Ekstraorbita
Sumber: Neurosurg Focus. 2001;10(5) 2001 American Association of Neurological
Surgeons
os
sphenoid
wing
untuk
memberikan
akses
pada
lesi
posterolateral
3. Orbitotomi medial untuk lesi kecil di medial atau lesi di bagian
anterior medial
4. Orbitotomi lateral-medial untuk lesi yang berukuran besar atau
lesi medial yang mengarah ke posterior
ORBITOTOMI ANTERIOR
Orbitotomi anterior sebenarnya merupakan penamaan yang keliru karena
pada orbitotomi anterior pengangkatan/pemindahan tulang seringkali tidak
diperlukan. Sampel biopsi lesi orbita infiltrasi anterior biasanya didapat
dengan mudah dengan FNA (fine needle aspiration). Jika teknik tersebut
gagal atau tidak dapat dilakukan, biopsy insisi dengan pendekatan melalui
anterior dapat dilakukan. Lokasi insisi ditentukan berdasarkan lokasi tumor
(gambar 1). Massa superior, contohnya, dapat dilakukan dengan
pendekatan insisi lipatan palpebral atau insisi dibawah alis atau
supraorbital.
Gambar 1. Diagram menunjukkan insisi orbita. Reprinted with permission from Kennerdell, et al.,
Practical Diagnosis and Management of Orbital Diseases. Boston: Butterworth-Heineman, 2001.
Gambar 3. Diagram menunjukkan orbitotomi anterior yang dilakukan dengan pendekatan dibawah
alis (subrow). Orbitotomi anterior pada massa subperiosteal (A) dengan pendekatan dibawah alis.
Insisi dibuat di bawah alis dan parallel terhadap folikel (B). Periosteum terlihat dan diinsisi,
memperlihatkan lesi (C). Tumor lalu dieksisi (D), dan insisi periorbita ditutup dengan jahitan
terputus dengan vikril 5-0 (E). Kulit lalu ditutup dengan jahitan tertutup (F). Reprinted with
permission from Kennerdell, et al., Practical Diagnosis and Management of Orbital Diseases.
Boston: Butterworth-Heineman, 2001.
ORBITOTOMI
ANTERIOR
DENGAN
OSTEOTOMI
SUPERIOR.
clamp lalu digunakan untuk mengangkat tumor, dan tulang diganti dan
diamankan dengan tititanium miniplate. Pada kasus lesi orbita posterior
superior, perlu dilakukan kraniotomi.
Gambar 4. Diagram menggambarkan orbitotomi anterior dengan osteotomy superior. Dibuat insisi
dibawah alis secukupnya (A). Retraksi membantu visualisasi tumor (B). Area tulang yang akan
diangkat ditandai (C). Tulang diangkat dengan menggunakan gergaji sagittal (D), melebarkan
lapangan pandang terhadap lesi. Pendekatan ini lebih cucuk untuk lesi ekstrakonal yang besar
dimana eksposur tambahan diperlukan. Reprinted with permission from Kennerdell, et al. Practical
Diagnosis and Management of Orbital Diseases. Boston: Butterworth-Heineman, 2001.
ORBITOTOMI LATERAL
Orbitotomi lateral berguna untuk lesi retrobulbar, dan dapatkan
diperluas untuk lesi posterior. Prosedur ini melibatkan pengangkatan
sementara dinding orbita lateral untuk meningkatkan akses ke seluruh
kelenjar lakrimal dan tumor lateral, superolateral dan inferolateral. Contoh
lesi yang sesuai digunakan dengan pendekatan ini yaitu adenoma
pleiomorfik dan beberapa hemangioma kavernosa.
diretraksi secara inferior dan superior, tergantung dari lokasi tumor. Alat
retraksi ukuran kecil digunakan untuk retraksi bulbus ke anterior dan untuk
retraksi jaringan lunak orbita.
