Anda di halaman 1dari 32

3.2.3.

Sasaran Balita (25 47 bulan)


3.2.2.1 Interpretasi data Primer
Tabel 3.17 Sintesa Data
No

Data Dasar

Cut Off

Sintesa Data

BB/TB (wasting)

Dapat diterima : <5%

Prevalensi kurus

Kurus 5%

Rendah : 5 9%

rendah

Normal 85%

Serius : 10 14%

Prevalensi gemuk

Gemuk 10%

Kritis : 15%

tinggi

TB/U (stunting)

Prevalensi rendah :

Prevalensi stunting

Pendek 25%
Normal 75%

<20%

sedang

Prevalensi sedang :
20 29%

Prevalensi tinggi : 30
39%
Prevalensi sangat
tinggi : 40%
BB/U (underweight)
Gizi sangat Kurang 20%
Gizi kurang 30%
Normal 50%

Prevalensi rendah :
<10%

Prevalensi Gizi kurang


sangat tinggi

Prevalensi Sedang :
10 19%
Prevalensi tinggi : 20-

29%
Prevalensi sangat
tinggi : 30%

Penyajian Makanan Balita


Baik 30%

makanan pada balita

Kurang baik 70%

kurang baik

Indikator yang diperiksa :


Balita yang menghabiskan porsi
4

Mayoritas penyajian

Mayoritas ibu tidak


memberikan variasi

makan yang diberikan 75% dan

bentuk makanan

yang tidak 25%

pada balita

Ibu yang memberikan variasi


makanan dalam penyajian 30%
dan yang tidak memberikan
variasi makanan 70%
63

Pengolahan makanan untuk balita

Mayoritas pengolahan

Pengolahan sayur

lauk untuk balita adalah

Direbus 95 %

Dikukus 15 %

Ditumis 65 %

Disantan 25 %

digoreng

Pengolahan lauk
-

Direbus 20%

Digoreng 100%

Ditumis 35%

Disantan 0%

Kepercayaan terhadap makanan


6

Tidak ada kepercayaan


terhadap makanan untuk balita
100%
Pendekatan Ibu/ pengasuh ketika
balita makan

pendekatan ibu /

Pendekatan ibu / pengasuh

pengasuh ketika

ketika balita makan yang baik

balita makan kurang

sebesar 40%

baik

Pendekatan ibu / pengasuh

Mayoritas ibu tidak

ketika balita makan yang kurang

melibatkan anak

baik sebesar 60%

dalam penyusunan

Indikator yang dilihat


Yang mengasuh balita adalah
7

Mayoritas

ibu (100%)
Yang dilakukan ibu ketika anak
menolak makan

menu sehari
Mayoritas anak
makan sendiri tanpa
pendampingan ibu /
pengasuh

Menunda makan 30%

Persentase balita

Menunggu anak minta

menolak makan

makan 25%

tinggi

Memaksa anak untuk


makan 20%

Mengajak jalan jalan 10%

Memberikan makanan yang


menarik dan bervariasi 10%
64

Makan bersama keluarga


5%

Memberikan makanan sehat


yang disukai anak 10%

Memberikan snack yang


disukai 15%

Memberi susu 25%

Memberi vitamin dan


suplemen 20%

Keterlibatan anak dalam


penyusunan menu 45%
Persentase balita menolak
makan 40%
Anak makan sendiri tanpa
pendamping 60%
Kebiasaan makan keluarga
8

Baik 50%
Kurang baik 50%
Keterampilan ibu dalam mengolah

Keterampilan ibu

makanan balita (variasi jenis

dalam mengolah

bahan makanan)

makanan dari segi

Baik 40%

pemilihan bahan

Kurang 60%

makanan masih

Keterampilan ibu dalam mengolah

kurang

makanan balita (variasi teknik

Keterampilan ibu

pengolahan / pemasakan

dalam mengolah

makanan)

makanan dari segi

Baik 40%

teknik pengolahan /

Kurang 60%

pemasakan masih
kurang

10

Tingkat pengetahuan

Tingkat pengetahuan

Pengetahuan baik 45%

ibu / pengasuh tentang

Pengetahuan kurang 55%

gizi masih kurang

65

11

Paparan informasi

Paparan informasi

Terpapar informasi 40%

tentang gizi kepada ibu

Tidak terpapar informasi 60%

/ pengasuh masih
kurang
Rata rata asupan

Rata rata Asupan Balita


Usia 2 3 th

AKG 1-3 tahun

serat balita <77%

Energi

Energy = 1125 kkal

AKG

Rata rata 1131.4 kkal

Protein = 26 gr

Rata rata Vit. E

Persen pemenuhan 100,6%

Lemak = 44 gr

balita <77% AKG

Protein

Rata rata asupan

Rata rata 42.72 gr

Serat = 16 gr

Vit. B1 balita <77%

Persen pemenuhan 164,3%

Vit. A = 400 mcg

AKG

Lemak

Vit. E = 6 mcg

Rata rata asupan

Rata rata 35,3 gr

Vit. B1= 0,6mg

Asam Folat balita

Persen pemenuhan 80,2%

Vit. B2 = 0,7 mg

<77% AKG

Karbohidrat

Vit. B3 = 6 mg

Rata rata asupan

Rata rata 212,3 gr

Vit. B6 = 0,5 mg

serat balita <77%

Persen pemenuhan 136,9%

Folat = 160 mcg

AKG

Serat
12

Karbohidrat = 155 gr

Rata rata pemenuhan 6,1 gr


Persen pemenuhan 38,13%
Vitamin A
Rata rata 502.13 mcg
Persen pemenuhan 125,5%
Zink
Rata rata 4,86 mg
Persen pemenuhan 121,5%

Vit. C = 40 mg

Rata rata asupan

Kalsium = 650 mg

potasium balita

Fosfor = 500 mg

<77% AKG

Magnesium = 60 mg

Rata rata asupan

Potasium = 3000 mg

kalsium balita <77%

Natrium = 1000 mg

AKG

Zinc = 4 mcg
Fe = 8 mg

Vitamin E
Rata rata 3,1 mg
Persen pemenuhan 52,74
Vitamin B1
Rata rata 72,42 mg
Persen pemenuhan 72,41%
Vitamin B2
rata rata 0,675
Persen pemenuhan 89,9%
66

