Disusun Oleh :
AMBAR IKA SAFITRI
J 100 060 049
Fisioterapi.
Hari : Kamis
Disahkan oleh:
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Penguji Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Program Studi Fisioterapi Diploma III
Pembimbing
iii
MOTTO
“Siapa yang berjalan di suatu jalan untuk ilmu pengetahuan, Allah akan
memudahkan baginya jalan ke surga.”
(HR. Muslim)
“Sesunguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada dirinya.”
(Q.S. Ar Ra’d : 11)
“Harga sebuah kegagalan dan kesuksesan bukan dinilai dari hasil akhir,
melainkan dari proses perjuangannya.”
(Penulis)
“Jadikanlah Sabar dan Sholat sebagai penolongmu,Sesungguhnya Allah beserta
orang‐orang yang sabar.”
(Q.S. AlBaqoroh:153)
iv
PERSEMBAHAN
2. Diri’ak sendiri.
3. Adik’Q teRsayaNg.
5. Keluarga Besar’ak.
7. Almamater’ak.
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur selalu penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis sampai saat ini masih
5.Tak lupa sholawat serta salam selalu tercurah pada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW.
Dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya peran
vi
4. Bapak dan Ibu dosen serta segenap karyawan jurusan Fisioterapi Universitas
10. “Mz_diQ” yang banyak membantu penulis dalam penyelesaian Karya Tulis
Ilmiah ini.
Forget Me…
vii
13. Teman-teman seperjuangan di Rumah Sakit, D4 Fisioterapi UMS, Akfis
Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
harapkan untuk membuat Karya Tulis Ilmiah ini menjadi lebih baik
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Penulis
viii
PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY (SWD) DAN
TERAPI LATIHAN WILLIAM FLEXION EXERCISE PADA
LOW BACK PAIN KARENA SPONDYLOLISTHESIS L4-5
ABSTRAK
ix
PENATALAKSANAAN SHORT WAVE DIATHERMY (SWD) DAN
TERAPI LATIHAN WILLIAM FLEXION EXERCISE PADA
LOW BACK PAIN KARENA SPONDYLOLISTHESIS L4-5
RINGKASAN
(Ambar Ika Safitri, Karya Tulis Ilmiah)
Low Back Pain adalah yeri pada punggugn tulag belakang L1 – seluruh
sacrum dan otot-otot sekitarnya. Low Back Pain karena Spondylolisthesis adalah
nyeri pada punggung yang dikarenakan pergeseran kedudukan Corpus vertebrae
terhadap vertebrae yang di sebelah atas atau di sebelah bawahnya.
Permasalahan yang timbul pada Low Back Pain karena Spondylollisthesis
L4-5 yaitu nyeri pada punggung bawah, spasme otot paravertebrae lumbal,
keterbatasan LGS lumbal, penurunan kekuatan otot trunk.
Untuk mengatasi permasalahan yang timbul pada kondisi tersebut,
modalitas fisioterapi yang diberikan Short Wave Diathermy dan William Flexion
Exercise, juga edukasi pada pasien. Setelah 6 kali terapi didapatkan hasil sebagai
berikut: (1) nyeri berkurang yaitu nyeri diam T1= 0 mm setelah dilakukan terapi
6x T6= 0 mm, nyeri tekan otot paravertebra lumbal (S) T1= 20 mm setelah
dilakukan terapi 6x menjadi T6= 10 mm, nyeri gerak saat flexi trunk aktif T1= 40
mm setelah 6x terapi T6= 30 mm, nyeri gerak saat extensi trunk aktif T1 = 20 mm
setelah 6x terapi T6= 10 mm. (2) Peningkatan LGS trunk yaitu Flexi trunk T1= 6
cm menjadi T6= 7 cm, extensi trunk T1= 4 cm menjadi T6= 5 cm, Lateral Flexi
trunk (D) T1= 9 cm menjadi T6= 10 cm, Lateral Flexi trunk (S) T1= 8 cm menjadi
T6= 9 cm. (3) Peningkatan kekuatan otot trunk yaitu Flexor trunk T1= 4- menjadi
T6= 4, extensor trunk T1= 4- menjadi T6= 4.
x
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ...................................................................................................... ix
RINGKASAN ................................................................................................. x
C. Patologi .................................................................................. 22
xi
D. Diskripsi Problematika Fisioterapi ......................................... 27
C. Pembahasan ............................................................................ 69
A. Kesimpulan ............................................................................ 75
B. Saran ....................................................................................... 76
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.15 Hasil Pemeriksaan Kekuatan Otot dengan MMT (Secara aktif).... 67
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 4.4 Gerakan awal (A) & gerakan akhir (B) william Flexi No.1 ....... 53
Gambar 4.5 Gerakan awal (A) & gerakan akhir (B) william Flexi No.2 ....... 53
xiv
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.2 Hasil Pemeriksaan LGS trunk dengan Midline (secara aktif)..... 71
Grafik 4.3 Hasil Pemeriksaan Kekuatan Otot Trunk dengan MMT (secara
aktif)............................................................................................ 72
palpasi ......................................................................................... 73
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam Pembukaan UUD 1945 tercantum dengan jelas cita-cita bangsa yang
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat yang optimal. Upaya kesehaan yang semula menitikberatkan pada upaya
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Pinggang Bawah (NPB) merupakan kondisi
yang sering dikeluhkan pasien, dan banyak menyerang penduduk dunia. Sebagian
besar LBP disebabkan oleh gangguan struktur jaringan lunak. Di Amerika Serikat,
1
2
keluhan ini merupakan salah satu keluhan pasien terbanyak kurang lebih 60%-80%
populasi orang dewasa pernah mengalami kondisi ini dalam hidupnya. Keluhan ini
dimulai pada usia 25 tahun dan paling banyak usia antara 40 tahun dan 45 tahun.
Sehingga keluhan LBP paling sering menyebabkan kehilangan hari kerja pada umur
Dari semua kasus, yang dapat ditemukan kelainan anatomisnya, antara lain ;
dijumpai pada individu muda. Keadaan ini sering terjadi pada tulang vertebrae
spinalis bawah (85% pada L5 ; 10% pada L4 ; 4% pada semua vertebrae lumbalis
bagian lainnya dan jarang dijumpai pada segmen vertebrae lain) (Yuziana, 2006).
baik kapasitas fisik berupa nyeri pada punggung bawah, spasme otot paravertebrae
lumbal, keterbatasan lingkung gerak sendi (LGS) lumbal, penurunan kekuatan otot
dari tidur ke bangun, duduk terlalu lama terasa pegal, untuk membungkuk sakit
(Sidharta, 1984).
bawah 26 tahun hanya 10% timbul nyeri, pada kelompok umur 26-39 tahun
kemungkinan besar didapat nyeri dan di atas 40 tahun selalu didapat nyeri (Cox,
1990). Nyeri merupakan keluhan yang sering mendorong pasien mencari pertolongan
3
dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Short Wave Diathermy (SWD) dan William Flexion Exercise dapat
2. Apakah Short Wave Diathermy (SWD) dan William Flexion Exercise dapat
meningkatkan kekuatan otot trunk pada Low Back Pain karena Spondylolisthesis
L4 – 5.
