Anda di halaman 1dari 109

PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014

KATA PENGANTAR
Padi (Beras) merupakan salah satu pangan pokok bagi Indonesia. Sejak
Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia
telah

mengalami

pasang

surut.

Diawal

tahun

kemerdekaan,

ketidakmampuan menyediakan beras bagi rakyat Indonesia telah


menimbulkan instabilitas politik. Pada tahun 1984, Indonesia telah
mampu mencapai swasembada beras, setelah itu penyediaan beras
bersumber dari produksi dalam negeri tidak dapat dipenuhi dari produksi
dalam negeri sehingga penyediaan beras dari impor menjadi alternative
untuk mengurangi resistensi sosial dan politik. Namun sejak tahun 2008
sampai sekarang ini, penyediaan beras telah kembali mencapai
swasembada. Melihat realitas tersebut, beras menjadi komoditas yang
fundamental

dan

strategis.

Untuk

itu,

pengelolaan

perpadian

(perberasan) memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan


pemangku kepentingan lainnya.
Selama 5 (lima) tahun mendatang, kebutuhan padi (beras) akan terus
meningkat seiring dengan proyeksi laju pertambahan penduduk. Tetapi
pencapaian produksi padi ke depan akan semakin sulit karena
pertumbuhan jumlah penduduk masih lebih dari pertumbuhan produksi
padi nasional. Untuk memenuhi produksi padi nasional, direncanakan
peningkatan produksi padi 1,50 % setiap tahunnya. Dalam konteks ini,
diperlukan berbagai terobosan-terobosan peingkatan produksi.

PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014

Menyadari fungsi dan peran penting padi tersebut, maka pemerintah


berupaya untuk mewujudkan peningkatan produksi padi berbasis
kawasan agribisnis tahun 2015 melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (GP-PTT) padi. Agar upaya pencapaian sasaran
produksi padi, utamanya melalui kegiatan GP-PTT dapat tercapai maka
diperlukan Pedoman Teknis.
Buku Pedoman Teknis GP-PTT 2015 padi ini berisi kebijakan, strategi
dan langkah aksi bagi pemerintah (pusat, provinsi dan kabupaten/kota)
bersama stakeholders dalam melaksanakan kegiatan tersebut secara
sinergis dan berkesinambungan untuk bersama-sama mencapai target
produksi yang telah ditetapkan dalam mewujudkan swasembada yang
berkelanjutan.
Pedoman teknis ini disusun untuk menjadi salah satu acuan bagi seluruh
pihak yang akan melaksanakan kegiatan ini. Kepada semua pihak yang
memberikan bantuan dalam pelaksanaan kegiatan ini, disampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih.

Jakarta,
Januari 2015
Direktur Jenderal Tanaman Pangan,

Hasil Sembiring
NIP 196002101988031001

ii

PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014

DAFTAR ISI

Hal
KATA PENGANTAR .............................................................

DAFTAR ISI .........................................................................

iii

DAFTAR TABEL ...................................................................

iv

DAFTAR GAMBAR ...............................................................

vi

DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................

vii

I.

PENDAHULUAN ...........................................................

A. Latar Belakang .........................................................

B. Tujuan dan Sasaran .................................................

C. Pengertian-Pengertian Dalam GP-PTT ....................

KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN SERTA


PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI TAHUN 2015..

14

A. Keragaan Produksi...................................................

14

B. Sasaran Produksi Tahun 2015 .................................

14

C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi ........

15

II.

III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI


TAHUN 2015 ..................................................................

18

A. Strategi ....................................................................

18

B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2015 ..

20

IV. PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI ..............

24

A. Prinsip-prinsip PTT ...................................................

24

B. Tahapan Penerapan PTT .........................................

25

C. Komponen PTT Padi

26

..........................................

iii

PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014

D. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT ...................

30

V. GERAKAN PENERAPAN PTT PADI .............................

31

A. Model Kawasan Tanaman Pangan ..........................

32

B. Penentuan Calon Lokasi ........................................

34

C. Ketentuan Pelaksana GP-PTT .................................

36

D. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana GP-PTT ........

37

E. Bantuan Pelaksanaan GP-PTT dan Pemanfaatan ...

38

VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL GP-PTT.

49

A. Pengorganisasian GP-PTT

.................................

49

B. Operasionalisasi GP-PTT

.................................

50

VII. PEMBIAYAAN, MEKANISME PENYALURAN BELANJA


BANTUAN SOSIAL DAN PENGADAAN ........................

51

A. Pembiayaan ..........................................................

51

B. Mekanisme Penyaluran Bantuan Sosial Melalui


Transfer Uang ........................................................
C. Mekanisme Pengadaan

53

.................................

63

VIII. BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN ....

66

IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN .............

68

X. PENUTUP.......................................................................

70

LAMPIRAN .........................................................................

72

iv

PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014

DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Padi 2010-2014 (ARAM II BPS) ............ 14
Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2015
Terhadap ARAM II Tahun 2014 ..................................

15

Tabel 3. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi


Tahun 2015.................................................................

20

Tabel 4. Komponen PTT Padi Dasar ........................................

26

Tabel 5. Komponen PTT Padi Pilihan .......................................

26

Tabel 6. Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi GP-PTT Padi


Tahun 2015.................................................................

40

PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014

DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.

Model Kawasan Tanaman Pangan ...................

32

Gambar 2.

Perbandingan SL-PTT (2014) dengan


GP-PTT (2015) .................................................

39

vi

PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
Lampiran 1.

Sasaran Inidkatif Luas Tanam, Luas Panen,


Produktivitas dan Produksi Padi Tahun 2015 .....

73

Lampiran 2.

Rekapitulas Alokasi GP-PTT Padi Tahun 2015 ..

74

Lampiran 3.

Lokasi GP-PTT Padi Tahun 2015 ......................

75

Lampiran 4.

Daftar Calon Petani dan Calon Lokasi


Penerima Bansos GP-PTT Tahun 2015 .............

80

Lampiran 5.

Contoh SK Penetapan Kelompoktani .................

82

Lampiran 6.

Rencana Usaha Kelompok (RUK)......................

85

Lampiran 7.

Surat Pernyataan Penerima dan Penggunaan


Dana Bansos .....................................................

86

Lampiran 8.

Mekanisme Pencairan Dana Bantuan GP-PTT ..

87

Lampiran 9.

Rencana Jadwal Pelaksanaan GP-PTT Padi


Tahun 2015 .......................................................

88

Blangko Laporan Bulanan Kecamatan


Realisasi GP-PTT ..............................................

89

Blangko Laporan Bulanan Kabupaten


Realisasi GP-PTT ..............................................

90

Blangko Laporan Bulanan Provinsi


Realisasi GP-PTT ..............................................

91

Blangko Laporan Akhir Provinsi/Kabupaten


Realisasi GP-PTT ..............................................

92

Lampiran 14.

Form Isian Hasil Ubinan GP-PTT Padi ...............

93

Lampiran 15.

Legowo 2 : 1 (20cm 40cm) x 10cm .................

94

Lampiran 16.