Asam folat
Rata rata 110,26 g
Persen pemenuhan 68,91%
Vitamin C
Rata rata 38,28 mg
Persen pemenuhan 95%
Potasium
Rata rata 1114,89 mg
Persen pemenuhan 37,16
Kalsium
Rata rata 426,35 mg
Persen pemenuhan 65,6%
Magnesium
Rata rata 179,9 mg
Persen pemenuhan 299,9%
Fosfor
Rata rata 639,12
Persen pemenuhan 127,8%
Natrium
Rata rata 461,6
Persen pemenuhan 46,1%
Fe
Rata rata 8,04 mg
Persen pemenuhan 100,45 %

Tabel 3.18 Participation Analysis


Person /
Group
Kepala
Desa

Categori

Pelaku

Characteristi
c

Interest,

Potentials

motives,

(strength/

attitude

weakness)

Implication
for project

Sibuk,

Warga desa

(+) Pembuat

Bisa

dihormati

sehat, aman

keputusan,

menggerakka

warga,

dan sejahtera

orang

n warga

berwibawa

berpengaruh
terhadap
perangkat desa
67

dan warga
(-) Terlalu
sibuk,sehingga
susah untuk
ditemui, memiliki
kres dengan
beberapa
kelompok di
desa
Bidan

Pelaku

Memiliki

Ibu dan balita

(+) Orang yang

Membantu

pengetahuan

menjadi

dipercaya

menggerakka

tentang

sehat, warga

masyarakat

n kader dan

kesehata,

desa menjadi

untuk

mengajak

disegani oleh

sehat

menyembuhkan

warga untuk

warga dan

sehingga

penyakit,

ikut serta

kader, dapat

menaikan

dihormati dan

dalam

bekerja sama

reputasi di

dapat

program yang

dengan baik

Puskesmas

mempengaruhi

dilaksanakan

dengan

pemikiran kader

mahasiswa

(-) Merangkap
sebagai bu
Lurah sehingga
sibuk dan
terkadang sulit
ditemui

Kader

Pelaku

Aktif,

Ibu dan balita

(+) Membantu

Membantu

mengenal

sehat

disetiap kegiatan

kelancara

warga

sehingga

posyandu balita,

pelaksanaan

warga dengan

nama kader

kenal dekat

intervensi,

baik, terbuka

menjadi baik

dengan para

membantu

dengan

warga di dusun

pengkondisia

perubahan

masing masing n warga pada

dan

(-) Pengetahuan

saat

bersahabat

mengenai gizi

intervensi dan

dengan

dan kesehatan

mengajak

mahasiswa

masih kurang

warga untuk

68

dan ada

berpartisipasi

beberapa kader

dalam

yang kurang

program

bsia membaca

program
intervensi

Perawat

Pelaku

Aktif, memiliki

Warga

(+) Sumber

Tenaga

pengetahuan

menjadi

informasi untuk

kesehatan

tentang

sehat

merancang

yang

kesehatan,

kegaitan pada

dipercaya

bersahabat

saat intervensi,

warga

dan mempu

orang nomor 2

bekerjasama

setelah bidan
yang dapat
menggerakan
kader
(-) Kurang
terlibat dalam
posyandu balita

Ibu /

Beneficiarie

Pengeahuan

Anak yang

(+) Berpengaruh

Sasaran

pengasu

tentang gizi

sehat

langsung

Intervensi

h balita

kurang, aktif

terhadap

mengikuti

kesehatan anak

posyandu dan

(-) Kurang aktif

terbuka

dalam mencari

dengan

informasi gizi

kedatangan

dan beberapa

mahasiswa

dari pengasuh
memiliki
keterbatasan
dalam membaca

Balita

Beneficiarie

Pengeahuan

Cerdas, dan

(+) Aktif dan

Sasaran

tentang gizi

sehat

antusias

Intervensi

kurang, aktif,

mengikuti

sangat

program

senang jika

(-) Sulit

diberi

memberika

69

program

materi dan

program dan

pengkondisian

hadiah

suasana saat
program

Bapak /

Pelaku

Sibuk bekerja,

Ekonomi

(+) Pengambil

Pendukung

kepala

jarang ada di

keluarga

keputusan

ibu dalam

keluarga

rumah

terpenuhi,

dalam keluarga,

mengasuh

anak dan istri

tegas

anak dan

sehat

(-)

mendukung

sehinga tidak

Terkadangkuran

ibu untuk

mengeluarka

g bisa terbuka

mengikuti

n uang

dengan

program

banyak untuk

informasi baru

intervensi

berobat

dan jarang
bersama anak

70

3.2.2.3 Diagnosa Gizi (Problem Tree)


Prevalensi gemuk
tinggi

Kelebihan asupan
zat gizi makro

Jenis makanan balita


kurang bervariasi

Kebiasaan makan
keluarga kurang baik

Konsumsi Jajanan
tinggi

Pengolahan makanan untuk


balita kurang bervariasi

Pemberian makanan
kesukan (jajan) rendah
tinggi

Keterampilan ibu dalam


mengolah makanan
rendah
Moivasi ibu dalam
memvariasikan
makanan kurang

Persentase balita
menolak makan tinggi

Penyajian makanan
untuk balita kurang
bervariasi

Tingkat pengetahuan ibu


/ pengasuh tenang gizi
rendah

Keterampilan ibu dalam


memvariasikan bentuk
makanan rendah

Pendekatan ibu /
pengasuhketika makan
kurang

Persentase anak
makan sendiri
tanpa pendamping
tinggi

Anak tidak
dilibatkan dalam
pembuatan menu

71
Paparan informasi
tentang gizi rendah

3.2.2.4 Rencana Interensi


A. Objctive Tree
Prevalensi gemuk
rendah

Asupan zat gizi


makro cukup

Jenis makanan balita


bervariasi

Kebiasaan makan
keluarga baik

Konsumsi Jajanan
rendah

Pengolahan makanan untuk


balita bervariasi

Pemberian makanan
kesukan (jajan) rendah

Keterampilan ibu dalam


mengolah makanan baik
Moivasi ibu dalam
memvariasikan
makanan baik

Persentase balita
menolak makan rendah
Penyajian makanan
untuk balita bervariasi

Tingkat pengetahuan ibu /


pengasuh tentang gizi
baik

Keterampilan ibu dalam


memvariasikan bentuk
makanan baik

Pendekatan ibu /
pengasuhketika makan
baik

Persentase anak
makan sendiri
tanpa pendamping
rendah

Anak dilibatkan
dalam pembuatan
menu

72
Paparan informasi
tentang gizi baik

B. Alternative Analysis
Tabel 3.19 Alternative Analysis
GOAL
Menurunkan Prevalensi Balita Gemuk
I. Meningkatkan variasi
makanan balita
KRITERIA

