Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

MONITORING MAGNETIK TERHADAP POLUSI DI KOTA


PADANG
Mahrizal, Fatni Mufit
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang

Abstrak. Kebanyakan hasil proses industri, kenderaan bermotor, pekerjaan konstruksi,


pembakaran di rumah tangga, dan sumber-sumber lainnya menghasilkan partikel-partikel
yang berterbangan di udara dalam bentuk (dust) atau abu terbang (fly ash). Partikel-partikel
sebagian bergerak di udara mengikuti aliran udara dan sebagian yang dekat permukaan akan
mengendap pada tumbuhan, bangunan atau tanah permukaan (topsoil). Penelitian dalam
bidang ini terutama dengan menggunakan pemantauan polusi secara magnetik sangat jarang
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih detail mengenai
karakterisasi mineral magnetik yang terkandung dalam polutan di beberapa lokasi kecamatan
di kota Padang yang meliputi penentuan suseptibilitas magnetik dari mineral magnetik
tersebut. Metoda penelitian yang digunakan adalah pengukuran suseptibilitas magnetik
sampel untuk mengetahui kondisi polutan berupa mineral magnetik yang terkandung pada
debu dan abu terbang yang terkumpul pada top soil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
nilai suseptibilitas magnetik top soil adalah paling besar untuk kecamatan yang jauh dari
sumber polutan yaitu pabrik-pabrik yang kebanyakan berlokasi di Kecamatan Lubuk
Kilangan. Nilai ini menunjukkan urutan besarnya polusi udara yang berarti bahwa debu dan
abu terbangnya mengandung polutan berbentuk mineral magnetik yang tergolong jenis
mineral oksida besi yaitu magnetite, hematite, dan maghemite.
Kata kunci : Identifikasi mineral magnetik, suseptibilitas magnetik, polusi.

PENDAHULUAN
Kota Padang sebagai ibukota Propinsi
Sumatera Barat sedang tumbuh, dari Kota
Madya menjadi Kota Besar. Bahkan
Pemerintah Kota Padang sedang berusaha
menjadikan Kota Padang menjadi Kota
Metropolitan.
Hal ini sebenarnya
merupakan suatu kemajuan.
Namun
kemajuan selalu memiliki sisi gelap yang
harus diwaspadai. Tumbuhya suatu Kota
selalu didukung oleh berbagai faktor,
seperti
berkembangnya
industri,
transportasi, pertambangan, konstruksi, dan
lain-lain.
Hal
ini
tentunya
akan
menyebabkan bertambahnya jumlah pabrik,
kenderaan, pekerjaan konstruksi bangunan
dan lain-lain. Sisi gelap yang dimaksud
adalah bertambahnya polusi udara, air, dan
tanah.
Polusi dapat berupa gas (asap) dan
partikulat (debu).
Polusi berupa gas

biasanya adalah karbonmonoksida (CO),


oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx),
dan hidrokarbon (HC). Baik asap maupun
debu keduanya berbahaya bagi kesehatan.
Gas bisa mencemari lingkungan apabila
konsentrasi
gas
melebihi
tingkat
konsentrasi normal. Debu yang sering juga
disebut
sebagai
respirable
airborne
particulate matter disingkat PM lebih
berbahaya lagi bagi manusia.
Dari data Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan Daerah (Bapeldalda) Padang,
ada sebelas pabrik besar, yang bergerak di
pengolahan
bahan
baku,
yang
mempengaruhi pencemaran udara di Kota
Padang. Pabrik pengolahan karet, sawit dan
semen. Dari sebelas pabrik itu, yang paling
berpotensial ada enam pabrik. Satu pabrik
pengolahan semen, dan lima pabrik karet.
(Pos Metro Padang, 5 Juli, 2010. Padang,
Kota Industri, Kota Polusi!)
Kebanyakan hasil proses industri,
Semirata 2013 FMIPA Unila |521