3. Apakah Short Wave Diathermy (SWD) dan William Flexion Exercise dapat
meningkatkan lingkup gerak sendi trunk pada Low Back Pain karena
Spondylolisthesis L4 – 5.
4. Apakah Short Wave Diathermy (SWD) dan William Flexion Exercise dapat
C. Tujuan Penulisan
5. Tujuan penulisan dalam Karya Tulis Ilmiah dengan pelaksanaan Short Wave
Diathermy dan Terapih Latihan William Flexion Exercise pada Low Back Pain
karena Spondylolisthesis L4-5 adalah: (1) Untuk mengetahui apakah Short Wave
4
Diathermy (SWD) dan William Flexion Exercise dapat mengurangi nyeri pada
Short Wave Diathermy (SWD) dan William Flexion Exercise dapat meningkatkan
kekuatan otot trunk pada Low Back Pain karena Spondylolisthesis L4 – 5. (3)
Untuk mengetahui apakah Short Wave Diathermy (SWD) dan William Flexion
Exercise dapat meningkatkan lingkup gerak sendi trunk pada Low Back Pain
Diathermy (SWD) dan William Flexion Exercise dapat mengurangi spasme pada
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
2. Bagi Masyarakat
3. Bagi Institusi
nyeri pinggang bawah karena spondylolisthesis kepada tenaga medis baik yang
4. Bagi Pendidikan
karena spondylolisthesis.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi Kasus
1. Definisi Spondylolisthesis
itu hampir selalu antara L4 dan L5, atau antara L5 dan sacrum. Lamina yang normal
belakang bergerak ke depan di atas tulang belakang yang lain. Pergeseran ke depan
(atau slip) hanya terjadi bila mekanisme ini gagal (Apley, 1995). Spondylolisthesis
berasal dari kata Yunani Spondylo yang berarti tulang punggung dan Listhesis yang
kongenital. Tetapi kebanyakan adalah akibat trauma atas dasar kelemahan pada
tersebut kongenital, namun keluhan sakit punggung bawah baru timbul setelah usia
35 tahun ke atas. Hal ini disebabkan oleh kelainan sekunder yang terjadi dalam masa
itu. Sakit punggung bawah tersebut bersifat pegal difus di daerah sacro lumbal
(Sidharta, 1984).
5
6
2. Anatomi Vertebra
utama. Rangka ini terbagi menjadi 5 regio, yaitu: 7 vertebra cervical, 12 vertebra
thorakal, 5 buah vertebra lumbal, 5 vertebra sakral, 3-5 vertebra coccigeal – stabilitas
Vertebra lumbal terletak di regio punggung bawah antara regio thorax dan
sacrum. Ditandai dengan corpus yang besar, laminanya besar, kuat dan tidak ada
costal facet. Bentuk foramen vertebralisnya bervariasi mulai dari oval sampai
triangular. Lumbal sendiri tersusun atas lima vertebra lumbal yang setiap ruas
dipisahkan oleh discus intervertebralis, corpus dan proccesus spinosus yang tebal dan
Karakteristik vertebra lumbal terdiri atas korpus dan procesus serta lamina
yang kuat berfungsi untuk menumpu berat badan. Vertebra lumbalis memiliki
Bentuk Corpus pada vertebra lumbalis, dataran depan lebih tinggi daripada
dataran belakangnya. Bentuknya jika dilihat dari atas tampak seperti ginjal
lateral anterior disambungkan oleh adanya pedicle. Bila dilihat irisan melintang
7
bentuk pedicle vertebra lumbal adalah oval. Pedicle akan diproyeksikan ke posterior
Processus Spinosus dan transversus memiliki ukuran yang lebih besar dari
processus yang dimiliki vertebra cervical dan thoracal. Pada batas antara radix dan
processus mamilaris yang memiliki ukuran dan posisi yang bervariasi (Pujiastuti,
1993)
corpus vertebralis yang didesain untuk menahan beban. Pada potongan segitiga
atau epifisis corpus vertebra dan secara sycondrosus bersatu dengan vertebra.
berjalan miring (oblique) dari satu vertebra ke vertebra lainnya. Pola yang seperti ini,
juga berfungsi sebagai pengikat yang erat antar dua vertebra tersebut.
8
suatu massa gelatinosa. Nucleus pulposus terletak agak ke belakang tidak dapat di
tengah-tengah oleh karena lamellae annulus fibrosus di daerah posterior tipis dan
jumlahnya sedikit. Nucleus pulposus mengandung air dalam jumlah yang banyak
saat lahir tetapi akan terus berkurang seiring bertambahnya usia. Peranannya
menyerupai peredam getaran (shock absorber) jika ada gaya axial dan menyerupai
bola semifluida saat menahan gerakan flexi, extensi, rotasi dan lateral flexi columna
Fungsi discus intervertebralis yaitu: (a) sebagai bantalan agar tidak terjadi
gerakan antar corpus vertebra saat bergerak, (b) sebagai penyangga corpus dalam
menumpu berat badan, (c) sebagai pengikat vertebra yang satu dengan vertebra yang
lain.
Otot yang terletak sebelan anterior dan lateral yaitu yang berfungsi sebagai
sebagai pembentuk dinding perut bagian belakang. Bila bekerja bilateral, otot yang
berfungsi lateral fleksi yaitu m. obliqus externus bila bekerja unilateral ke samping
searah.
Otot-otot yang terletak di sebelah posterior yaitu otot yang berfungsi sebagai
ekstensi lumbal antara lain: a) m. transverso spinalis yang terdiri dari m. semi
spinalis, m. multifidus, m. rotatores yang sekaligus berfungsi lateral fleksi yang tediri
tersebut berfungsi untuk gerak ekstensi lumbal dan bila bekerja unilateral sebagai
c. Persendian Vertebra
lebih kendor dibanding lumbal atau thoracal. Articulatio ini diperkuat dengan
ligamentum supraspinale.
Nervus spinalis adalah akar-akar syaraf yang dimulai dari radiks anterior
saraf-saraf spinalis terdiri dari 31 pasang, ini dibagi menjadi 8 pasang nervi cervical,
12 pasang nervi thorcal, 5 pasang nervi lumbalis, 5 pasang nervi sacralis, sepasang
nervi coccygeal.
