PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam
terutama yang berasal dari perairan. Salah satu sumber daya alam dari perairan laut
di Indonesia adalah udang. Udang mengandung nutrisi yang lengkap terutama
kandungan proteinnya yang dominan. Hal ini yang menyebabkan udang bersifat
mudah rusak (perishable) oleh mikroba kontaminan jika penanganan pasca panen
yang dilakukan minimal dan kurang baik. Oleh karena itu, penanganan pasca panen
udang harus dilakukan dengan baik dan cepat untuk meminimalkan kerusakan fisik,
kimia maupun mikrobiologi.(Purwaningsih,2000)
Udang yang banyak terdapat di Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi
antara lain udang windu (Penaeus monodon), udang putih (Penaeus marguiensis)
dan udang dogol (Metapenaeus monoceros). Sedangkan udang air tawar yang
memiliki nilai ekonomis tinggi antara lain udang galah (Macrobranchium rosenbergii),
udang kipas (Panulirus sp) dan udang karang (Lobster) (Permana, 2007).
Pembekuan udang adalah salah satu pengolahan hasil perikanan yang
bertujuan
untuk
mengawetkan
makanan
berdasarkan
atas
penghambatan
pertumbuhan mikroorganisme, menahan reaksi-reaksi kimia dan aktivitas enzimenzim. Produk udang beku merupakan komoditas ekspor, dalam penambahan
devisa negara di Indonesia dari hasil perikanan,oleh karena itu untuk menjamin
terhadap jaminan mutu dan keamanan produk udang beku bagi konsumen mutlak
diperlukan suatu cara pengendalian mutu untuk mengkompromi problema food
hygiene dan safety yang terjadi dengan pendekatan HACCP.( Badan Standarisasi
Nasional,1991)
Untuk mengantisipasi
masalah tersebut
point
bahan
produksi serta menentukan titik kritis yang harus dilaksanakan pengawasan secara
ketat.Tujuan utama menerapkan HACCP adalah memberikan jaminan mutu
meningkakan mutu produk, meminimalkan kecacatan produk dan keluhan konsumen
serta
memberikan efisiensi
jaminan
secara
lebih
baik
dari penerapan
dan pemecahan
produk pembekuan
produk pembekuan
Untuk
mengidentifikasi
pembuatan
prosedur
evaluasi
HACCP
pada
produk
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pembuatan Prosedur Evaluasi HACCP pada Proses Pembekuan Udang
Vannamei Headless
2.1.1 Product Description
Product Quality Assurance
No.001
Rev.1
Page 01
Quality Control :
Quality Assurance :
Bagian Quality Control bertugas dari Quality assurance memiliki tugas yang
bahan
baku
datang
untuk
menguji terencana
dan
sistematis
yang
membantu
perbaikan
dan
terfokus
pada
pemberian
juga
bertanggung
mengendalikan,
jawab
mengawasi
produk
itu
layak
atau
tidak
untuk
proses
,inventory,
lain
seperti
maintenance.
corporate
berlangsung.
QA
image
produksi
lebih
dengan
Pencucian 1
Penimbangan 4
Penimbangan 1
Penyusunan
2
Pencucian 2
Pembekuan
Penimbangan 2
Glazing
Potong kepala
Pengemasan
2
Penimbangan 3
penyimpanan
Pencucian 3
Pengiriman
Grading
Note :
1. Persiapan
2. Proses
3, Pengepakan
maksimal 5C.
Proses pembongkaran udang dilakukan di dalam ruang pembongkaran
yang tertutup agar tidak terkena sinar matahari sehingga suhunya tetap
terjaga dingin.
Ruang
pembongkaran
berada
di
sebelah
ruang
tirai
plastik
untuk
menjaga
tinggi,
dimana
udang
tersebut
harus
memenuhi
kriteria
udang segar, berwarna putih cerah corak kebiruan, kulitnya melekat erat
Pencucian 1
kotoran-kotoran yang terbawa dari tambak maupun air laut akan larut
menjaga
kesegaran udang
Penimbangan 1
Penimbangan
mengetahui total berat awal udang vannamei sebelum diproses lebih lanjut.
Pada tahap ini ada dua aktivitas utama yaitu perhitungan jumlah dilakukan
dilakukan
setelah
pencucian
yang
bertujuan
untuk
Pencucian 2
Pencucian
dilakukan
bertujuan
untuk
menghilangkan
sisa-sisa
udara)
yang
berfungsi
mendorong
kotoran
yang masih
Penimbangan 2
Pemotongan kepala
pemotongan antena,
rostrum,
dan
membelah
bagian
perut
untuk
dengan hati-hati .
Dalam pemotongan,organ-organ masih melekat di kepala harus dibersihkan.
Adapun sketsa gambar pemotongan kepala, seperti pada gambar 6
Udang
yang telah
melewati
serangkaian
proses
sortasi
kemudian
10
dengan suhu tidak lebih dari 5oC dengan penambahan klorin sebesar 5
Grading
grading
dilengkapi
dengan
81
piringan
tempat meletakkan
dengan
sendirinya
melewati timbangan
maka
secara
piring
otomatis
tersebut
bila
piring
akan menjatuhkan
tersebut
udang
sesuai dengan ukuran atau berat yang telah diatur pada mesin tersebut.
Udang yang dijatuhkan akan terkumpul pada basket yang berada didalam
kapal mesin yang telah direndam air dingin dengan suhu 5C. Setelah
proses ini udang kemudian diangkut menuju ruang TSK untuk dilakukan
proses sortasi.
ukuran besar, kecil, udang mutu 2, udang kulit muda, dan udang broken.