Legowo 2 : 1 (25cm 50cm) x 12,5cm ..............

95

Lampiran 17.

Legowo 2 : 1 (30cm 60cm) x 15cm .................

96

Lampiran 18.

Legowo 4 : 1 Penuh (20cm 40cm) x 10cm ......

97

Lampiran 19.

Legowo 4 : 1 Penuh (25cm 50cm) x 12,5cm ...

98

Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.

vii

PEDNIS SL-PTT PADI DAN JAGUNG 2014

Lampiran 20.

Legowo 4 : 1 Kosong (20cm 40cm) x 10cm ....

99

Lampiran 21.

Legowo 4 : 1 Kosong (25cm 50cm) x


(12,5cm x 25cm) ................................................

100

viii

I. PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai
pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri
yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri
pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan
Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu
strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada
masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber
penghasil

devisa

yang

besar,

juga

merupakan

sumber

kehidupan bagi sebagian besar penduduk Indonesia.


Salah satu strategi yang dilakukan dalam upaya memacu
peningkatan produksi dan produktivitas usahatani padi dan
jagung adalah dengan mengintegrasikan dukungan kegiatan
antar sektor dan antar wilayah dalam pengembangan usaha
pertanian.
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di
Indonesia, telah memunculkan kerisauan akan terjadinya
keadaan rawan pangan di masa yang akan datang. Selain itu,
dengan

semakin

meningkatnya

tingkat

pendidikan

dan

kesejahteraan masyarakat, terjadi pula peningkatan konsumsi


1

per-kapita untuk berbagai jenis pangan, akibatnya Indonesia


membutuhkan

tambahan

ketersediaan

pangan

guna

mengimbangi laju pertambahan penduduk yang masih cukup


tinggi.
Untuk memenuhi kebutuhan beras dari produksi dalam negeri,
telah ditetapkan sasaran produksi padi tahun 2015 sebesar
73.400.000 ton gabah kering giling (GKG). Banyak tantangan
yang harus dihadapi untuk mencapai sasaran produksi tersebut.
Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan produksi yang
luar biasa.
Berbagai upaya peningkatan produksi melalui peningkatan
produktivitas telah dilaksanakan antara lain melalui Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) sejak
tahun 2008 maupun melalui PTT atau peningkatan mutu
intensifikasi pada tahun-tahun sebelumnya. Pelaksanaan SLPTT sebagai pendekatan pembangunan tanaman pangan,
khususnya dalam mendorong peningkatan produksi padi
nasional telah terbukti mengungkit pencapaian produksi, namun
kedepan dengan berbagai tantangan yang lebih beragam maka
diperlukan penyempurnaan dan atau peningkatan kualitas baik
pada tatanan perencanaan dan operasionalisasi di lapangan.
Perencanaan pembangunan pertanian pada periode RPJM
2015-2019 telah ditetapkan focus pada lokasi pengembangan
kawasan.

Komoditas

strategis

dan

unggulan

nasional

dikembangkan pada kawasan-kawasan andalan secara utuh,


2

sehingga menjadi satu kesatuan dalam sistem pertanian bioindustri. Aktivitas usahatani dikelola dengan prinsip pertanian
lestari dengan memanfaatkan agro-input yang ada di sekitar
dan mengelola limbah dengan prinsip zero waste melalui
reduce, re-use dan re-cycle.
Rancangan lokasi kawasan untuk pengembangan komoditas
strategis/unggulan nasional akan menjadi bagian dari Dokumen
Renstra Kementerian Pertanian 2015-2019 sehingga mengikat
bagi

pusat

dan

daerah

untuk

secara

konsisten

mengembangkan kawasan dalam periode 5 tahun ke depan.


Dengan demikian dalam 5 tahun kedepan akan dibangun
kawasan di beberapa lokasi saja, namun diselesaikan secara
tuntas

baik

pada

aspek

hulu,

on-farm,

hlir

maupun

penunjangnya. Sedangkan terkait pelayanan dasar di bidang


pertanian tetap harus hadir dan dilaksanakan di seluruh
Kabupaten/Kota

seperti layanan perbenihan, pemupukan,

pengendalian hama penyakit dan lainnya.


Dalam membangun sebuah kawasan, tidak harus dari awal
tetapi bisa juga memanfaatkan kawasan yang sudah ada.
Penanganan dan pengelolaan kawasan baru dan atau lama
berbeda. Pembangunan pada kawasan baru lebih dominan
pada pembangunan infrastruktur pertanian (JITUT, JIDES,
penyediaan

benih,

prasarana

penyuluhan

dan

lainnya)

sedangkan pada kawasan yang sudah ada yang diperlukan


adalah penguatan kelembagaan dan sumber daya manusia
3

sehingga mampu melakukan perluasan usaha bahkan mampu


melakukan ekspor.
Pola perencanaan yang fokus pada lokasi kawasan komoditas
tersebut, maka kegiatan pengembangan komoditas tidak
tersebar ke seluruh kabupaten melainkan hanya beberapa
kabupaten saja yang menjadi perioritas kawasan andalan.
Pendekatan pengembangan pendekatan kawasan dirancang
untuk meningkatkan efektivitas kegiatan, efisiensi anggaran dan
mendorong keberlanjutan kawasan komoditas unggulan dengan
pendekatan agroekosistem, sistem agribisnis, partisipatif dan
terpadu.
Sejalan dengan hal tersebut diatas, maka pada tahun 2015
upaya peningkatan produksi padi difokuskan pada kawasan
tanaman pangan, melalui Gerakan Penerapan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (GP-PTT) dengan fasilitasi bantuan sarana
produksi

(saprodi),

tanam

jajar

legowo

dan

pertemuan

kelompok pada seluruh areal program GP-PTT sebagai


instrument stimulan disertai dengan dukungan pembinaan,
pengawalan dan pemantauan oleh berbagai pihak.
Sejalan dengan fasilitasi bantuan yang diberikan pemerintah
pada seluruh areal program, maka luas GP-PTT Padi tahun
2015 adalah sebesar 350.000 ha, yang dialokasikan pada
kawasan padi dan non kawasan/rintisan/regular padi dan terinci
atas:

Kawasan

Padi

inbrida

seluas

75.000

ha,

NonKawasan/Rintisan/Reguler Padi inbrida seluas 225.000 ha


4

dan Non Kawasan/Rintisan/Reguler Padi hibrida seluas 50.000


ha.
Dalam GP-PTT petani dapat langsung menerapkan teknologi
budidaya spesifik lokasi yang merupakan hasil rekomendasi
dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) setempat.
Melalui GP-PTT petani akan mampu mengelola potensi
sumberdaya yang tersedia secara terpadu dalam budidaya padi
di lahan usahataninya spesifik lokasi, sehingga petani menjadi
lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya
dalam rangka peningkatan produksi padi. Namun demikian
wilayah di luar GP-PTT (pertanaman swadaya petani) harus
tetap dilakukan pembinaan, pendampingan dan pengawalan
sehingga produksi dan produktivitas tetap dapat meningkat,
mengingat sasaran produksi yang telah ditetapkan meningkat
dari tahun sebelumnya.
Dengan berbagai fasilitasi/stimulan yang diberikan pemerintah,
diharapkan pelaksanaan GP-PTT Padi berbasis kawasan dan
non kawasan/rintisan/regular dapat terlaksana dengan baik dan
tepat

sasaran

sehingga

dapat

memberikan

sumbangan

terhadap peningkatan produktivitas dan produksi tahun 2015.


