HT Kehamilan

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

Sabtu, 29 Desember 2012

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


Gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan sering dijumpai dan termasuk salah satu
diantara trias kematian ibu dalam kehamilan bersama dengan perdarahan dan infeksi, yang banyak
menimbulkan morbiditas dan mortalitas ibu karena kehamilan. Hipertensi dalam kehamilan
merupakan 5-15 % penyulit kehamilan. Dan masih merupakan salah satu masalah yang signifikan
dalam ilmu kebidanan sampai saat ini.
Menurut the National Center for Health Statistic pada tahun 1998, hipertensi merupakan faktor
resiko medis yang paling sering dijumpai (Ventura dkk, 2000). Penyakit ini ditemukan pada
146.320 wanita atau 3,7 % diantara semua kehamilan yang berakhir dengan kelahiran hidup.

Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga masih cukup tinggi. Hal
ini disebabkan selain etiologi (HDK) tidak jelas, juga disebabkan perawatan dalam persalinan
masih ditangani oleh petugas non medik dan sistim rujukan yang belum sempurna. HDK dapat
dialami oleh semua lapisan ibu hamil, sehingga pengetahuan tentang pengelolaan HDK harus
benar-benar dipahami oleh semua tenaga medis baik dipusat maupun di daerah.

KLASIFIKASI
Diasgnosis gangguan hipertensi yang menjadi penyulit kehamilan seperti diringkaskan oleh the
working group (2000) antara lain :
1. Hipertensi gestational ( dahulu hipertensi yang dipicu kehamilan atau hipertensi
Transien )
2. Preeclampsia
3. Eclampsia
4. Preeklampsia yang terjadi pada pengidap hipertensi kronik
5. Hipertensi kronik
DEFINISI
1. Hipertensi gestational adalah
Hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang
setelah 3 bulan pasca persalinan.atau Kehamilan dengan tanda2 preeclampsia tetapi tanpa
proteinuria.
2. Preeclampsia adalah
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria
3. Eclampsia adalah
Preeclampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan atau koma
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeclampsia adalah
Hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeclampsia atau hipertensi kronik disertai proteinuria
5. Hipertensi kronik adalah
Hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali

di diagnose setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca
persalinan
FAKTOR RISIKO
Primigravida, primipaternity.
Hyperplacentosis
Mola hydatidosa
Kehamilan multiple
Diabetes mellitus
Hydrops fetalis
Bayi besar
Umur yang ekstrim
Riwayat keluarga pernah preeclampsia/eclampsia
Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Obesitas
PATOFISIOLOGI HIPERTENSI
Penyebab HDK hingga kini belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan
tentang terjadinya HDK, namun tidak ada satupun teori tersebut yang dianggap mutlak benar.
Teori-teori yang sekarang banyak dianut adalah, (Sibai) :
1.
Teori kelainan vaskularisasi plasenta
Pada HDK tidak terjadi invasi sel-sel trophoblast pada lapisan otot arteri spiralis dan jaringan
sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis menjadi tetap kaku dan keras, sehingga lumen arteri spirales
tidak memungkinkan mengalami distensi dan vasodilatasi. Akibatnya arteri spiralis relatif
mengalami vasokonstriksi, dan terjadi kegagalan remodeling arteri spiralis, sehingga aliran
darah uteroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Diameter rata-rata
arteri spiralis pada hamil normal : 500 mikron, sedang pada preeclampsia rata-rata 200 mikron.
Pada hamil normal vasodilatasi lumen arteri spiralis dapat meningkatkan 10 kali aliran darah ke
utero plasenta
2.
Teori Iskemia plasenta, Radikal bebas dan Disfungsi endothel
A. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas.
Sebagaimana dijelaskan pada teori invasi throphoblast, pada HDK terjadi kegagalan remodeling
arteri spirales, dengan akibat plasenta mengalami iskemia. Plasenta yang mengalami iskemia
dan hipoksia akan menghasilkan oksidant (disebut juga Radikal bebas). Oksidant atau radikal
bebas adalah: senyawa penerima elektron atau atom/molekul yang mempuinyai elektron yang
tidak berpasangan. Salah satu oksidant penting yang dihasilkan plasenta iskemia adalah radikal
hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membrane sel endothel pembuluh darah.
Sebenarnya produksi oksidant pada manusia adalah proses normal, karena dibutuhkan untuk
perlindungan tubuh. Adanya bahan toxin yang beredar dalam darah, maka dulu hipertensi dalam
kehamilan disebut toxaemia. Radikal hidroksil akan merusak membrane sel,yang
mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.Peroksida lemak selain
akan merusak membran sel,juga akan merusak nucleus,dan protein sel endothel. Produksi oksidant
(Radikal bebas) dalam tubuh yang bersifat toksis , selalu diimbangi dengan produksi antioksidant.

Anti oksidant dibagi menjadi :


1)
Antioksidant pencegah terbentuknya oksidant atau antioksidant enzymatic: misalnya :
transferin, seruloplasmin, katalase, peroksidase glutation
2)
Antioksidant pemutus rantai oksidant atau antioksidant non enzymatic
misalnya : vitamin E, vitamin C, dan b (beta) karotin.
B. Peroksida lemak sebagai oksidant pada HDK
Pada hipertensi dalam kehmilan telah terbukti, bahwa kadar oksidant, khususnya peroksdia lemak
meningkat, sedang antioksidant : vitamin E pada HDK menurun, sehingga terjadi dominasi kadar
oksidant peroksada lemak yag relative tinggi. Peroksida lemak sebagai oksidant/radikal bebas
yang sangat toksis ini, akan beredar di seluruh tubuh dalam aliran darah, dan akan merusak
membran sel endothel. Membrane sel endothel lebih mudah mengalami kerusakan oleh peroksida
lemak, karena letaknya langsung berhubungan dengan aliran darah dan mengandung banyak asam
lemak tidak jenuh Asam lemak tidak jenuh sangat rentan terhadap oksidant radikal hodidroksil,
yang akan merubah menjadi peroksida lemak.
C. Disfungsi sel endothel
Akibat sel endothel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi kerusakan sel endothel, yang
kerusakannya dimulai dari membrane sel endothel. Kerusakan membrane sel endothel
mengakibatkan terganggunya fungsi endothel, bahkan rusaknya seluruh struktur sel endothel.
Keadaan ini disebut disfungsi endothel (endothelial dysfunction). Pada waktu terjadi
kerusakan sel endothel yang mengakibatkan disfungsi sel endothel, maka akan terjadi :
1) Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endothel, adalah
memproduksi prostaglandin, yaitu : menurunnya produksi prostacycline (PGE2) : suatu
vasodilatator kuat
2) Agregasi sel-sel thrombosit pada daerah endothel yang mengalami kerusakan.
Agregasi sel thrombosit ini adalah untuk menutup tempat2 di lapisan endothel yang mengalami
kerusakan. Agregrasi thrombocit memproduksi thromboxane (TXA2) suatu vasokonstriktor kuat.
Dalam keadaan normal perbandingan kadar prostacycline / thromboxane lebih tinggi kadar
prostacycline (lebih tinggi vasodialtator) Pada preeclampsia kadar thromboxane lebih tinggi dari
kadar prostacycline sehinga terjadi vasokonstriksi, dengan terjadi kenaikan tekanan darah.
3) Perubahan khas pada sel endothel kapiler glomerulus (Glomerular endotheliosis)
4) Meningkatnya permeabilitas kapiler
5) Meningkatnya produksi bahan-bahan vassopresor, yaitu endothelin. Kadar NO (vasodilatator)
menurun sedangkan endhotelin (vasokonstriktor) meningkat
6) Rangsangan faktor koagulasi
3.
Teori Intoleransi Imunologik antara ibu dan janin
Dugaan bahwa faktor imunologik berperan terhadap terjadinya HDK terbukti dengan fakta
sebagai berikut :
a.
Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadinya HDK dibanding dengan multigravida.
b.
Ibu multipara yang kemudian menikah lagi, mempunyai risiko lebih besar terjadinya HDK
dibandingkan dengan suami yang sebelumnya.