Sortasi dilakukan dengan cepat dan pada suhu ruangan tidak lebih dari 20C
11
jika disusun dalam bentuk beku nantinya. Meskipun kualitas udang lebih
penting, akan tetapi segi keindahan susunan dan kesegaran warna juga
(putih).
Sortasi ukuran adalah suatu cara penyortiran udang berdasarkan ukuran.
Dalam sortasi ini dilakukan sesuai dengan jumlah tertentu untuk setiap
pound. Pada tahap ini udang selalu dipertahankan pada kondisi dingin yaitu
dengan cara memberi es curai pada udang yang sedang disortir. Jumlah
standar ukuran udang
Pencucian 4
Udang yang telah melewati serangkaian proses sortasi warna dan kualitas
kemudiandilakukan tahap pencucian yang ke-4 dengan menggunakan air
dingin dengan suhu tidak lebih dari 5C dengan penambahan klorin sebesar
5 ppm dengan diaduk-aduk selama 30 detik. Untuk memastikan pencucian
Penimbangan 4
Penimbangan ke 4 dilakukan setelah proses pencucian ke 4. Udang masuk
dalam standar size kemudian udang di masukkan dalam inner pan.
Hasil dari timbangan tersebut di dalamnya diberi label sesuai dengan
mutu, size, dan jumlah ekor udang. Dalam menunggu proses penyusunan
udang dibagian atasnya diberi es curah untuk mempertahankan suhu rendah
udang tersebut.
Penyusunan
12
pencatatan.
Menurut Purwaningsih (2000) yaitu posisi ekor bertemu ekor dan potongan
kepala menghadap ke samping. Jumlah udang pada setiap lapis tergantung
pada pada ukuran yang disusun.
Pembekuan
Produk yang telah disusun dalam inner pan kemudian disusun ke dalam
long pan, Setelah itu produk sebelum masuk ke Contact Plat Freezer (CPF)
pan
sudah
berwarna
putih
susu,
tidak
basah
dan
Pengemasan
logam.
Apabila terdapat logam maka ban konveyor berhenti dan mesin akan
pertama
dimasukkan
dalam
inner
karton
berukuran
master
karton
karton kemudian
dibungkus
dengan
plastik tebal dan diikat dengan strapping band. Packing dilakukan dengan
cepat dan hati-hati untuk menjaga kemungkinan kerusakan pada produk.
Adapun isi label yang terdapat pada pengemas master karton adalah
sebagai berikut :
1. Label size
2. Mutu udang
3. Berat
4. Tanggal produksi dan tanggal kadaluarsa
5. Nama produk
6. Jenis produk
7. Kode Pabrik
Penyimpanan
Produk
akhir
yang
sudah
dikemas
langsung
pemberian
disimpan
jarak
dalam cold
yang bertujuan
untuk sirkulasi udara. Suhu cold storage di cek oleh bagian mekanik
14
secara berkala untuk menjaga suhu ruang cold storage. Hal ini didukung
oleh pendapat Purwaningsih (2000), bahwa penyimpanan udang beku yang
telah dikemas dengan master karton selanjutnya disimpan dalam cold
storage dengan suhu antara -18C sampai 20C.
Pengiriman
Produk yang pertama masuk harus keluar terlebih dahulu atau dengan
dengan
hati-hati
dan
cepat
untuk
menghindari
Pada udang vannamei perlakuan sanitasi dan hygiene dimulai pada saat
tersebut.
Tujuannya adalah untuk meminimalisir sentuhan dengan tangan yang
nantinya bisa menyebabkan sebagai sumber kontaminasi, selain itu juga
mempercepat proses pengerjaannya atau efisiensi waktu.
15
dosis
pemakaian
yang
telah
disesuaikan
dengan
disinfektan
yang
mempunyai
kemampuan
membunuh
bakteri dan
virus
pencemaran pada air sendiri dibagi menjadi dua, yaitu pencemaran secara
langsung dan pencemaran secara tidak langsung (Ehsa, 2011).
16
Es
Sanitasi es sangat diperhatikan karena es tersebut akan kontak langsung
dengan produk, sehingga apabila es tersebut tidak bersih maka dapat
machine).
Sanitasi yang diterapkan terhadap es curah ini adalah dengan menyimpan es
curah dalam ruangan tersendiri yang tertutup sehingga tidak ada kontaminasi
dari luar dan dipertahankan suhu ruanganya agar tetap rendah sehingga es
tidak mencair, sedangkan untuk es balok di gunakan pada saat kebutuhan es
curah tidak mencukupi.
C. Sanitasi Peralatan
Sarana
dan
keamanan,
prasarana
kenyamanan,
tahan
dan
mempertimbangkan
kemudahan dalam
membersihkannya.
Meja produksi, alat pengaduk, inner-pansemua terbuat dari logam stainless
17
Bak pencucian ada yang terbuat dari logam stainless steel ada juga
D. Sanitasi Lingkungan
Sanitasi dlingkungan produksi meliputi keseluruhan bagian dari pabrik.
Sanitasi lingkungan produksi meliputi :
Lantai
Lantai ruang pengolahan merupakan ubin, alasan menggunakan lantai ubin
ini karena termasuk bahan kedap air, tahan lama, dan mudah dibersihkan.
Lantai dibuat dengan kemiringan 5, lantai ruang proses slalu dibersihkan
setelah proses produksi, lantai ruang proses dibersihkan dengan cara disikat
menggunakan larutan clorin 200 ppm kemudian dibilas menggunakan air
bersih.