Agar upaya pencapaian sasaran produksi padi melalui kegiatan
GP-PTT tahun 2015 dapat tercapai, maka perlu untuk
menyusun Pedoman Teknis Gerakan Penerapan Pengelolaan
Tanaman Terpadu (GP-PTT) sebagai acuan umum bagi semua
5

pihak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan tersebut di


lapangan.
Dengan adanya pedoman teknis ini, semua pihak terkait akan
berkontribusi secara positif sehingga akhirnya kegiatan ini
menjadi salah satu kegiatan yang berkontribusi terhadap
pencapaian

sasaran

keberagaman

kondisi

produksi
di

padi.

Mengingat

masing-masing

tingginya

daerah

dan

kemampuan adopsi inovasi, maka pedoman teknis ini agar


dilengkapi oleh Dinas Pertanian Provinsi dalam bentuk
Petunjuk Pelaksanaan (JUKLAK), sehingga kegiatan tersebut
dapat dilakukan tepat waktu dan tepat sasaran, dan wajib
dirinci secara teknis oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
sesuai dengan kondisi spesifik lokasi dalam bentuk
Petunjuk Teknis (JUKNIS) Pelaksanaan Lapangan, agar
lebih operasional sesuai kebutuhan di lapangan dan tidak
multitafsir.
B. Tujuan dan Sasaran
1. Tujuan
a. Menyediakan acuan pelaksanaanGP-PTT padi melalui
pendekatan kawasan dan non kawasan/rintisan/regular
bagi

Dinas

PertanianProvinsi

dan

Kabupaten/Kota,

dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi


tahun 2015.

b. Mendorong

dan

keterpaduan

meningkatkan

pelaksanaan

GP-PTT

koordinasidan
padi

melalui

pendekatan kawasan dan non kawasan/rintisan/reguler,


antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
petani

guna

mempercepat

penerapan

komponen

teknologi PTT padi dalam usahataninya.


d. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan
serta kesejahteraan petani padi.
2. Sasaran
a. Tersedianya acuan pelaksanaan GP-PTT padi melalui
pendekatan kawasan dan non kawasan/rintisan/regular
bagi Dinas Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota,
dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi
tahun 2015.
b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan GP-PTT padi
melalui

pendekatan

kawasan/rintisan/regular

kawasan
antara

dan

Direktorat

non
Jenderal

Tanaman Pangan, cq Direktorat Budidaya Serealia,


Dinas PertanianProvinsi dan Kabupaten/Kota.
c. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap
petani sehingga penerapan komponen teknologi PTT
padi berjalan lebih cepat dan keberlanjutan.

d. Meningkatnya produktivitas padi inbrida pada lokasi


kawasan yang ditetapkan, sebesar > 1,00 ton/ha dan
padi inbrida pada lokasi non kawasan/rintisan/regular
sebesar 0,5 - 0,75 ton/ha serta padi hibrida pada lokasi
non kawasan/rintisan/regular sebesar > 0,75 ton/ha.
C.

Pengertian Pengertian dalam GP-PTT


1. Kawasan Tanaman Pangan adalah kawasan usaha
tanaman pangan yang disatukan oleh factor alamiah, social
budaya, infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh
agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga
mencapai skala ekonomi dan efektifitas manajemen usaha
tanaman pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa
kawasan yang telah eksis atau calon lokasi baru, dan
lokasinya dapat berupa hamparan atau spot partial namun
terhubung dengan aksesbilitas yang memadai.
2. Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT)
adalah

suatu

pendekatan

inovatif

dalam

upaya

meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui


perbaikan

sistem/pendekatan

dalam

perakitan

paket

teknologi yang sinergis antar komponen teknologi, dilakukan


secara partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokasi.
PTT merupakan inovasi baru untuk memecahkan berbagai
permasalahan
Teknologi

dalam

intensifikasi

peningkatan
padi

produktivitas

bersifat

spesifik

padi.
lokasi,

bergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven


8

technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersamasama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
assessment). Komponen teknologi PTT dasar/compulsory
adalah teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di semua
lokasi. Komponen teknologi PTT pilihan adalah teknologi
pilihan

disesuaikan

kemampuan.

dengan

Komponen

kondisi,

teknologi

kemauan,

PTT

pilihan

dan
dapat

menjadi compulsory apabila hasil KKP (Kajian Kebutuhan


dan Peluang) memprioritaskan komponen teknologi yang
dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah
utama suatu wilayah, demikian pula sebaliknya bagi
komponen teknologi dasar.
3. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam
satu hamparan/wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan
kepentingan untuk meningkatkan usaha agribisnis dan
memudahkan pengelolaan dalam proses distribusi, baik itu
benih, pestisida, sarana produksi dan lain-lain.
4. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja
usahatani dari kelompoktani untuk satu periode musim tanam
yang disusun melalui musyawarah dan kesepakatan bersama
dalam

pengelolaan

usahatani

sehamparan

wilayah

kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan saprodi yang


meliputi: jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang
diajukan untuk pembelian saprodi sesuai kebutuhan di

lapangan (spesifik lokasi) dan pengeluaran lainnya (bantuan


tanam jajar legowo, pertemuan kelompok) dan lainnya.
5. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian,
Pengawas

Organisme

Pengawas

Benih

Pengganggu

Tanaman

Tanaman

(PBT)yang

(POPT),

telah mengikuti

pelatihan SL-PTT dan berperan sebagai pendamping dan


pengawal pelaksanaan GP-PTT.
6. Pengawalan dan Pendampingan oleh Petugas Dinas
adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas Dinas Pertanian
Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh, POPT,
PBT, Mantri Tani dan atau petugas lainnya sesuai dengan
kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan dan
pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan
kegiatan GP-PTT.
7. Pengawalan dan Pendampingan oleh Aparat adalah
kegiatan yang dilakukan oleh TNI-AD beserta jajarannya
(Babinsa), Camat, Kades dan atau petugas lainnya sesuai
dengan kebutuhan di lapangan dalam melakukan pengawalan
dan pendampingan, guna lebih mengoptimalkan pelaksanaan
kegiatan GP-PTT.
8. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah
kegiatan yang dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) didukung oleh peneliti UK/UPT
Lingkup

Badan

Litbang

Pertanian

guna

meningkatkan

pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi


10

narasumber

pada

pelatihan,

penyebaran

informasi,

melakukan uji adaptasi varietas unggul baru, demplot, dan


supervisi penerapan teknologi.
9. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah
kegiatan yang dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan
penerapan teknologi spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP
dan secara berkala hadir di lokasi GP-PTT dalam rangka
pemberdayaan

kelompoktani

sekaligus

memberikan

bimbingan kepada kelompok dalam penerapan teknologi.


