Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat di era modern seperti sekarang ini adalah masyarakat yang cerdas.
Mereka bisa mendapatkan informasi-informasi dengan mudah lewat berbagai media untuk
memperkaya pengetahuan mereka. Rasa ingin tahu mereka yang tinggi menbuat mereka giat
mencari informasi tertentu, baik itu informasi yang bersifat umum maupun informasi yang
bersifat khusus. Banyak dari mereka yang juga giat mencari informasi seputar masalahmasalah kesehatan.
Dengan kondisi masyarakat yang cerdas dan kritis terhadap informasi-informasi
seputar kesehatan, seorang tenaga kesehatan haruslah lebih memperhatikan cara kerja
mereka. Disinilah kaidah-kaidah dasar bioetik perlu diperhatikan dan diterapkan. Kaidah
bioetik adalah hal paling dasar yang harus dikuasai oleh seorang tenaga kesehatan karena
dari sanalah kita belajar bagaimana berperilaku sesuai dengan etika.
Dengan menerapkan kaidah bioetik secara benar, masyarakat akan lebih percaya
terhadap tenaga kesehatan dan terhadap segala kinerja medis yang dilakukan oleh seorang
tenaga kesehatan. Pada makalah akan dibahas mengenai aspek-aspek pada justice.
B. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mengetahui dan
memahami bioetika mengenai aspek-aspek justice.
C. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat membentuk
karakter yang berperilaku adil sesuai dengan kode etik kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Justice
1

Keadilan atau

justice adalah

suatu

prinsip

dimana

seorang

tenaga

kesehatan wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan
kenyamanan pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama,
kebangsaan,

perbedaan

kedudukan

sosial,

kebangsaan,

dan

kewarganegaraan

tidak boleh mengubah sikap dan pelayanan tenaga kesehatan terhadap pasiennya.
Diperlukan nilai moral keadilan untuk menyediakan perawatan medis dengan adil
agar ada kesamaan dalam perlakuan kepada pasien. Untuk menentukan keadilan dalam
memberikan pelayaan medis oleh tenaga kesehatan harus dinilai dari seberapa penting
masalah yang sedang dihadapi pasien dan kemampuan yang dimiliki oleh pasien. Dengan
mempertimbangkan berbagai aspek dari pasien, diharapkan seorang seorang tenaga
kesehatan dapat berlaku adil.
B. Ciri-Ciri Justice
Justice mempunyai ciri-ciri:
1.

Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama

2.

Menghargai hak sehat pasien

3.

Menghargai hak hukum pasien

4.

Menghargai hak orang lain

5.

Menjaga kelompok rentan

6.

Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar status social, dan
sebagainya

7.

Tidak melakukan penyalahgunaan

8.

Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

9.

Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

10.

Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan
kesehatan

C. Teori Keadilan
1. Teori egalitarianisme
Teori ini berpandangan bahwa kita baru membagi dengan adil, bila semua orang
mendapat bagian yang sama (equal). Membagi dengan adil berarti membagi secara sama.
2

Jika ada alasan apa saja tidak semua orang mendapat bagian yang sama, menurut
egalitarianisme pembagian itu tidak adil betul. Egalitarianisme mendapat banyak simpati
luas. Semua manusia memang sama. Pemikiran ini merupakan keyakinan umum sejak
zaman modern, artinya sejak Revolusi Perancis menumbangkan monarki absolut dan
feodalisme.
Dalam artikel pertama dari Deklarasi hak manusia dan warga negara (1789) yang
dikeluarkan waktu Revolusi Perancis dapat dibaca: manusia dilahirkan bebas serta sama
haknya dan mereka tetap tinggal begitu. Maksud bahwa semua manusia sama, yang
terutama dimaksudkan adalah martabatnya. Kenyataan ini mempunyai konsekuensi besar
di beberapa bidang misalnya hukum. Supaya adil di hadapan hukum semua anggota
masyarakat harus diperlakukan dengan cara yang sama: orang kaya atau miskin, pejabat
tinggi atau orang biasa, kaum ningrat atau rakyat jelata. Karena hukum hanya
memandang warga negara sebagai manusia dan martabat manusia selalu sama, terlepas
dari ciri-ciri yang tidak relevan, seperti kedudukan sosial, ras, jenis, kelamin, agama, dan
lain-lain.
Di sini pembagian egalitarian memang satu-satunya cara yang adil. contoh lain
adalah pemilihan umum. Di semua warga negara modern, pemilihan umum diatur dengan
cara yang sungguh egalitarian, atas dasar prinsip one person one vote. Dalam hal ini
profesor dalam ilmu politik dan warga negara yang buta huruf diperlakukan dengan cara
yang sama, sekalipun tahap pengertian tentang politik pada dua orang itu sangat berbeda.
Namun demikian, walaupun martabat manusia selalu sama, dalam banyak hal manusia
tidak

sama.