Dinding
Dinding ruang proses dilapisi dengan keramik agar memudahkan dalam
pembersihanya. Langit-langit ruang proses tersebut terbuat dari bahan yang
18
bermutu
dan
aman
adalah
kesehatan karyawan.Kesehatan
tingkat
karyawan
produktivitas
yang
sakit
perusahaan
secara
tidak
dan
langsung
penting
adalah
19
dengan
produk,
yang
mengalami
kontak
dengan
limbah,
lantai, dan objek lain yang tidak saniter, tidak boleh kontak dengan
produk sebelum dibersihkan dan disanitasi.:
Menggunakan pakaian pekerja yang telah disiapkan perusahaan yang dicuci
2 hari sekali dilengkapi dengan kerudung atau penutup kepala sebanyak 3
lapis, serta dilengkapi sepatu karet dan apron.
Melewati pembersih yang dikenal dengan koro-koro apabila dimungkinkan
ada kotoran
yang
menempel pada
yang
Limbah padat berasal dari hasil proses pemotongan kepala, dan pengupasan
kulit yang ditangani dengan cara masing-masing ditampung dalam keranjang
dan dimasukkan kedalam ruang khusus melalui dinding berlubang (ukuran
50 cm x 50 cm) yang diberi tabir plastik curtain. Limbah padat yang dijual tiap
harinya rata-rata antara 1-5 ton, tergantung dari bahan baku yang diterima.
Limbah padat hasil produksi biasanya diambil oleh pihak luar untuk pakan
ternak. Setiap sebelum dan setelah selesai kegiatan proses ruang
penampungan limbah dibersihkan dengan larutan klorin 5 ppm agar tidak
bau.
Limbah cair yang berasal dari limbah cair berklorin hasil proses pencucian
udang diolah secara biologis, yaitu pengolahan dengan menggunakan media
mikroorganisme terutama bakteri untuk merubah baha organik didalam
limbah cair menjadi lumpur aktif berbentuk padatan. Pertumbuhan bakteri
20
Menurut Erliza dan Sutedja (1987) dalam Nurminah (2002) bahan kemasan
harus mempunyai syaratsyarat yaitu tidak toksik, harus cocok dengan
bahan yang dikemas, harus menjamin sanitasi dan syarat-syarat kesehatan,
dapat
mencegah
kepalsuan,
kemudahan
membuka
dan
menutup,
bahaya
dilakukan
dengan
tahapan proses pembuatan produk udang kupas beku, sejak udang dipanen,
diterima, diolah hingga menjadi produk yang siap dipasarkan dan membuat dugaan
kemungkinan/resiko bahaya yang akan timbul dari tiap tahapan. Menurut Permana
(2007) Ruang lingkup dalam penyusunan HACCP ini meliputi seluruh bahaya
yang terkait yaitu bahaya fisik, kimia dan biologi.
21
a. Bahaya biologis
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan bahaya biologis
pada HACCP, yaitu pertama faktor intristik seperti pH, kadar air, struktur biologis dan
lain-lain.
faktor
ekstrinsik
seperti
suhu,
kelembaban dan lain-lain. Bahaya potensial biologis dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
b. Bahaya kimia
Kontaminasi bahan kimia dapat terjadi pada bahan baku dan pada
tahap produksi. Bahaya potensial kimia dapat dilihat pada tabel dibawah ini
c. Bahaya fisik
22
Sumber
Logam
Serangga
Penanganan Kasar
bahan baku
Pekerja
Hazard Analysis
Steps
1. Penerimaan
Hazards
F : Lalat, rambut,
Cause
kontaminasi
Bahan Baku
kotoran
bakteri
K : klorin, senyawa
patogen akibat
antibiotik:
suhu
chloramphenicol,
penyimpanan
nitrofurant (AOZ),
udang tidak
OTC/CTC
sesuai
B : S.aureus,
standar
E.coli, V.cholera,
(>5oC)
Risk
Medium
Severity
High
Significance
Signifikan
Medium
Medium
Tidak
V.parahaemolyticu
s,
Pekerja tidak
Salmonella spp.
menggunakan
sarung tangan
Pencemaran
2. Pencucian
F : Lalat, rambut,
air
kontaminasi
23
kotoran
air,
K : klorin, senyawa
dekomposisi
antibiotik:
apabila air
chloramphenicol,
pencucinya
nitrofurant (AOZ),
suhunya >50C
OTC/CTC
serta adanya
B : S.aureus,
residu klorin
E.coli, V.cholera,
akibat dari
V.parahaemolyticu
kelebihan
s,
penggunaan
Salmonella spp.
klorin dalam
3.
F : Lalat, rambut,
pengolahan
kurangnya
Penimbangan
kotoran
berat produk
K : klorin, senyawa
akibat
antibiotik:
kesalahan
chloramphenicol,
karyawan yang
nitrofurant (AOZ),
menimbang
OTC/CTC
dan timbangan
B : S.aureus,
yang
E.coli, V.cholera,
digunakan
signifikan
Medium
Medium
Tidak
Signifikan
V.parahaemolyticu
4.
2
s,
Pekerja tidak
Salmonella spp.
menggunakan
sarung tangan
kontaminasi
kotoran
air,
K : klorin, senyawa
dekomposisi
antibiotik:
apabila air
chloramphenicol,
pencucinya
nitrofurant (AOZ),
suhunya >50C
OTC/CTC
serta adanya
B : S.aureus,
residu klorin
24
medium
medium
Tidak
Signifikan
E.coli, V.cholera,
akibat dari
V.parahaemolyticu
kelebihan
s,
penggunaan
Salmonella spp
klorin dalam
5.