Penyuluh

diharapkan

hadir

pada

setiap

pertemuan

kelompoktani di lapangan.
10. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengawas
Organisme

Pengganggu

pendampingan

oleh

Tanaman)

Pengawas

OPT

adalah
dalam

kegiatan
rangka

pengendalian hama terpadu(PHT).


11. Pengawalan dan Pendampingan oleh PBT (Pengawas
Benih Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh
Pengawas Benih dalam rangka pengawasan mutubenih.
12. Pupuk Organik adalah pupuk yang berasal dari tumbuhan
mati, kotoran hewan dan/atau bagian hewan/atau limbah
organik lainnya yang telah melalui proses rekayasa, berbentuk
padat atau cair, dapat diperkaya dengan bahan mineral
dan/atau mikroba, yang bermanfaat untuk meningkatkan

11

kandungan hara dan bahan organik tanah serta memperbaiki


sifat fisik, kimia dan biologi tanah.
13. Benih Bina adalah benih dari varietas unggul yang telah
dilepas produksi dan peredarannya diawasi.
14. Benih Varietas Unggul Bersertifikat adalah benih bina yang
telah disertifikasi.
15. Benih bersubsidi adalah benih padi (inbrida dan hibrida)
bersertifikat yang mendapat subsidi bersumber dari dana
APBN.
16. Swadaya adalah semua upaya yang dilakukan petani dengan
sumber pembiayaan yang berasal dari modal petani sendiri.
17. Wilayah Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas/IP di
areal/kawasan dan non kawasan/rintisan/reguler GP-PTT.
18. Wilayah

Non-Fokus

produktivitas/IP

di

adalah
luar

lokasi

areal/kawasan

peningkatan
dan

non

kawasan/rintisan/regular GP-PTT.
19. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun berjalan
tetapi produksi tidak berkontribusi pada tahun tersebut, namun
akan berkontribusi pada tahun berikutnya.

12

20. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat


melaksanakan koordinasi dan pertemuanyang dilaksanakan
dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan GP-PTT.
POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada,
misalnya POSKO P2BN.

13

II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN


SERTA PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI
PADI TAHUN 2015
A. Keragaan Produksi
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata
1,89%/tahun, dari 66,47 juta ton GKG pada tahun 2010 menjadi
70,61 juta ton GKG pada tahun 2014 (ARAM II) sedangkan laju
peningkatan produktivitas mencapai rata-rata 0,52%/tahun dan
luas panen meningkat rata-rata 1,35 %/tahun, sebagaimana
terlihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan
Produksi Padi Tahun 2010-2014

2009

LUAS PANEN
Ha
%
12.883.576

2010

13.253.450

2,87

50,15

0,33

66.469.394

3,22

2011

13.203.643

(0,38)

49,80

(0,70)

65.756.904

(1,07)

2012

13.445.524

1,83

51,36

3,13

69.056.126

5,02

2013

13.835.252

2,90

51,52

0,31

71.279.709

3,22

2014*

13.768.319

(0,48)

51,28

(0,46)

70.607.231

(0,94)

TAHUN

RATA-RATA

PRODUKTIVITAS
Ku/Ha
%
49,99

1,35

0,52

PRODUKSI
Ton
%
64.398.890

1,89

*) ARAM II BPS

B. Sasaran Produksi Padi Tahun 2015


Sasaran produksi padi tahun 2015 sejumlah73,40 juta ton GKG
atau meningkat 1,47% dibanding sasaran produksi tahun
14

sebelumnya sebesar 72,34 ton GKG. Sasaran sejumlah tersebut


diperoleh dari sasaran luas tanam 14,58 juta ha, sasaran luas
panen 14,09 juta hadan sasaran produktivitas 52,09ku/ha.
Apabila dibandingkan dengan pencapaian pada tahun 2014
(ARAM II), sasaran produksi tahun 2015 meningkat adalah
3,95%,

sasaran luas panen meningkat 2,32%, produktivitas

meningkat 1,58 %,seperti dikemukakan pada Tabel 2 berikut.


Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2015 Terhadap
ARAM II 2014 (BPS)

KOMODITAS

URAIAN

PADI

Luas Tanam (jt Ha)


Luas Panen (jt Ha)
Produktivitas (Ku/Ha)
Produksi (jt ton GKG)

ARAM II SASARAN
2014
2015*
14,26
14,59
13,77
14,09
51,28
52,09
70,61
73,40

%
2,32
2,32
1,58
3,95

Sasaran produksi padi tahun 2015 secara rinci per Provinsi,


disajikan pada Lampiran 1.
C. Tantangan dan Peluang Peningkatan Produksi
Kendala dalam peningkatan produksi tanaman pangan yang
semakin

kompleks

karena

berbagai

perubahan

dan

perkembangan lingkungan strategis diluar sektor pertanian


berpengaruh dalam peningkatan produksi tanaman pangan.
Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya peningkatan
produksi tanaman pangan adalah : 1). Meningkatnya permintaan
15

beras

sesuai

dengan

peningkatan

jumlah

penduduk,

2).

Terbatasnya ketersediaan beras dunia, dan 3). Kecenderungan


meningkatnya harga pangan.
Disamping tantangan, upaya peningkatan produksi tanaman juga
dihadapi oleh sejumlah permasalahan, yaitu antara lain : 1).
Meningkatnya kerusakan lingkungan dan perubahan iklim global,
2). Terbatasnya ketersediaan infrastruktur, 3). Belum optimalnya
sistem perbenihan nasional, 4). Terbatasnya akses petani
terhadap permodalan dan masih tingginya suku bunga usaha
tani, 5). Masih lemahnya kapasitas kelembagaan petani dan
penyuluh, 6). Meningkatnya alih fungsi lahan pertanian ke
penggunaan non pertanian, serta 7) Kurang harmonisnya
koordinasi kerja antar sector terkait pembangunan pertanian.
Disamping itu, pembangunan pertanian selama ini masih
dilaksanakan tersekat-sekat oleh batasan administratif serta
berorientasi pada kegiatan-kegiatan yang tidak mampu menjadi
faktor pengungkit untuk pencapaian sasaran pembangunan
pertanian.
Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam
upaya peningatan produksi tanaman pangan, terdapat sejumlah
peluang

yang

memberikan

apabila

dimanfaatkan

dengan

baik

akan

kontribusi pada upaya peningkatan produksi.

Peluang tersebut antara lain : 1). Kesenjangan hasil antara


potensi dan kondisi di lapangan masih tinggi, 2). Tersedia
teknologi

untuk

meningkatkan

produktivitas,

3).

Potensi
16

sumberdaya lahan sawah, rawa/lebak, lahan kering (perkebunan,


kehutanan) yang masih luas, 4). Pengetahuan/Keterampilan SDM
(Petani, Penyuluh/PPL, POPT, Pengawas Benih Tanaman/PBT,
dan Petugas Pertanian Lainnya) masih dapat dikembangkan,
5).Tersedianya

potensi

pengembangan

produksi

berbagai

pangan pilihan selain beras, 6).Dukungan Pemerintah Daerah


dan 7).Ketersediaan sumber genetik.