10
Daerah lumbal terdapat 2 plexus yaitu lumbalis dan sacralis. Di sini penulis
akan menguraikan plexus lumbalis yang berhubungan dengan kondisi nyeri pinggang
bawah. Plexus lumbalis dibentuk oleh cabang-cabang anterior saraf lumbal. Segmen
lumbal I-IV dan mendapat serabut tambahan dari thorak 12 dan lumbalis. Cabang-
dan juga memberi cabang-cabang cutaneus lateral pada paha. (Chusid, 1982).
bawah, pada permukaan otot ini, dan berjalan menjadi nervus spernaticus internus
yang menuju m. cremaster dan kulit scrotum atau labia serta nervus lumboinguinalis
Saraf ini berjalan di atas musculus illiacus sampai tepat di bawah, spina
bagian lateral lacuna otot ke permukaan lateral paha dan menembus fascia latae,
Saraf ini merupakan cabang yang terbesar dari plexus lumbalis. Saraf ini
(Chusid, 1982).
anterior plexus, yang asalnya dari nervus lumbalis ke 2, 3 dan 4. Saraf ini mensarafi
Sistem peredaran darah vena dan arteri pada daerah lumbal umumnya
berjalan berdampingan sehingga mempunyai nama yang sama, dimana vena letaknya
columna vertebralis dari cranium sampai cocygeus. Vena-vena ini dapat dibagi
membentuk plexus venosus vertebralis externus dan, (2) yang terdapat di dalam
menjadi 2 yaitu arteri iliaka comuni dextra dan sinistra, b) arteri lumbalis akan
bercabang menjadi articularis dan ramus posterior yang menuju ke otak dan kulit
bercabang lagi.
12
1. Vertebra cervical
2. Vertebra thoracal
3. Vertebra lumbal
4. Vertebra sacral
5. Vertebra coccygeus
13
1
2
5 6
Gambar 2.4 Segmen pergerakan lumbal, skema potongan median (Sobotta, 2000)
2 7
5
3
4
8
5
5
1. Body 5. Lamina
1
1
1. M. rectus abdominis
1. Vertebra normal
B. Biomekanik Lumbal
axis vertebra dimana regio lumbal facet jointnya memiliki arah sagital dan medial
sehingga terjadi gerakan fleksi ekstensi dan lateral fleksi serta terjadi gerakan rotasi
Bio mekanika tulang punggung selain dipengaruhi oleh faktor ligamen dan
otot juga ditentukan oleh struktur mekanis normal dari tulang vertebra dan
terjadinya pergerakan pada axis vertebra. Arah dari facet joint ini bervariasi sesuai
dengan processus articularis vertebralis regio yang bersangkutan. Arah facet joint
ini yang akan menentukan gerakan columna vertebralis diregio tersebut. (Yanuar,
2002).
Pada Regio lumbal, facet jointnya memiliki arah sagital dan medial, sehingga
memungkinkan gerakan fleksi, ekstensi dan lateral fleksi. Dimana saat gerakan fleksi
facet joint terbuka dan saat ekstensi celahnya merapat, sedangkan facet joint
ipsilateral saling mendekat dan yang kontralateral terbuka saat gerakan lateral fleksi.
(Yanuar, 2002).
1. Osteokinematika
a. Fleksi
Gerakan yang terjadi pada fleksi lumbal yaitu pada posisi berdiri tegak,
kemudian membungkukkan badan ke depan. Gerakan terjadi pada bidang sagital dan
20
pada axis transversal. Sudut normal fleksi lumbal sekitar 65-85 cm (dengan midline),
m.obliqus abdominis externus dibantu oleh m. psoas major, otot-otot tersebut bekerja
secara sistematis.
b. Ekstensi
Gerakan ini bekerja pada posisi awal berdiri tegak, kemudian menarik badan
ke belakang. Gerakan ini terjadi pada bidang sagital dan aksis frontal. Luas gerak
sendi untuk gerakan ekstensi lumbal normal sekitar 40-50 cm (dengan midline),
otot longisimus thoracalis, otot spinalis thoracalis yang bekerja secara simetris.
Gerakan ini dibatasi oleh struktur tulang arkus vertebra dan ketegangan
c. Lateral Fleksi
Gerakan ini dapat dikerjakan pada posisi awal tegak, badan ditekuk ke kanan
atau ke kiri yang terjadi pada bidang frontal dengan aksis sagital horizontal. Selama
gerak lateral fleksi, sendi faset dari processus articularis kedua vertebra bergerak
relatif antara satu dengan yang lain. Pada posisi kontralateral faset akan bergeser,
pada gerakan ini terjadi peregangan annulus fibrosus pada sisi ipsilateral sehingga
Penggerak utama gerakan ini adalah: otot obliqus abdominis externus dan
internus, otot quadratus lumborum dan otot illiopsoas. Besarnya sudut normal
gerakan lateral fleksi 25 cm (dengan midline), dengan patokan ukuran dimulai dari
ujung jari paling panjang (phalank 3) tarik garis lurus sampai lantai (Kapandji,
1990).
d. Rotasi
Rotasi dikerjakan pada posisi awal duduk, berdiri atau terlentang. Gerakan
terjadi pada bidang horizontal dengan aksis vertikal. Sudut geraknya 45°C.
Otot-otot yang berfungsi pada gerakan ini adalah otot obliqus abdominis
internus dan externus, otot rotator langus, otot rotator brevis dan otot multifidus
(Kapandji, 1990).
2. Arthokinematika
Processur articularis inferior bergerak ke cranio vertikal dan timbul “Gapping” atau
celah pada gerakan fleksi juga terjadi pelebaran fragmen discus intervetebralis
sehingga dapat terjadi benturan processus articularis dengan arcus vertebra. Pada
gerakan lateral fleksi, korpus sisi konkaf saling merapat dan terjadi gerakan luncur ke
cranio medial. Karena posisi faset di bidang frontal sagital, gerakan lateral fleksi
memaksa terjadinya gerakan rotasi satu sisi. Rotasi penyerta ini tidak terjadi pada
gerakan ekstensi. Gerakan rotasi paling besar pada L3-4 dan paling kecil L5-S1.
spinosus sehingga terjadi penekanan pada nukleus dan renggang dengan arah
menyilang (oblique).
Tabel 2.1
1. Berdiri 0 (standar)
2. Duduk + 30%
3. Berjalan + 15%
4. Batuk + 50%
5. Loncat + 50%
sedikit menekuk
(Sidharta, 1984)
C. Patologi
1. Etiologi
tampak pada spondylolisthesis displatik dan litik, postur, tekanan rotasional dan
stress atau tekanan konsentrasi tinggi pada sumbu tubuh berperan penting dalam
terjadinya pergesearan.