F : Lalat, rambut,
pengolahan
Didalam
Penimbangan
kotoran
keranjang
K : klorin, senyawa
penimbangan
antibiotik:
tidak diberi
chloramphenicol,
nitrofurant (AOZ),
ditambahkan
OTC/CTC
es
Medium
medium
Tidak
Signifikan
B : S.aureus,
E.coli, V.cholera,
V.parahaemolyticu
s,
Salmonella spp.
6.
F : Lalat, rambut,
Pekerja tidak
Pemotongan
kotoran
memperhatika
kepala
K : klorin, senyawa
n prosedur
antibiotik:
pemotongan
Medium
High
Signifikan
chloramphenicol,
nitrofurant (AOZ),
Pekerja
OTC/CTC
berbicara saat
B : S.aureus,
melakukan
E.coli, V.cholera,
pemotongan
V.parahaemolyticu
s,
Salmonella spp.
7
F : Lalat, rambut,
kurangnya
Penimbangan
kotoran
berat produk
K : klorin, senyawa
akibat
25
Medium
High
Signifikan
antibiotik:
kesalahan
chloramphenicol,
karyawan yang
nitrofurant (AOZ),
menimbang
OTC/CTC
dan timbangan
B : S.aureus,
yang
E.coli, V.cholera,
digunakan
V.parahaemolyticu
s,
Pekerja tidak
Salmonella spp
menggunakan
sarung tangan
Tidak diberi
label sesuai
dengan mutu,
size, dan
8 Pencucian 3
9. Grading
F : Lalat, rambut,
jumlah ekor
kontaminasi
kotoran
air,
K : klorin, senyawa
dekomposisi
antibiotik:
apabila air
chloramphenicol,
pencucinya
nitrofurant (AOZ),
suhunya >50C
OTC/CTC
serta adanya
B : S.aureus,
residu klorin
E.coli, V.cholera,
akibat dari
V.parahaemolyticu
kelebihan
s,
penggunaan
Salmonella spp.
klorin dalam
F : Lalat, rambut,
pengolahan
Terjadi
kotoran
kontaminasi
K : klorin, senyawa
pada peralatan
antibiotik:
26
Medium
Medium
medium
High
Tidak
Signifikan
Signifikan
chloramphenicol,
Waktu yang
nitrofurant (AOZ),
tidak akurat
OTC/CTC
B : S.aureus,
E.coli, V.cholera,
V.parahaemolyticu
s,
Salmonella spp.
10. Sortasi
F : Lalat, rambut,
Napas dan
Warna dan
kotoran
berbicara saat
Kualitas
K : klorin, senyawa
bekerja
Medium
Medium
Signifikan
Medium
Medium
Tidak
antibiotik:
chloramphenicol,
Pekerja tidak
nitrofurant (AOZ),
menggunakan
OTC/CTC
sarung tangan
B : S.aureus,
E.coli, V.cholera,
V.parahaemolyticu
s,
Salmonella spp.
11. Pencucian
F : Lalat, rambut,
kontaminasi
kotoran
air,
K : klorin, senyawa
dekomposisi
antibiotik:
apabila air
chloramphenicol,
pencucinya
nitrofurant (AOZ),
suhunya >50C
OTC/CTC
serta adanya
B : S.aureus,
residu klorin
E.coli, V.cholera,
akibat dari
V.parahaemolyticu
kelebihan
s,
penggunaan
27
Signifikan
Salmonella spp
klorin dalam
11.
F : Lalat, rambut,
pengolahan
kurangnya
Penimbangan
kotoran
berat produk
K : klorin, senyawa
akibat
antibiotik:
kesalahan
chloramphenicol,
karyawan yang
nitrofurant (AOZ),
menimbang
OTC/CTC
dan timbangan
B : S.aureus,
yang
E.coli, V.cholera,
digunakan
Medium
High
Signifikan
Medium
High
Signifikan
V.parahaemolyticu
s,
Pekerja tidak
Salmonella spp
menggunakan
sarung tangan
Tidak diberi
label sesuai
dengan mutu,
size, dan
12.
F : Lalat, rambut,
jumlah ekor
penggunaan
Penyusunan
kotoran
temperature
K : klorin, senyawa
yang tidak
antibiotik:
standar
chloramphenicol,
nitrofurant (AOZ),
OTC/CTC
B : S.aureus,
E.coli, V.cholera,
V.parahaemolyticu
s,
Salmonella spp.
28
13.
F : Lalat, rambut,
terjadinya
Pembekuan
kotoran
kekurangan
K : klorin, senyawa
berat yang
antibiotik:
diakibatkan
chloramphenicol,
oleh
nitrofurant (AOZ),
pembekuan
OTC/CTC
yang lambat.
High
High
Signifikan
Medium
High
Signifikan
High
High
Signifikan
B : S.aureus,
14. Glazing
E.coli, V.cholera,
Suhu dan
V.parahaemolyticu
waktu tidak
s,
akurat
Salmonella spp.
F : Lalat, rambut,
suhu yang
kotoran
tidak standard
K : klorin, senyawa
dan
antibiotik:
kontaminasi
chloramphenicol,
nitrofurant (AOZ),
digunakan
OTC/CTC
B : S.aureus,
E.coli, V.cholera,
V.parahaemolyticu
s,
Salmonella spp.
15.
F : Lalat, rambut,
kesalahan
Pengemasan
kotoran
dalam
K : klorin, senyawa
melakukan
antibiotik:
pelabelan, hal
chloramphenicol,
ini terjadi
nitrofurant (AOZ),
dikarenakan
OTC/CTC
kesalahan
B : S.aureus,
manusia
29
E.coli, V.cholera,
V.parahaemolyticu
Pekerja tidak
s,
menggunakan
Salmonella spp.
sarung tangan
16.