Mahrizal: MONITORING MAGNETIK TERHADAP POLUSI DI KOTA PADANG

kenderaan bermotor, pekerjaan konstruksi,


pembakaran di rumah tangga dan sumbersumber lainnya menghasilkan partikelpartikel yang beterbangan di udara dalam
bentuk debu (dust) atau abu terbang (fly
ash). Partikel-partikel sebagian bergerak di
udara mengikuti aliran udara dan sebagian
yang dekat permukaan akan mengendap
pada tumbuhan, bangunan atau langsung
jatuh ke tanah permukaan (top soil).
Dengan demikian partikel-partikel ini
dapat mencemari lingkungan seperti udara,
air dan tanah. Pencemaran udara dengan
partikel yang dapat dihirup melalui
pernafasan merupakan masalah kesehatan
yang beresiko serius. Karena itu kualitas
udara haruslah mendapat perhatian utama
bagi setiap orang.
Partikel
oksida
besi
meskipun
merupakan fraksi yang kecil dari debu
secara keseluruhan namun terdapat bukti
bahwa dapat menimbulkan resiko terhadap
kesehatan terutama untuk ukuran bulir yang
lebih kecil Beberapa penelitian menunjukan
adanya hubungan yang sangat kuat antara
suseptibiltas magnetik dengan kandungan
logam berat.
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
memberikan beberapa kontribusi antara lain
: (1) Sebagai studi awal tentang kandungan
mineralogi khususnya mineralogi magnetik
yang lebih rinci yang terdapat di dalam
polutan dan (2) Disamping penelitian ini
memiliki nilai ilmiah yang tinggi, jika
dikombinasikan dengan partisipasi dari
pemerintah diharapkan penelitian ini
nantinya dapat memberikan informasi
berupa hasil monitoring magnetik polusi
(Magnetic Monitoring Poluttion)
bagi
masyarakat.
Penelitian
ini
bertujuan
untuk
memperoleh informasi yang lebih detail
mengenai karakterisasi mineral magnetik
yang terkandung dalam polutan dibeberapa
lokasi di kota Padang yang meliputi
penentuan suseptibilitas magnetik dari
mineral magnetik tersebut.

522| Semirata 2013 FMIPA Unila

Telah diamati bahwa jumlah material


magnetik yang mengendap di pohon dan
gedung bervariasi secara inversi dengan
jarak dari sumber. [4]
Sebelum dibakar batubara sebenarnya
adalah nonmagetik. Proses pembakaran
menyebabkan pyrite (FeS2) yang terdapat
beberapa
persen
dalam
batubara,
terdisosiasi dan terbentuk pyrrhotite (Fe7S8)
dan gas belerang. Di atas temperatur 1350
K, pyrrhotite terpecah menjadi belerang
dan besi. Partikel besi yang bundar, yang
diameternya sekitar 20 m terbentuk dan
kemudian teroksidasi menjadi magnetite
(Fe3O4).
Partikel oksida besi yang sedang
dibahas, sebenarya tidak lebih dari fraksi
yang kecil dari total debu, tetapi ada bukti
(evidence) bahwa partikel tersebut sangat
berisiko terhadap kesehatan, terutama yang
ukurannya lebih kecil. Secara nyata
berdasarkan fakta bahwa partikel besi
merupakan tracer yang sangat baik untuk
mengetahui total particulate content dalam
atmosfer
dan
konsentrasinya
yang
berhubungan dengan logam berat yang
secara
potensial
berbahaya
untuk
tumbuhan, binatang, dan manusia.
Kebanyakan proses pembakaran bahan
bakar yang terjadi di industri , kesibukan
lalu
lintas
kenderaan
bermotor,
pembakaran di rumah tangga dan pekerjaan
konstruksi menghasilkan debu (dust) dan
abu terbang (fly ash) yang beterbangan di
udara. Debu dan abu terbang ini
mengandung partikel material magnetik
yang dapat dideteksi secara magnetik.
Pemantauan secara magnetik (Magnetic
Monitoring Poluttion) ini adalah salah satu
cara pemantauan polusi melalui pengukuran
suseptibilitas magnetik dan merupakan cara
yang cepat dan mudah sebagai langkah
awal untuk mengindentifikasi polusi.
Beberapa bangunan bersejarah di Inggris
seperi gereja, katedral dan kapel yang
terbuat dari limestone( batu gamping)
mengandung material magnetik hasil dari

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

endapan
pembakaran
batubara
dan
pembakaran di rumah tangga [6]
Tingkat pencemaran terhadap tanah
biasanya dikategorikan menjadi 6 tingkat
yaitu:
Tingkat 1 : < 150 x 10-8m3kg-1, tingkat 2 :
150 300 x 10-8m3kg-1, tingkat 3 : 300450 x 10-8m3kg-1, tingkat 4 : 450-600 x 108 3 -1
m kg , tingkat 5 : 600-1000 x 10-8m3kg-1
dan tingkat 6 : > 1000 x 10-8m3kg-1. [5]

Magnetik Susceptibility Meter model MS2.


Hasil pengukuran suseptibilitas magnetik
adalah suseptibilitas magnetik persatuan
massa. Analisis data dan pemetaan
dilakukan pada bulan Desember 2012.

METODE PENELITIAN

Pengukuran suseptibilitas magnetik


dilakukan terhadap 32 sampel Top Soil,
yang diambil dari beberapa kecamatan di
Kota Padang. Dari 11 kecamatan yang ada
di Kota Padang, diambil 5 kecamatan yaitu
: Koto Tangah, Kuranji, Pauh, Padang Barat
dan Padang Selatan. Jumlah sampel Top
Soil Pada setiap kecamatan yang dipilih
secara acak di Kota Padang dapat dilihat
pada Tabel.1.
Hubungan antara lokasi pengambilan
sampel dengan nilai suseptibilitas magnetik
untuk top soil, dapat dilihat pada Gambar 1.
Dapat dilihat bahwa untuk setiap site pada
setiap Kecamatan nilai suseptibilitas
magnetiknya menunjukkan variabilitas
yang cukup besar.

