukkan ke dalam bak berisi larutan bahan pengawet
dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu hanya beberapa menit
bahkan detik. Kelemahan cara ini: penetrasi dan retensi bahan pengawet tidak
memuaskan. Hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak berbeda dengan cara
penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya dilakukan di industriindustri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue stain. Bahan pengawet
yang dipakai Natrium Penthachlorophenol. Hasil pengawetan ini akan lebih baik baila
kayu yang akan diawetkan dalam keadaan kering dan bahan pengawetnya dipanaskan
lebih dahulu.

Cara pemulasan dan penyemprotan : cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat
yang sederhana. Bahan pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis.
Bila dalam kayu terdapat retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam.
Cara pengawetan ini hanya dipakai untuk maksut tertentu, yaitu : a. Pengawetan
sementara (prophylactic treatment) di daerah ekploatasi atau kayu-kayu gergajian
untuk mencegah serangan jamur atau bubuk kayu basah. b. Untuk membunuh
serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum merusak kayu (represif). c.
Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya dianjurkan

bila serangan perusak kayu tempat kayu akan dipakai tidak hebat (ganas).
Cara pembalutan : cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiangtiang dengan menggunakan bahan pengawet bentuk cream (cairan) pekat, yang
dilaburkan/diletakkan pada permukaan kayu yang masih basah. Selanjutnya dibalut
sehingga terjadilah proses difusi secara perlahan-lahan ke dalam kayu.

2.4 Pengunaan Kayu dalam Konstruksi Bangunan


Kayu merupakan salah satu material bahan bangunan yang sering digunakan
dalam konstruksi. Kayu merupakan bahan bangunan yang banyak disukai orang atas
pertimbangan tampilan maupun kekuatan. Dari aspek kekuatan, kayu cukup kuat dan kaku
walaupun bahan kayu tidak sepadat bahan baja atau beton. Kayu mudah dikerjakan
disambung dengan alat relatif sederhana. Bahan kayu merupakan bahan yang dapat didaur
ulang. Karena dari bahan alami, kayu merupakan bahan bangunan ramah lingkungan.
Berikut contoh penggunaan kayu dalam konstruksi bangunan :
- Kuda-kuda
(gambar)
- Pondasi cerucuk
(gambar)
-d
1.2 KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KAYU
1.2.1 Kelebihan kayu

a) Banyak didapat di Indonesia dan bisa didaur ulang lagi ketersediaannya dengan
menanam kembali (Reboisasi).
b) Udah dikerjakan dan mudah dibentuk sesuai kebutuhan dan kegunaannya serta
harga yang relatif murah.
c) Kekuatan kayu cukup tinggi dan ringan.
d) Daya tahan terhadap listrik dan bahan kimia (kecuali bahan kimia yang keras)
cukup tinggi/baik.
e) Pada jenis kayu tertentu mempunyai tekstur yang indah, sehingga mempunyai
nilai dekorasi yang indah/baik.
f) Kedap suara.
1.2.2 Kekurangan kayu
a) Sifatnya kurang homogen
b) Mudah dipengaruhi oleh iklim/cuaca.
c) Lendutan dapat trjadi pada keadaan kelembaban tinggi.
d) Mudah terserang serangga, jmur dan cacing laut.
e) Adanya cacat-cacat bawaan dan cacat alam, seperti : mata kayu dan pecah-pecah.
f) Agak mudah terbakar

Anda mungkin juga menyukai