23
kelainan kongenital. Tetapi kebanyakan adalah akibat suatu trauma atas dasar
(Sidharta, 1984).
2. Patofisiologi
sering terjadi pada sendi lumbosakral, karena beban yang paling banyak pada tulang
Pada kondisi normal titik berat tulang punggung terletak pada promontorium,
dan keadaan ini disebut sendi lumbosakral yang stabil. Stabilitas sendi lumbosakral
ini disebut sendi lumbosakral yang stabil. Stabilitas sendi lumosakral ini ditopang
oleh beberapa kondisi diantaranya adalah besarnya sudut yang terbentuk pada
permukaan atas vertebra sakral satu dan kondisi lengkung vertebra atasnya, dimana
normalnya 30-34 derajat. Apabila sudut ini terlalu besar berarti kemiringan
permukaan vertebra sakral satu juga lebih besar sehingga makin besar pula yang
akan diterima oleh lumbosakral. Hal ini menyebabkan vertebra diatas promontorium
akan lebih mudah tergelincir ke depan. Kondisi ini disebut instabil lumbo sakral.
Akan tetapi dapat juga terjadi keadaan dimana sudutnya normal, namun lengkung
vertebra lumbal terlalu ke arah depan sehingga titik berat berada di depan
promontorium, keadaan ini disebut juga instabil lumbosakral. Pada prinsipnya yang
disebut instabil lumbosakral adalah apabila titik berat (garis vertikal dari pusat
24
dikelompokkan ke dalam 6 tipe utama, antara lain: displatik, litik atau istmik,
(2) Tipe II spondylolisthesis litik atau istmik jenis yang biasa ditemui ada defek
(3) Tipe III spondylolisthesis degeneratif yang terjadi akibat degerasi permukaan
tulang sekunder akibat proses penyakit seperti penyakit tumor atau penyakit
ulang lain.
(a) grade I : 25%, (b) grade II: 25%-50%, (c) grade III: 50%-70% (d) grade II: 70%-
100%
Pada spondylolisthesis derajat tinggi nyeri diakibatkan adanya iritasi dari akar
saraf dan tertariknya akar saraf sehingga menghasilkan nyeri sciatica (Sidharta,
1984).
pergeseran. Gejala utamanya adalah terdapatnya nyeri punggung bawah, nyeri paha
dan tungkai, kelemahan otot tungkai bawah, keterbatasan lingkup gerak sendi trunk,
pemeriksaan rutin dengan sinar x. Pada anak-anak keadaannya tanpa rasa sakit,
tetapi dapat dilihat bahwa perutnya terlalu menonjol dan cara berdirinya ganjil
(Apley, 1995).
4. Diagnosa Medis
defek mungkin terlihat. Celah pada pars interartikularis paling baik dilihat pada foto
oblik. Pada kasus yang meragukan, CT Scan dapat membantu (Apley, 1995).
5. Diagnosa Banding
disebabkan oleh: Hernia Nucleus Pulposus (HNP), ischialgia, tumor dan trauma.
26
Dengan pemeriksaan sinar x yang jelas dapat membantu menegakkan diagnosis yang
tepat sebagai diagnosa banding terhadap Low Back Pain (Prasodjo, 2002).
6. Komplikasi
pergeseran dapat menimbulkan tekanan pada kauda ekuina, atau pada akar saraf
yang muncul. Akar ini mungkin juga mengalami kompresi pada foramen
disarafi. Hal tersebut dapat mengakibatkan timbulnya kelemahan otot kedua tungkai,
gangguan spinkter ani dan uretrae berikut dengan hipestesia (Sidharta, 1984).
pergeseran yang berat dan membawa resiko komplikasi neurologis yang berat
(Apley, 1995)
7. Prognosis
yang berat. Spondylolisthesis litik (istmik) dengan pergeseran kurang dari 10%
presdiposisi pasien untuk timbulnya masalah punggung di belakang hari dan bukan
merupakan kontraindikasi untuk pekerjaan yang berat. Pada pergeseran yang lebih
dari 25% terdapat peningkatan resiko nyeri punggung di kemudian hari (Apley,
1995).
27
spondylolisthesis meliputi:
1. Impairment
Dalam kasus ini impairment yang ditimbulkan bisa berupa adanya rasa nyeri
2. Function Limitation
3. Participation Restriction
1. Nyeri
2006).
28
1. Nyeri diam: jika pasien diam, pasien merasakan sakit pada pinggang.
2. Nyeri tekan: palpasi dengan ditekan pada daerah yang diduga timbul sakit
a. Parameter Nyeri
Parameter yang digunakan dalam kasus ini adalah skala Visual Analogue
Scale (VAS).
Cara pengukuran dengan menunjuk 1 titik pada garis skala nyeri (0-10 cm). Salah
satuya ujung menunjukkan tidak nyeri dan ujung yang lain nyeri tak tertahankan.
Panjang garis mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang ditunjuk menunjukkan
0 mm 100 mm
Nyeri pinggang merupakan suatu nyeri lokal atau nyeri radikular atau
keduanya. Nyeri yang berasal dari pinggang dapat terujuk ke daerah lain, atau
sebaliknya nyeri berasal dari daerah lain dapat dirasakan dipinggang (Sidharta,
1984).
29
Nyeri pinggang bukanlah diagnosis tetapi gejala dari penyebab yang sangat
beragam, yaitu infeksi, trauma, proses degeneratif, neoplastik, peradangan. Akut bila
nyeri < 1 bulan, subakut antara 1 bulan – 3 bulan, kronik lebih dari 3 bulan.
Pemeriksaan LGS adalah cara pengukuran lingkup gerak sendi, yang bisa
Tujuan: (a). Untuk mengetahui besarnya lingkup gerak sendi yang ada pada suatu
sendi, (b) membantu diagnosa dan menentukan fungsi sendi pasien, (c) Evaluasi
pengukuran pada flexi dan extensi dilakukan dengan midline dengan patokan
pengukuran diawali dari cervical 7 sampai sacrum 1, lateral fleksi diukur dari ujung
jari paling panjang (phalank 3) tarik garis lurus sampai lantai (Kapandji, 1990).