Tempat pengambilan sampel polutan


dilakukan dibeberapa titik lokasi dalam
kecamatan-kecamatan yang terdapat di
Kota Padang, meliputi partikel-partikel
debu yang yang langsung diserap oleh
topsoil (tanah permukaan). Pengambilan
sampel ini dilakukan selama bulan AgustusNovember 2012.
Pengukuran suseptibilitas magnetik
terhadap sampel polutan ini dilakukan di
laboratorium Geofisika di Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Padang selama
bulan
Nopember-Desember
2012.
Suseptibilitas magnetik sampel diukur
dengan menggunakan alat Bartington

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Pengukuran
Magnetik

Suseptibilitas

Tabel 1 Jumlah sampel Top Soil Pada setiap Lokasi di Kota Padang.
No. Sampel Lokasi (Kecamatan) Jumlah Sampel
1 KTT
Koto Tangah
10
2 KUT
Kuranji
5
3 PAT
Pauh
7
4 PBT
Padang Barat
6
5 PST
Padang Selatan
4
Jumlah
32

Semirata 2013 FMIPA Unila |523

Mahrizal: MONITORING MAGNETIK TERHADAP POLUSI DI KOTA PADANG

Gambar 1. Hubungan antara lokasi pengambilan sampel dengan nilai suseptibilitas


magnetik untuk top soil di Kecamatan : Koto Tangah (1),
Kuranji (2), Pauh (3), Padang Barat (4), dan Padang Selatan (5).
Pengolahan Data Suseptibilitas Magnetik
Data suseptibilitas magnetik yang
diperoleh dari Top Soil, setiap site
kemudian diolah untuk mendapatkan
kecendrungan dan pemetaan polusi di Kota
Padang. Hasil pengolahan tersebut ada dua
yaitu : (1) Nilai rata-rata untuk setiap
kecamatan di Kota Padang, dan (2)
Pembuatan
kountur
sebaran
nilai
suseptibilitas magnetik di Kota Padang.
Untuk melihat urutan tingkat polusi
kecamatan di Kota Padang, nilai
Tabel 2.

Urutan Tingkat Polusi Kecamatan di Kota Padang

No. Sampel
1
2
3
4
5

PBT
PST
PAT
KTT
KUT

suseptibilitas magnetik diurutkan dari yang


paling besar sampai yang paling kecil, yang
juga menunjukan urutan tingkat polusi
masing-masing kecamatan di Kota Padang,
seperti yang dapat dilihat pada Tabel 4.8,
dan nilai rata-rata adalah nilai rata-rata dari
setiap kecamatan di Kota Padang.
Dari nilai rata-rata ini kemudian dibuat
grafik urutan tingkat polusi pada kecamatan
di Kota Padang seperti dapat dilihat pada
Gambar 2.

Lokasi
(Kecamatan)

Padang Barat
Padang Selatan
Pauh
Koto Tangah
Kuranji
Rata-Rata

524| Semirata 2013 FMIPA Unila

Nilai Rata-Rata
Suseptibilitas
Magnetik
1655.1
1316.4
975.8
790.9
738.9
1095.42

Tingkat
6
6
5
5
5

Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013

S
u
s l
e i
p t
t a
i s
b
i

M
a
g
n
e
t
i
k

1
2
3
4
5
Kecamatan

Gambar 2. Grafik urutan tingkat polusi pada kecamatan di Kota Padang


Pembuatan Peta Kontour Sebaran Nilai terkecil dan termasuk tingkat suseptibilitas
magnetik masing-masing adalah : (1)
Suseptibilitas Magnetik di Kota Padang
Untuk pembuatan peta contour ini Padang Barat (PBT) dengan nilai 1655.1
diperlukan data suseptibilitas magnetik dan dan termasuk tingkat 6, (2) Padang Selatan
data koordinat untuk setiap site. Pembuatan (PST) dengan nilai 1316.4 dan termasuk
Peta Kontour dikerjakan dalam program tingkat 6, (3) Pauh (PAT) dengan nilai
Surfer 8 dan setelah melalui proses gridding 975.8 dan termasuk tingkat 5, (4) Koto
diperoleh Peta Kontour Penyebaran Polusi Tangah (KTT) dengan nilai 790.9 dan
di Kota Padang seperti dapat dilihat pada termasuk tingkat 5, (5) Kuranji (KUT)
Gambar 3.
dengan nilai 738.9 dan termasuk tingkat 5.
Dari peta kontour penyebaran polusi di
PEMBAHASAN
Kota Padang dapat dilihat bahwa
pencemaran polusi di Kota Padang lebih
Dari hasil analisis yang dilakukan
banyak terdapat di kecamatan yang jauh
terhadap top soil untuk 5 site diperoleh
hasil sebagai berikut.
Nilai rata-rata dari sumber polusi yaitu pabrik dan industri
suseptibilitas magnetik top soil untuk 5 site yang lebih banyak berlokasi di Kecamatan
diurutkan dari yang terbesar sampai yang Lubuk Kilangan.
1 0 0 .4 6