Gambar 5. Menggambarkan orbitotomi lateral: A-F: Awal insisi. G dan H: Pembukaan periorbita dan
reseksi tumor. Hubungan anatomis temporalis, bulbus okuli, tulang sphenoid, glandula lakrimalis
sangat rinci (A). Insisi kulit diuraikan (B). Insisi diperdalam dan tampak periosteum dan diinsisi (C).
Otot temporalis didiseksi dan retraksi secara posterior (D). Rim orbita diangkat (E) dan dinding
orbita lateral dilakukan pengeboran (F). PEriorbita dibuka (G) dan tampak tumor (H). m = otot.
Reprinted with permission from Kennerdell, et al., Practical Diagnosis and Management of Orbital
Diseases. Boston: Butterworth-Heineman, 2001.
ujung orbita khusus diletakkan pada lesi untuk memberikan traksi. Ujung
kryoprobe dapat membekukan tumor, tetapi sisi lain probe tidak dapat
membekukan, sehingga memungkin probe diletakkan pada jaringan orbita
lain tanpa membekukan jaringan tersebut. Kryoprobe secara berturut
diletakkan pada tumor tersebut. Sangat disarankan untuk tidak menarik
tumor dengan tenaga terlalu besar karena hal tersebut dapat merusak
jaringan di sekitar tumor dan menyebabkan pendarahan. Proses
kryoprobe dilanjutkan hingga telah tumor bebas seluruhnya dan dapat
diangkat.
Setelah perdarahan selesai dirawat, penutupan dimulai dengan
mengembalikan periorbita ke posisi semula dan memastikan otot rektus
lateral intak. Periorbita perlu tidak ditutup dengan jahitan. Tulang
diletakkan kembali dan posisi tersebut dipertahankan dengan jahitan nilon
non-absorbable 4-0. Periorbita dan os temporalis dan periosteum
disambung di margin orbit lateral denga jahitan nondyed vicryl 5-0. Jahitan
matras vertical digunakan untuk menutup jaringan subkutan secara tepat
di tepi luka, dan kulit ditutup dengan jahitan jelujur. Bebat tekan dipasang
pada pasien sampai satu hari berikutnya.
ORBITOTOMI MEDIAL
Orbitotomi medial efektif untuk penatalaksanaan tumor orbita medial kecil
seperti hemangioma kavernosum, schwanoma, hemangioperiktoma dan
neurofibroma terisolasi. Prosedur ini dapat digunakan bersamaan dengan
Rektus
medial
dibebaskan
dari
septum
intramuskuler
dan
ligamentum check dan diimbrikasi dengan jahitan vikril 6-0, dikunci ganda
pada tiap batasnya. Rektus medial secara lembut diretraksi kea rah
medial. Retraktor orbita medial digunakan, dan retractor malleable atau
sendok enukleasi modifikasi digunakan untuk retraksi bulbus okuli kearah
lateral.
Diseksi dilakukan dengan menggunakan mikroskop. Instrumen
bedah mikro, dengan aplikator cotton- tipped panjang, digunakan untuk
diseksi lemak sedalam-dalamnya sampai tumor dapat diidentifikasi.
Kauter bipolar digunakan untuk mengkoagulasi sumber pendarahan di
kompartemen orbita media dan memindahkan jaringan lemak hingga
tumor dapat diidentifikasi. Saat permukaan dapat terlihat denngan cukup
baik, kryoprobe desain khusus digunakan pada tumor sebagai manipulasi.
Dengan menggunakan kryoprobe untuk menangkat tumor, bagian
posterior didiseksi progresif dan tumor akhirnya diangkat. Jika tumor
tersebut tidak dapat direseksi secara intak, tumor dapat diangkat dengan
potongan-potongan kecil menggunakan forsep pituitary cupped. Kadang
kauter bipolar atau laser CO2 diperlukan untuk mengurangi tumor. Karena
visualisasi tumor secara langsung sulit untuk dilakukan, palpasi langsung
sangat penting untuk memastikan tumor telah dieksisi secara lengkap.
Rektus medial lalu disambungkan kembali ke tempat insersinya, dan
konjungtiva ditutup. Bebat tekan dilakukan sampai keesokan harinya.
10
11
12