3. Kekuatan Otot
atau group otot secara disadari. Untuk mengetahui kekuatan otot dapat dengan cara
Parameter yang digunakan adalah “Manual Muscle Testing” yaitu suatu usaha
Tabel 2.2
Nilai Kriteria
4. Spasme
Spasme otot terjadi akibat proteksi terhadap nyeri, proteksi yang lain adalah
penderita berusaha menghindari gerakan yang menyebabkan nyeri. Pada spasme otot
dapat diperiksa dengan mempalpasi pada daerah yang menyalami spasme. Dengan
pengukurannya belum ada ketentuan secara pasti tetapi untuk lebih mudahnya
1 = ada spasme .
dan terapi latihan dengan William Flexion Exercise pada Low Back Pain karena
Spondylolisthesis L4-5.
frekuensi tinggi. Frekuensi SWD yang digunakan yaitu 13,66 MHz, 27, 12 MHz, dan
40,98 MHz. Panjang gelombang yang sesuai dengan frekuensi ini, yaitu 22 m, 11 m
dan 7,5 m. Frekuensi yang sering digunakan untuk pengobatan adalah 27,12 MHz
dan panjang gelombang 11 meter. Arus tersebut tidak menimbulkan aksi potensial
terhadap serabut saraf motorik maupun sensorik, dengan kata lain tidak merangsang
Dosis untuk mengurangi nyeri pada kondisi akut digunakan intensitas rendah
(sub mitis), waktu 10 menit dengan frekuensi terapi 2-3 kali sehari, sedangkan untuk
kondisi kronis dosis yang digunakan dengan intensitas tinggi (normalis-fortis) waktu
10-20 menit, dengan frekuensi terapi 2-3 kali perminggu. SWD menghasilkan 2
medan yaitu: medan listrik dan medan magnet, maka dengan kedua medan tersebut,
a. Efek Fisiologis
Efek fisiologis dari Short Wave Diathermy antara lain: (1) meningkatkan
metabolisme sel-sel lokal, (2) meningkatkan elastisitas jaringan ikat dan otot,
ligamen dan tendon, (3) meningkatkan ambang rangsang (Sujatno, et.al. 1993).
b. Efek Terapeutik
Efek Terapeutik dari Short Wave Diathermy antara lain: (1) penyembuhan
luka/trauma pada jaringan lunak, yaitu dengan meningkatkan proses reparasi jaringan
Indikasi dari SWD antara lain: (1) Nyeri post trauma, (2) penyakit degeneratif
sendi, bursitis, (4) spasme otot, (5) perbaikan peradangan, (6) kelainan pada saraf
perifer.
Kontra Indikasi dari SWD antara lain: (1) logam dalam tubuh, (2) alat-alat
elektrolis, (3) gangguan peredaran darah/pembuluh darah, (4) bahan yang tidak
33
menyerap keringat, (5) jaringan dan organ yang mengandung banyak cairan,
(6) gangguan sensibilitas, (7) wanita hamil, (8) menstruasi, (9) infeksi akut.
Pengaruh pemberian terapi Short Wave Diathermy (SWD) pada kasus ini
modulasi nyeri pada level sensoris akibat peningkatan metabolisme sebesar 13% tiap
kenaikan suhu 1° C. Akibatnya akan terjadi pembukaan sphincter pre kapiler yang
sehingga pasokan nutrisi dan pembuangan zat-zat iritan penyebab nyeri akan
meningkat dan semakin lancar. Rasa nyeri ditimbulkan oleh adanya akumulasi sisa-
sisa hasil metabolisme yang disebut subtance “P” yang disebabkan karena
diikuti pembebasan Bradikinin subtance “P” pada receptive neuron yang akan
zat “P” juga ikut terbuang, sehingga terjadi rileksasi otot dan nyeri akan berkurang
(Mardiman, 2001). Short Wave Diathermy (SWD) juga untuk mengurangi spasme.
suplai nutrisi. Akhirnya dapat memperbaiki peredaran darah kenaikan suhu jaringan
dan memberikan relaksasi pada otot akibatnya spasme dapat berkurang (Michlovits,
96).
Terapi latihan metode William Flexion Exercise adalah terapi latihan yang
terdiri dari beberapa gerakan, pada dasarnya, tujuan latihan adalah: (1) latihan
penguatan otot-otot punggung, otot dinding perut, otot gluteus maksimus. (2) Latihan
menggunakan latihan-latihan gerakan tubuh baik secara aktif maupun pasif sehingga
dapat mempercepat penyembuhan dari cidera atau penyakit lainnya yang telah
Pengaruh pemberian terapi latihan Willian Flexion Exercise pada kasus ini
untuk pengurangan nyeri, peningkatan LGS trunk dan kekuatan otot trunk.
Mekanisme pengurangan nyeri sendiri berasal dari gerakan yang disadari yang
dilakukan secara perlahan dan berirama. Gerakan tersebut diilhat dari sistem
berpenampang tebal atau type II/IIIA untuk menghambat aktivasi receptor nyeri
(nociceptor) dan aspek lain, gerak yang dilakukan dapat membantu memberikan
“pumping action” sehingga aliran darah menjadi lancar dan nyeri akan berkurang
peningkatan kekuatan otot trunk didapatkan dari gerak aktif yang dilakukan akan
meningkatkan kekuatan otot karena gerakan tubuh selalu disertai oleh kontraksi otot.
Sedangkan, kontraksi otot tergantung dari motor unit. Apabila tahanan diberikan
pada otot yang berkontraksi, otot akan beradaptasi dan memaksa otot bekerja
sehingga bergerak untuk melawan gerakan tersebut dan secara tidak langsung
kekuatan otot akan meningkat. Hal ini juga didukung dengan adanya pengurangan
nyeri, maka kerja otot untuk berkontraksi semakin kuat (Kisner, 1996). Sedangkan,
mekanisme dalam peningkatan LGS trunk pada latihan ini didapatkan karena gerak
aktif pasif akan merangsang propioseptif dengan perubahan panjang otot saat terjadi
kontraksi otot, darah akan mengalir ke jaringan tubuh. Sehingga, sendi terjadi
penambahan nutrisi makanan dan zat atau enzim, yang berakibat mencegah
timbulnya perlengketan jaringan pada daerah sekitar sendi dan dapat meningkatkan
G. Kerangka Berpikir
Gangguan :
- Adanya nyeri pinggang bawah Terapi Latihan
Diathermy (Short - Adanya spasme otot
Wave Diathermy) William Flexion Exercise
- Adanya penurunan kekuatan otot
- Adanya keterbatasan LGS
Hasil Evaluasi
- Adanya pengurangan nyeri
pinggang bawah
- Adanya pengurangan spasme otot
- Adanya peningkatan kekuatan otot
- Adanya peningkatan LGS
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah
studi kasus.
B. Kasus Terpilih
Kasus yang digunakan dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah adalah Low
C. Instrumen Penelitian
Ada 2 macam :
1. Variabel terikat
2. Variabel bebas
b. Terapi latihan.
36
37
1. Data Primer
a. Pemeriksaan Fisik
b. Interview
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan jalan tanya
autoanamnesis.
c. Observasi
terapi.