Intelegensi

dan

keterampilannya,

misalnya,

sering

tidak

sama.

Kemampuannya untuk menghasilkan nilai ekonomis acap kali berbeda.


Teori-teori keadilan sosial yang berkembang dewasa ini hampir sebagian besar
bertolak dan titik awalnya adalah egalitarianisme. Will Kymlicka dalam bukunya tentang
teori-teori keadilan bahwa nilai utama atau fundamental dari teori-teori keadilan yang
dikajianya adalah egalitarian. Dalam arti, teori-teori itu titik tolaknya adalah persamaan,
tapi masing-masing berbeda-beda dalam menafsirkan substansi persamaan.
Adapun contoh penerapannya dalam bidang kesehatan yaitu, di negara Denmark
menyelenggarakan sistem pelayanan kesehatan yang betul-betul egalitarian, sehingga
untuk semua warga negara tersedia pelayanan yang sama dan orang kaya tidak dapat
3

memperoleh pelayanan kesehatan apapun yang tidak tersedia juga untuk semua warga
negara.
2. Teori sosialisme
Menurut teori ini masyarakat diatur dengan adil, jika kebutuhan semua warganya
terpenuhi, seperti kebutuhan akan sandang, pangan, dan papan. Secara konkret,
sosialisme terutama memikirkan masalah-masalah pekerjaan bagi kaum buruh dalam
konteks industrialisasi. Dalam teori sosialisme tentang keadilan, yang terkenal adalah
prinsip oleh Karl Marx (1818-1883) diambil alih dari sosialis Prancis, Louis Blanc (18111882): from each according to his ability, to each according to his needs.
Bagian pertama dari prinsip ini berbicara tentang bagaimana hal-hal yang berat
harus dibagi sesuai dengan kemampuan. Tidak adil bila orang cacat, umpamanya
diharuskan bekerja sama berat seperti orang yang utuh anggota badannya. Kepada orang
yang menyandang cacat badan harus diberi pekerjaan yang cocok dengan
kemampuannya. Hal-hal yang enak untuk diperoleh harus diberikan sesuai dengan
kebutuhan. Misalnya pelayanan medis dikatakan adil bila diberikan sesuai dengan
kebutuhan orang sakit.
Adil tidaknya gaji atau upah juga harus diukur dengan kebutuhan. Perlu diakui,
kebutuhan dan kemampuan memang tidak boleh diabaikan dalam melaksanakan
keadilan. Tetapi timbul kesulitan juga, bila prinsip ini dipakai sebagai pegangan satusatunya untuk mewujudkan keadilan. Terutama dua macam kritik dapat dikemukakan.
Pertama, jika kebutuhan menjadi satu-satunya kriteria untuk melaksanakan keadilan di
bidang pendapatan, para pekerja tidak akan merasa termotivasi untuk bekerja keras. Gaji
atau upah yang diperoleh sudah dipastikan sebelum orang mulai bekerja, karena
kebutuhannya sudah jelas. Bekerja keras atau malas-malas tidak akan mengubah
pendapatannya. Sistem imbalan kerja yang berpedoman pada kebutuhan saja akan
mengakibatkan produktivitas kerja rendah dan ekonomi mandek. Seperti diketahui, di
negara-negara komunistis dulu memang demikian.
Kritik kedua, menyangkut kemampuan sebagai satu-satunya alasan untuk
membagi pekerjaan. Terutama dalam sosialisme komunistis yang totaliter, prinsip ini
mengakibatkan orang yang berkemampuan harus menerima saja, bila negara membagi
4

pekerjaan padanya. Jika orang mempunyai kemampuan untuk menjadi pilot dan negara
sedang membutuhkan profesional-profesional ini, ia harus menerima pekerjaan ini
sebagai profesinya. Tetapi belum tentu profesi pilot menjadi pilihannya juga. Cara
mempraktikkan keadilan ini mengabaikan hak seseorang untuk memilih pekerjaannya
sendiri.
3. Teori liberalisme
Liberalisme justru menolak pembagian atas dasar kebutuhan sebagai tidak adil.
Karena manusia adalah mahluk bebas, kita harus membagi menurut usaha-usaha bebas
dari individu-individu bersangkutan. Yang tidak berusaha tidak mempunyai hak pula
untuk memperoleh sesuatu. Liberalisme menolak sebagai sangat tidak etis sikap free
rider: benalu yang menumpang pada usaha orang lain tanpa mengeluarkan air keringat
sendiri. Orang seperti itu tidak mengakui hak sesamanya untuk menikmati hasil jerih
payahnya. Dalam teori liberalistis tentang keadilan sosial atau distributif digaris bawahi
pentingnya prinsip hak, usaha, tapi secara khusus prinsip jasa/prestasi. Terutama prestasi
mereka lihat sebagai perwujudan pilihan bebas seseorang.
Salah satu kesulitan pokok dengan teori keadilan distributif ini adalah bagaimana
orang yang tidak bisa berprestasi karena cacat mental atau fisik, orang yang menganggur
di luar kemauannya sendiri, dan sebagainya? Mereka sebenarnya ingin berprestasi juga,
tapi tidak bisa.

