OLEH
KELOMPOK 4:
RHADIATUL AULIA SARI JUNAIDI
1311311049
ATIKA DIYANTI
1311311055
1311311053
1311311053
PRATIWI WULANDARI
1311311051
MELYA PERMATA
1311311045
VANECHIA SEPTI
1311311047
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, Karena berkat rahmat dan
Hidayah Nya, penulis dapat menyusun Makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih terdapat kekurangan, namun demikian
penulis berharap makalah ini dapat menjadi bahan rujukan dan semoga dapat menambah
pengetahuan mahasiswamahasiswi dengan judul Asuhan Keperawatan Trauma Pelvik
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini terutama kepada Ibu Reni Prima Gusti., S.Kp
M.kes selaku dosen mata kuliah Perawatan Trauma.
Dengan segala hormat penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak untuk penyempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................................4
B. Rumusan Masalah ...............................................................................5
C. Tujuan .................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi trauma pelvik .........................................................................6
B. Etiologi ................................................................................................6
C. Manifestasi Klinis ...............................................................................7
D. Patofisiologi ........................................................................................7
E. Komplikasi ..........................................................................................8
F. Penatalaksanaan ..................................................................................9
G. Pemeriksaan Diagnostik .....................................................................10
H. Asuhan Keperawatan ..........................................................................10
a) Pengkajian ...................................................................................10
b) Pemeriksaan Fisik .......................................................................12
c) Diagnosa keperawatan .13
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fraktur pada pelvis terjadi akibat trauma tumpul dan berhubungan dengan angka
mortalitas antara 6% sampai 50%. Walaupun hanya terjadi pada 5% trauma,
penderita biasanya mempunyai angka ISS (injury severity score) yang tinggi dan
sering juga terdapat trauma mayor di organ lain, karena kekuatan yang dibutuhkan
untuk terjadinya fraktur pelvis cukup signifikan. Sebagai contoh, insidensi robekan
aorta thoracalis meningkat secara signifikan pada pasien dengan fraktur pelvis
terutama tipe AP kompresi.
Pada pasien dengan trauma pelvis dapat terjadi hemodinamik yang tidak stabil,
dan dibutuhkan tim dari berbagai disiplin ilmu. Status hemodinamik awal pada
pasien dengan fraktur pelvis adalah faktor prediksi utama yang dihubungkan dengan
kematian. Fangio P,et al (2005) mempublikasikan pada penelitiannya bahwa angka
kematian pada pasien dengan hemodinamik stabil adalah 3,4% yang dibandingkan
dengan yang hemodinamik tidak stabil adalah sebesar 42%.
Karena trauma multipel biasanya terjadi pada pasien dengan fraktur pelvis,
hipotensi yang terjadi belum tentu berasal dari fraktur pelvis yang terjadi. Walaupun
demikian, pada pasien fraktur pelvis yang meninggal, perdarahan pelvis terjadi pada
50% pasien yang meninggal. Pasien dengan fraktur pelvis mempunyai 4 daerah
potensial perdarahan hebat, yaitu : Permukaan tulang yang fraktur, trauma pada arteri
di pelvis, trauma pada plexus venosus pelvis, sumber dari luar pelvis.
Diagnosa fraktur pelvis memerlukan pemeriksaan klinis dan radiolologi yang
teliti, terutama pada penderita yang tidak sadar agar diperiksa secara menyeluruh.
Dalam penanganan fraktur pelvis, selain penanganan fraktur, juga penanganan
untuk komplikasinya yang menyertainya yang dapat berupa perdarahan besar, ruptur
kandung kemih, atau cedera uretra.
B. Rumusan Masalah
-
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kelompok capai adalah :
- Mengetahui dan memahami pengertian trauma pelvic
- Mengetahui dan memahami etiologi dar trauma pelvic
- Mengetahui dan memahami patofisiologi trauma pelvi beserta Woc
- Mengetahui dan memahami manifestasi klinis trauma pelvic
- Mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik pada pasien trauma pelvic?