17

III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN


PRODUKSI PADI TAHUN 2015
A. Strategi
Strategi peningkatan produksi tanaman serealia tahun 2015
adalah sebagai berikut:
1. Peningkatan Produktivitas
Peningkatan produktivitas dilakukan melalui peningkatan
penggunaan benih varietas unggul bermutu produktivitas
tinggi termasuk benih padi hibrida, peningkatan jumlah
populasi tanaman dengan sistem tanam jajar legowo,
pemupukan

sesuai

rekomendasi

spesifik

lokasi

serta

berimbang dengan pemakaian pupuk organik serta pupuk biohayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya
lainnya

disertai

dengan

peningkatan

pengawalan,

pendampingan, pemantauan dan koordinasi. Strategi ini


terutama dilaksanakan di wilayah dimana perluasan areal
sudah sulit dilakukan, sehingga dengan penerapan teknologi
spesifik

lokasi

diharapkan

masih

dapat

ditingkatkan

produktivitasnya.
2. Perluasan Areal Tanam
Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan
(peningkatan indeks pertanaman) melalui upaya perbaikan
jaringan irigasi seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro,
18

pompanisasi

dan

pemanfaatan

lahan

sawah,

disertai

konservasi lahan yang berkelanjutan serta penanaman


tumpang sari di lahan perkebunan, kehutanan dan lahan
terlantar.
3. Pengamanan Produksi
Pengamanan

produksi

dimaksudkan

untuk

mengurangi

dampak perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan,


gangguan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), serta
pengamanan kualitas produksi dari residu pestisida. Selain itu
dilakukan dengan pula peningkatan penggunaan alat dan
mesin pertanian dalam rangka mengurangi kehilangan hasil
pada saat penanganan panen dan pasca panen yang masih
cukup besar.
4. Penguatan Kelembagaan dan Manajemen
Manajemen yang telah ada dan berjalan saat ini perlu lebih
disempurnakan agar pelaksanaan program dapat berjalan
sesuai rencana. Penyempurnaan manajemen tersebut berupa
dukungan

kebijakan

dan

regulasi,

penyempurnaan

manajemen teknis serta penyempurnaan data dan informasi.


Dengan kegiatan penyempurnaan diharapkan pelaksanaan
peningkatan produksi tanaman pangan dapat berjalan sesuai
dengan

yang

diharapkan

dan

pada

akhirnya

dapat

mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2015.

19

B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2015


Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2015
adalah peningkatan produktivitas padi melalui GP-PTT berbasis
kawasan dan non kawasan, dengan bantuan sebagai instrument
stimulant dan dukungan pendampingan dan pengawalan pada
areal seluas 350 ribu ha. Sedangkan di luar fokus utama melalui
upaya peningkatan produksi pada areal tanam seluas 14,299 juta
ha, terdiri atas: Carry over SL-PTT Tahun 2014: 570 ribu ha,
Percepatan Optimasi Lahan (OPL): 170 ribu ha, Perluasan areal
tanam/pemanfaatan cetak sawah 2014: 40 ribu ha, Bantuan
benih (rehabilitasi jaringan irigasi PSP): 1 juta ha, Bantuan benih
(optimasi lahan PSP): 500 ribu ha dan Swadaya petani seluas:
11.948 ribu ha, sebagaimana terlihat dalam Tabel 3 berikut ini :
Tabel3. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2015
No

Kegiatan

Sasaran

Luas Tanam

Luas Panen

Produktivitas

(Ha)

(Ha)

(Ha)

(Ku/ha)

Produksi
(Ton)

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

13,038,783

13,038,783

12,655,394

51.53

65,216,410

1
2
3
4

GP-PTT (2015)
Carry Over SL-PTT Tahun 2014
Percepatan Optimasi Lahan (POL)
Swadaya petani

350,000
570,000
170,000
11,948,783

350,000
570,000
170,000
11,948,783

337,890
550,278
164,118
11,603,108

61.28
58.78
54.78
50.86

2,070,590
3,234,534
899,038
59,012,248

B
1

PERLUASAN AREAL TANAM


Pemanfatan Cetak sawah 2014
JUMLAH (A+B)

40,000
40,000
13,078,783

40,000
40,000
13,078,783

38,616
38,616
12,694,010

25.00
25.00
51.45

96,540
96,540
65,312,950

1,500,000

1,500,000

1,448,100

55.85

8,087,156

1,000,000

1,000,000

965,400

56.38

5,442,925

500,000

500,000

482,700

54.78

2,644,231

JUMLAH C

1,500,000

1,500,000

1,448,100

55.85

8,087,156

TOTAL

14,578,783

14,578,783

14,142,110

51.90

73,400,106

C
1
2

BANTUAN BENIH (APBN-P 2015 DITJEN


TP)
Bantuan Benih (rehabilitasi jaringan
irigasi/Refokusing 2015 PSP)
Bantuan Benih (optimasi lahan/Refokusing
2015 PSP)

20

a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui GPPTT berbasis kawasan dan non kawasanadalah upaya
pencapaian

sasaran

produksi

padi

tahun

2015

yangdifokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas di


areal tanam GP-PTT padi seluas 350 ribu ha, yang terdiri dari:
1) GP-PTT Padi Inbrida Kawasan seluas : 75.000 ha,
dialokasikan di 30 Kabupaten pada 26 Provinsi.
2) GP-PTT Padi Inbrida Non Kawasan seluas : 225.000 ha,
dialokasikan di 143 Kabupaten pada 31 Provinsi.
3) GP-PTT Padi Hibrida Non Kawasan seluas : 50.000 ha,
dialokasikan di 35 Kabupaten pada 13 Provinsi.
Alokasi GP-PTT Padi (kawasan dan non kawasan) Tahun
2015, per Provinsi dan Kabupaten/Kota, disajikan pada
Lampiran 2.
b. Upaya peningkatan produksi padi di luar wilayah fokus
Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi di luar
wilayah fokus dilakukan melalui serangkaian pembinaan,
pengawalan,

pendampingan

dan

bimbingan

yang

terkoordinasi dan terintegrasi dengan memanfaatkan bantuan


benih, benih bersubsidi, benih non subsidi dan atau benih dari
sumber-sumber lain, pupuk bersubsidi (urea, ZA, SP-36, NPK
dan pupuk organik), alsintan, carry over SL-PTT Tahun 2014,
rehabilitasi jaringan irigasi, gerakan peningkatan indeks
pertanaman/optimasi lahan, dukungan APBD, pemanfaatan
21

hasil cetak sawah 2014, dan swadaya murni petani melalui


KKP-E/KUR/Dukungan Penyuluh/PPL Swadaya. Areal yang
dikelola dengan pola ini seluas 14,299 juta ha dengan
kontribusi produksi sebesar 71,330 juta ton GKG.
Agar upaya ini dapat berhasil maka dukungan dari berbagai
pihak sangat diperlukan melalui gerakan yang luar biasa
antara lain :(1). gerakan pengolahan tanah, (2). gerakan
tanam

dan

panen

serentak,

(3).