D. Aspek Justice
1. Aspek keadilan prosedural
Aspek keadilan prosedural adalah keterlibatan seluruh pihak (masyarakat) dalam
arti yang sebenarnya, artinya keadilan yang terjadi apabila seseorang melaksanakan
perbuatan sesuai dengan tata cara yang diharapkan.

Contoh keadilan prosedural seperti: seorang pasien yang dirujuk dari puskesmas
ke rumah sakit akan dipindahkan setelah pihak keluarga pasien menjalani prosedur
merujuk yaitu melengkapi berkas rujukan dan menyerahkannya ke rumah sakit.
2. Aspek keadilan komunikatif
Keadilan komutatif ialah keadilan yang berhubungan dengan persamaan yang
diterima oleh setiap orang tanpa melihat jasa seseorang. Keadilan ini boleh disebut
keadilan hak asasi, suatu keadilan yang secara alami dimiliki manusia. Misalnya: semua
orang berhak untuk hidup. Jikalau seseorang dengan atau tanpa sengaja merampas hak
hidup seseorang atau membatasi hak hidup seseorang, ia telah melanggar hak orang lain
dan bersalah menurut keadilan komutatif.
Contoh lain dari keadilan komunikatif yaitu: setiap orang berhak untuk memeluk
agama yang diyakininya. Jika seseorang memperlakukan orang yang tidak seagama
dengan dia secara semena-mena, atau (bahkan) secara paksa dan kekerasan meniadakan
hak tersebut, ia telah bersalah dan bertindak tidak adil. Perusakan, penutupan, dan
pembakaran gedung ibadah merupakan bentuk kasar dari citra diri seseorang yang tidak
memiliki keadilan, apalagi kalau semua agama dalam negara itu mendapat hak yang
sama. Keadilan ini sangat penting untuk dihormati dan dijalankan.
Namun kenyataannya, keadilan ini semakin lama semakin tidak dihormati. Hakhak asasi manusia umumnya menyangkut hak untuk hidup, hak untuk berkeluarga, hak
untuk beragama, hak untuk memperoleh pendidikan, hak untuk menyatakan pendapat,
dan hak untuk tidak boleh dihukum sebelum ada petunjuk atau bukti yang sah. Dari
keterangan ini dapat ditarik banyak sekali contoh yang lain yang dapat dijumpai dalam
kehidupan bermasyarakat sehari-hari.
3. Aspek keadilan distributif
Aspek keadilan distributif adalah keadilan yang memberikan kepada masingmasing terhadap apa yang menjadi hak pada suatu subjek hak yaitu individu. Keadilan
distributif adalah keadilan yang menilai dari proporsionalitas atau kesebandingan
berdasarkan jasa, kebutuhan, dan kecakapan.

Contoh keadilan distributif seperti: Rajul bekerja selama 1 bulan sedangkan Ijlal
bekerja selama 2 bulan. Pada waktu diberikan gaji harus dibedakan antara Rajul dan
Ijlal, yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Jika Rajul menerima
Rp.2.000.000,- maka Ijlal harus menerima. Rp 4.000.000. Akan tetapi bila besar gaji
Rajul daripada Ijlal, justru hal tersebut tidak adil dan melenceng dari asas keadilan.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Justice

adalah

suatu

prinsip

dimana

seorang

seorang

tenaga

kesehatan wajib memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan
7

kenyamanan pasien tersebut. Justice memiliki ciri-ciri yaitu menghargai hak sehat pasien,
menghargai hak hukum pasien dan menghargai hak orang lain. Teori egalitarianisme,
sosialisme dan liberalisme adalah teori yang menjelaskan tentang keadilan. Aspek-aspek
justice meliputi aspek keadilan prosedural, aspek keadilan komunikatif dan aspek keadilan
distributif.
B. Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan khususnya dibidang gizi, mereka dapat
berprilaku sesuai dengan kode etik dan menanamkan aspek justice dalam memberikan
pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA
Sony, K, 2002. Etika Lingkungan. Penerbit Buku Kompas. Jakarta.
Hanafiah, J., dan Amri, A. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan. EGC. Jakarta.
Hartono, B., Salim, D. 2011. Modul Blok 1 Bioetika. UKRIDA. Jakarta.
Humaiora, 2011. Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. UKRIDA. Jakarta.
8

Anda mungkin juga menyukai