c.
- Seks oral : mempunyai resiko lebih rendah terjadinya HDK
Lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan : makin lama periode ini, makin
kecil terjadinya HDK
Pada wanita hamil normal, respon imune tidak menolak adanya hasil konsepsi yang bersifat
asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen protein G (HLA), yang berperan
penting dalam modulasi respon imune, sehingga si ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta).
Pada plasenta HDK terjadi penurunan human leukocyte antigen protein G , atau placenta
memproduksi human leukocyte antigen protein G dalam bentuk lain, sehingga terjadi
intoleransi ibu terhadap plasenta.
Pada HDK didapatkan kadar Cytokines dalam plasenta maupun sirkulasi darah yang meningkat.
Demikian juga didapatkan natural killer cells dan aktivasi neutrophil yang meningkat.
Kemungkinan terjadi Immune-Maladaptation pada preeclampsia. Pada awal trimester kedua
kehamilan : wanita yang mempunyai kecenderungan terjadi preeclampsia, ternyata mempunyai
proporsi-Helper Sel yang lebih rendah dibanding pada normotensiv.
4.
Teori adaptasi kardiovaskuler
Pada HDK kehilangan daya refrakter terhadap bahan vasokonstriktor. Pada HDK ternyata, terjadi
peningkatan kepekaan terhadap bahan2 vasopressor. artinya daya refrakter pembuluh darah
terhadap bahan vasopresor hilang, sehingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan
vasopressor. Banyak peneliti telah membuktikan, bahwa peningkatan kepekaan terhadap bahanbahan vasopressor pada HDK sudah terjadi pada trimester I (pertama). Peningkatan kepekaan
pada kehamilan yang akan menjadi HDK, sudah dapat ditemukan pada kehamilan dua puluh
minggu. Fakta ini dapat dipakai sebagai prediksi akan terjadinya HDK
5.
Teori Defisiensi Genetik
Ada faktor keturunan dan familial dengan model gene-single. Genotype ibu lebih menentukan
terjadinya HDK secara familial dibanding dengan genotype janin. Telah terbukti bahwa pada ibu
yang mengalami preeclampsia, 26 % anak wanitanya akan mengalami preeclampsia pula,
sedangkankan hanya 8 % anak menantu mengalami preeclampsia.
6. Teori Defisiensi Gizi (Teori diet)
Dalam beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam
terjadinya HDK.Penelitian yang penting yang pernah dilakukan di Inggris ialah penelitian tentang
pengaruh diet pada preeclampsia beberapa waktu sebelum pecahnya perang dunia ke II. Suasana
serba sulit mendapat gizi yang cukup dalam persiapan perang, menimbulkan kenaikan insiden
HDK. Penelitian terakhir membuktikan, bahwa konsumsi minyak ikan, termasuk minyak hati
halibut dapat mengurangi risiko preeclampsia. Minyak ikan mengandung banyak asam lemak
tidak jenuh yang :
menghambat produksi thromboxane,
menghambat aktivasi thrombocyte
dan mencegah vasokonstriksi pembuluh darah.
Beberapa peneliti telah mencoba melakukan uji klinik untuk memakai konsumsi minyak ikan atau
bahan yang mengandung asam lemak tak jenuh dalam mencegah preeclampsia. Hasil sementara

menunjukkan bahwa penelitian ini berhasil baik dan mungkin dapat dipakai sebagai alternative
pemberian aspirin.
Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi calcium pada diet wanita hamil
mengakibatkan resiko terjadinya preeclampsia / eclampsia. Penelitian di Negara Equador Andes
dengan metode uji klinik, ganda tersamar, dengan membandingkan pemberian calcium dan
placebo.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu hamil yang diberi suplemen kalsium cukup,
kasus yang mengalami preeclampsia adalah 14% sedang yang diberi glukosa 17%.
7. Teori Inflamasi
Redman-1999, menyatakan bahwa disfungsi endothel pada preeclampsia disebabkan kekacauan
adaptasi dari proses inflamasi intravaskuler pada kehamilan yang biasanya berlangsung normal
dan menyeluruh .Keadaan ini disebabkan : oleh akivitas leukosit yang sangat tinggi pada
sirkulasi ibu.

GAMBARAN KLINIK
PREECLAMPSIA
Preeclampsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat tejadi ante, intra dan post
partum. Dari gejala-gejala klinik preeclampsia dapat dibagi menjadi: Preeclampsia ringan dan
Preeclampsia berat. Gambaran klinik preeclampsia bervariasi luas dan sangat individual. Kadangkadang sukar untuk menentukan gejala preeclampsia mana yang timbul lebih dahulu. Secara
teoritik urutan-urutan gejala yang timbul pada preeclampsia ialah : edema, hipertensi dan terakhir
proteinuria; sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas, dapat dianggap bukan
preeclampsia. Dari semua gejala-gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteinuria merupakan
gejala yang paling penting, namun sayangnya penderita seringkali tidak merasakan perubahan ini.
Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepala, gangguan penglihatan atau nyeri
epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
1 Preeclampsia Ringan
Diagnosis preeclampsia ringan ditegakkan berdasar atas
Tekanan darah 140/90 mmHg -- < 160/110 mmHg
Proteinuri 300 mg/24 jam atau dipstick +1
Edema anasarka
Timbul setelah 20 minggu kehamilan
2 Preeclampsia Berat
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria Preeclampsia berat sebagaimana tercantum dibawah ini :
Tekanan darah sistolik 160 mmHg dan Tekanan darah diastolik 110 mmHg. Tekanan
darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani
tirah baring.
Proteinuria lebih 5 gr/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
Oliguria, yaitu produksi urine kurang dari 500 cc/ 24 jam.
Kenaikan kadar kreatinin plasma.

