187
1. PENDAHULUAN
Jumlah air yang dapat melewati suatu lapisan tanah (flux) sangat
ditentukan oleh konduktivitas hidrolik tanah. Tanah dengan konduktivitas
hidrolik tinggi akan mudah disusupi air, sehingga cepat mengering.
Dengan demikian, bahan terlarut yang dikandung air tanah akan mudah
bergerak di dalam tanah bersama pergerakan air di dalam tanah.
Sebaliknya, tanah dengan konduktivitas hidrolik rendah akan relatif
mudah tergenang.
Konduktivitas hidrolik tanah ditentukan oleh tekstur dan struktur
tanah. Tanah yang didominasi oleh pasir mempunyai konduktivitas
hidrolik tinggi. Sebaliknya, tanah dengan tekstur liat mempunyai
kondukstivitas hidrolik yang rendah. Akan tetapi, ada kalanya tanah
bertekstur liat, namun mempunyai agregasi granular (butir) yang mantap,
mempunyai konduktivitas hidrolik tinggi.
2. PRINSIP ANALISIS
Hukum dasar tentang pergerakan air di dalam tanah adalah hukum
Darcy. Hukum ini memberikan hubungan antara flux, q, dan konduktivitas
hidrolik, K, dan beda tinggi hidrolik (hydraulic head gradient), H:
q = - K . H
(1)
( hi z i ) ( ho z o )
L
(2)
188
hi =
zi =
ho=
zo =
189
(3)
dimana: r
H
y
= radius lubang
= jarak dari dasar lubang ke permukaan air tanah
= perbedaan kedalaman air di dalam lubang dengan
permukaan air tanah
y/t = perubahan tinggi muka air tanah dalam selang waktu
tertentu (Gambar 1).
(4)
Untuk persamaan (3) dan (4), K mempunyai satuan yang sama dengan
-1
y/t (misalnya cm hari ). Boast dan Kirkham (1971) memberikan
persamaan yang lebih sederhana yaitu:
K (y / t )C / 864
(5)
190
Tabel 1. Nilai faktor C untuk persamaan (5)
H/r
y/H
s/H
0,05
0,1
0,2
0,5
0.5
1
0,75
0,5
447
469
555
423
450
537
404
434
522
375
408
497
323
360
449
286
324
411
264
303
386
255
292
380
254
291
379
252
289
377
241
278
359
213
248
324
166
198
264
1
0,75
0,5
186
196
234
176
187
225
167
180
218
154
168
207
134
149
138
123
138
175
118
133
169
116
131
167
115
131
167
115
130
166
113
128
164
106
121
156
91
106
139
1
0,75
0,5
51,9
54,8
66,1
48,6
52,0
63,4
46,2
49,9
61,3
42,8
46,8
58,1
38,7
42,8
53,9
36,9
41,0
51,9
36,1
40,2
51,0
35,8
40,0
50,7
35,5
39,6
50,3
34,6
38,6
49,2
32,4
36,3
46,6
10
1
0,75
0,5
18,1
19,1
23,3
16,9
18,1
22,3
16,1
17,4
21,5
15,1
16,5
20,6
14,1
15,5
19,5
13,6
15,0
19,0
13,4
14,8
18,8
13,4
14,8
18,7
13,3
14,7
18,6
13,1
14,5
18,4
12,6
14,0
17,8
20
1
0,75
0,5
5,91
6,27
7,67
5,53
5,94
7,34
5,30
5,73
7,12
5,06
5,50
6,88
4,81
5,25
6,60
4,70
5,15
6,48
4,66
5,10
6,43
4,64
5,08
6,41
4,62
5,07
6,39
4,58
5,02
6,34
4,46
4,89
6,19
50
1
0,75
0,5
1,25
1,33
1,64
1,18
1,27
1,57
1,14
1,23
1,54
1,11
1,20
1,50
1,07
1,16
1,46
1,05
1,14
1,44
1,04
1,13
1,43
1,02
1,11
1,39
100
1
0,75
0,5
0,37
0,40
0,49
0,35
0,38
0,47
0,34
0,37
0,46
0,34
0,36
0,45
0,33
0,35
0,44
0,32
0,35
0,44
0,32
0,35
0,44
0,31
0,34
0,43
191
2. Pompa air (Gambar 3), atau menggunakan ember kecil (yang bisa
masuk lubang pemboran) untuk menguras air.
3. Alat pengukur ketinggian air. Alat ini dapat dibuat dari pelampung dan
sebatang meteran yang panjangnya kurang lebih sedalam lubang
pemboran.
4. Jam atau stopwatch.
5. Lembaran pencatat data (data sheet) seperti dicontohkan pada Tabel
2.
y
H
h
2r
Gambar 2. Bucket
auger
3.1.3. Prosedur
1. Bersihkan permukaan tanah dari serasah dan sampah.
2. Buatlah sebuah lubang dengan menggunakan bor (bucket auger).
Usahakan agar kerusakan pada dinding lubang seminimal mungkin.