Memperbaiki

II.

kebiasaan makan
keluarga

Menurunkan
konsumsi jajanan
Menurunkan

Meningkatkan variasi
pengolahan makanan

persentase balita
menolak makan

untuk balita
Men

Money

Sarana

Prasarana

Waktu

Social Risk

Feasibility

Sustainability

29

20

TOTAL SKOR
Skala likers 1 5
Keterangan :
1. Tidak memungkinkan
2. Kurang memungkinkan
3. Cukup memungkinkan
4. Memungkinkan

5. Sangat memungkinkan atau sangat direkomendasikan


Dari hasil perhitungan di atas, skala prioritas pendekatan yang akan dilakukan adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan ibu / pengasuh tentang gizi
2. Meningkatkan paparan informasi ibu / pengasuh tentang gizi
3. Meningkatkan keterampilan ibu dalam mengolah makanan

73

C. Project Planning Matrix


Tabel 3.20 Projet Palnning Matrix
Objectively
verifiable
indicator

Means/source of

Important

verification

assumptions

Overall Goal

Overweight

Data BB/U dan

Menurunkan prevalensi

menjadi 8%

BB/TB dari bidan di

overweight

wilayah tersebut

Project purpose

Rata rata asupan

Dietary assessment

Menurunkan rata Asupan Zat

energi dan zat gizi

metode single 24

gizi Makro (energi, protein,

makro mencapat

hours recall

lemak, karbohidrat)

77% AKG

Result
1. Meningkatkan variasi
makananan balita

1. Variasi bahan

jajanan

Warga tidak

makanan balita

assessment

terbiasa mengolah

minimal

metode single 24

berbagai macam

menggunakan

hours recall

bahan makanan

3 bahan
2. Menurunkan konsumsi

1. Dietary

2. Wawancara

makanan dalam

terstruktur

1 minggu

dengan bantuan

2. Konsumsi

yang baru

kuesioner

jajanan balita

Warga tidak mau

minimal 2x

repot memasak

dalam sehari

makanan khusus
untuk balita

Activities

1.1 Memberikan edukasi


kepada orang tua

Sumber daya:
1. Media leflet

Warga tidak mau

74

(pengasuh) tentang menu

2. Poster

mengikuti edukasi

yang baik yang untuk

3. Flipchart

dan

balita dan cara

4. Gambar bahan makanan

menyepelekan

memodifikasi makanan

5. Buku resep

tentang isi edukasi

yang tidak disukai balita


menjadi makanan yang
disukai balita
1.2 Memberikan edukasi

Monitoring dan evaluasi :


1. Post test : yang mendapat nilai >
70 minimal 70% dari total peserta
yang hadir atau adanya

kepada ibu / pengasuh

peningkatan pengetahuan dari

tentang pentingnya

minimal 80% peserta yang hadir

variasi makanan dan

dilihat dari nilai pre test dan post

bahan makanan yang

test nya

baik diberikan pada balita


1.3 Demo Masak menu sehat
balita
Demo masak untuk
memberikan pelatihan

yang dilakukan

2. Kehadiran peserta dalam setiap


kegiatan edukasi dan lomba
minimal 20 peserta
3. Keaktifan peserta minimal 50%
dari total peserta yang hadir

pada warga bagaimana


cara mengolah makanan
dengan metode yang baik
dan sehat serta
memodifikasi makanan
dengan bahan pangan
lokal setempat
1.4 Membagikan buku resep
yang berisi kumpulan
variasi menu sehat balita
beserta kandungan
gizinya
2.1 Memberikan edukasi
mengenai tips mengatasi
anak susah makan
2.2 Memberikan edukasi
tentang pola makanan
75

seimbang untuk balita


dan tentang jajanan yang
baik untuk balita
2.3 Demo masak tentang
cara pembuatan snack
untuk balita yang praktis
dan sehat

3.2.2.5 Pelaksanaan Intervensi Gizi


A. Latar Belakang
Dari survey yang dilakukan, bahwa di dapatkan rata rata asupan zat gizi makro anak
usia bawah lima tahun (balita) berlebih dari AKG yang diharapkan. Ini disebabkan oleh
kebiasaan anak jajan anak dan ibu yang kurang terampil dalam memvariasikan
makanan anak sehingga kebanyakan lauk pauk dimasak dengan cara digoreng yang
menyebabkan oeningkatan asuoan lemak. Sehingga diperlukan edukasi terkait variasi
makanan yang baik untuk balita serta besar asupan yang idsarankan diberikan untuk
balita.
B. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan variasi jenis makanan balita
b. Tujuan Khusus
Memotivasi ibu balita / pengasuh dalam memberikan makanan yang bervariasi
untuk balita
Meningkatkan paparan informasi yang diterima oleh ibu balita pengasuh
terkait gizi
C. Sasaran
Sasaran edukasi gizi adalah ibu balita di Desa Lang Lang kecamatan Singosari
Kabupaten Malang.
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat

: Posyandu Melati RW 4 Desa Lang Lang, kecamatan Singosari

Hari / tanggal

: Rabu, 24 Februari 2016

Waktu

: 09.00 09.30

E. Media Edukasi
76

Media yang digunakan adalah sebagai berikut :