Gangguan visus dan cerebal.: penurunan kesadaran, nyeri kepala, scotoma dan pandangan
kabur.
Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadrant kanan atas abdomen (akibat teregangnya
kapsula Glisson)
Edema paru-paru dan cyanosis.
Thrombocytopenia berat.
Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler)
Pertumbuhan janin : intra uterine yang terhambat.
Sindrome Hellp
Sedangkan preeclampsia berat masih dibagi lagi menjadi 2 sebagaimana tercantum dibawah ini :
a.
Preeclampsia berat tanpa impending eclampsia
b.
Preeclampsia berat dengan impending eclampsia
ECLAMPSIA
a. Eclampsia merupakan kasus akut, pada penderita preeclampsia, yang disertai dengan kejang
dan koma. Sama halnya dengan preeclampsia, eclampsia dapat timbul pada ante, intra dan post
partum. Eclampsia post partum umumnya hanya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah
persalinan.
b. Pada penderita preeclampsia yang akan kejang, umumnya memberi gejala2 atau tanda2 yang
khas, yang dapat dianggap sebagai tanda prodoma akan terjadinya kejang. Preeclampsia yang
disertai dengan tanda-tanda prodoma ini disebut sebagai impending eclampsia atau
imminent eclampsia
TANDA TANDA / GEJALA
PENYEBAB
PENYEBAB
Nyeri kepala hebat
Gangguan visus
Muntah-muntah
Nyeri epigastrium
edema cerebri
edema cerebri
edema cerebri
teregangnya capsule hepar atau perdarahan subcapsuler
Tabel 1 : Tanda/ Gejala-gejala prodoma kejang (impending eclampsia)
c. Eclampsia selalu didahului oleh preeclampsia. Perawatan prenatal untuk kehamilan dengan
predisposisi preeclampsia perlu ketat dilakukan, agar dapat dikenal sedini mungkin gejala-gejala
prodoma eclampsia. Sering dijumpai wanita hamil yang tampak sehat mendadak menjadi kejangkejang eclampsia, karena tidak terdeteksi adanya preeclampsia sebelumnya.
d. Kejang-kejang dimulai dengan kejang tonik. Tanda-tanda kejang tonik ialah dengan
dimulainya gerakan kejang berupa twitching dari otot-otot muka khususnya sekitar mulut,
yang beberapa detik kemudian disusul konstraksi otot-otot tubuh yang menegang, sehingga
seluruh tubuh menjadi kaku. Pada keadaan ini wajah penderita mengalami distorsi, bola mata
menonjol, kedua lengan flexi, tangan menggenggam, kedua tungkai dalam posisi inverse. Semua

otot tubuh pada saat ini dalam keadaan kontraksi tonik. Keadaan ini berlangsung
15 30
detik.
e. Kejang tonik ini segera disusul dengan kejang klonik Kejang klonik dimulai dengan
terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka
dan tertutupnya kelopak mata. Kemudian disusul dengan konstraksi intermitten pada otot-otot
muka dan otot-otot seluruh tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini sehingga seringkali
penderita terlempar dari tempat tidur. Sering kali pula lidah tergigit akibat kontraksi otot rahang
yang terbuka dan tertutup dengan kuat. Dari mulut keluar liur berbusa yang kadang-kadang
disertai bercak-bercak darah. Wajah tampak membengkak karena konggesti dan pada konjungtiva
mata dijumpai bintik-bintik perdarahan.
Pada waktu timbul kejang, diafragma terfikser, sehingga pernafasan tertahan, kejang klonik
berlangsung kurang lebih 1 menit. Setelah itu berangsur-angsur kejang melemah, dan akhirnya
penderita diam tidak bergerak.
Lama kejang klonik ini kurang lebih 1 menit, kemudian berangsur-angsur kontraksi melemah dan
akhirnya berhenti serta penderita jatuh kedalam koma. Pada waktu timbul kejang, tekanan darah
dengan cepat meningkat. Demikian juga suhu badan meningkat, yang mungkin oleh karena
gangguan cerebral. Penderita mengalami inkontinesia disertai dengan oliguria atau anuria dan
kadang-kadang terjadi aspirasi bahan muntah.
f. Koma yang terjadi setelah kejang, berlangsung sangat bervariasi, dan bila tidak segera diberi
obat-obat anti kejang akan segera disusul dengan episode kejang berikutnya. Setelah berakhirnya
kejang, frekuensi pernafasan meningkat, dapat mencapai 50 kali per menit akibat terjadinya
hypercardia, atau hypoxia. Pada beberapa kasus bahkan dapat menimbulkan cyanosis.
g. Penderita yang sadar kembali dari koma, umumnya mengalami disorientasi dan sedikit
gelisah. Untuk menilai derajat hilangnya kesadaran, dapat dipakai beberapa cara. Di rumah sakit
Dr. Soetomo telah diperkenalkan suatu cara untuk menilai derajat kedalaman koma tersebut
Glasgow Coma Scale. Di Inggris untuk mengevaluasi coma pada eclampsia ditambah
penilaian kejang, dan disebut Glasgow-Pittssburg coma scoring system.
PENATALAKSANAAN
1 Penatalaksanaan Preeclampsia Ringan
Pencegahan preeclampsia:
a.
Istirahat tirah baring
Istirahat tirah baring pada wanita hamil tidak mencegah preeclampsia ringan. Namun istirahat
baring dapat mencegah preeclampsia ringan menjadi preeclampsia berat.
b. Diet rendah garam dan pemberian diuretik
Restriksi garam pada kehamilan tidak mencegah terjadinya preeclampsia.
Pemberian diuretik juga tidak dapat mencegah terjadinya preeclampsia, sekedar menghilangkan
udema dan penurunan tekanan darah.
c. Suplementasi Magnesium
Defisiensi magnesium pada diet oleh beberapa peneliti mempunyai asosiasi terhadap pathogenesis
preeclampsia, pertumbuhan janin terlambat dan persalinan preterm. Namun demikian peranan
magnesium dalam pencegahan terjadinya preeclampsia masih kontroversi.
d. Defisiensi Zinc
Beberapa peneliti telah melaporkan bahwa defisiensi zinc mempunyai hubungan dengan