gerakan

pemupukan

berimbang, (4). gerakan penerapan teknologi, (5). gerakan


pengendalian OPT, (6). gerakan penanganan panen dan
pasca panen, dan (7). gerakan lainnya dengan dukungan
dana APBN maupun APBD I dan APBD II serta dana
masyarakat dan stakeholder.
Penyuluh Pertanian/PPL, POPT dan PBT tetap harus
melakukan pengawalan dan pendampingan pada areal tanam
di luar GP-PTT. Pada prinsipnya semua dana yang ada dan
dikelola oleh Dinas Pertanian dan Bakorluh/Bapeluh ditujukan
untuk meningkatkan produksi padi baik di areal GP-PTT
maupun di luar areal GP-PTT (Non Program).
Pos

simpul

koordinasi

pelaksanaan

GP-PTT

dapat

memanfaatkan Posko yang ada di masing-masing daerah


antara lain seperti Posko P2BN yang selama ini ada yakni,
Posko I P2BN di Pusat, Posko II di Provinsi, Posko III di
Kabupaten/Kota, Posko IV di Kecamatan/BPP, dan Posko V di
Desa. Posko-posko yang ada, agar dioperasionalkan secara
22

optimal sesuai dengan Permentan Nomor 45 Tahun 2011


mengenai Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis,
Penelitian dan Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian
Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional
(P2BN).

23

IV. PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU


(PTT) PADI
Pengelolaan tanaman dan sumberdaya terpadu (PTT) merupakan
inovasi baru untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam
peningkatan produktivitas. Teknologi intensifikasi bersifat spesifik
lokasi, tergantung pada masalah yang akan diatasi (demand driven
technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersama-sama
petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need assessment).
PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya meningkatkan
produktivitas dan efisiensi usahatani serta sebagai suatu pendekatan
pembangunan tanaman pangan khususnya dalam mendorong
peningkatan produksi padi akan terus dilaksanakan dan pada Tahun
2015 difokuskan melalui Gerakan Penerapan PTT di lapangan
dengan lebih terkoordinasi pada areal 350.000 ha.
A. Prinsip-prinsip PTT
1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber
daya tanaman, tanah dan air dapat dikelola dengan sebaikbaiknya secara terpadu.
2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik,
dengan memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung
antar komponen teknologi.
3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikankesesuaian teknologi
dengan lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi
petani setempat.
24

4. Partisipatif : Petani turut berperanserta dalam memilih dan


menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan
kemampuan petani melalui proses pembelajaran dalam
bentuk laboratorium lapangan (LL).
B. Tahapan Penerapan PTT
1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan
bersama

petani

melakukan

Pemahaman

Masalah

dan

Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP).


Identifikasi masalah peningkatan hasil di wilayah setempat
dan

membahas

peluang

mengatasi

masalah

tersebut,

berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah


hujan, kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan
sosial ekonomi.
2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi
PTT berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di
lahan usahataninya.
3. Langkah

ketiga

adalah

penyusunan

RUK

berdasarkan

kesepakatan kelompok.
4. Langkah keempat adalah penerapan PTT.
5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke
petani lainnya.

25

C. Komponen PTT Padi


Komponen dasar/compulsory dan pilihan disesuaikan spesifik
wilayah setempat yang paling tepat diterapkan.Komponen
teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP
memprioritaskan

komponen

teknologi

dimaksud

menjadi

keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu wilayah,


demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
Adapun komponen PTT padi dasar/compulsory, dikemukakan
pada Tabel 4 sedangkan komponen pilihan pada Tabel 5 berikut.
Tabel 4.Komponen PTT Padi Dasar
PADI SAWAH
IRIGASI

PADI SAWAH
TADAH HUJAN

PADI GOGO

PADI RAWA LEBAK

Varietas Modern (VUB,


PH, PTB)

Varietas Modern (VUB,


PH, PTB)

Varietas Modern (VUB,


PH, PTB)

Varietas Modern (VUB,


PH, PTB)

Bibit bermutu dan sehat

Bibit bermutu dan sehat

Bibit bermutu dan sehat

Bibit bermutu dan sehat

Pengeturan cara tanam


(Jajar Legowo)

Pengelolaan hara P dan K


berdasar PUTS

Pemberian bahan organik

Pemupukan N granul, P
dan K berdasarkan PUTS

Pemupukan berimbang
dan efisien menggunakan
BWD dan PUTS/petak
omisi/Permentan No.
4/2007

Pemberian bahan organik


Pengendalian gulma
terpadu

Pemupukan berdasar
status kesuburan tanah

PHT sesuai OPT sasaran

Konservasi tanah dan air

PHT sesuai OPT sasaran

Tabel 5.Komponen PTT Padi Pilihan


PADI SAWAH
IRIGASI
Bahan organik/pupuk
kandang/amelioran **
Pengelohan tanah yang
baik
Pengelolaan air optimal
(pengairan berselang)

Pupuk cair (PPC, organik,


bio hayati)/ZPT, pupuk
mikro
Penanganan panen dan
pascapanen

PADI SAWAH
TADAH HUJAN

PADI GOGO

PADI RAWA LEBAK

Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi
dan cara tanam (legowo,
larikan, dll)

Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi
dan cara tanam (legowo,
larikan, dll)

Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi
dan cara tanam (legowo,
larikan, dll)

Cara tanam dilarik


dengan populasi tanaman
tinggi menggunakan alat
tanam row seeding

PHT sesuai OPT setempat

Umur bibit

Pengendalian gulma
terpadu

Pengelolaan air,
pembuatan saluran/caren
keliling

PHT sesuai OPT sasaran

Pola tanam berbasis padi


gogo

Penanganan panen dan


pascapanen

Penanganan panen dan


pascapanen

Pengendalian gulma
terpadu
Penanganan panen dan
pascapanen

*: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan
komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu
wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
**: Prioritas

(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan, Badan Litbang 2012 dan Analisis)

26

Adapun PTT padi di lahan pasang surut yaitu : 1).Penggunaan


varietas unggul adaptif, 2). Pemupukan spesifik lokasi, 3).
Amelioran (digunakan abu dan/atau kapur untuk meningkatkan
pH), 4). Pengendalian terpadu untuk hama, penyakit dan gulma
dan 5). Menggunakan alsin untuk pra dan pasca panen.
Pengolahan tanah sempurna dimaksudkan untuk pencucian
racun dan meratakan tanah.(Sumber : Puslitbang Tanaman Pangan,
Badan Litbang, 2012).

a. Peran Komponen PTT


Penggunaan

benih

varietas

unggul

bermutu

akan

menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam,


tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman
tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit,
berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.
Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi
yang

optimal dapat menghindari serangan hama dan

penyakit,

menekan

pertumbuhan

gulma,

terhindar

dari

kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan


tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.
Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan
tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat
jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis
tanaman akan memberikan pertumbuhan yang baik dan
meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.
27

Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien


sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah
merupakan faktor penting bagi pertumbuhan dan hasil
tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara
dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap
stadia tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat
akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stres pada
tanaman yang diakibatkan karena kekurangan dan kelebihan
air.
Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi
dan

mengendalikan

serangan

OPT

dan

DPI

dengan

meminimalkan kerusakan atau penurunan produksi akibat


serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip
dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Khususnya
pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila
serangan OPT berada diatas ambang ekonomi. Penggunaan
pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah dan cara
penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang
berlaku sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi
OPT atau dampak lain yang merugikan lingkungan.
Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan
hasil yang optimal jika panen dilakukan pada waktu dan cara
yang tepat yaitu tanaman dipanen pada masak fisiologis
berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan visual
hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan
28

dengan sistem kelompok yang dilengkapi dengan peralatan


dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil.
Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat
penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya
sehingga mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer.
b. Pemilihan Teknologi PTT
Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani
dalam melaksanakan GP-PTT adalah komponen teknologi
PTT. Perakitan komponen teknologi budidaya dilakukan
dengan

cara

penelusuran

setiap

alternatif

komponen

teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.


