Anda di halaman 1dari 7

MUTIARA FEBRIYANTI ( 2015-16-091)

1. Diabetes mellitus yang paling mudah dilihat (Bustan, 2007): Poliuri. Sering buang air
kecil karena tingginya kadar gula dalam darah yang dikeluarkan lewat ginjal selalu
diiringi oleh air atau cairan tubuh, Umumnya orang dalam kondisi sehat buang air
kecil sekitar 3-4 jam sekali, sehari adalah 4-8 kali atau sebanyak 1-1,8 liter dan bisa
menahan keinginan kencing pada saat tidur malam selama 8 jam, frekuensi buang air
kecil meningkat pada penderita diabetes disebabkan karena tubuh berusaha
membersihkan glukosa yang tidak terpakai di darah melalui urine. Jika kadar gula
darah dalam tubuh seseorang tinggi, maka glukosa yang tidak bisa dimetabolisme
akan ikut terbuang melalui urine. Hal ini menyebabkan urine menjadi lebih kental,
sehingga membutuhkan air untuk mengencerkannya. Air yang digunakan ini diambil
dari dalam tubuh. Akibatnya tubuh akan mengalami dehidrasi sehingga membutuhkan
banyak minum. Jika seseorang banyak minum, maka buang air kecilnya juga akan
menjadi lebih sering," Polidipsi. Akibat dari poliuri maka penderita akan merasakan
haus yang berlebihan sehingga minum berlebihan (polidipsi), Polifagi. Penderita
diabetes sering kali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan
2. Efek kardiovaskular anestesi lokal akibat sebagian dari efek langsung terhadap
jantung dan membrane otot polos, serta efek secara tidak langsung melalui saraf
otonomanestesi lokal menghambat saluran natrium jantung sehingga meningkatkan
aktivitas pacu jantung, eksitabilitas, dan konduksi jantung menjadi abnormal. Dengan
pengecualian kokain, obat anestesi lokal juga menekan kontraksi jantung, sehingga
terjadi dilatasi arteriol, dimana kedua efek ini dapat menyebabkan hipotensi.
Walaupun kolaps vascular dan kematian biasanya timbul setelah memberikan dosis
yang sangat tinggi, kadang-kadang dapat pula terjadi pada pemberian dosis kecil
secara infiltrasi anestesi
3. 1) Suntikan submukosa Istilah ini diterapkan apabila larutan didepositkan tepat
dibalik membrane mukosa. Walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi
pada pulpa gigi, suntikan ini sering digunakan baik untuk menganestesi saraf
bukal sebelum pencabutan molar bawah atau operasi jaringan lunak.
2) Suntikan Supraperiosteal Pada beberapa daerah seperti maksila, bagian
kortikal bagian luar dari tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi oleh

saluran vascular yang kecil. Pada daerah ini bila larutan didepositkan di luar
periosteum, larutan akan terinfiltrasi melalui periosteum, bidang kortikal, dan
tulang edularis ke serabut saraf. Dengan cara ini anestesi pulpa gigi dapat diperoleh
melalui penyuntikan di sepanjang apeks gigi. Suntika supraperiosteal merupakan
teknik yang paling sering digunakan pada kedokteran gigi.
3) Suntikan subperiosteal Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara
periosteum dan bidang kortikal. Karena struktur ini terikat erat, suntikan tentu
terasa sakit. Karena itu, suntikan ini hanya digunakan apabila tidak ada alternative
lain

atau

apabila

anestesi

superficial

dapat

diperoleh

dari

suntikan

supraperiosteal. Teknik ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila
suntikan supraperiosteal gagal untuk memberikan efek anestesi walaupun biasanya
pada situasi ini lebih sering digunakan suntikan intraligamen.
4) Suntikan Intraseous Pada teknik ini larutan didepositkan pada tulang medularis.
Prosedur ini sangat effektif apabila dilakukan dengan bur tulang dan jarum yang
didesain khusus untuk tujuan tersebut. Setelah suntikan supraperiosteal diberikan
dengna cara biasa, dibuat incise kecil melalui mukoperiosteum pada daerah
suntikan yang sudah ditentukan untuk mendapat jalan masuk bagi bur dan
reamer kecil. Kemudian dapat dibuat lubang melalui bidang kortikal bagian
luar tulang dengan alat yang sudah dipilih. Lubang harus terletak pada bagian
apeks gigi sehingga tidak mungkin merusak akar gigi geligi. Jarum pendek dengan
hubungan yang panjang diinsersikan melalui lubang dan diteruskan ke tulang, larutan
anestesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang medularis dari tulang. Teknik
suntikan intraseous akan memberikan efek anestesi yang baik pada pulpadisertai
gangguan sensasi jaringan lunak yang minimal. Walaupun demikian biasanya
tulang alveolar akan terkena trauma dan cenderung tejadi rute infeksi. Prosedur
asepsis yang tepat pada tahap ini merupakan keharusan.
5) Suntikan Intraseptal Merupakan modivikasi dari suntikan intraseous yang
kadang-kadang digunakan bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh atau bila
akan dipasang geligi tiruan immediate serta bila teknik supraperiosteal tidak
mungkin diguakan. Jarum 27 gauge diinsersikan pada tulang lunak di crest
alveolar. Larutan didepositkan dengan tekanan dan berjalan melalui tulang