pathogenesis preeclampsia. Hal ini terbukti bahwa pada preeclampsia kadar zinc dalam plasma,
leukosit, dan plasenta menurun. Penelitian pemberian zinc pada masyarakat Meksiko-Amerika
ternyata terjadi penurunan resiko preeclampsia. Tetapi penelitan pemberian zinc pada wanita
hamil di Inggris ternyata tidak memberikan efek penurunan insidens preeclampsia.
e. Suplementasi Minyak Ikan
Telah dilakukan penelitian pemberian minyak ikan pada wanita hamil yang secara teoritis dapat
memungkinkan terjadinya insidens preeclampsia. Minyak ikan ini mengandung asam lemak tidak
jenuh yang berpengaruh terhadap metabolisme prostaglandin sehingga tidak terbentuk
thromboxane A2, tetapi terbentuk thromboxane A3 yang merupakan vasokonstriktor lemah.
f Suplementasi Kalsium
Pada preeclampsia terjadi penurunan eskrisi kalsium dalam urine. Namun terjadi hal yang
sebaliknya bila terjadi defisiensi kalsium maka resiko terjadinya preeclampsia lebih besar. Dosis
kalsium diberikan bervariasi dari 375 mg, 1500 mg atau 2000 mg. Masih diperlukan penelitian
besar.
g Pemberian Aspirin Dosis Rendah
Beberapa peneliti telah melaporakan bahwa pemberian anti thrombotik berupa Aspirin dosis
rendah, dapat menurunkan insidens preeclampsia dan pertumbuhan janin terlambat. Dosis yang
diberikan berkisar antara 50 mg 150 mg/hari. Hasil penelitian dari beberapa center
menggambarkan hasil yang kontroversi. Penelitian uji klinik terbesar yang dikerjakan oleh The
Collaborative Low-Dose Aspirin Study in Pregnancy (CLAPS-1994), melibatkan 9364 wanita
hamil dari beberapa negara, dengan dosis Aspirin 60 mg/hari dibandingkan dengan placebo, secara
acak, tersamar ganda. Hasil uji klinik ini membuktikan tidak ada perbedaan bahwa antara
pemberian aspirin dan pemberian placebo setelah terjadinya preeclampsia, pertumbuhan janin
terhambat dan penyulit ibu yang lain (misal: solusio plasenta).
h Pemberian Antioksidant
Vitamin C, vitamin E, -carotine, CoQ10 , N-Acetylcysteine
Manajemen umum preeklampsia ringan
Pada setiap kehamilan disertai penyulit suatu penyakit, maka selalu dipertanyakan, bagaimana :
1) sikap terhadap penyakitnya, berarti pemberian obat2an, atau terapi medicinal
2) sikap terhadap kehamilannya; berarti mau diapakan kehamilan ini
a) perawatan kehamilan konservativ atau ekspektativ
kehamilan akan diteruskan sampai aterm
b) perawatan kehamilan aktiv atau aggressive
kehamilan akan diakhiri (diterminasi)
Rawat Jalan (Ambulatoir)
a. Tirah baring dengan posisi miring
Tirah dengan posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada v. cava inferior, sehingga
meningkatkan aliran darah balik. Berarti pula meningkatkan aliran darah ke organ-organ vital.
Penambahan aliran darah ke ginjal, akan meningkatkan filtrasi glomeruli dan meningkatkan
diuresis, sehingga dengan sendirinya meningkatkan ekskresi natrium, dan menurunkan reaktifitas
kardiovaskuler.
Selain itu tirah baring, meningkatkan pula aliran darah rahim, sehingga mengurangi vasospasme

dan memperbaiki kondisi janin intra uterine, ini berarti pula menurunkan kematian perinatal.
Lihat gambar dibawah ini. (Lihat skema 2)
b. Diet: cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam secukupnya
c. Robarantia
d. Tidak diberikan obat-obat: diuretic, antihipertensi, sedative
e. Kunjungan ulang tiap 1 minggu
f. Pemeriksaan laboratorium:
- Hb, hematokrit
- Fungsi hati
- Fungsi ginjal
- Asam urat darah

- Urine lengkap
- Thrombosit

Dirawat di rumah sakit (rawat inap)


a. Kriteria preeclampsia ringan untuk dirawat di rumah sakit:
1) Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan, tidak menunjukkan adanya perbaikan dari gejala2
preeclampsia.
2) Selama 2 minggu hipertensi menetap
3) Selama 2 minggu proteinuria menetap
4) Kenaikan berat badan ibu: 1 kg/minggu, selama dua kali berturut-turut,
(2 minggu).
5) Timbul salah satu atau lebih gejala / tanda-tanda preeclampsia berat.
6) Pertumbuhan janin terhambat
b. Evaluasi selama di rumah sakit:
1) Pemeriksaan fisik :

Pengukuran tekanan darah setiap 4 jam, kecuali ibu tidur

Observasi adanya edema pada perut dan muka

Observasi adanya gejala2 impending eclampsia :


- nyeri kepala daerah osipital dan frontal
- gangguan visus
- nyeri epigastrium atau abdomen quadrant kanan atas
2) Pemeriksaan laboratorik

Pemeriksaan proteinuria dgn dipstick pada waktu masuk dan tiap 2 hari

Pemeriksaan hematocrit dan thrombocyte setiap 2 minggu

Pemeriksaan fungsi hepar tiap 2 minggu

Pemeriksaan creatinine serum, asam urat dan BUN

Pengukuran urine produksi tiap 3 jam


3) Pemeriksaan jesejahteraan janin

Perhitungan gerakan janin

Nonstress test 2 kali seminggu

Pemeriksaan USG dan Doppler


4) Konsultasi dengan bagian : mata, jantung ,dll

Perawatan obstetric
a. Pada kehamilan Preterm ( <37 i="i" minggu="minggu">

Bila tekanan darah mencapai normotensif, selama perawatan, persalinannya ditunggu sampai
aterm
b. Pada kehamilan Aterm ( 37 minggu )
Persalinan ditunggu sampai terjadi onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan
induksi persalinan pada Taksiran Tanggal Persalinan.
c. Bila pasien sudah inpartu, perjalanan persalinan diikuti dengan grafik Friedman atau Partograf
WHO
d. Cara persalinan
Persalinan dapat dilakukan secara spontan; bila perlu memperpendek kala II.
2 Penatalaksanaan Preeclampsia Berat
Pada perawatan preeclampsia berat sama halnya dengan perawatan preeclampsia ringan, maka
dibagi menjadi dua unsur :
a. Sikap terhadap penyakitnya, yaitu pemberian obat2 atau terapi medisinalis.
b. Sikap terhadap kehamilannya dapat :
1)
Konservatip : ekspektatip : sambil memberi pengobatan kehamilan ditunggu sampai seaterm
2) Aktip : agresive manajemen, kehamilan diakhiri (terminasi) setiap saat
A. Sikap terhadap penyakitnya (pengobatan Medicinal)
1. Segera masuk rumah sakit untuk rawat inap.
2. Tirah baring miring ke satu sisi (kiri)
3.
Pengelolaan cairan
a. Pengelolaan cairan pada penderita preeclampsia dan eclampsia sangat penting, karena penderita
preeclampsia dan eclampsia mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria.
Terjadinya kedua keadaan tersebut belum jelas, namun faktor yang sangat menentukan terjadinya
edema paru dan oliguria adalah :

hipovolemia

vasospasme

kerusakan sel endothel

penurunan gradient tekanan onkotik koloid/pulmonary capillary wedge


pressure.
b. Dipasang Foley Catheter : untuk mengukur output urine: input cairan (melalui oral maupun
infuse) dan output cairan (melalui urine) menjadi sangat penting. Artinya harus dilakukan
pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang keluar melalui urine.
Bila terjadi tanda-tanda edema paru segera dilakukan tindakan koreksi.
c. Pemberian cairan intravena :
1) Cairan yang diberikan adalah 5 % Ringer-dectrose atau cairan garam faali
jumlah tetesan : < 125 cc/jam
2) Atau Infuse Dextrose 5%. Yang tiap 1 liternya diselingi dengan infuse Ringer lactate (60-125
cc/jam) 500 cc.
Oliguria terjadi bila produksi urine <30 2-3="2-3" 24jam.="24jam." atau="atau" cc="cc"
dalam="dalam" jam="jam" span="span">
4.
Antasida: untuk menetralisir asam lambung,bila mendadak kejang ,dapat menghindari risiko

aspirasi asam lambung yang sangat asam.