F : Lalat, rambut,
dehidrasi
Penyimpanan
kotoran
penurunan
K : klorin, senyawa
antibiotik:
bisa
chloramphenicol,
disebabkan
nitrofurant (AOZ),
karena
OTC/CTC
fluktuasi naik
B : S.aureus,
turunnya
E.coli, V.cholera,
suhu gudang
V.parahaemolyticu
penyimpanan
Medium
Medium
Signifikan
Medium
Medium
Signifikan
s,
Salmonella spp.
Pencemaran
17.
F : Lalat, rambut,
air
kerusakan
Pengiriman
kotoran
pada produk,
K : klorin, senyawa
antibiotik:
dikarenakan
chloramphenicol,
pada proses
nitrofurant (AOZ),
penanganan
OTC/CTC
yang kasar
B : S.aureus,
E.coli, V.cholera,
Suhu dan
V.parahaemolyticu
waktu tidak
s,
akurat
Salmonella spp.
30
STEP
1. Penerimaan
Q1
Q2
Q3
Q4
CCP
Ya
Ya
Tidak
Tidak
CCP
Ya
Tidak
Ya
Tidak
CCP
Tidak
Tidak
Tidak
Tidak
Bukan
bahan baku
2. Pencucian 1
3. Penimbangan
1
4. Pencucian 2
Ya
Ya
Ya
5. Penimbangan
Ya
Ya
Ya
Ya
CCP
6. Pemotongan
Ya
Ya
Ya
Ya
CCP
kepala
7. Penimbangan
Ya
Ya
Ya
Ya
CCP
8. Pencucian 3
Ya
Ya
CCP
9. Grading
Ya
Tidak
Tidak
Bukan
Ya
CCP
CCP
CCP
10. Sortasi warna
Ya
Ya
Ya
Ya
CCP
11.Pencucian 4
Ya
Ya
CCP
12.Penimbangan
Ya
Ya
Ya
Ya
CCP
4
13. Penyusunan
14. Pembekuan
15. Glazing
Ya
Ya
Ya
Ya
-
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
CCP
CCP
Bukan
16. Pengemasan
17. Penyimpanan
18. Pengiriman
Ya
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Ya
Tidak
Ya
Ya
Tidak
CCP
CCP
CCP
Bukan
dan kualitas
CCP
Titik
31
direduksi hingga batas yang dapat diterima. Setiap tahapan yang menyebabkan
adanya bahaya yang nyata harus diidentifikasi lebih lanjut untuk meyakinkan
apakah tahapan tersebut termasuk dalam CCP atau tidak. Melalui keputusan
yang telah ditabulasikan, diperoleh 2 bahaya signifikan yang termasuk dalam
titik kendali kritis. Bahaya signifikan yang termasuk ke dalam CCP adalah
adanya residu antibiotik pada bahan baku udang. Antibiotik
petambak
udang
mengkontaminasi
untuk
udang,
mengeliminasi
digunakan
bakteri pathogen,
yang
para
sering
Vibrio parahaemoliticus,
Hazard
F : Lalat, rambut,
Cause
kontaminasi bakteri
Control Limit
suhu udang dan
Bahan Baku
kotoran
patogen akibat
K : klorin, senyawa
suhu
antibiotik:
penyimpanan
, E.coli (Maks<2),
chloramphenicol,
udang tidak
vibrio cholera
nitrofurant (AOZ),
sesuai standar
(negatif),
OTC/CTC
(>5 C)
B : S.aureus, E.coli,
salmonella
(negatif)
V.cholera,
Pekerja tidak
V.parahaemolyticus
menggunakan
sarung tangan
Salmonella spp.
2. Pencucian 1
F : Lalat, rambut,
Pencemaran air
kontaminasi air,
kotoran
dekomposisi
biasadengan
K : klorin, senyawa
apabila air
antibiotik:
pencucinya
5C
chloramphenicol,
suhunya >50C
nitrofurant (AOZ),
serta adanya
OTC/CTC
B : S.aureus, E.coli,
dari kelebihan
32
V.cholera,
penggunaan klorin
V.parahaemolyticus
dalam pengolahan
,
3. Penimbangan I
Salmonella spp
F : Lalat, rambut,
kurangnya berat
standar udang
kotoran
produk akibat
untuk tiap
K : klorin, senyawa
kesalahan
blocknya adalah
antibiotik:
karyawan yang
chloramphenicol,
menimbang dan
gr
nitrofurant (AOZ),
timbangan yang
OTC/CTC
digunakan
B : S.aureus, E.coli,
, E.coli (Maks<2),
vibrio cholera
V.cholera,
Pekerja tidak
(negatif),
V.parahaemolyticus
menggunakan
salmonella
sarung tangan
(negatif)
F : Lalat, rambut,
kontaminasi air,
kotoran
dekomposisi
biasadengan
K : klorin, senyawa
apabila air
antibiotik:
pencucinya
5C
chloramphenicol,
suhunya >50C
nitrofurant (AOZ),
serta adanya
OTC/CTC
B : S.aureus, E.coli,
dari kelebihan
V.cholera,
penggunaan klorin
V.parahaemolyticus
dalam pengolahan
Salmonella spp.
4. Pencucian 2
,
Salmonella spp.
5. Penimbangan 2
F : Lalat, rambut,
Didalam keranjang
Setelah
kotoran
penimbangan tidak
penimbangan
K : klorin, senyawa
dilakukan
33
antibiotik:
tidak ditambahkan
pencatatan udang
chloramphenicol,
es
berdasarkan
nitrofurant (AOZ),
jumlah bobotnya.