- Mengetahui dan memahami penatalaksanaan medis pada pasien trauma pelvic
- Mengetahui dan memahami komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pasien
-
trauma pelvic
Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada pasien trauma pelvic
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Fraktur pelvis berhubungan dengan injury arteri mayor,saluran kemih bagian bawah,
uterus, testis, anorektal dinding abdomen dan tulang belakang. Dapat menyebabkan
hemoragi ( pelvis dapat menahan sebanyak + 4 liter darah ) dan umumnya timbul
manifestasi klinis seperti hipotensi ,nyeri dengan penekanan pada pelvic, perdarahan
peritoneum atau saluran kemih.
Fraktur pelvis berkekuatan tinggi merupakan cidera yang membahayakan jiwa.
Perdarahan luas sehubungan dengan fraktrur pelvis relative umum namun terutama lazim
dengan fraktur berkekuatan tinggi. Kira kira 15-30% pasien dengan cidera pelvis
berkekuatan tinggi tidak stabil secara hemodinamik, yang mungkin secara langsung
dihubungkan dengan hilangnya darah dari cedera pelvis. Perdarahan merupakan
penyebab utama kematian pada pasien dengan fraktur pelvis, dengan keseluruhan angka
kematian 6-35% pada fraktur pelvis berkekuatan tinggi rangkaian besar. Truma pelvic
yang komplek berkaitan dengan mortalitas yang tinggi. Trauma pelvis adalah Keadaan
darurat bedah yang membutuhkan penangan segera.
Trauma pelvis adalah terputusnya hubungan tulang pelvis, baik tulang pubis maupun
tulang ilium yang disebabkan oleh suatu trauma.
Jadi, Trauma pelvis adalah trauma tulang rawan pada pelvis yang disebabkan oleh
ruda paksa, misalnya kecelakaan, benturan hebat yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, dan lain lain.
B. Etiologi
Trauma langsung : Brnturan pada tulang dan mengakibatkan fraktur pada tempat
tersebut, misal: Kecelekaaan lalu lintas atau kecelakaan kerja
Trauma tidak langsung : Bilamana titik tumpul benturan dengan terjadinya
fraktur berjauhan.
Trauma iatrogenic, seperti operasi ginekologik dan operasi daerah pelvic atau
akibat tindakan endoskopi ,seperti operasi transurethral.
Trauma tumpul
Trauma tajam akibat luka tusuk atau tembak.
Patologis :metastase dari tulang
Degenerasi
Spontan,terjadi tarikan otot yang sangat kuat
Proses penyakit : kanker dan riketsia
Compresion force : klien yang melompat dari tempat ketinggian dapat
mengakibatkan fraktur kompesi tulang belakang.
Muscle ( otot ) akibat injuri/sakit terjadi regangan otot yang kuat sehingga dapat
menyebbakakan
fraktur
misal:
elektrik
shock
dan
tetani
C. Manifestasi klinis
Manifestasi Klinis
Pada trauma pelvis akan ditemukan tanda dan gejalaseperti:
Jejas pada pelvis
Nyeri tekan pada pelvis
Ketidakstabilan pada perabaan
Perbedaan panjang kedua tungkai
Rectal examination & darah pada mue
Hipotensi dan tachycardia
D. Patofisiologi
Trauma biasanya terjadi secara langsung pada panggul karena tekanan yang
besar atau karena jatuh dari ketinggian. Pada orang tua dengan osteoporosis dan
osteomalasia dapat terjadi fraktur stress pada ramus pubis.
Mekanisme trauma pada cincin panggul terdiri atas:
1. Kompresi anteroposterior Hal ini biasanya akibat tabrakan antara seorang pejalan
kaki dengan kendaraan. Ramus pubis mengalami fraktur, tulang inominata
terbelah dan mengalami rotasi eksterna disertai robekan simfisis. Keadaan ini
disebut sebagai open book injury
2. Kompresi lateral Kompresi dari samping akan menyebabkan cincin mengalami
keretakan. Hal ini terjadi apabila ada trauma samping karena kecalakaan lalu
lintas atau jatuh dari ketinggian. Pada keadaan ini ramus pubis bagian depan pada
kedua sisinya mengalami fraktur dan bagian belakang terdapat strain dari sendi
sakroiliaka atau fraktur ilium atau dapat pula fraktur ramus pubis pada sisi yang
sama.