5.
Diet : cukup protein; rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6.
Pemberian obat anti kejang :
a. Golongan MgSO4
b.Contoh obat-obat lain yang dipakai untuk anti kejang-kejang : Diazepam (Lean, 1967) dan
Phenytoin ( Ryan, 1989 ). Obat anti kejang yang banyak dipakai di Indonesia adalah Magnesium
sulfat. (Pritchard 1955, Sibai 1984 )
Cara pemberian : Magnesium sulfat. (Pritchard 1955, Sibai 1984)
a.
Loading dose :
4 gram MgSO4 : intravena, (20% dalam 20 cc) selama 1 gram/menit (ke-emasan 20% dalam
25 cc larutan MgSO4).
4 atau 5 gram di bokong kiri dan 4-5 gram di bokong kanan. (40 % dalam 10 cc atau 40 %
dalam 12,5 cc).
b.

Maintenance dose :
Diberikan 4 atau 5 gram i.m., 40% setelah 6 jam pemberian loading dose. Selanjutnya
maintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 6 jam.
c.

Syarat-syarat pemberian MgSO4:


1. Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu Calcium gluconas 10% = 1 gr. (10%
dalam 10 cc) diberikan I,V, 3 menit.
2. Refleks patella (+) kuat.
3. Frekuensi pernafasan > 16 + / menit, dan tidak ada tanda2 distress nafas.
4. Produksi urine > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya. (0,5 cc/kg.bb./jam)

d.
Sulfas magnesikus dihentikan bila:
1. Ada tanda-tanda intoxikasi
2. Setelah 24 jam pasca persalinan
7.
Diuretikum tidak diberikan ; kecuali bila ada :
a.
edema paru-paru
b.
payah jantung kongestip
c.
anasarka
Diuretikum yang dipakai ialah Furosemida
Pemberian diuretikum memberi kerugian :
a.
memperberat hipovolemia
b.
memperburuk perfusi utero-plasenta
c.
meningkatkan hemokonsentrasi
d.
menimbulkan dehidrasi pada janin, penurunan berat janin.
8. Anti hipertensi diberikan bila :
a. Desakan sistolik 180 mmHg
b. Desakan diastolic 110 mmHg
Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Indonesia adalah : NIFEDIPINE

Dosis awal : 10 -20 mg, ulangi 30 menit bila perlu. Dosis maksimum 120 mg per 24 jam
Nifedipine tidak boleh diberikan sub lingual, karena efek vasodilatasi sangat cepat, sehingga
hanya boleh diberikan per oral.
Jenis obat antihipertensi yang diberikan di Amerika adalah :

Hydralalazine (Apresoline) injeksi (di Indonesia tidak ada) Vasodilatator langsung pada
arteriole. Terjadi refleks tachycardia, peningkatan cardiac output, sehingga memperbaiki perfusi
utero-plasenta.

Labetolol injeksi, suatu 1 bloker, non selektiv bloker


9.
Lain-lain
a.
Obat-obat antipyretika, diberikan bila suhu rectal diatas 38.5O C
Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alkohol
b. Antibiotika : diberikan atas indikasi
c.
Anti nyeri, bila penderita kesakitan/gelisah; karena konstraksi rahim dapat diberikan
pethidin HCL 5075 mg. Sekali saja (selambat2nya 2 jam sebelum janin lahir).
11. Glucorticoid
Pemberian glucocorticoid untuk pematangan paru janin, tidak merugikan ibu. Glucocorticoid
diberikan pada kehamilan 32-34 minggu,selama 2 kali 24 jam.
B. Sikap terhadap kehamilannya
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeclampsia berat selama
perawatan; maka perawatan dibagi menjadi :
1. Aktip (aggressive management) berarti : kehamilan segera diakhiri / diterminasi bersamaan
dengan pemberian pengobatan medicinal.
2. Konservatip (ekspektativ) berarti : kehamilan tetap dipertahankan bersamaan memberi
pengobatan medicinal.
1.Perawatan Aktip (aggressive)
a.
Indikasi
Indikasi perawatan aktip, ialah bila didapatkan satu/lebih keadaan dibawah ini:

Ibu :
a) Umur kehamilan 37 minggu.
b) Adanya tanda2 /gejala2 Impending Eclampsia
c) Kegagalan terapi pada perawatan konservatip, yaitu : keadaan klinik dan
laboratorik memburuk

Janin :
a) Adanya tanda-tanda fetal distress
b) Adanya tanda-tanda IUGR ( Intra uterine growth restriction}

Laboratorik
Adanya the HELLP syndrome.
b. Cara mengakhiri kehamilan (terminasi kehamilan)
1) Belum inpartu :
a)
Induksi persalinan *(biasanya dengan oxytocin drip), atau:
b)
Sectio Caesarea, bila syarat induksi tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi oxytocin

drip atau oxytocin drip gagal


2. Sudah Inpartu :
Kala I :
Diikuti sesuai dengan grafik Friedman, dan manajemennya bila terjadi kelainan2
grafik Friedman, atau dengan partograf WHO
Kala II : Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan dengan partus buatan (Ibu tidak
boleh mengejan.)
2. Perawatan Konservatip
a. Indikasi :
bila kehamilan preterm 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eclampsia dengan keadaan janin baik.
b. Pengobatan Medicinal : Sama dengan perawatan medicinal pada pengelolaan secara aktip.
Hanya loading dose MgSO4 tidak diberikan i.v. cukup i.m. saja.
c. Perawatan Obstetrik konservatip:
1)
Selama perawatan konservatip; observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktip hanya
disini tidak ada terminasi.
2)
Sulfas Magnesikus dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeclampsia ringan,
selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
3)
Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan, maka keadaan ini dianggap sebagai kegagalan
pengobatan medicinal dan harus diterminasi.
d. Penderita boleh dipulangkan bila :
1) Penderita kembali ke gejala2 /tanda2 Preeclampsia ringan; tetap dirawat selama 3 hari
2) Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan preeclampsia ringan; penderita dapat di
pulangkan sebagai preeclampsia ringan.