OTC/CTC
Kemudian setiap
B : S.aureus, E.coli,
udang dalam
V.cholera,
keranjang
V.parahaemolyticus
penimbangan
Salmonella spp.
ditambahkan es
agar tetap dalam
keadaan dingin
6. Pemotongan
F : Lalat, rambut,
Pekerja tidak
dan segar.
mematahkan
kepala
kotoran
memperhatikan
K : klorin, senyawa
prosedur
ke atas dan
antibiotik:
pemotongan
bagian yang
chloramphenicol,
dipotong mulai
nitrofurant (AOZ),
Pekerja berbicara
OTC/CTC
saat melakukan
penutup kepala
B : S.aureus, E.coli,
pemotongan
V.cholera,
V.parahaemolyticus
, E.coli (Maks<2),
vibrio cholera
Salmonella spp.
(negatif),
salmonella
(negatif)
6. Penimbangan 3
F : Lalat, rambut,
kurangnya berat
standar udang
kotoran
produk akibat
untuk tiap
K : klorin, senyawa
kesalahan
blocknya adalah
antibiotik:
karyawan yang
chloramphenicol,
menimbang dan
gr, E.coli
nitrofurant (AOZ),
timbangan yang
(Maks<2), vibrio
34
OTC/CTC
digunakan
cholera (negatif),
B : S.aureus, E.coli,
salmonella
V.cholera,
Pekerja tidak
V.parahaemolyticus
menggunakan
sarung tangan
(negatif)
Salmonella spp.
Tidak diberi label
sesuai dengan
mutu, size, dan
7. Pencucian 3
F : Lalat, rambut,
jumlah ekor
kontaminasi air,
kotoran
dekomposisi
biasadengan
K : klorin, senyawa
apabila air
antibiotik:
pencucinya
5C
0
chloramphenicol,
suhunya >5 C
nitrofurant (AOZ),
serta adanya
OTC/CTC
B : S.aureus, E.coli,
dari kelebihan
V.cholera,
penggunaan klorin
V.parahaemolyticus
dalam pengolahan
,
Salmonella spp.
8. Grading
F : Lalat, rambut,
Terjadi kontaminasi
mesin grading
kotoran
pada peralatan
dilengkapi
K : klorin, senyawa
dengan 81
antibiotik:
piringan tempat
chloramphenicol,
akurat
meletakkan
nitrofurant (AOZ),
udang dan
OTC/CTC
berkapasitas 272
B : S.aureus, E.coli,
kg/jam
V.cholera,
V.parahaemolyticus
35
,
Salmonella spp.
9. Sortasi Warna
F : Lalat, rambut,
Napas dan
segar, berwarna
dan Kualitas
kotoran
berbicara saat
K : klorin, senyawa
bekerja
kebiruan, kulitnya
antibiotik:
chloramphenicol,
Pekerja tidak
daging, udang
nitrofurant (AOZ),
menggunakan
dalam keadaan
OTC/CTC
sarung tangan
headless.
F : Lalat, rambut,
kontaminasi air,
kotoran
dekomposisi
biasadengan
K : klorin, senyawa
apabila air
antibiotik:
pencucinya
B : S.aureus, E.coli,
V.cholera,
V.parahaemolyticus
,
Salmonella spp.
10. Pencucian 4
5C
0
chloramphenicol,
suhunya >5 C
nitrofurant (AOZ),
serta adanya
OTC/CTC
B : S.aureus, E.coli,
dari kelebihan
V.cholera,
penggunaan klorin
V.parahaemolyticus
dalam pengolahan
,
Salmonella spp.
11. Penimbangan
F : Lalat, rambut,
kurangnya berat
standar udang
kotoran
produk akibat
untuk tiap
K : klorin, senyawa
kesalahan
blocknya adalah
antibiotik:
karyawan yang
chloramphenicol,
menimbang dan
gr
36
nitrofurant (AOZ),
timbangan yang
OTC/CTC
digunakan
B : S.aureus, E.coli,
, E.coli (Maks<2),
vibrio cholera
V.cholera,
Pekerja tidak
(negatif),
V.parahaemolyticus
menggunakan
salmonella
sarung tangan
(negatif)
Pemberian label
sesuai dengan
yang sesuai
dengan mutu,
jumlah ekor
F : Lalat, rambut,
penggunaan
ekor
disesuikan
kotoran
temperature yang
dengan size
K : klorin, senyawa
tidak standar
udang masing-
Salmonella spp.
12. Penyusunan
antibiotik:
masing
chloramphenicol,
Suhu 5oC
nitrofurant (AOZ),
OTC/CTC
B : S.aureus, E.coli,
V.cholera,
V.parahaemolyticus
,
Salmonella spp.
13. Pembekuan
F : Lalat, rambut,
terjadinya
Suhu ndengan
kotoran
kekurangan berat
melakukan
K : klorin, senyawa
yang diakibatkan
pembekuan cepat
antibiotik:
oleh pembekuan
(-40oC)
chloramphenicol,
yang lambat.
nitrofurant (AOZ),
OTC/CTC
(360 inner),waktu
B : S.aureus, E.coli,
tidak akurat
pembekuan 4
37
V.cholera,
jam.
V.parahaemolyticus
,
Salmonella spp.