2. Data Sekunder
a. Studi Dokumentasi
b. Data Pustaka
internet, majalah yang berkaitan dengan kondisi Low Back Pain akibat
Spondylolisthesis VL4-5.
Data-data yang diperoleh dari hasil tanya jawab, catatan medis dan
Dari diagnosa tersebut akan didapatkan data oleh terapis untuk menentukan tindak
BAB IV
masalah.
1. Pengkajian Data
a. Anamnesis
(heteroanamnesis).
1) Anamnesis Umum
39
40
2) Anamnasesis Khusus
a) Keluhan Utama
kasus ini, pasien mengeluh nyeri pinggang kiri saat berjalan lama
bertambah berat saat berjalan jauh dan berdiri lama. Dan nyeri
tahun yang lalu pasien pernah jatuh dari tangga posisi duduk.
e) Riwayat Pribadi
f) Riwayat Keluarga
bersifat menurun dari orang tua atau anggota keluarga lain. Di sini
g) Anamnesis Sistem
kiri, nyeri pada pinggang saat digunakan untuk berdiri lama dan
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan vital sign meliputi: (a) tekanan darah, (b) denyut nadi,
(c) pernapasan, (d) temperatur, (e) tinggi badan, (f) berat badan. Pada
kasus ini, (a) tekanan darah: 90/60 mmHg, (b) denyut nadi 80X/menit,
42
(c) pernapasan : 22 X/menit, (d) temperatur : 36° C, (e) tinggi badan = 169
2) Inspeksi
dengan 2 cara yaitu statis dan dinamis. Inspeksi statis merupakan inspeksi
3) Palpasi
otot, nyeri tekan, suhu. Pada kasus ini diperoleh informasi, suhu lokal
normal, spasme otot paravertebra lumbal sinistra, nyeri tekan pada otot
4) Perkusi
Pemeriksaan dengan cara mengetuk bagian tubuh pasien. Pada kasus ini
5) Auskultasi
pemeriksaan auskultasi.
43
6) Pemeriksaan Gerak
Tabel 4.1
Data Pemeriksaan Gerak Aktif
Gerakan Hasil
1. Flexi trunk LGS tidak Full ROM, ada nyeri
2. Extensi trunk LGS tidak Full ROM, ada nyeri
3. Lateral Flexi dextra LGS tidak Full ROM, ada nyeri
4. Lateral Flexi sinistra LGS tidak Full ROM, ada nyeri
pasien sementara pasien dalam keadaan pasif dan rileks. Pada kasus ini
Tabel 4.2
Data Pemeriksaan Gerak Pasif
Gerakan Hasil
1. Flexi trunk LGS tidak Full ROM, ada nyeri, end feel
elastic
2. Extensi trunk LGS tidak Full ROM, ada nyeri, end feel
elastic
3. Lateral Flexi dextra LGS tidak Full ROM, tidak nyeri, end
feel elastic
4. Lateral Flexi sinistra LGS tidak Full ROM, ada nyeri, end feel
elastic
Tabel 4.3
Data Pemeriksaan Gerak Isometrik Melawan Tahanan
Gerakan Hasil
1. Flexi trunk LGS tidak Full ROM, ada nyeri, tahanan
minimal
2. Extensi trunk LGS tidak Full ROM, ada nyeri, tahanan
minimal
3. Lateral Flexi dextra LGS tidak Full ROM, tidak nyeri, tahanan
minimal
4. Lateral Flexi sinistra LGS tidak Full ROM, ada nyeri, tahanan
minimal
a) Fungsional Dasar
Hasil pemeriksaan ini adalah: pasien mampu tidur tengkurap, bangun dari
tidur, miring ke kanan dan ke kiri secara mandiri, pasien mampu secara
b) Aktivitas Fungsional
c) Lingkungan Aktifitas
4. Pemeriksaan Spesifik
menunjukkan satu titik pada garis skala nyeri (0 – 100 mm). Salah satu
ujung menunjukkan tidak nyeri dan yang lain nyeri tak tertahankan.
Panjang garis mulai dari titik tidak nyeri sampai titik yang ditunjuk
besarnya nyeri.
Tabel 4.4
Data Pemeriksaan Nyeri dengan VAS 1
Tanggal 04 Desember 2008
Objek Nilai
1 Nyeri diam pasien tidur terlentang 0 mm
2 Nyeri tekan pada otot paravertebra lumbal (S) 20 mm
3 Nyeri gerak flexi trunk secara aktif 40 mm
4 Nyeri gerak extensi trunk secara aktif 20 mm
Tabel 4.5
Data Pemeriksaan LGS 1 dengan Midline
Tanggal 04 Desember 2008
(Gerak secara aktif)
Tabel 4.6
Data Pemeriksaan Kekuatan Otot 1 dengan MMT
Tanggal 04 Desember 2008
Tabel 4.7
Data Pemeriksaan Spasme Otot 1 dengan Palpasi
Tanggal 04 Desember 2008
yang amat sangat, maka kemungkinan ada gangguan pada akar saraf
pada tumit pasien, tes dinyatakan positif jika rasa sakit sebelum
nervus ischiadicus.
yang amat sangat, maka kemungkinan ada gangguan pada akar saraf
L1 – S2. Test ini hampir sama dengan Test Laseque hanya disertai
mendorsiflexikan ankle secara pasif. Hasil positif bila saat dites timbul
Test ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada nyeri yang amat
sangat, maka kemungkinan ada gangguan pada akar saraf L1 – S2. Tes
angkat kepala. Hasil positif jika pasien merasakan nyeri bertambah (de
f) Pemeriksaan Neurologi
(4) Sensibilitas
5. Diagnosa Fisioterapi
VL4-5 meliputi: (1) impairment: adanya nyeri pinggang sebelah kiri, adanya
penurunan kekuatan otot flexor dan extensor trunk. (2) Fungtional limitations:
pada saat sholat gerakan membungkuk nyeri, nyeri pada pinggang saat jalan
lama dan duduk lama. (3) Disability: terganggunya pekerjaan pasien sebagai
50
ibu rumah tangga, dalam bersosialisasi dengan masyarakat (misal, arisan dan
6. Tujuan Fisioterapi
7. Penatalaksaaan
menyentuh lantai atau bagian tubuh pasien, serta semua saklar dalam
yang akan diberikan adalah hangat dan nyaman bukan rasa panas yang
apabila pasien merasa terlalu panas, pusing dan rasa tidak enak diminta
dijauhkan dari alat dan pasien. Lalu electrode dipasang, pada kasus ini
electrode glass dipasang pada punggung bawah kanan dan kiri yang
a. Terhadap Alat
lampu detektor.
b. Terhadap pasien
c. Intensitas
nyaman, (4) fortis, dimana pasien merasa hangat tapi masih dalam
d. Waktu Terapi
terapeutiknya.
a) Terhadap Pasien
b) Terhadap Alat
Siapkan matras dari bahan yang agak keras tetapi yang nyaman
rilek.
a) Gerakan pertama
Pasien tidur terlentang di atas matras, kedua lutut ditekuk dan kaki
Gambar 4.4 Gerakan awal (A) & gerakan akhir (B) william Flexi No.1
(Basmajian, 1987)
b) Gerakan kedua
pengulangan.