2.6.3 Penatalaksanaan Eclampsia


Pada hakekatnya pengobatan yang sangat penting dalam perawatan penderita eclampsia ialah
pengobatan medical dan perawatan suportif. Garis besar perawatan dan pengobatan eclampsia
dapat dilihat dalam tabel 2. Tujuan utama dari pengobatan medical eclampsia ialah
1)
mencegah dan menghentikan kejang.
2)
mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya ; hipertensi krisis
3)
mencapai stabilisasi ibu seoptimal mungkin
4)
sehingga dapat melahirkan janin pada saat dan dengan cara yang tepat.
Pengobatan medicinal
a. Obat anti kejang
Obat anti kejang yang menjadi pilihan pertama ialah Sulfas magnesikus.
a) Loading dose: 4-5 gr; 20% - MgSO4 dlm larutan 20cc- 25cc intravena selama 4-5
menitDisusul 8- 10 gram i.m. 40% MgSO4 dalam larutan @ 10 cc -12,50 cc, diberikan pada
bokong kiri dan kanan @ 4 5 gram. i.m.
b) Maintenance do se: tiap 6 jam diberikan lagi 4 5 gram i.m. MgSO4. 40 % 10 cc.
c) Monitoring tanda2 keracunan MgSO4
Bila dengan jenis obat ini kejang masih sukar diatasi, maka dapat dipakai obat jenis lain,
misalnya : Thiopental. Diazepam dapat dipakai sebagai alternative pilihan, namun mengingat

dosis yang diperlukan sangat tinggi, maka pemberian Diazepam hanya dilakukan oleh mereka
yang telah berpengalaman.

b.Pengobatan Suportif
Terutama ditujukan untuk gangguan fungsi organ-organ penting, misalnya: tindakan2 untuk
memperbaiki acidosis, mempertahankan ventilasi paru-paru, mengatur- tekanan darah, mencegah
decompensasi cordis dan sebagainya.
Pada penderita yang mengalami kejang dan koma, maka nursing care sangat penting
misalnya : meliputi cara-cara perawatan penderita dalam suatu kamar isolasi, mencegah aspirasi,
mengatur infuse penderita lain-lain
c.Perawatan pada waktu kejang .
Pada penderita yang mengalami kejang, tujuan pertama pertolongan ialah mencegah penderita
mengalami trauma akibat kejang-kejang tersebut.
1) Dirawat di kamar isolasi cukup terang : agar bila terjadi cyanosis segera dapat diketahui.
2) Letakkan penderita ditempat tidur yang lebar
3) Masukkan sudap lidah ke dalam mulut penderita dan jangan mencoba melepas sudap lidah
yang sedang tergigit, karena dapat mematahkan gigi.
4) Kepala direndahkan : daerah oropharynx dihisap
5) Hendaknya dijaga agar kepala dan ekstrimitas penderita yang kejang tidak terlalu kuat
menghentak-hentak benda keras disekitarnya.
6) Fixasi badan pada tempat tidur harus cukup kendor, guna menghindari fracktur
7) Bila penderita selesai kejang-kejang, segera beri oksigen.
d. Perawatan koma
1) Perlu diingat bahwa penderita koma tidak dapat bereaksi atau mempertahankan diri
terhadap : - suhu yang ekstrem
- posisi tubuh yang menimbulkan nyeri
- aspirasi : hilangnya refleks muntah
2) Bahaya terbesar yang mengancam penderita koma, ialah terbuntunya jalan nafas atas. Setiap
penderita eclampsia yang jatuh dalam koma, harus dianggap bahwa jalan nafas atas terbuntu,
kecuali dibuktikan lain.
3) Oleh karena itu tindakan pertama-tama pada penderita yang jatuh koma (tidak sadar), ialah
menjaga dan mengusahakan agar jalan nafas atas tetap terbuka. Cara yang sederhana dan cukup
efektif dalam menjaga terbukanya jalan nafas atas, ialah dengan maneuver head tilt-neck lift
atau head tilt-chain lift yang kemudian dapat dilanjutkan dengan pemasangan oropharyngeal
airway.
4) Hal penting kedua yang perlu diperhatikan ialah, bahwa penderita koma, akan kehilangan
refleks muntah sehingga kemungkinan terjadinya aspirasi bahan lambung adalah sangat besar.
Lambung ibu hamil harus selalu dianggap sebagai lambung penuh. Oleh karena itu, semua bendabenda yang ada dalam rongga mulut dan tenggorokan, baik berupa lendir, maupun sisa makanan
harus segera dihisap secara intermitten. Penderita ditidurkan dalam posisi stabil untuk drainage
lendir.
5) Monitoring kesadaran dan dalamnya koma memakai : Glasgow Coma Scale. (lihat
lampiran)

6) Pada perawatan koma; perlu diperhatikan pencegahan decubitus dan makanan penderita.
7) Pada koma yang lama, bila nutrisi tidak mungkin; cukup diberikan dalam bentuk NGT (Naso
Gastric Tube)
Pengobatan Obstetrik :
Sikap terhadap kehamilan, sikap dasar : semua kehamilan dengan eclampsia harus diakhiri tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin. Bilamana diakhiri : Sikap dasar : kehamilan
diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) hemodynamika dan metabolisme ibu.
PROGNOSE
Prognose eclampsia ditentukan oleh kriteria Eden.
KRITERIA EDEN
1.
Koma yang lama
2.
Nadi di atas 120 per menit
3.
Suhu di atas 1030
4.
Tekanan darah sistolik di atas 200 mmHg
5.
Kejang lebih dari 10 X
6.
Proteinuria lebih 10 gr/liter
7.
Tidak ada edema
Tabel 3: Kriteria Eden untuk menentukan prognose Eclampsia (tahun 1922)
Bila didapatkan satu atau lebih dari gejala tersebut, prognose ibu buruk.
Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan, maka gejala perbaikan akan
tampak jelas setelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan berakhir perubahan
patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi 12 jam kemudian setelah
persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognose yang baik, karena hal ini merupakan gejala
pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal dalam beberapa jam kemudian.
Eclampsia tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin pada beberapa
golongan yang sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognose janin pada penderita eclampsia juga
tergolong buruk. Seringkali janin mati intra uterine atau mati pada fase neonatal karena memang
kondisi bayi sudah sangat inferior.
DAFTAR PUSTAKA
Angsar, Dikman, 2005. Hipertensi dalam Kehamilan Edisi IV. Fakultas Kedokteran UNAIR:
Surabaya
Cunningham F.G, et al, 1995. William Obstetric Edisi 21, Mc Graw Hill Medical Publishing
Division. EGC: Jakarta.
Hendaryono, Henny. 2007. Materi Kuliah Patologi Kebidanan. Jombang
Himpunan kedokteran feto maternal POGI. 2005. Pedoman Pengelolaan Hipertensi Dalam
Kehamilan di Indonesia. Semarang
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. EGC: Jakarta
Prawiroharjo, Sarwono, 1976. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka: Jakarta