14. Glazing
F : Lalat, rambut,
Suhu 2C dalam
kotoran
standard dan
waktu 15 detik
K : klorin, senyawa
kontaminasi pada
antibiotik:
Mengukuti SSOP
chloramphenicol,
nitrofurant (AOZ),
telah ditentukan
OTC/CTC
B : S.aureus, E.coli,
V.cholera,
V.parahaemolyticus
,
Salmonella spp.
15. Pengemasan
F : Lalat, rambut,
kesalahan dalam
kotoran
melakukan
penglihatan
K : klorin, senyawa
antibiotik:
terjadi dikarenakan
, E.coli (Maks<2),
chloramphenicol,
kesalahan
vibrio cholera
nitrofurant (AOZ),
manusia
(negatif),
OTC/CTC
salmonella
B : S.aureus, E.coli,
Pekerja tidak
V.cholera,
menggunakan
V.parahaemolyticus
sarung tangan
,
Salmonella spp.
38
(negatif)
16. Penyimpanan
F : Lalat, rambut,
dehidrasi
cold storage
kotoran
penurunan berat,
dengan suhu
K : klorin, senyawa
antara -18C
antibiotik:
disebabkan
sampai 20C.
chloramphenicol,
karena fluktuasi
nitrofurant (AOZ),
naik turunnya
OTC/CTC
suhu gudang
B : S.aureus, E.coli,
penyimpanan
V.cholera,
V.parahaemolyticus
Pencemaran air
,
Salmonella spp.
17. Pengiriman
F : Lalat, rambut,
kerusakan pada
suhu container
kotoran
-18C
K : klorin, senyawa
dapat dikarenakan
antibiotik:
pada proses
chloramphenicol,
penanganan yang
nitrofurant (AOZ),
kasar
OTC/CTC
B : S.aureus, E.coli,
V.cholera,
tidak akurat
V.parahaemolyticus
,
Salmonella spp.
sebagai
menjamin bahwa
satu
atau
lebih
toleransi
yang
efektif
dapat
39
harus
dipenuhi
mengendalikan
untuk
bahaya
Steps
Cause
Control Limit
Monitoring System
Correctie
Action
Penerimaan dengan
1. Peneri-
Memantau
maan
Penerimaan
Pengolahan
Bahan
lambat
Ulang
mengalami
produk.
Baku
perubahan.
Alat
2. Penimba
ngan 1
penimbangan
Teliti dalam
tidak akurat,
menimbang untuk
jumlah dan
menetukan berat
ukuran yang
awal
tidak seragam
Pemantauan berkala
mesin yang digunakan
untuk menimbang
agar tidak terjadi
Pengolahan
Ulang
kesalahan.
Pencucian udang
Suhu dan
waktu yang
3. Pencucia
n1
tidak akurat.
Pencucian
yang kurang
bersih
dilakukan setelah
proses penimbangan
yang dilakukan
dengan
menggunakan air
pencucian.
Pengolahan
Ulang
Berat udang
4. Penimba
ngan 2
setelah
dipotong
kepalanya
berat udang
Pemantauan
penimbangan.
dipotong kepalanya
Teliti dalam
sebelum diproses
melakukan
lebih lanjut.
penimbangan.
40
Pengolahan
Ulang
untuk
menghilangkan sisasisa kotoran,lendir
dan bakteri setelah
dilakukan
pemotongan kepala.
5. Pencucia
n2
Sisa-sisa
kotoran, lendir
memasukkannya ke
dan bakteri
ketika
yang bervolume
pemotongan
kepala udang
dilengkapi dengan
masih
sistem aerator
menempel
(gelembung-
pada udang.
Pemantauan sisa-sisa
kotoran lendir di
produk
Pengolahan
Ulang
gelembung udara)
yang berfungsi
mendorong kotoran
yang masih
menempel agar
terlepas dari tubuh
6. Potong
Kepala
Terkontaminas
inya mikroba
udang
Pemotongan kepala
Ulang
udang dilakukan
pada alat
dengan
Pemantauan hygiene-
pemotong
menggunakan skop
petugas pengolahan
41
Pengolahan
dilakukan proses
diruang yang sama,
tetapi hanya berupa
pemotongan antena,
rostrum, dan
membelah bagian
perut untuk
menghilangkan
kotoran di
dalamnya.
7. Penimba
ngan 3
Udang, mutu
Penimbangan udang
dan ukurannya
di timbang
ukurannya dengan
perblock.
tepat.
Proses pencucian ke-
. Pemantauan suhu
3 menggunakan air
pencucian benar-benar
penambahan klorin
bersih.
sebesar 5ppm
Mengetahui volume
dengan diaduk
Mesin grading
selama 30 detik.
Penentuan size
pembersihan optimal.
Memantau kondisi
Pengolahan
yang tercemar
dilakukan dengan
mesin granding.
Ulang
mikroba
menggunakan mesin
Memperhatikan
Kesalahan saat
sanitasi-hygiene pada
penentuan size
mesin grading
mesin granding.
Suhu dan
waktu yang
8. Pencuci-
tidak akurat.
an 3
Volume klorin
yang tidak
akurat.
9. Grading
dilengkapi dengan
81 piringan
tempat meletakkan
udang dan
42
Pemantauan alat
penimbangan agar
teliti dan tepat.
Pengolahan
Ulang
Pengolahan
Ulang
berkapasitas 272
kg/jam.
Pengelompoka
n kualitas
10. Sortasi
Warna
dan
Kualitas
udang dan
Teliti dalam
warna udang
melakukan sortasi
yang tidak
sesuai.
Suhu udang
masalah ketika
yang tidak
pengiriman.
Pemantauan dalam
melakukan sortasi
warna dan kualitas.
Pengolahan
Ulang
dijaga dengan
stabil.