Flipchart tips mengatasi anak yang susah makan
Flyer tentang pentingnya variasi makanan untuk balita dan contoh contoh /
bentuk bentuk variasi makanan
Leaflet makanan sehat untuk balita sebagai tambahan media pengetahuan untuk
ibu yang dapat dibawa pulang sehingga dapat disebarkan ke tetangg tetangga
yang lainnya
Buku Resep Makanan Sehat Balita sebagai contoh makanan yang bervariasi dan
sehat yang dapat disajikan kepada balita.
F. Metode Edukasi
Metode edukasi yang digunakan dalam kegiatan intervensi adalah penyuluhan,
diskusi dan tanya jawab.
G. Materi Edukasi
1) Tips anak susah makan
a) Hindari memberikan susu sebelum makan utama. Jika terpaksa memberikan,
jangan sampai anak kenyang minum susu
b) Boleh memberikan jajan sebelum makan siang, tapi jangan yang merangsang.
Lebih baik buatan sendiri dengan memanfaatkan sayuran untuk dibuat jadi
jajanan
c) Hindari menu yang monoton. Bahan makanan boleh sama tetapi sebaiknya
diolah dengan cara yang berbeda dan tampilan yang menarik
d) Biasakan anak makan teratur pada waktu dia lapar
e) Ciptakan suasana yang menyenangkan saat makan
f) Jangan memaksa menghabiskan makanan saat anak sudah tidak mau, karena
bisa menyebabkan trauma
g) Hindai memberi imimng iming makanan penutup sebagai hadiah
h) Libatkan anak untuk menyiapkan makanan
i) Minimalkan gangguan misalnya matikan televisi dll
2) Pentingnya variasi makanan untuk balita
a) Untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, karena setiap makanan mengandung zat
gizi yang berbeda beda
b) Menghindari anak bosan dengan menu yang selalu sama
3) Cara membuat variasi makanan
a) Variasi cara pengolahan (direbus, dikukus, ditumis, digoreng)
77

b) Variasi Jenis (sumber karbohidrat, protein, lemak, sayur dan buah)


c) Variasi bentuk
4) Makanan sehat untuk balita
a) Nasi /pengganti 2 gls
b) Daging /pengganti 1 potong
c) Tempe /pengganti 2 potong
d) Sayuran 1 gls
e) Buah 3 potong
f) Susu 1 gelas
g) Minyak 1 sdm
h) Gula 2 sdm
H. Deskripsi Kegiatan
Kegiatan edukasi gizi dilakukan dengan metode penyuluhan dimana peseta dibagikan
media edukasi berupa flyer, leaflet, dan buku resep saat akan dimulai materi. Penyuluhan
dilakukan oleh mahasiswa dengan bantual flip chart . penyuluhan dilakukan selama 10 menit.
Kemudian dibukan sesi diskusi dimana peserta dapat menyampaikan keluhan keluhan nya
pada saat memberikan makan pada anak serta kendala yang dihadapi saat memberikan makan
pada anak. Kemudian permasalahan tersebut akan dipecahkan bersama sama oleh ibu /
pengasuh balita yang hadir. Sesi terakhir adalah tanya jawab.
Diawal dan diakhir kegiatan, dilakukan pre dan post test untuk melihat peningkatan
pengetahuan ibu /pengasuh terkait materi yang duberikan.
Susunan kegiatan :
Waktu

Durasi

Kegiatan

08.30 09.00

30

Persiapan

09.00 09.05

Pembukaan oleh MC

09.05 09.10

Pre test

09.10 09.15

Materi pola makan sehat balita dan tips anak susah makan

09.15 09.20

Materi variasi makanan

09.20 09.30

Diskusi dan tanya jawab

09.30 09.35

Post test

09.35 09.40

Penutup

78

I. Indikator Keberhasilan
Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan edukasi minimal 10 orang
Adanya peningkatan pengetahuan hinga > 80% dilihat dari nilai pre dan post test
J. Fakor Pendukung dan Penghambat
1) Faktor pendukung
Bidan desa, perawat desa dan kader bekerja sama dengan bai dankooperatif
dalam menyediakan sarana prasarana dan mengkondisikan ibu/pengasuh
balita
Peserta antusias dan aktif dalam menerima materi dan diskusi
2) Faktor penghambat
Tempat yang tersedia tidak terlalu luas sehingga terjadi penumpukan peserta
disatu titik, dan tidak kondusif
Anak yang dibawa peserta rewel ditengah tengah kegiatan sehingga
mengganggu jalannya acara

3.2.2.6 Pelaksananan Monitoring dan Evaluasi


Pelaksanaan monitoring dan evaluasi kegiatan dilakukan dengan melihat kehadiran
peserta dalam kegiatan dengan target 10 peserta. Dalam kegiatan ini, peserta yang hadir 23
peserta sehingga sudah mencapai target.
Untuk memonitoring dan evaluasi tingkat pengetahuan peserta, dilihat dari hasil pre test
dan post test. Soal pre dan post test berjumlah 5 soal dalam bentuk benar dan salah.
1. Memberikan susu sebelum anak makan tidak membuat anak kenyang
a. Benar
b. Salah
2. Adanya variasi makanan membuat anak tidak cepat bosan
a. Benar
b. Salah
3. Dalam sehari, balita sebaiknya mengkonsumsi 2 potong buah
a. Benar
b. Salah
4. Variasi cara pengolahan makanan salah satunya adalah dengan membentuk
makanan menjadi bentuk yang unik
a. Benar
79

b. Salah
5. Mematikan televisi pada saat makan akan berpengaruh baik terhadap kebiasaan
makan
a. Benar
b. Salah
Jumlah jawaban benar tersaji dalam grafik berikut :

Grafik Peningkatan Pengetahuan Peserta


18

16

16

Jumlah peserta

14
12
10

Pre Test

Post Test

6
4

3
1

0
2 jawaban benar

3 jawaban benar

4 jawaban benar

5 jawaban benar

Jumlah jawaban benar

Gambar 3.1 Grafik Peningkatan Pengetahuan Peserta


Dari hasil rekap keseluruhan data pre dan post test, didapatkan kenaikan pengetahuan
sebesar 20,86% yaitu dari 61,74% (pre test) menjadi 82,60%. Yang artinya, target pencapaian
kenaikan pengetahuan seteleh intervensi tercapai yaitu >80%.
3.2.2.7 Analisis Program Puskesmas
3.2.2.5 Pelaksanaan Intervensi Gizi
K. Latar Belakang
Dari survey yang dilakukan, bahwa di dapatkan rata rata asupan zat gizi makro anak
usia bawah lima tahun (balita) berlebih dari AKG yang diharapkan. Ini disebabkan oleh
kebiasaan anak jajan anak dan ibu yang kurang terampil dalam memvariasikan
makanan anak sehingga kebanyakan lauk pauk dimasak dengan cara digoreng yang
menyebabkan oeningkatan asuoan lemak. Sehingga diperlukan edukasi terkait variasi