Pengertian
Penyakit Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. (Obsteri
Patologi, Univ. Padjajaran Bandung, 1984)
Hipertensi adalah kelainan yang tidak diketahui etiologinya yang terjadi dalam
kehamilan, dimanifestasikan dengan hipertensi, (tekanan sistolik 30 mmHg dan atau
tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai dasar) edema dan proteinura (preeklamasia)
yang dapat berlanjut pada kejang/koma (eklamsia). (Rencana Perawatan Material
Bayi, 2001)
2. Etiologi
Penyebab hipertensi pada sebagian besar kasus, tidak diketahui sehingga disebut
hipertensi esensial. Namun demikian, pada sebagian kecil kasus hipertensi merupakan
akibat sekunder proses penyakit lainnya, seperti ginjal; defek adrenal; komplikasi
terapi obat.
Penyebab hipertensi dalam kehamilan adalah:
1. Hipertensi esensial
penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter, faktor emosi (Stress) dan
lingkungan (pola hidup).
2. Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal dan gejala hipertensi dan dapat dijumpai pada wanita hamil
adalah :
Glomerulonefritis akut dan kronik
Plelenofritus akut dan kronik (Sinopsis Obstruksi, 1989)
3. Gejala hipertensi pada ibu hamil :
Sakit kepala
Mudah lelah

Mual, MuntaH
Sesak napas
Gelisah
Perdarahan dari hidung
Wajah kemerahan

Pandangan menjadi kabur sebab adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan
ginjal.
4. Klasifikasi Hipertensi Dalam Kehamilan
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi esensial.
2. Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
3. Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
4. Pre-eklamsia.
5. Eklamsia.
5. PATOFISIOLOGI
Pada ibu hamil normal plasenta menghasilkan progesteron yang bertambah hal ini
menyebabkan ekresi natrium lebih banyak karena progesteron berfungsi sebagai
diuretik ringan.Kehilangan natrium menyebabakan penyempitan dari vilume darah
kompartemen vaskuler, pada kehamilan dengan pre eklamsi menunjukan adanya
peningkatan resistensi perifer dan vasokontriksi pada ruang vaskuler,

bertanbahnya protein serum (albumin dan globulin ) yang lolos dalam urine
disebabkan oleh adanya lesi dalam glomerolus ginjal, sehimgga terjadi oliguri karena
menurunya aliran darah ke ginjal dan menurunya GFR (glomerulus filtrat rate )
kenaikan berat badan dan oedema yang disebabka penambahan cairan yang berlebiha

dalam ruang intrestisial mungkin berhubungan dengan adanya retensi air dan garam,
terjadinya pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke intertisialdiikuti oleh adanya
kenaikan hematokrit, peningkatan protei serum menambah oedem dan menyebabkan
volume darah berkurang, visikositas darah meningkat dan waktu peredaran darah teri
menjadi lama.

6. PENATALAKSANAAN
Adapun penatalaksanaannya antara lain :
1. Deteksi Prenatal Dini
Waktu pemeriksaan pranatal dijadwalkan setiap 4 minggu sampai usia kehamilan 28
minggu, kemudian setiap 2 minggu hingga usia kehamilan 36 minggu, setelah itu
setiap minggu.
2. Penatalaksanaan Di Rumah Sakit
Evaluasi sistematik yang dilakukan mencakup :
Pemeriksaan terinci diikuti oleh pemantauan setiap hari untuk mencari temuan-temuan
klinis seperti nyeri kepala, gangguan penglihatan, nyeri epigastrium, dan pertambahan
berat yang pesat.
Berat badan saat masuk
Analisis untuk proteinuria saat masuk dan kemudian paling tidak setiap 2 hari
Pengukuran tekanan darah dalam posisi duduk setiap 4 jam kecuali antara tengah
malam dan pagi hari
Pengukuran kreatinin plasma atau serum, gematokrit, trombosit, dan enzim hati dalam
serum, dan frekuensi yang ditentukan oleh keparahan hipertensi
Evaluasi terhadap ukuran janin dan volume cairan amnion baik secara klinis maupun
USG
Terminasi kehamilan
Pada hipertensi sedang atau berat yang tidak membaik setelah rawat inap biasanya
dianjurkan pelahiran janin demi kesejahteraan ibu dan janin. Persalinan sebaiknya
diinduksi dengan oksitosin intravena. Apabila tampaknya induksi persalinan hampir
pasti gagal atau upaya induksi gagal, diindikasikan seksio sesaria untuk kasus-kasus
yang lebih parah.

3. Terapi Obat Antihipertens


Pemakaian obat antihipertensi sebagai upaya memperlama kehamilan atau
memodifikasi prognosis perinatal pada kehamilan dengan penyulit hipertensi dalam
berbagai tipe dan keparahan telah lama menjadi perhatian.
4. Penundaan Pelahiran Pada Hipertensi Berat
Wanita dengan hiperetensi berat biasanya harus segera menjalani pelahiran. Pada
tahun-tahun terakhir, berbagai penelitian diseluruh dunia menganjurkan pendekatan
yang berbeda dalam penatalaksanaan wanita dengan hiperetensi berat yang jauh dari
aterm. Pendekatan ini menganjurkan penatalaksanaan konservatif atau menunggu
terhadap kelompok tertentu wanita dengan tujuan memperbaiki prognosis janin tanpa
mengurangi keselamatan ibu.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PADA HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


1. PENGKAJIAN
Pengumpulan Data
Data-data yang perlu dikaji adalah berupa
Identitas klien
Keluhan Utama
Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan berupa seperti sakit
kepala terutama area kuduk bahkan mata dapat berkunang-kunang, pandangan mata
kabur, proteinuria (protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan diawali dengan tandatanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri
abdomen atas (epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan sebagainya.
Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes, penyakit ginjal, rheumatoid
arthritis, lupus atau skleroderma, perlu ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu
muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut
Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti kronis hipertensi
(tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas, ansietas, angina, dispnea, ortopnea,
hematuria, nokturia dan sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari
pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang menderita
penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko ibu sama seperti
primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya faktor
predisposisi
Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit-penyakit
yang disinyalir sebagai penyebab jantung hipertensi dalam kehamilannya. Ada
hubungan genetik yang telah diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan
meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
Riwayat Psikososial
Meliputi perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta
bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya

Pengkajian Sistem Tubuh


B1 (Breathing)
Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas, batuk dengan atau tanpa sputum,
riwayat merokok, penggunaan obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
B2 (Blood)
Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya berkaitan dengan meningkatnya
afterload jantung akibat hipertensi. Selain itu terdapat perubahan hemodinamik,
perubahan volume darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu
trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah trombositopenia dan gangguan
faktor pembekuan lain seperti menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi
adanya riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi, kenaikan
tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar S2 pada dasar , S3 dan S4,
kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur
stenosis valvular, distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
B3 (Brain)

Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak akibat hipertensi. Kelainan
radiologis otak dapat diperlihatkan dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami
edema vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan adanya
kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan dalam jangka waktu
seminggu.Integritas ego meliputi cemas, depresi, euphoria, mudah marah, otot muka
tegang, gelisah, pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori meliputi
keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub oksipital, kelemahan pada salah
satu sisi tubuh, gangguan penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis,
kenaikan terkanan pada pembuluh darah cerebral
B4 (Bladder)
Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus, riwayat penggunaan obat diuretic juga
perlu dikaji. Seperti pada glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas
terhadap sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar
penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel kapiler glomerulus yang
disebut endoteliosis kapiler glomerulus. Nekrosis hemoragik periporta dibagian
perifer lobulus hepar kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar
enzim hati dalam serum
B5 (Bowel)
Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai terutama yang mengandung tinggi
garam, protein, tinggi lemak, dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan,
adanya edema.
B6 (Bone)
Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul pada tungkai,sakit kepala sub
oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi
gangguan cara berjalan, parestesia, hipotensi postural

2. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan ditegakkan melalui analisis cermat terhadap hasil
pengkajian. Diagnosa keperawatan yang umum untuk orang tua dengan gangguan

hipertensi pada kehamilan meliputi hal-hal berikut.