A B
Gambar 4.5 Gerakan awal (A) & gerakan akhir (B) william Flexi No.2
(Basmajian, 1987)
c) Gerakan ketiga
A B
Gambar 4.6 Gerakan william Flexi No. 3 (Basmajian, 1987)
54
d) Gerakan keempat
Posisi sama dan gerakan sama dengan no 3, tetapi kaki yang ditarik
8X.
A B
Gambar 4.7 Gerakan william Flexi No. 4 (Basmajian, 1987)
8. Evaluasi
10 mm.
9. Dokumentasi
berjalan lama dan duduk lama. Adanya nyeri pinggang, penurunan lingkup
gerak sendi trunk, penurunan kekuatan otot flexor dan extensor trunk. Setelah
Kasus : FT B
I. Identitas Pasien
Nama : Ny. SS
Umur : 53 tahun
Agama : Islam
56
1. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri pinggang kiri saat berjalan lama dan berdiri
lama.
sejak 1 tahun yang lalu. Nyeri bertambah berat saat berjalan jauh dan
Ada riwayat trauma 14 tahun yang lalu jatuh dari tangga posisi
duduk.
- Hipetensi ( - )
- Diabetes Mellitus ( - )
- Alergi ( - )
57
5. Riwayat pribadi
6. Riwayat Keluarga
dengan pasien.
7. Anamnesis Sistem
berjalan jauh kira-kira 500 m dan duduk lama. Nervoru tidak ada
B. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda Vital :
c) Pernapasan : 22 X/menit
d) Temperatur : 36 °C
f) Berat Badan : 55 kg
2. Inspeksi
a) Inspeksi Statis
b) Inspeksi Dinamis
kamar terapi.
3. Palpasi
4. Perkusi
- Tidak dilaukkan
5. Auskultasi
- Tidak dilakukan
6. Gerak Dasar
a) Gerak Aktif
sebagai berikut:
Tabel 4.8
Data Pemeriksaan Gerak Aktif
Gerakan Hasil
1. Flexi trunk LGS Tidak Full ROM, ada
nyeri
2. Extensi trunk LGS tidak Full ROM, ada
nyeri
3. Lateral Flexi dextra LGS tidak Full ROM, ada
nyeri
4. Lateral Flexi sinistra LGS tidak Full ROM, ada
nyeri
59
b) Gerak Pasif
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Data Pemeriksaan Gerak Pasif
Gerakan Hasil
1. Flexi trunk LGS Tidak Full ROM, ada nyeri, end feel
elastic
2. Extensi trunk LGS tidak Full ROM, ada nyeri, end feel
elastic
3. Lateral Flexi dextra LGS tidak Full ROM, tidak nyeri, end
feel elastic
4. Lateral Flexi sinistra LGS tidak Full ROM, ada nyeri, end feel
elastic
Tabel 4.10
Data Pemeriksaan Gerak Isometrik Melawan Tahanan
Gerakan Hasil
1. Flexi trunk LGS tidak Full ROM, ada nyeri, tahanan
minimal
2. Extensi trunk LGS tidak Full ROM, ada nyeri, tahanan
minimal
3. Lateral Flexi dextra LGS tidak Full ROM, tidak nyeri, tahanan
minimal
4. Lateral Flexi sinistra LGS tidak Full ROM, ada nyeri, tahanan
minimal
b) Aktivitas Fungsional
hari.
secara mandiri.
c) Lingkungan Aktivitas
- Flexor trunk : 4-
61
- Extensor trunk : 4-
(1)
0 mm 100 mm
Tidak nyeri Nyeri tak tertahankan
a. Nyeri diam saat tidur terlentang : 0 mm
(2)
0 mm 20 mm 100 mm
Tidak nyeri Nyeri tak tertahankan
b. Nyeri tekan pada otot pinggang kiri : 20 mm
(3)
0 mm 40 mm 100 mm
Tidak nyeri Nyeri tak tertahankan
c. Nyeri gerak saat flexi trunk aktif : 40 mm
(4)
0 mm 20 mm 100 mm
Tidak nyeri Nyeri tak tertahankan
d. Nyeri gerak saat extensi trunk aktif : 20 mm
Tabel 4.11
Pengukuran LGS trunk (aktif)
e) Nilai Spasme
Tabel 4.12
Pengukuran Spasme
Nama Otot Hasil
m.Paravertebra Lumbal 1
a) Impairment
b) Fungsional Limitation
c) Disability
Tujuan
a) Jangka Pendek
- Mengurangi nyeri
- Meningkatkan LGS
b) Jangka Panjang
Arus : Continue
Waktu : 15 menit
Waktu : 10 – 15 menit
Frekuensi : 2 – 3 X sehari
pengulangan.
64
diulangi 8X.
c) Edukasi
d) Rencana Evaluasi
13. Prognosis
terlebih dahulu.
continue
B. Hasil Penelitian
Tabel 4.13
Skala VAS T1 T2 T3 T4 T5 T6
Tabel 4.14
Gerakan aktif T1 T2 T3 T4 T5 T6
- Flexi trunk 6 cm 6 cm 6 cm 6 cm 7 cm 7 cm
- Extensi trunk 4 cm 4 cm 4 cm 5 cm 5 cm 5 cm
Tabel 4.15
Gerakan T1 T2 T3 T4 T5 T6
- Flexor trunk 4- 4- 4- 4 4 4
- Extensor trunk 4- 4- 4- 4 4 4
68
Tabel 4.16
Nama Otot T1 T2 T3 T4 T5 T6
Keterangan
C. Pembahasan
Dalam sub bab ini penulis akan membahas bagaimana program latihan
yang diberikan pada pasien, apakah hasilnya cukup bagus, atau memperburuk
Kondisi Low Back Pain dapat menimbulkan masalah yaitu nyeri, spasme
didapatkan hasil:
1. Nyeri
VL4-5 salah satunya adalah nyeri. Untuk mengatasi nyeri yang digunakan
Grafik 4.1
45
40 Nyeri diam saat tidur
35 terlentang
30 Nyeri tekan pada otot
25 paravertebra lumbal (S)
Nyeri
Disini dapat kita lihat bagaimana perubahan hasil sebelum dan sesudah
dilakukan terapi, nyeri mulai berkurang. Bisa kita lihat nyeri diam T1= 0 mm
setelah dilakukan terapi 6x T6= 0 mm, nyeri tekan otot paravertebra lumbal
(S) T1= 20 mm setelah dilakukan terapi 6x menjadi T6= 10 mm, nyeri gerak
saat flexi trunk aktif T1= 40 mm setelah 6x terapi T6= 30 mm, nyeri gerak saat
suhu pada area yang diterapi. Dengan demikian akan terjadi vasodilatasi yang
metabolisme yaitu substance “P” yang menumpuk pada jaringan akan ikut
terbuang sehingga terjadi rileksasi pada otot maka spasme dan nyeri akan
berkurang.