80

makanan yang baik untuk balita serta besar asupan yang idsarankan diberikan untuk
balita.
L. Tujuan
c. Tujuan Umum
Meningkatkan variasi jenis makanan balita
d. Tujuan Khusus
Memotivasi ibu balita / pengasuh dalam memberikan makanan yang bervariasi
untuk balita
Meningkatkan paparan informasi yang diterima oleh ibu balita pengasuh
terkait gizi
M. Sasaran
Sasaran edukasi gizi adalah ibu balita di Desa Lang Lang kecamatan Singosari
Kabupaten Malang.
N. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Tempat

: Posyandu Melati RW 4 Desa Lang Lang, kecamatan Singosari

Hari / tanggal

: Rabu, 24 Februari 2016

Waktu

: 09.00 09.30

O. Media Edukasi
Media yang digunakan adalah sebagai berikut :
Flipchart tips mengatasi anak yang susah makan
Flyer tentang pentingnya variasi makanan untuk balita dan contoh contoh /
bentuk bentuk variasi makanan
Leaflet makanan sehat untuk balita sebagai tambahan media pengetahuan untuk
ibu yang dapat dibawa pulang sehingga dapat disebarkan ke tetangg tetangga
yang lainnya
Buku Resep Makanan Sehat Balita sebagai contoh makanan yang bervariasi dan
sehat yang dapat disajikan kepada balita.
P. Metode Edukasi
Metode edukasi yang digunakan dalam kegiatan intervensi adalah penyuluhan,
diskusi dan tanya jawab.
Q. Materi Edukasi
5) Tips anak susah makan
j) Hindari memberikan susu sebelum makan utama. Jika terpaksa memberikan,
jangan sampai anak kenyang minum susu
81

k) Boleh memberikan jajan sebelum makan siang, tapi jangan yang merangsang.
Lebih baik buatan sendiri dengan memanfaatkan sayuran untuk dibuat jadi
jajanan
l) Hindari menu yang monoton. Bahan makanan boleh sama tetapi sebaiknya
diolah dengan cara yang berbeda dan tampilan yang menarik
m) Biasakan anak makan teratur pada waktu dia lapar
n) Ciptakan suasana yang menyenangkan saat makan
o) Jangan memaksa menghabiskan makanan saat anak sudah tidak mau, karena
bisa menyebabkan trauma
p) Hindai memberi imimng iming makanan penutup sebagai hadiah
q) Libatkan anak untuk menyiapkan makanan
r) Minimalkan gangguan misalnya matikan televisi dll
6) Pentingnya variasi makanan untuk balita
c) Untuk memenuhi kebutuhan gizi anak, karena setiap makanan mengandung zat
gizi yang berbeda beda
d) Menghindari anak bosan dengan menu yang selalu sama
7) Cara membuat variasi makanan
d) Variasi cara pengolahan (direbus, dikukus, ditumis, digoreng)
e) Variasi Jenis (sumber karbohidrat, protein, lemak, sayur dan buah)
f) Variasi bentuk
8) Makanan sehat untuk balita
i) Nasi /pengganti 2 gls
j) Daging /pengganti 1 potong
k) Tempe /pengganti 2 potong
l) Sayuran 1 gls
m) Buah 3 potong
n) Susu 1 gelas
o) Minyak 1 sdm
p) Gula 2 sdm
R. Deskripsi Kegiatan
Kegiatan edukasi gizi dilakukan dengan metode penyuluhan dimana peseta dibagikan
media edukasi berupa flyer, leaflet, dan buku resep saat akan dimulai materi. Penyuluhan
dilakukan oleh mahasiswa dengan bantual flip chart . penyuluhan dilakukan selama 10 menit.
Kemudian dibukan sesi diskusi dimana peserta dapat menyampaikan keluhan keluhan nya
82

pada saat memberikan makan pada anak serta kendala yang dihadapi saat memberikan makan
pada anak. Kemudian permasalahan tersebut akan dipecahkan bersama sama oleh ibu /
pengasuh balita yang hadir. Sesi terakhir adalah tanya jawab.
Diawal dan diakhir kegiatan, dilakukan pre dan post test untuk melihat peningkatan
pengetahuan ibu /pengasuh terkait materi yang duberikan.
Susunan kegiatan :
Waktu

Durasi

Kegiatan

08.30 09.00

30

Persiapan

09.00 09.05

Pembukaan oleh MC

09.05 09.10

Pre test

09.10 09.15

Materi pola makan sehat balita dan tips anak susah makan

09.15 09.20

Materi variasi makanan

09.20 09.30

Diskusi dan tanya jawab

09.30 09.35

Post test

09.35 09.40

Penutup

S. Indikator Keberhasilan
Jumlah peserta yang hadir dalam kegiatan edukasi minimal 10 orang
Adanya peningkatan pengetahuan hinga > 80% dilihat dari nilai pre dan post test
T. Fakor Pendukung dan Penghambat
3) Faktor pendukung
Bidan desa, perawat desa dan kader bekerja sama dengan bai dankooperatif
dalam menyediakan sarana prasarana dan mengkondisikan ibu/pengasuh
balita
Peserta antusias dan aktif dalam menerima materi dan diskusi
4) Faktor penghambat
Tempat yang tersedia tidak terlalu luas sehingga terjadi penumpukan peserta
disatu titik, dan tidak kondusif
Anak yang dibawa peserta rewel ditengah tengah kegiatan sehingga
mengganggu jalannya acara

83

3.2.2.6 Analisis Program Puskesmas


A. Pemberian Kapsul Vitamin A
Salah satu program untuk sasaran balita di puskesmas Singosari adalah pemberian
kapsul vitamin A yang diberikan 2 kali dalam 1 tahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus.
Suplementasi vitamin A yang diberikan adalah kapsul merah dengan dosis 200.000 SI untuk
balita usia 12 59 bulan. Tujuan pemberian kapsul vitamin A ini adalah untuk menurunkan
prevalensi dan mencegah kekurangan vitamin A pada anak balita dan bayi karena vitamin A
memiliki peranan penting untuk kesehatan mata dan mencegah kebutaan, dan lebih penting lagi
vitamin A meningkatkan daya tahan tubuh (Ramadhan, 2011). Pemberian kapsul vitamin A
dapat dilakukan di sarana fasilitas kesehatan, posyandu dan sekolah (TK, PAUD, tempat
penitipan anak, dll). Tenaga yang memberikan suplementasi vitamin A pada anak balita bisa
dari tenaga kesehatan (dokter, bidan, perawat, tenaga gizi dll) atau dari kader kader
posyandu (Depkes, 2009).
Di Indonesia, dari tahun 207 2013 terlihat bahwa kecenderungan cakupan pemberian
kapsul vitamin A pada anak 6 59 bulan meningkat yaitu dari 71,5% (2007) menjadi 75,5%
(2013) (Riskesdas, 2013). Cakupan suplementasi vitamin A pada balita di wilayah kerja
puskesmas Singosari tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 3.21 Cakupan Vitamin Balita