Suhu dan
waktu yang
11. Pencucia
n4
tidak akurat.
Volume klorin
yang tidak
akurat.
12. Penimba
ngan 4
Udang, mutu
dan ukurannya
di timbang
ukurannya dengan
perblock.
Terdapatnya
tepat.
13. Penyusu
udang.
nan
Penyusunan
tidak sesuai
an
3 menggunakan air
selama 30 detik.
Penimbangan udang
foreign dalam
14. Pembeku
Pengolahan
Mengetahui volume
Ulang
Pengolahan
Ulang
Memperhatikan
sanitasi dan hygiene
Pemantauan sanitasi
terdapat foreign.
Pengolahan
Ulang
foreign.
size.
Tidak
Pengisian medium
Pemantauan susunan
Pengolahan
meratanya
air sebagai
Ulang
43
susunan
produk dalam
CPF.
Tidak terisinya
medium air.
Tidak
diberinya
penutup
plastik.
Suhu dan
waktu yang
15. Glazing
tidak akurat
saat
pencelupan air
dingin.
16. Pengema
san
agar pembekuan
merata.
untuk kemudian
Mengisi medium
dimasukkan ke CPF.
dengan tepat.
Suhu pembekuan
-40oC
Dapat mencegah
terjadinya oksidasi,
dehidrasi dan
memperbaiki
Pengolahan
Ulang
penampilan.
Setelah melawati
Produk tidak
metal detector
dalam pengemasan,
lulus metal
produk dipisah
detector.
jenis produk.
Produk sudah
lulus detector.
Pengolahan
Ulang
dikemas dan
storage tidak
17. Penyimp
sesuai.
anan
Perlakuan
penyimpanan.
untuk sirkulasi
Suhu container
udara.
Produk yang masuk
Sebelum memasuki
Pengolahan
tidak
pengiriman,
Ulang
memenuhi
dahulu (FIFO)
penyiapan countener
18. Pengirim
an
44
Memantau
penyimpanan pada
cold storage agar tidak
terjadi perlakuan yang
Pengolahan
Ulang
salah.
syarat.
Produk
random yang
dikirim.
pada
CCP.
Tindakan
koreksi harus
mengurangi
atau
mengeliminasi potensi bahaya dan resiko yang terjadi ketika batas kritis
terlampaui pada CCP. Jika bahan baku terbukti mengandung residu antibiotik,
tindakan koreksi yang dilakukan adalah menolak dan mengembalikan bahan
baku tersebut kepada suppliernya.(Permana,2007)
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan mengenai pembekuan udang vannamei headless
dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
vannamei
segar, es
curai,
air
dan
klorin
yang
dibekukan
45
penerimaan
penimbangan
1,
bahan
pencucian
baku
(udang
2,penimbangan
vannamei),
2,
pencucian
pemotongan
1,
kepala,
perpindahan penyakit
Berdasarkan identifikasi Hazard Analysis dari pembekuan udang vannamei
headless, dapat diketahui bahwa pada setiap tahapan proses pembekuan
udang vannamei headless terdapat hazard yang terbagi atas hazard fisika,
kimia dan biologi. Penyebab utamanya adalah kondisi sanitasi dari bahan
baku, bahan tambahan, peralatan, lingkungan, hasil interaksi dari pekerja,
limbah dan produk akhir. Tiap tiap hazard memiliki resiko, keparahan dan
4,
penimbangan
4,
penyusunan,
46
pembekuan,
glazing,
hazard
analysis,
penentuan
CLE
dan
CCP.
Kegiatan
ini
DAFTAR PUSTAKA
Badan Standarisasi Nasional.1991. Standar Nasional Indonesia, 01-2705-1992.
Udang Beku. BSN . Jakarta.
Ehsa. 2011. Quality Control in The Food Industry. Vol.1. 2nd Ed.London: Academic
Press Inc.
Erliza dan Sutedja.1987. Pengantar Pengemasan. Laboratorium pengemasan,
Jurusan TIP. IPB. Bogor.
Google Image. 2015. Shrimp. www.wikipedia.org. [10 Nopember 2015]
Hariadi S. 1994. Pembekuan Udang Jilid I. Surabaya : Karya Anda.
Mayes J. 2001. HACCP : Principles and Applications. New York : Van Nostrand
Reinhold
Permana, RJ. 2007. Penerapan HACCP pada Pembekuan Udang Beku Tanpa
Kepala (headless) di PT. Satu Tiga Enam Delapan Banyuwangi Jawa
47
S.
1995.
Penerapam
HACCP
Pembekuan
Udang.
Jakarta:
PT.Penebar Swadaya
Purwaningsih S. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Jakarta: PT.Penebar Swadaya
_________. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Jakarta: PT.Penebar Swadaya
_________. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Jakarta: PT.Penebar Swadaya
_________. 2000. Teknologi Pembekuan Udang. Jakarta: PT.Penebar Swadaya
Thaheer H. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Jakarta: Buku Aksara
________. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Jakarta: Buku Aksara
________. 2005. Sistem Manajemen HACCP. Jakarta: Buku Aksara
48
Ya
Tidak
Tidak
Ya
Bukan CCP
Berhenti
Tidak
Identifikasi Critical Control Point (CCP) Di Dalam Proses
Q3. Dapatkah komunitas terhadap bahaya yang teridentifikasi terjadi sampai
melebihi tingkat yang dapat diterima? Atau dapatkah kontaminasi itu
meningkat sampai tingkat yang tidak dapat diterima?
Ya
Tidak
Bukan CCP
Berhenti
49
Ya
Bukan CCP
Berhenti
Tidak
CCP