Kedalaman lubang sekurang-kurangnya 30 cm di bawah muka air
tanah. Perhatikan dan catat perubahan tekstur dari penampang tanah
sewaktu pemboran. Jangan sampai terjadi pemboran pada tanah
yang mempunyai mata air.
192
E=
M.A.T
D=
d2
S=
y1
H=DE=
y2
H
S=SD=
H/r =
d y
s/H =
d1
2r
s
I
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Pengamat:
Kedala
m-an
permukaan air
di
di E
yi
Wakt
u
Beda
y
Rasio
y/t
y/H
Faktor
C, dari
Tabel
1
Catatan
193
7,5 cm
besi 0,5 cm
30 cm
permukaan tanah
//////////
pipa PVC
pipa PVC
5 cm
130 cm
100 cm
lubang
0,5 cm
besi 3,0 cm
194
3.1.4. Perhitungan
(6)
195
196
Untuk tanah yang lapisan kedap airnya dalam (s>2H), maka K-sat
dapat dihitung dengan rumus:
K
Q [sin
( H / r ) (r 2 / H
2 H 2
1) 1 / 2 r / H ]
(7)
Q [sin
( H / r ) 1]
2 H 2
(8)
Q [ln( H / r ) ( H 2 / r 2 1) 1 / 2 ] 1
2 H 2
(9)
3 Q ln( H / r )
H (3 H 2 s )
(10)
197
f.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
3.2.3. Prosedur
1. Bersihkan permukaan tanah dari sisa tanaman, sampah, dan rumputrumputan.
2. Buat lubang dengan menggunakan bor (bucket auger). Usahakan
agar kerusakan pada dinding lubang sesedikit mungkin. Perhatikan
dan catat perubahan tekstur dari profil tanah sewaktu pemboran.
Jangan sampai lapisan kedap air terlubangi.
3. Sesudah pemboran sampai kedalaman yang diinginkan, bersihkan
dinding lubang dengan menggunakan gundar. Hindari penutupan pori
(sealing) dan pemadatan dinding lubang.
4. Ukur kedalaman, D, radius lubang, r, dan ukur atau perkirakan
kedalaman lapisan kedap air dari dasar lubang, s. Tentukan juga
kedalaman air yang akan dipertahankan di dalam lubang, H.
Kedalaman lapisan kedap air dapat diperkirakan dengan melakukan
pemboran dekat lubang pengamatan.
5. Lindungi lubang dengan pipa berperforasi atau dengan suatu filter.
Perforasi dimulai dari dasar lubang sampai pada ketinggian
permukaan air di dalam lubang. Bila menggunakan pasir atau kerikil
untuk pelindung lubang, pasir atau kerikil diisi sampai <15 cm di
bawah permukaan air di dalam lubang.
198
S = __________ cm
D = __________ cm
E = __________ cm
h1 = h2 = _____ cm
d = h2 - E =____ cm
H = D - d = ____cm
r = __________ cm
s = S - D = ____ cm
Penunjuk
ketinggian
air
Pipa
siphon
Tanah
jenuh
Waktu
Kecepatan
aliran
cm3
menit
cm3 menit-1
Pengamat:
199
Penunjuk
ketinggian
air
Pipa
siphon
Tanah
jenuh
Gambar 5. Diagram
pengukuran
konduktivitas
hidrolik
tanah
menggunakan sistem permukaan air konstan dengan mariot
siphon, dan skema auger hole untuk tanah dengan
permukaan air tanah dalam
200
201
4. DAFTAR PUSTAKA
Amoozegar, A., and A. W. Warrick. 1986. Hydraulic conductivity of
saturated soils: Field methods. p. 735-770. In Methods of Soil
Analysis, Part 1. Second ed. Agron. 9. Am. Soc. of Agron.,
Madison, WI.
Boast, C. W., and D. Kirkham. 1971. Auger hole seepage theory. Soil. Sci.
Soc. Am. Proc. 35: 365-373.
Boast, C. W., and Langerbartel. 1984. Shape factor for seepage into pits.
Soil Sci. Soc. Am. J. 48: 10-15.
Bouma, J. 1983. Use of soil survey data to select measurement
techniques for soil hydraulic conductivity. Agric. Water Manage. 6:
177-190.
Bouwer, H., and R. D. Jackson. 1974. Determining soil properties. In van
Schilfgaarde (Ed.). Drainage for Agriculture. Agronomy 17: 611672. Amer. Soc. Agron. Madison, WI.
Kirkham, D. 1958. Theory of seepage into an auger hole above an
impermeable layer. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 18: 204-208.
Kirkham, D., and C. H. M. van Bavel. 1948. Theory of seepage into auger
holes. Soil Sci. Soc. Am. Proc. 13: 75-82.