No

Nama Desa

Jumlah Balita
(12 59 bulan)

Cakupan Vitamin A tahun


2015 (L + P)

Analisis

6 59 bln

%
Target tidak

Pagentan

1085

874

65

Candirenggo

979

1,246

102

Target tercapai

Watugede

457

586

103

Target tercapai

Banjararum

851

815

77

Tunjungtirto

602

739

99

Target tercapai

Langlang

368

459

100

Target tercapai

Purwoasri

404

482

96

Target tercapai

Klampok

686

816

95

Target tercapai

Gunungrejo

570

496

70

Target tidak

tercapai

Target tidak
tercapai

84

tercapai
TOTAL

6.002

6.511

115

Target tercapai

Target yang ditetapkan oleh Kemenkes RI 2014 tentang cakupan pemberian


suplementasi vitamin A untuk balita adalah 90%, dan dari data cakupan vitamin A tahun 2015
Puskesmas Singosari terlihat bahwa 3 dari 9 desa belum mencapai target dan secara
keseluruhan, sudah memenuhin target cakupan vitamin A diwilayah kerja puskesmas malang.
B. Sistem Pencatatan dan Polaporan Hasil Penimbangan Balita di Posyandu
Pertumbuhan memiliki pengertian perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu ukuran fisik
tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisinya
yang lebih dikenal dengan sebutan antropometri.surveilans pertumbuhan adalah suatu kegiatan
pemantauan (monitoring) pertumbuhna melalui pengumpulan data, analisis dan interpretasi
data. Pemantauan pertumbuhan anak da[at dilakukan melalui penimbangan berat badan anak
dan penggunaan kartu menuju sehat (KMS) dengan indikator pertumbuhan / peningatan dapat
dinilai berdasarkan kainakan berat badan (SKDN).
SKDN adalah sistem pencatatapn dan pelaporan hasil pennimbangan balia di posyandu,
yang terdisi dari 4 data yaitu :

Jumlah balita sekarang di wilayah kerja posyandu (S)

Jumlah balita yang memiliki KMS di wilayah kerja posyandu (K)

Jumlah balita yang ditimbang di wilayah kerja posyandu (D)

Balita yang ditimbang 2 bulan berturut turut dan garis pertumbuhan pada KMS naik
(N)

Berikut adalah data SKDN wilayah kerja puskesmas Singosari :


1.

Jumlah balita sekarang (S)

: 7478

2.

Jumlah balita (0 59 bln) yang punya KMS (K)

: 8745

3.

Jumlah balita yang ditimbang (D)

:7186

4.

Jumlah balita yang ditimbang 2 bulan berturut turut dan garis pertumbuhan
pada KMS naik (N)

: 6382

5.

Jumlah Balita yang turun berat badannya (T)

: 480

6.

Jumlah balita dibawah garis merah(BGM)

: 12

Berdasarkan target pencapaian yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004,
ketercapaian program SKDN wilayah kerja Puskesmas Singosari tercantum pada tabel berikut :

85

Tabel 3.22 Laporan SKDN Tahun 2015


Jenis Data

K/S

Analisa

Kemenks, 2015)

Pencapaian program adalah

Pencapaian program memenuhi target

116,9%

yang ditetapkan yaitu 80%

D/K

Pencapaian program adalah 82,2%

N/D

Pencapaian program adalah 93,0%

D/S

Pencapaian program adalah 96,1%

N/S

Pencapaian program adalah 85,3%

% BGM

Interpretasi Data (Depkes, 2004;

Pencapaian program memenuhi target


yang ditetapkan yaitu 80%
Pencapaian program memenuhi target
yang ditetapkan yaitu 80%
Pencapaian program memenuhi target
yang ditetapkan yaitu 85%
Pencapaian program memenuhi target
yang ditetapkan yaitu 80%

Persentase Balita yang BGM

% balita BGM sudah memenuhi target

adalah 0,2%

yaitu <5%

86

C. KADARZI (Keluarga Sadar Gizi)


Keluarga sadar gizi (KADARZI) adalah suatu keluarga yang mampu mengenal, mencegah
dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga disebutkan KADARZI apabila
telah berperilaku gizi yang baik dicirikan minimal dengan :
3.

Menimbang berat badan secara teratur

4.

Memberikan Air Susu Ibu (ASI) saja kepada bayi sejak lair sampai umur 6 bulan
(ASI Eksklusif)

5.

Makan beraneka ragam

6.

Menggunakan garam beryodium

7.

Minu suplemen gizi (TTD, kapsul Vitamin A dosis tinggi) sesuai anjuran

Sasaran KADARZI adalah :


1.

80% balita ditimbang setiap bulan

2.

80% bayi 0 6 bulan diberi ASI saja (ASI eksklusif)

3.

90% keluarga menggunakan garam beryodium

4.

80% keluarga makan beraneka ragam sesuai kebutuhan

5.

Semua baliti gizi buruk dirawat sesuai standar tata laksana gizi buruk

6.

Semua anal 6 24 bulan GAKIN mendapatkan MP ASI

7.

80% balita (6 59 bulan) dan ibu nifas mendapatkan kapsul vitamin A sesuai
anjuran

8.