3. Trauma vertikal Tulang inominata pada satu sisi mengalami pergerakan secara
vertikal disertai fraktur ramus pubis dan disrupsi sendi sakroiliaka pada sisi yang
sama. Hal ini terjadi apabila seseorang jatuh dari ketinggian pada satu tungkai
4. Trauma kombinasi Pada trauma yang lebih hebat dapat terjadi kombinasi kelainan
diatas
E. WOC Terlampir
F. Komplikasi
Trauma pelvis akan menyebabkan kerusakan lada tulang pelviid, kerusakan pada
jaringan lunak dan panggul, kerusakan pada organ bagian dalam panggul. Kerusakan
atau komplikasi dari cedera pelvis meliputi komplikasi segera dan lanjut.
Komplikasi segera meliputi :
-
Robekan uretra
Robekan uretra terjadi karena adanya disrupsi simfisis pubis pada daerah
uretra pars mambronosa.
2.
trauma.
Kreatinin : Trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk ginjal.
Scan tulang, tomogram, CT-scan/ MRI: Memperlihatkan frakur dan
control)
Breathing, menjaga pernafasan dengan ventilasi
Circulation dengan kontrol perdarahan (hemorrage control)
Disability, status neurologis
Exposure/environmental control, membuka baju penderita, tetapi
cegah hipotermia
d. Secondary survey
Tindakan ini dilakukan secara cepat untuk memeriksa cedera seutuhnya,
yang terlihat maupun yang tersembunyi. Pemeriksaan ini berguna untuk
menentukan tindakan-tindakan yang perlu dikerjakan. Semua penemuan dicatat.
Pada penderita kritis, secondary survey dikerjakan selama transportasi. Jika pada
primary survey tidak ditemukan kondisi kritis,secondary survey langsung
dikerjakan di tempat kejadian. Walaupun pasien dalam keadaan stabil, secondary
survey di tempat kejadian sebisanya jangan lebih dari 3 menit.
Prioritas pemeriksaan pada secondary survey:
a.
Tanda vital
b.
c.
d.
Balut Bidai
e.
Monitor terus-menerus
b) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik klien yang mengalami fraktur pelvis sebaiknya dilakukan
dengan pendekatan persistem karena pada kondisi klinis, keadaan fraktur pelvis
dapat menggannggu multi-organ.
B1 (Breathing)
Perubahan system pernapasan terutama pada klien trauma panggul berat disertai
perdarahan hebat dan syok, klien biasanya akan jatuh pada kondisi ARDS atau
gagal napas akut.
B2 (Blood)
Pada pengkajian system kardivaskular didapatlkan renjatan (syok hipovolemik
atau syok hemoragic) yang sering terjadi pada klien cedera panggul sedang dan
berat. Hasil pemeriksaan kardiovaskular klien cedera panggul pada beberapa
keadaan dapat berupa tekanan darah menurun, nadi bradikardia, berdebar-debar,
pusing saat melakukan perubahan posisi, bradikardia ekstremoitas dingin atau
pucat. Nadi bradikardia merupakan tanda perubahan perfusi jaringan otak. Kulit
pucat menandakan adanya penurunan kadar hemoglobin dalam darah. Hipotensi
menandakan adanya perubahan perfusi jaringandan tanda awal dari suatu renjatan.
B3 (Brain)
Tingkat kesadaran dapat berubah sesuai komplikasi yang dapat mengganggu
organ vital. Lesi saraf skiatik dapat terjadi pada saat trauma atau pada saat
operasi. Lesi pleksus Lumbosakralis biasanya terjadi pada fraktur sacrum yang
bersifat vertical disertai pergeseran. Terjadi gangguan fungsi seksual apabila
mengenai pusat saraf.