PT SEMEN PADANG

UNAND
T IM U R

1 0 0 .4 4

1 0 0 .4 2

1 0 0 .4

UTARA
S IM P B P H A T T A

1 0 0 .3 8

R U M A H S A K IT M J A M IL
BALAI KO TA

1 0 0 .3 6

GOR HAS

S IM P B P L M

J S IT I N U R B A Y A

UNP
1 0 0 .3 4

S T S T A B IN G

1 0 0 .3 2
0 .8 2

0 .8 4

0 .8 6

0 .8 8

0 .9

0 .9 2

0 .9 4

0 .9 6

Gambar 3. Peta Kontour Penyebaran Polusi di Kota Padang.


Semirata 2013 FMIPA Unila |525

Mahrizal: MONITORING MAGNETIK TERHADAP POLUSI DI KOTA PADANG

KESIMPULAN
Dari pembahasan yang dilakukan
terhadap pengukuran dan perhitungan
terhadap sampel dari ketiga site diperoleh
simpulan sebagai berikut :
1. Nilai suseptibilitas magnetik top soil
adalah paling besar untuk kecamatan
yang jauh dari sumber polutan yaitu
pabrik-pabrik
yang
kebanyakan
berlokasi di Kecamatan Lubuk
Kilangan. .
2. Terdapat variabilitas yang cukup besar
nilai suseptibilitas magnetik pada
setiap kecamatan. Hal ini disebabkan
karena sedikitnya jumlah sampel yang
diambil untuk setiap kecamatan.
Penelitian ini adalah berupa kajian awal
tentang penggunaan pemantauan magnetik
terhadap polusi udara di Kota Padang.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih
rinci tentang besarnya polusi udara akibat
pabrik dan industri
di Kota Padang
diperlukan penelitian lanjutan yang lebih
lengkap dan menyeluruh pada baik dari
aspek yang diteliti, metoda yang digunakan
maupun dari jumlah sampel yang cukup.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini dibiayai oleh dana DIPA
Universitas Negeri Padang dalam rangka
mengembangkan penelitian pada setiap
KBK di Jurusan Fisika FMIPA UNP.
Ucapan terima kasih kepada pihak Jurusan
Fisika FMIPA UNP dan pihak Fakultas
MIPA yang telah mendanai penelitian ini.
Terima kasih juga disampaikan kepada
Kepala Laboratorium Geofisika Fisika
FMIPA UNP atas segala fasilitas dan
kemudahan yang diberikan berupa fasilitas
pengukuran dan pengambilan data yang

526| Semirata 2013 FMIPA Unila

sangat membantu kelancaran pelaksanaan


penelitian ini. Semoga hasil penelitian ini
bermanfaat bagi kemajuan Geofisika dan
Bidang ilmu lainnya yang terkait.
DAFTAR PUSTAKA
Guthrie, G.D. 1995. Eat,breathe, and be
wary : Mineralogy in environmental
health.
Reviews
of
Geophysics
Supplement, 117-121.
Garcon, G.P. , Shirali, S. , Gary,
M.Fontaine, F.,Zerimech, A.,Martin, and
Hanothiaus. 2000. Polycyclic aromatic
hydrocarbons coated onto Fe2O3
particles. Assesmet cellular membrane
damage
and
antioxidant
system
disruption in human epithelial lung cells
(L131) in culture. Toxilogy Letters 117,
25-35.
Heller, F.Z. Strzyszcz, and T. Magiera.
1998b. Magnetic record of industrial
pollution in forest soils of Upper Silesia.
Journal of Geophysical Research 103,
17767-17774.
Flanders,
P.J.
1994.
Collection,
measurement and analysis of airborne
magnetic particulates from pollution in
the environmental. Journal of Applied
Physics 75, 5931-5936.
Evans, Michael E., and Friedrich Heller,
2003.
Environmental
Magnetisme:
Principles
and
Applications
of
Enviromagnetics. Elsevier Science.
(Schiavon and Zhou ,1996).
Schiavon,
N.,and L.P. Zhou, 1996. Magnetic,
chemical
and
microscopical
characterization of urban soiling on
historical monuments. Environmetal
Science and Technology 30,3624-3629.

Anda mungkin juga menyukai