80% ibu hamil mendapatkan TTD minimal 90 tablet selama kehamilannya

Berdasrkan indikator dan sasaran KADARZI, berikut ini adalahdata laporan KADARZI DI
Puskesmas Singosari Tahun 2015 :
Tabel 3.23 Data KADARZI 2015
No

Nama Desa

Jml

KADARZI

TIDAK KADARZI

Pagetan

Candirenggo

Watugede

Banjararum

Tunjungtirto

Langlang

Purwoasri

Klampok

22

15

68,18

31,82

87

Gunungrejo

TOTAL

22

15

68,18

31,82

Dari data puskesmas, terlihat bahwa pemantauan KADARZI baru dilakukan di satu desa
dari 9 desa yang ada di kecamatan Singosar, yaitu desa Klampok. Terlihat bahwa persentase
KADARZI di desa Klampok sebesar 68,18% (n = 15) dari total 22 keluarga.
D. Pemberian PMT
Untuk mengatasi kekurangan gizi yang terjadi pada kelmpok usia balita perlu
diselenggarakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT pemulihan bagi anak
usia 6 59 bulan dimaksudkan sebagai tambaha, bukan sebagai makanan utama sehari hari.
Sasaran pemberian PMT adalah balita gizi kurang atau kurus usia 6 59 bulan termasuk balita
dengan Bawah Garis Merah (BGM) dari keluarga miskin menjadi saaran prioritas penerimaan
PMT pemulihan. PMT pemulihan berbasis bahan makanan/makanan lokal ada 2 jenis yaitu
berupa :
-

MP ASI (untuk bayi dan anak berusia 6 23 bulan)

Makanan tambahan untuk pemulihan yang diberikan kepada balita usia 24 59 bulan
berupa makanan keluarga.
Pemberian PMT di Puskesmas Singosari untuk bulan Oktober, November, Desember

diberikan kepada 5 balita dari desa Purwoasri, Banjararum dan Tunjung Tirto. PMT diberikan 2
kali dalam sebulan selama 90 hari. Jika setelah dilakukan evaluasi ternyata balita belum
menunjukkan perubahan berat badan menjadi berat badan normal, maka pemberia PMT
dilanjutkan hingga 180hari. PMT yang diberikan berupa biskuit, kacang ijo, dan manlok dengan
sumber dana BOK pada bulan Oktober, November, Desember. Berikut ini adalah Laporan
perkembangan berat badan balita seteleh diberikan PMT

88

KEADAAN AWAL

BULAN I

NO

NAMA ANAK

L/P

ALAMAT

UMUR
(BLN)

BB
(KG)

TB
(CM)

BB/U

TB/U

10

Purwoasri

29

80

S.Krg

WHO-NCHS BB/U

BULAN II
WHO-NCHS BB/U

BB/TB

UMUR
(BLN)

BB
(KG)

TB
(CM)

BB/U

TB/U

11

12

13

14

15

16

Pndk

Krs

30

9.2

80

S.Krg

BULAN III
WHO-NCHS BB/U

BB/TB

UMUR
(BLN)

BB
(KG)

TB
(CM)

BB/U

TB/U

17

18

19

20

21

22

Pndk

Krs

31

9.5

80

S.Krg

KET.

WHO-NCHS BB/U

BB/TB

UMUR
(BLN)

BB
(KG)

TB
(CM)

BB/U

TB/U

BB/TB

23

24

25

26

27

28

29

Pndk

Krs

32

10.2

80

S.Krg

Pndk

Krs

30

BALITA GAKIN

ACHMAD FERLY
ANDIANSYAH
M. HAFIZL AL HAYUN

Purwoasri

13

6.8

73

S.Krg

Pndk

Krs

14

6.8

73

S.Krg

Pndk

Krs

15

7.1

73

S.Krg

Pndk

Krs

15

7.6

73

S.Krg

Pndk

Krs

ZIDAN NUR CAHYO

Purwoasri

16

8.9

66

S.Krg

Pndk

Krs

17

8.9

66

S.Krg

Pndk

Krs

18

66

S.Krg

Pndk

Krs

19

9.4

66

S.Krg

Pndk

Krs

4
5

AZAHRA MISYE
M. DWI YUSUF SUBIQ

P
L

Banjararum
Tunjung Tirto

12
32

6.7
7.8

63
83

S.Krg

Pndk

Krs

13

6.7

63

S.Krg

Pndk

Krs

Krs

83

S.Krg Pndk

Krs

S.Krg Pndk

63
83

Krs

7.8

7.1
8.3

Pndk

Krs

15
35

S.Krg

33

63
83

Pndk

Krs

6.9
8

S.Krg

S.Krg Pndk

14
34

S.Krg Pndk

Krs

Dari data diatas terlihat bahwa pemberian berat badan anak yang diberikan PMT selama 3 bulan (Oktober, November, Desember)
menunjukkan adanya perbuhana. Rata rata kenaikan berat badan anak yang diberikan PMT adalah 0,68 kg, dan dengan melihat
indikator BB/U, TB/U dan BB/TB menurut WHO NCHS tidak ada kenaian status gizi dari 5 anak yang sudah diberikan PMT.

89

E. Pemantauan Statuis Gizi (PSG)


Pemantauan status gizi (PSG) adalah salah stau komponen sistem kewaspadaan pangan dan gizi (SKPG) yang telah dilakukan
semenjak pelita IV dengan tujuan memberikan informasi gambaan besaran masalah gizi kurang. Tujuannya adlaah untuk
mengetahuai hubungan positif antara status gizi balita dengan keluarga sasdar gizi (KADARZI). Di Puskesmas Singosari, PSG
dilakukan 1 kali setahun pada bulan Oktober dengan sasaran Bayi dan Balita. hasil PSG Puskesmas Singosari tercantum dalam
tabel berikut :
Tabel 3.24 Data Hasil PSG 2015
STATUS GIZI

JUMLAH
BALITA
NO.

NAMA DESA

BB Sgt
L

PAGENTAN

45
4

CANDIRENG

56

GO

WATUGEDE

BB/U

42
8

BANJARAR

37

UM

TUNJUNG

31

TIRTO

Kurang

BB
Kuran
g

TB/U
BB

BB

Normal

Lebih

BB/TB

Sgt
Pend

Pendek

Normal

Jangku
ng

ek

Sgt
Kuru

Kurus

Normal

Gemu
k

467

452

464

452

466

436

444

517

560

515

14

11

410

399

10

548

504

463

420

463

423

460

422

460

441

374

441

374

441

371

430

315

305

307

23

17

285

296

300

305

1
0

90

1
3

LANG LANG

24
1

PURWOASR

23

KLAMPOK

32
9

GUNUNGRE

33

JO

PUSKESMAS

238

236

233

232

231

211

234

236

229

229

228

228

226

226

406

317

397

16

12

281

367

32

292

380

287

77

62

209

172

48

228

265

297

315

327

21

289

306

10

28

32

337

75

1
2

2
7
5
3

2
6

245

310

322

91

Dari data PSG 2015, terlihat bahwa balita(L +P) yang memiliki berat badan kurang
menggunakna indikator BB/U adalah 2,5% dari total balita seluruhnya. Balita (L + P) yang
berstatus pendek dilihat dari indikator TB/U adalah 7,47% dari total balita seluruhnya dan balita
yang berstatus kurus dilihat dari indikator BB/TB adalah 2,5% dan gemuk adalah 2,2%.