B4 (Bladder)
Pada klien trauma panggul anterolateral yang mengenai kandung kemih akan
didapatkan hematuria, nyeri berkemih, deformitas pada pubis sampai kelainan
pada alat kelamin yang sangat mengganggu proses miksi. Pada pemeriksaan,
haluan urin kadang tidak ditemukan , perawat harus waspada terhadap adanya
rupture kandung kemih dan rupture uretra sehingga urin keluar ke rongga
peritoneum. Sangat penting bagi perawat agar jangan melakukan pemasangan
kateter pada kondisi ini karena merupakan kontraindikasi pemasangan kateter
apabila klien mengalami ruptur uretra.
B5 (Bowel)
Pada keadaan trauma panggul kombinasi yang mencederai alat dalam abdomen
sering didapatkan adanyaileus paralitik, dengan gambaran klinishilangnya bising
usus, kembung dan defekasi tidak terjadi. Pemenuhan nutrisi berkurang karena
adanya mual dan asupan nutrisi yang kurang.
B6 (Bone)
Paralisis motorik ekstremitas bawah biasanya terjadi apabila trauma panggul juga
mengompresi sacrum. Gejala gangguan motorik sesuai dengan distribusi
segmental dari saraf yang terkena. Keluhan berupa gejala pembengkakan ,
deformitas, dan perdarahan subkutan disekitar panggul. Terdapat gangguan fungsi
anggota gerak bawah.
c) Diagnosa keperawatan
No
1.
Diagnosa
(NANDA)
Nyeri akut
NOC
NIC
Kontrol Nyeri
Manajemen Nyeri
Indikator:
Aktivitas:
Mampu
mengontrol
nyeri,
mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi
untuk
mengurangi
nyeri,
mencari
bantuan)
Melaporkan
nyeri
bahwa
berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
Mampu
mengenali
nyeri
(skala,
frekuensi
menyatakan pengalamannya
intensitas,
berkurang
Tanda vital
rentang normal
Tidak
mengalami
gangguan tidur
dalam
pengobatan
Berikan obat dengan prinsip
5 benar
Cek riwayat alergi obat
Pilih analgetik secara tepat
/kombinasi lebih dari satu
analgetik jika telah
diresepkan
Tentukan pilihan analgetik
(narkotik, non narkotik,
NSAID) berdasarkan tipe
pemberian analgetik
Monitor reaksi obat dan
efeksamping obat
Dokumentasikan respon
setelah pemberian analgetik
dan efek sampingnya
Manajemen Lingkungan:
Kenyamanan
Aktivitas:
Pilihlah
ruangan
dengan
Kerusakan
I.
berhubungan
hasil
II.
tenang
Perhatikan hygiene pasien
Menyediakan
kasur
yang
dianjurkan
Jelaskan kepada pasien bahwa
efektif/normal
Berjalan sampai
tujuan
Berjalan disekitar
ruangan
Berjalan disekitar
tempat tinggal
Sesuaikan dengan
pasien
sebelum
tekstur permukaan
yang dianjurkan
Posisi dalam kesejajaran tubuh
yang berbeda
Mobilisasi
yang tepat
Immobilisasi
Kriteria
hasil
yang
diharapkan :
yang Aktivitas:
diharapkan:
dengan nyeri
membuat nyaman
Mengatur posisi
Ambulasi
Keseimbangan membaik
Cara Berjalan normal
Gerakan Otot normal
Gerakan Sendi normal
Tampilan Posisi Tubuh
Kemampuan Untuk
Berpindah Posisi
atau
tempatkan
Mampu Berjalan
Leluasa Bergerak
rasa sakit
Anjurkan
pasien
bagaimana
mendukung
anggota
digunakan
dalam
jangkauan
Posisikan tempat tidur dekat
saklar yang mudah dijangkau
Tempatkan lampu panggilan
dalam jangkauan
Promosi mekanika tubuh
Aktivitas:
Tentukan komitmen pasien
untuk belajar dan
menggunakan postur tubuh
yang benar
Berkolaborasi dengan terapi
fisik dalam mengembangkan
rencana mekanika tubuh
promosi , seperti yang
ditunjukkan
Tentukan pemahaman petient