Apabila hal tersebut telah diketahui maka antar komponen
teknologi

dan

aspek

lingkungan

dapat

disinergiskan.

Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan


dengan memaksimalkan komponen teknologi yang saling
sinergis dan meminimalkan komponen teknologi yang saling
antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh teknik budidaya
dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.
Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi
tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena
beragamnya kondisi lingkungan pertanaman. Setiap teknologi
dan kombinasi teknologi yang sedang dikembangkan pada
suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan
ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat. Untuk
menetapkan paket teknologi GP-PTT yang akan dilaksanakan
29

di

setiap

unit

berkomunikasi

agar
dan

Dinas
atau

Pertanian

berkonsultasi

Kabupaten/Kota
dengan

Balai

Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di masingmasing


wilayah.
D. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani
2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang
tepat untuk masing-masing lokasi.
3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan
kehidupan secara keseluruhan akan terjaga.

30

V. GERAKAN PENERAPAN PTT (GP-PTT) PADI


A. Model Kawasan Tanaman Pangan
Sesuai Peraturan Menteri Pertanian Nomor 50 Tahun 2012,
tentang pedoman pengembangan kawasan pertanian, kawasan
pertanian terdiri dari 1). Kawasan tanaman pangan, 2). Kawasan
hortikultura,

3).

Kawasan

perkebunan

dan

4).

Kawasan

peternakan. Adapun kawasan tanaman pangan adalahkawasan


usaha tanaman pangan yang disatukan oleh faktor alamiah,
sosial budaya, infrastruktur fisik buatan, serta dibatasi oleh
agroekosistem yang sama sedemikian rupa sehingga mencapai
skala ekonomi dan efektifitas manajemen usaha tanaman
pangan. Kawasan tanaman pangan dapat berupa kawasan yang
telah eksis atau calon lokasi baru, dan lokasinya dapat berupa
hamparan atau spot partial namun terhubung dengan aksesbilitas
yang memadai.
Pengembangan kawasan pertanian tanaman pangan, khususnya
padi pada tahun 2015 dilakukan melalui Gerakan Penerapan
Pengelolaan Tanaman Terpadu (GP-PTT). Untuk itu pada tahun
2015,

tidak dikenal

lagi

SL-PTT

Kawasan

Pertumbuhan,

Kawasan Pengembangan dan Kawasan Pemantapan.


Kriteria khusus tanaman pangan/padi dalam aspek luas agregat
adalah 5.000 ha/2-4 kecamatan dan atau disesuaikan dengan
kondisi di lapangan, dengan fasilitasi GP-PTT seluas 2.500 ha.

31

Rancangan kawasan padi inbrida tahun 2015 di alokasikan di 30


Kabupaten

pada

24

Provinsi

seluas

75.000

ha.

Model

pengembangan kawasan (padi inbrida) dikemukakan pada


Gambar 1 berikut.
Gambar 1. Model Kawasan Tanaman Pangan

Pada kawasan GP-PTT padi inbrida, dalam upaya pencapaian


target produksi > 1 ton/ha seluruh Eselon I lingkup Kementerian
Pertanian dan Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman
Pangan

akan

memberikan

kontribusi

kegiatannya

guna

mendukung pelaksanaan GP-PTT secara optimal. Untuk itu


koordinasi, replikasi, nilai tambah, keberhasilan dan regulasi
32

menjadi kata kunci guna menjamin keberhasilan kegiatan


tersebut di tingkat lapangan.
Selanjutnya dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi,
areal di luar kawasan (non kawasan/rintisan/regular) tetap
mendapat perhatian melalui pelaksanaan GP-PTT padi inbrida
seluas 225.000 ha dan GP-PTT padi hibrida seluas 50.000 ha
dengan luasan di masing-masing kabupaten/lokasi disesuaikan
dengan kondisi setempat. Pada GP-PTT padi inbrida dan hibrida
non kawasan ini, hanya mendapatkan stimulan dari kegiatan
pengelolaan produksi tanaman serealia berupa bantuan saprodi
termasuk benih, bantuan tanam jajar legowo, pertemuan
kelompok dan pendampingan serta pengawalan tanpa dukungan
kegiatan dari Eselon I lingkup Kementerian Pertanian dan atau
Eselon II lingkup Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.
GP-PTT dilaksanakan oleh kelompoktani yang sudah terbentuk
dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud diupayakan
kelompoktani yang dibentuk berdasarkan hamparan, atau lokasi
lahan usahataninya diupayakan masih dalam satu hamparan
setiap kelompok. Hal ini perlu untuk mempermudah interaksi
antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya
dan diharapkan tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi
GP-PTT sudah diadopsi secara individu akan mudah ditiru petani
lainnya.
Peserta GP-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan
mengaplikasikan kombinasi komponen teknologi yang sesuai
33

spesifik

lokasi

mulai

dari

pengolahan

tanah,

budidaya,

penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap tahapan


pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan serangkaian
kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan.
B. Penentuan Calon Lokasi
Pemilihan penempatan calon lokasi GP-PTT dengan prioritas
produktivitas masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya
responsif terhadap teknologi.
Pemilihan/penunjukan

letak

petak

untuk

pertemuan

kelompoktani dengan pertimbangan terletak di bagian pinggir


areal GP-PTT sehingga berbatasan langsung dengan areal di
luar areal GP-PTT dengan harapan penerapan teknologi PTT
mudah dilihat dan ditiru oleh petani di luar areal GP-PTT.
Pertimbangan lainnya disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Pemilihan/penunjukan letak petak pertemuan tersebut, dilakukan
melalui musyawarah mufakat (disepakati bersama). Format CL
dan CP disajikan pada Lampiran 3.
1. Penentuan Calon Lokasi
a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah
tadah hujan, lahan kering, pasang surut dan lebak yang
produktivitas dan/atau indeks pertanamannya masih dapat
ditingkatkan. Lokasi GP-PTT tahun anggaran 2015
diutamakan lokasi SL-PTT tahun anggaran 2014 dengan
tetap memperhatikan kondisi di lapangan. Oleh karena itu
34

