Oleh
Ari P.
Seorang anak kecil menggambar. ia
membayangkan seeokor ular Sanca
menelan utuh seekor gajah jantan dewasa.
Dalam gambarnya : sosok gajah jantan itu
sudah tak tampak lagi. Yang nampak ialah
perut si ular yang menggelembung.
Kemudian,
anak
kecil
tersebut
menunjukkan gambarnya kepada orang
dewasa. Apakah kau takut melihat ini?
Tanya si anak kecil. Kenapa harus takut
melihat gambar sebuah topi, jawab si
orang dewasa.
Disitulah, kegagalan orang dewasa,
sebagaimana kisah Pangeran kecil
Antonie de Saint yang diceritakan ulang
oleh
Goenawan
dalam
Catatan
Pinggirnya. Orang dewasa tak gentar
bukan karna takut melihat ular menelan
seekor gajah, melainkan mereka tak bisa
membayangkan sesuatu yang lain dari
apa yang kasatmata, praktis dan lazim.
Sebagaimana cerita itu, tulisan ini akan
menyoal kegagalan guru sebagai orang
dewasa
dalam
memahami
proses
pembelajaran anak didiknya di sekolah.
Kita tahu bahwa saat ini dunia
pendidikan
kita
sedang
mencoba
menyisipkan harapan lain selain sisi
pengetahuan . harapan lain itu adalah
terbentuknya sikap dan keterampilan.
Sederhananya seorang siswa ketika selesai
pada bangku sekolah ia diharapkan
memiliki
sikap,
pengetahuan
dan
keterampilan yang baik. Agar ia lulus dari
satuan pendidikan, ia mesti memiliki 3
kompetensi yang kelak akan dilaporkan
pada akhir pendidikan. Untuk itu
diterapkanlah aturan. Bersamaan dengan