1. Perubahan perfusi jaringan/organ, menurun, b.d

6.
1.

Hipertensi
Vasospasme siklik
Edema serebral
Perdarahan
2. Risiko tinggi cedera ibu b.d
Iritabilitas SSP akibat edema otak, vasospasme, penurunan perfusi ginjal
3. Risiko tinggi cedera pada janin b.d
Insufisiensi uteroplasenta
Kelahiran premature
Solusio plasenta
4. Risiko tinggi gangguan pertukaran gas b.d
Terapi magnesium sulfat
Edema paru
5. Risiko tinggi mengalami solusio plasenta b.d
Vasospasme sistemik
Hipertensi
Penurunan perfusi uteroplasenta
Ansietas b.d efeknya pada ibu dan janin
3. INTERVENSI
Perubahan perfusi jaringan b.d. Hipertensi, Vasospasme siklik, Edema serebral,
Perdarahan
Tujuan : tidak terjadi vasospasme dan perfusi jaringan tidak terjadi
Kriteria hasil : klien akan mengalami vasodilatasi ditandai dengan diuresis,
penurunan tekanan darah, edema
Implementasi
1.

2.
3.

4.

Memantau asupan oral dan


ifus IV MGSO4
Memantau urin yang kluar
Memantau edema yang
terlihat
Mempertahankan tirah
baring total dengan posisi
miring

Rasional
1. MGSO4 adalah obat anti kejang
yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi
vasospasme sehingga
menyebabkan peningkatan
perfusi ginjal, mobilisasi cairan
ekstra seluler (edema dan diuresis
2. Tirah baring menyebabkan aliran
darah urtero plasenta, yang sering
kali menurunkan tekanan darah
dan meningkatkan dieresis

2. Resiko cedera tinggi pada ibu b.d. iritabilitas SSP

Tujuan : gangguan SSP akan menurun mencapai tingkat normal


Kriteria hasil : klien tidak mengalami kejang
Implementasi
1. Mendapatkan data-data dasar
(misal DTRs,klonus)
Memantau pemberian IV
1.
MgSO4 dan kadar serum
MgSO4

Rasional
data-data dasar dugunakan untuk
memantau hasil terapi
MGSO4 adalah obat anti kejang
yang bekerja pada sambungan
mioneural dan merelaksasi
vasospasme
Dosis yang berlebih akan
mengkaji
adanya
kemungkinan
1.
membuat kerja otot menurun
keracunan MgSO4
sehingga dapat menyebabkan
1. mempertahankan lingkungan yang depresi pernapasan berat
Rangsangan kuat, misalnya cahaya
tenang, gelap dan nyaman
terang dan suara keras dapat
menimbulkan kejang

3. Resiko tinggi cedera pada janin b.d fetal distress


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan perawatan tidak terjadi fetal distress pada janin
Kriteria hasil : DJJ ( + ) : 12-12-12
Implementasi

Rasional

1. Monitor DJJ sesuai indikasi


2. Kaji tentang pertumbuhan janin
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio
plasenta ( nyeri perut, perdarahan, rahim
tegang, aktifitas janin turun )
4. Kaji respon janin pada ibu yang diberi
SM
5. Kolaborasi dengan medis dalam
pemeriksaan USG dan NST

Peningkatan DJJ sebagai indikasi


terjadinya hipoxia, prematur dan solusio
plasenta
Penurunan fungsi plasenta mungkin
diakibatkan karena hipertensi sehingga
timbul IUGR
Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala
solutio plasenta dan tahu akibat hipoxia
bagi janin
Reaksi terapi dapat menurunkan
pernafasan janin dan fungsi jantung serta
aktifitas janin
USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin

4. Kecemasan berhubungan dengan ancaman cedera pada bayi sebelum lahir


Tujuan: ansietas dapat teratasi
Kriteria hasil:
1. Tampak rileks, dapat istirahat dengan tepat

2. Menuujukkan ketrampilan pemecahan masalah


Intervensi

Rasional

Mandiri
1. Kaji tingkat ansietas pasien.
Perhatikan tanda depresi dan
pengingkaran
2. Dorong dan berikan kesempatan
untuk pasien atau orang terdekat
mengajukan pertanyaan dan
menyatakan masalah

Mandiri
1. Membantu menentukan jenis
intervensi yang diperlukan
2. Membuat perasaan terbuka dan
bekerja sama untuk memberikan
informasi yang akan membantu
mengatasi masalah
1. Keterlibatan meningkatka
perasaan berbagi, manguatkan
perasaan berguna, memberikan
kesempatan untuk mengakui
kamampuan individu dan
memperkecil rasa takut karena
ketidaktahuan

3. Dorong orang terdekat


berpartisipasi dalam asuhan,
sesuai indikasi

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit Hipertensi dalam kehamilan merupakan kelainan vaskuler yang terjadi
sebelum kehamilan atau timbul dalam kehamilan atau pada permulaan nifas. (Obsteri
Patologi, Univ. Padjajaran Bandung, 1984)
Ada banyak factor yang mengakibatkan terjadinya hipertensi pada ibu hamil,
antara lainnya sebagai berikut:
1.

Hipertensi esensial
Hipertensi esensial adalah penyakit hipertensi yang disebabkan oleh faktor herediter,
faktor emosi (Stress) dan lingkungan (pola hidup).

2.

Penyakit Ginjal
Penyakit ginjal dan gejala hipertensi dan dapat dijumpai pada wanita hamil
adalah :

Glomerulonefritis akut dan kronik


Plelenofritus akut dan kronik (Sinopsis Obstruksi, 1989)
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan adalah sebagai berikut:
1. Hipertensi esensial.
2. Hipertensi esensial disertai superimposed pregnancy-induced hypertension.
3. Hipertensi diinduksi kehamilan (pregnancy-induced hypertension, PIH).
4. Pre-eklamsia.
5. Eklamsia.
B. SARAN
Diharapkan ibu hamil dapat menjaga atau memperhatikan factor- factor yang dapat
mengakibatkan seseorang itu dapat terjadi hipertensi pada ibu hamil factor- factor
antara lainnya adalah factor stress, pola hidup dan lain-lain.
Kami sadar Dalam pembuatan makalah ini saya masih terdapat banyak
kekuranganuntuk itu saya mohon saran demi menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.qirtin.com/asuhan-keperawatan-ibu-hamil-hipertensi/
Read more: http://www.qirtin.com/asuhan-keperawatan-ibu-hamilhipertensi/#ixzz1qmZmI6xx

Anda mungkin juga menyukai