medularis serta jaringan periodontaluntuk memeberi efek anestesi. Teknik ini hanya
dapat digunakan setelah diproses anestesi superficial.
A. Anestesi submukosa
Anestesi ini diterapkan bila larutan didepositkan tepat dibalik membran mukosa,
walaupun cenderung tidak menimbulkan anestesi pada pulpa gigi, teknik ini sering
digunakan baik untuk menganestesi saraf bukal yang panjang sebelum pencabutan
molar bawah

b. Anestesi supraperiosteal
Anestesi ini digunakann pada beberapa daerah seperti maksila, bidang kortikal bagian luar dari
tulang alveolar biasanya tipis dan dapat terperforasi oleh saluran vaskular yang kecil.

Pada daerah-daerah ini bila larutan anestesi didepositkan di luar periosteum, larutan akan
terinfiltrasi melalui periosteum,bidang kortikal,tulang dan medularis keserabut saraf. Dengan
cara ini, anestesi pulpa gigi dapat diperoleh melalui penyuntikan di sepanjang apeks gigi
c. Anestesi subperiosteal
Pada teknik ini, larutan anestesi didepositkan antara periosteum dibidang kortikal. Karena
struktur ini terikat dan terasa sangat sakit, karena itu teknik ini hanya digunakan bila tidak ada
alternative lain atau bila anestesi superficial dapat diperoleh dari suntikan supraperiosteal. Teknik
ini biasa digunakan pada palatum dan bermanfaat bila suntikan subperosteal gagal untuk
memberikan efek anestesi, walaupun biasanya pada situasi ini lebih sering digunakan anestesi
intraligament.

d. Anestesi intraoseus
Seperti terlihat dari namanya, pada teknik ini larutan didepositkan pada tulang medularis.
Larutan anestesi 0,25 ml didepositkan perlahan ke ruang medularis dari tulang. Jumlah larutan
tersebut biasanya cukup untuk sebagian besar prosedur perawatan gigi. Teknik ini akan
memberikan efek anestesi yang baik disertai dengan gangguan sensasi jaringan lunak yang
minimal

E. Anestesi intraseptal

Teknik ini merupakan versi modifikasi dari teknik intraoseus yang kadang-kadang digunakan
bila anestesi yang menyeluruh sulit diperoleh. Larutan didepositkan dengan tekanan dan berjalan
melalui tulang medularis serta jaringan periodontal untuk memberi efek anestesi. Teknik ini
hanya dapat digunakan setelah diperoleh anestesi superficial

4. Citoject pada intraligament di ligamen pada jaringan penyangga gigi


5.

Rumus dosis maksimum :


1 ampul = 2ml
2 ml = 2000 mg
Ex : lidokain 2% = 2/100 x 2000 mg = 40 mg
Dosis maksimum lidokain :
Dengan vasokonstriktor : 6,6 atau 7 mg/kg BB
Tanpa vasokonstriktor : 4,4 mg/ kgBB
Perhitungan :
Ex : BB = 40 kg
Maka : 7x40 / 40 = 280/40 = 7 ampul

6. Posisi penderita dan operator :

Infiltrasi RA dan Blok RA


a. Posisi penderita
-

Sandaran kepala diletakkan di belakang telinga. Kepala, leher dan punggung


terletak satu bidang.

Waktu membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi rahang atas
membentuk sudut 45 derajat dengan lantai.

b. Posisi Operator
-

RA kanan : Operator berdiri disamping penderita

RA kiri : Operator berdiri disamping kanan agak kedepan

Infiltrasi RB dan Blok RB


a. Posisi penderita
-

Sandaran kepala diletakkan di belakang telinga. Kepala, leher dan punggung


terletak satu bidang.

Waktu membuka mulut lebar, permukaan oklusal dari gigi rahang atas
membentuk sudut 10 derajat dengan lantai.

b. Posisi operator untuk infiltrasi RB


-

RB Kanan : operator disamping penderita agak kedepan

RB Kiri : operator berdiri disamping penderita agak kedepan

c. Posisi operator Blok RB


-

RB kanan : operator berdiri disamping penderita agak kedepan

RB kiri : operator berdiri disebelah kanan penderita, menghadap searah


dengan penderita, tangan kiri melingkar di belakang kepala penderita.

Anda mungkin juga menyukai