tentang mekanika tubuh dan
olahraga ( misalnya
demonstrasi teknik yang
benar kembali ketika
melakukan kegiatan /
olahraga )
Anjurkan pasien pada
struktur dan fungsi tulang
belakang dan postur optimal
untuk bergerak dan
menggunakan tubuh
Anjurkan pasien tentang
kebutuhan untuk postur
tubuh yang benar untuk
mencegah kelelahan ,
ketegangan , starin , atau
cedera
Anjurkan pasien bagaimana
menggunakan pusture dan
mekanika tubuh untuk
mencegah cedera saat
jaringan otot
Anjurkan untuk
menggunakan hal-hal
perusahaan / kursi atau
yang tepat
Membantu untuk
menghindari duduk di posisi
lama
Menunjukkan bagaimana
untuk menggeser berat badan
dari satu kaki ke kaki lain
sambil berdiri
Anjurkan pasien untuk
menggerakkan kaki pertama
dan tubuh saat berbalik
untuk berjalan dari posisi
berdiri
Gunakan prinsip-prinsip
mekanika tubuh dengan
meletakan penanganan
pasien yang aman dan bantu
movment
Membantu pasien , keluarga
untuk mengidentifikasi
mulai
Membantu pasien untuk
melakukan latihan fleksi
untuk memfasilitasi kembali
mobilitas , seperti yang
ditunjukkan
Anjurkan pasien / keluarga
tentang frekuensi dan jumlah
pengulangan untuk setiap
latihan
pasien
Memberikan informasi
tentang penyebab posisi
kemungkinan muccle atau
bergabung nyeri
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Trauma pelvis sering terjadi terutama disebabkan trauma tumpul yang mana
sering terjadi pada kecelakaan saat berkendara ataupun orang yang tertabrak
kendaraan. Angka kematian pada trauma pelvis cukup tinggi bila tidak disertai
penanganan yang baik. Kejadian trauma terhadap pelvis didominasi oleh fraktur
pelvis yang mana mencapai angka 44%. Perdarahan arteri adalah salah satu masalah
yang paling serius yang berhubungan dengan patah tulang panggul, dan tetap
menjadi penyebab utama kematian disebabkan fraktur panggul dengan keseluruhan
angka kematian antara 6-35 % pada fraktur pelvis berkekuatan-tinggi. Perdarahan
mengancam jiwa yang berkaitan dengan fraktur panggul berasal dari tulang yang
patah, pleksus vena panggul, pembuluh darah panggul besar, dan atau cabang-cabang
arteri iliaka. Perdarahan pada fraktur panggul disebabkan oleh cedera vena dan
bagian yang patah dapat diobati secara efektif dengan fiksasi eksternal dengan
mengurangi volume perdarahan dan menstabilkan fraktur.
DAFTAR PUSTAKA
Hudak, Carolyn M.1996. Keperawatan kritis:pendekatan holistic. Jakarta:EGC
https://www.academia.edu/10017104/ASKEP_TRAUMA_PELVIS
Patofisiologi trauma pelvis
Arif Muttaqin. 2011 Buku Saku Gangguan Muskuleskeletal : Aplikasi pada Praktik
Klinik
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37618/4/Chapter%20II.pdf
WOC FRAKTUR
Trauma langsung
FRAKTUR PELVIS
kondisi patologis
Diskontinuitas tulang
kerusakan frakmen
tulang
pergeseran frakmen
tulang
Nyeri akut
Perub jaringan
sekitar
Perub jaringan
sekitar
laserasi kulit:
Spasme otot
Pergeseran
frag Tlg
putus vena/arteri
melepaskan
katekolamin
perdarahan
pelepasan histamin
memobilisai
asam lemak
kehilangan
volume cairan
bergab dg
trombosit
deformitas
gg. fungsi
tubuh
Shock
hipivolemik
Gg mobilitas
fisik
Kerusakan
integritas
edema
menyumbat pemb
drh
penurunan perfusi
jaringan
gg.perfusi jar
Defisit Volume
Cairan
kulit
Resiko Infeksi
emboli