F.

Usulan Program
a.

Nama Program

b.

Deskripsi Pogram

: Kreasi jajanan dan makanan sehat

Sasaran program ini adalah ibu / pengasuh balita yang paling sering menyiapkan
makan balita. dapat dilakukan 1 bulan

sekali untuk setiap desa dalam satu tahun.

Diakhir tahun, dapat diadakan lomba cipta makanan dan jajanan kreasi dari warga /
masyarakat setiap desa yang kemudian dilombakan se- tingkat kecamatan. Pemenang
lomba akan diberikan modal untuk memproduksi makanannya dalam jumlah tertentu
yang kemudian dipasarkan. Selain dapat meningkatkan keterampilan ibu / pengasuh
dalam mengolah bahan makanan untuk makan balita, dapat juga digunakan untuk
membuka lapangan pekerjaan baru.

3.2.3.8 Kegiatan Konseling


A. Responden 1
a.

Tanggal konseling

b.

Identitas responden

: Kamis, 25 Februari 2016 dan Sabtu, 27 Februari 2016

Nama Ibu

: Wuriani

Nama Balita

: Ahmad Riyu Zaizidan

Usia Balita

: 30 bulan

Alamat

: Jalan Kertarejasa RT02 RW 04 Desa Candirenggo,


Singosari

Hasil Antropometri

c.

BB

: 10,2 kg

BB/ U : underweight

TB

: 83 cm

TB/ U : Stunting

Masalah / keluhan
Ibu balita mengeluhkan anaknya yang susah makan. Sering kalianak harus dibujuk
untuk makan. Anak lebih memilih mengkonsumsi jajanan seperti biskuit, roti dan
permen dibandingkan makan. Konsumsi sayuran anak juga sulit karena anak
hanya menyukai wortel dan bayam saja dan tidak suka makan sayur lainnya. Ibu
92

ingin membuat makanan olahan sayur tetapi ketiadaan waktu membuat ibu sedikit
kerepotan.
d.

Masukan / materi konseling


Menjelaskan status gizi balita yang termasuk berat badan kurang dari
seharusnya
Menjelaskan makanan yang seharusnya diberikan untuk anak beserta porsi
pemberiannya
Menjelaskan bahan makanan penukar, karena anak suka mengkonsumsi
biskuit dan roti disarankan untuk mengganti nasi dengan roti dan biskuit
sehingga asupan energi anak terjaga
Memberikan tips untuk mengatasi anak yang susah makan
Memberikan tips membuat olahan sayur berupa snack yang disukai anak
anak seperti puding sayur atau roti gulung sayur
Memberikan buku resep berisi kumpulan makanan olahan untuk balita yang
bervariasi

e.

Monitoring dan evaluasi


Dari hasil pencatatan food record oleh responden selama 1 hari, terlihat bahwa
porsi makan balita meningkat. Yang sebelumnya hanya entong setiap kali
makan menjadi 1 entong setiap kali makan. Frekuensi makan bertambah dari 2 x
makan utama dan 3 x snack menjadi 3 x makan utama dan 2 x snack. Akan tetapi
konsumsi sayur masih sedikit dari kebutuhan balita.

B. Responden 2
a.

Tanggal konseling

b.

Identitas responden

: Kamis, 25 Februari 2016 dan Sabu, 27 Februari 2016

Nama Ibu

: Ani Widiati

Nama Balita

: Baran Kenvino Rifado

Usia Balita

: 25 bulan

Alamat

: Jalan Desa Candirenggo Jl. Kertarejasa Gang VI No. 45,


Singosari

Hasil Antropometri
BB

: 17,4 kg

TB

: 91 cm

BB/ TB : gizi lebih

93

c.

Masalah / keluhan
Ibu mengeluhkan anaknya tidak mau makan nasi, lauk dan sayuran. Sehingga
ibu mengganti asupan anak dengan susu formula SGM. Anak bisa
menghabiskan susu formula sebanyak 9 dus/bulan. Selain itu, anak juga
senang mengkonsumsi camilan berupa kue kue kering dan wafer. Ibu senang
karena berat badan anak naik secara signifikan. Ibu berpendapat bahwa berat
badan anaknya yang sudah berlebih tidak berpengaruh terhadap kesehatan
anak. Aktivitas anak diluar rumah kurang. Anak hanya diajak main keluar rumah
saat ibu sedang ada urusan keluar selebihna anak main di dalam rumah

d.

Masukan / materi konseling


Menjelaskan status gizi balita yang menurut indikator BB/TB adalah gemuk
yang akan berdampak terhadap status gizi dan kesehatan anak
Menjelaskan manifestasi klinis dari obesitas / kelebihan berat badan pada
anak anak dimasa mendatang
Menjelaskan bahwa konsumsi susu formula yang berlebih pada anak usia
balita berdampak pada kelebihan asupan energi serta lemak. Dan lebih
buruk kelebihan asupan gula, karena susu formula mengandung gula tinggi
Menyarankan cara pengolahan makanan, sayuran yang dapat diberikan
pada balita sebagaipengganti konsumsi susu
Menyarankan

untuk

menurunkan

konsentrasi

susu

pada

saat

pembuatannya. Dari awalnya 4 sdm susu untuk 240 ml menjadi 2 sdm susu
untuk 240 ml
Menyarankan aktivitas diluar rumah untuk membantu menyeimbangkan
asupan energi dengan energi yang dikeluarkan
e.

Monitoring dan evaluasi


Dari hasil food record yang ditulis responden, porsi konsumsi susu berkurang
dari 240 ml setiap kali minum menjadi 120 ml setiap kali minum. Yang diikuti
dengan konsumsi makanan lain seperi soto ayam dan bubur ayam.

94

Anda mungkin juga menyukai