(KHS) dan menurunnya Treshold saraf. Tetapi perlu diingat bahwa serabut
saraf tipe VI (nyeri) juga mendapat efek yang sama, sehingga efek ”remming”
Para ahli lebih sepakat bahwa pengurangan nyeri itu adalah hasil dari
saraf beta berarti rasa nyeri tidak akan dikeluarkan (Gardiner, 1981).
L4-5 salah satunya penurunan Lingkup Gerak Sendi (LGS) trunk. Untuk
Grafik 4.2
12
10
8 Flexi trunk
Extensi trunk
LGS
6
Lateral Flexi dextra
4 Lateral Flexi Sinistra
2
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Terapi
sesudah dilakukan terapi, LGS trunk mulai meningkat. Bisa kita lihat Flexi
trunk T1= 6 cm menjadi T6= 7 cm, extensi trunk T1= 4 cm menjadi T6= 5 cm,
Lateral Flexi trunk (D) T1= 9 cm menjadi T6= 10 cm, Lateral Flexi trunk (S)
dengan perubahan panjang otot saat terjadi kontraksi otot, darah akan mengalir
zat “P” penyebab nyeri akan terbuang sehingga nyeri dapat terbuang dan LGS
dapat ditingkatkan.(Sujatno.el.al,1998)
3. Kekuatan Otot
L4-5 salah satunya penurunan kekuatan otot trunk. Untuk mengatasi masalah
tersebut modalitas yang digunakan adalah Short Wave Diathermy dan William
Grafik 4.3
4
Kekuatan Otot
3
Flexor trunk
2 Extensor trunk
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Terapi
73
kekuatan otot trunk. Bisa kita lihat Flexor trunk T1= 4- menjadi T6= 4,
aktif William Flexion Exercise karena dengan latihan ini berusaha untuk
meningkat.(Sujatno,et.al,1998)
4. Spasme
Grafik 4.4
2
Spasme
0
T1 T2 T3 T4 T5 T6
Terapi
74
di jaringan lemak. Selain itu SWD bisa merangsang relaksasi otot CO2
kenaikan suhu yang terjadi pada otot serta jaringan sekitar, maka spasme
A. Kesimpulan
Low Back Pain adalah perasaan nyeri yang terbatas pada regio lumbal,
tetapi gejalanya lebih merata dan tidak hanya terbatas pada satu radiks saraf
VL4-5 adalah nyeri pinggang kiri saat berjalan lama dan berdiri lama. Adapun
trunk, penurunan kekuatan otot flexor dan extensor trunk. (2) Fungtional
Limitation, pada saat sholat gerakan membungkuk nyeri, nyeri pada pinggang saat
jalan lama dan duduk lama. (3) Disability, terganggunya pekerjaan pasien sebagai
ibu rumah tangga, dalam bersosialisasi dengan masyarakat (misal, arisan dan
yaitu (1) mengurangi nyeri pinggang dan spasme otot, (2) meningkatkan LGS
trunk, (3) meningkatkan kekuatan otot trunk. Dalam kasus ini tindakan fisioterapi
yang dilakukan berupa: Short Wave Diathermy (SWD) dan terapi latihan “William
Flexion Exercise”
75
76
didapatkan hasil sebagai berikut: (1) nyeri berkurang yaitu nyeri diam T1= 0
lumbal (S) T1= 20 mm setelah dilakukan terapi 6x menjadi T6= 10 mm, nyeri
gerak saat flexi trunk aktif T1= 40 mm setelah 6x terapi T6= 30 mm, nyeri
(2) Peningkatan LGS trunk yaitu Flexi trunk T1= 6 cm menjadi T6= 7 cm,
extensi trunk T1= 4 cm menjadi T6= 5 cm, Lateral Flexi trunk (D) T1= 9 cm
menjadi T6= 10 cm, Lateral Flexi trunk (S) T1= 8 cm menjadi T6= 9 cm.
(3) Peningkatan kekuatan otot trunk yaitu Flexor trunk T1= 4- menjadi T6= 4,
B. Saran
sebelum melakukan terapi diawali dengan pemeriksaan yang teliti, sistematis dan
terarah sehingga diperoleh permasalahan dan cara penanganan yang tepat dan
modalitas sercara tepat. Diperlukan juga adanya kerjasama yang baik dengan
tenaga kesehatan yang lain, sehingga akan tercapai hasil terapi yang optimal.
Perlu diingat juga suatu keberhasilan terapi ditentukan pula oleh sikap
pasien itu sendiri. Oleh karena itu, kerjasama yang baik antara fisioterapis dan
maka disarankan kepada pasien untuk melakukan home program seperti yang
telah dianjurkan oleh terapis meliputi: pasien mengurangi aktivitas yang dapat
77
memperberat keluhan seperti jalan terlalu jauh, duduk dan berdiri terlalu lama,
untuk menggunakan WC model duduk, usahakan kalau mau bangun tidur miring
dahulu sebagai tumpuan guna mengurangi nyeri, kemudian barang atau benda
melakukan aktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Apley, A. Graham dan Solomon Louis. (1995). Buku Ajar Ortopedi dan Fraktur
Sistem Apley. Edisi 7. Widya Medica: Jakarta.
Chusid, J.G. (1982). Neuro Anatomi Korelatif dan Neurologi Bagian I. Gajah
Mada University Press: Yogyakarta.
Depkes RI. (1999). Indonesia Sehat 2010, Visi Baru, Misi Kebijaksanaan dari
Strategi Pembangunan Kesehatan. Depkes RI. Jakarta.
Parjoto, Slamet. (2006). Terapi Listrik untuk Modulasi NYeri. IFI. Semarang.
Sidharta, Priguna. (1984). Neurologi Klinis dalam Praktek Umum. Dian Rakyat.
Jakarta.
Sobotta. (2000). Atlas Anatomi Manusia, Edisi 21. EGC Penerbit Buku
Kedokteran: Jakarta.
78
79
Sujatno, et. Al. (1993). Buku Ajar Sumber Fisis. Akademi Fisioterapi Surakarta.
Pendidikan :
Surakarta