Dinas

Pertanian

identifikasi

lokasi

Kabupaten/Kota
tersebut

dan

perlu

melakukan

lokasi-lokasi

yang

produktivitas masih dapat ditingkatkan sedangkan Dinas


Pertanian Provinsi melakukan verifikasi atas CP/CL
tersebut. Untuk itu, CP/CL yang telah diverifikasi oleh
Dinas Pertanian Provinsi, diharapkan sudah disampaikan
ke Direktorat Budidaya Serealia paling lambat pada akhir
bulan Januari 2015 guna disampaikan kepada berbagai
pihak yang membutuhkan baik untuk perencanaan,
pengawalan, monitoring, evaluasi, dll.
b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit,
bebas dari bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa.
c. Areal GP-PTT, diusahakan agar berada dalam satu
hamparan/kawasan yang strategis dan mudah dijangkau
petani atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
d. Setiap 25 ha dan atau sesuai dengan kondisi di lapangan,
areal GP-PTT diberi papan nama sebagai tanda/identitas
lokasi pelaksanaan kegiatan.
2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani Peserta GP-PTT
a. Kelompoktani/petani yang dinamis, pro aktif dan bertempat
tinggal dalam satu desa/wilayah yang berdekatan dan
diusulkan oleh Kepala Desa, KCD dan atau Petugas
Lapangan/Penyuluh.

35

b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan


ataupun penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi
baru.
c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT.
d. Kelompoktani GP-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi
tanaman pangan selaku KPA, sebagaimana contoh pada
Lampiran 4.
C. Ketentuan Pelaksana GP-PTT
Ketentuan pelaksana GP-PTT sebagai berikut :
1. Lokasi GP-PTT diusahakan berada pada satu hamparan atau
kawasan, mempunyai potensi untuk ditingkatkan produktivitas
dan/atau IP-nya, serta anggota kelompoktaninya respon
terhadap penerapan teknologi.
2. Luas satu unit GP-PTT padi adalah 25 ha, dan atau
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
3. Memiliki Pemandu Lapangan.
Pemandu Lapangan (PL) khususnya Petugas Lapangan/
Penyuluh, POPT, PBT dan Peneliti mempunyai fungsi sebagai
:
1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan
dan kekuatan yang ada di lapangan dan desa.

36

2. Dinamisator

proses

pertemuan

kelompok

sehingga

menimbulkan ketertarikan dan lebih menghidupkan latihan.


3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah
tanam dan dapat membantu membangkitkan kepercayaan
diri para peserta GP-PTT
4. Konsultan

bagi

petani

peserta

GP-PTT

untuk

mempermudah menentukan langkah-langkah selanjutnya


dalam

melaksanakan

kegiatan

usahataninya

setelah

kegiatan GP-PTT selesai.


D. Persyaratan Kelompoktani Pelaksana GP-PTT
1. Kelompoktani

tersebut

masih

aktif

dan

mempunyai

kepengurusan yang lengkap yaitu minimal ada Ketua,


Sekretaris dan Bendahara.
2. Menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 5.
3. Kelompoktani penerima bantuan GP-PTT ditetapkan dengan
Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota
selaku KPA.
4. Memiliki rekening yang masih berlaku/masih aktif di Bank
Pemerintah (BUMN atau BUMD/Bank Daerah) yang terdekat
dan bagi Kelompoktani yang belum memiliki, terlebih dahulu
harus membuka rekening di bank.
5. Rekening bank diutamakan berupa rekening bank setiap
kelompoktani

namun

dapat

kelompoktani

(Gapoktan).

pula

Jika

rekening

menggunakan

gabungan
rekening
37

gapoktan, mekanisme pengaturan antar kelompoktani agar


diatur

lebih

lanjut

oleh

Kepala

Dinas

Pertanian

Kabupaten/Kota.
6. Membuat

surat

pernyataan

bersedia

dan

sanggup

menggunakan dana bantuan GP-PTT sesuai peruntukannya


(RUK) dan sanggup mengembalikan dana apabila tidak
sesuai peruntukannya sebagaimana terlihat dalam Lampiran
6. Adapun mekanisme pengembaliannya, sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.
7. Bersedia menambah biaya pembelian sarana produksi dan
pendukung lainnya, bilamana bantuan Pemerintah Pusat
tersebut tidak mencukupi/kurang.
8. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan GP-PTT.
9. Petani/kelompoktani

penerima

Bansos

GP-PTT

tidak

diperkenankan menerima bansos dari kegiatan yang sama


pada tahun anggaran berjalan.
E. Bantuan Pelaksanaan GP-PTT dan Pemanfaatannya.
Guna mendukung pelaksanaan GP-PTT padi inbrida berbasis
kawasan dan GP-PTT padi inbrida non kawasan serta GP-PTT
padi hibrida non kawasan, seluruh areal yang ditetapkan dalam
CP/CL akan mendapatkan fasilitasi berupa bantuan saprodi,
biaya tanam jajar legowo, biaya pertemuan kelompoktani. Konsep
ini berbeda dengan SL-PTT Tahun 2014. Gambar 2 berikut,
menjelaskan perbedaan tersebut.
38

Gambar 2. Perbandingan SL-PTT (2014) Dengan


GP-PTT (2015)

Areal GP-PTT padi berbasis kawasan maupun non kawasan


sebagai stimulan direncanakan mendapatkan sarana produksi
(benih, pupuk, pestisida, biaya tanam jajar legowo dan biaya
pertemuan kelompoktani), sedangkan insentif/bantuan transport
bagi

petugas

pendamping

(petugas

dinas

dan

atau

aparat/disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan), papan


nama/identitas dan ubinan diberikan pada setiap 25 ha atau
disesuaikan dengan kondisi di lapangan.
Untuk lebih jelasnya, plafon stimulan/bantuan saprodi untuk
pelaksanaan GP-PTT Padi Tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel
6 berikut.

39

Tabel 6. Plafon Stimulan/Bantuan Saprodi GP-PTT Padi


Tahun 2015
No

Uraian

Areal (Ha)

Biaya
(Rp
000/Ha)

Instrumen

Kawasan:
a. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
1. Di Luar Papua

2. Papua

II

70,000

-. Saprodi (benih, pupuk, pestisida)


2,900 -. Bantuan biaya tanam jarwo
-. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

5,000

-. Saprodi (benih, pupuk, pestisida)


3,110 -. Bantuan biaya tanam jarwo
-. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

Non Kawasan/Rintisan/Reguler:
a. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
1. Di Luar Papua

2. Papua

b. Kawasan GP-PTT Padi Hibrida


1. Di Luar Papua

2. Papua
JUMLAH:
1. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
3. Non Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
4. Non Kawasan GP-PTT Padi Hibrida
TOTAL:
1. GP-PTT Padi

220,000

-. Saprodi (benih, pupuk, pestisida)


2,900 -. Bantuan biaya tanam jarwo
-. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

5,000

3,110 -. Saprodi (benih, pupuk, pestisida)


-. Bantuan biaya tanam jarwo
-. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

50,000

3,655 -. Saprodi (benih, pupuk, pestisida)


-. Bantuan biaya tanam jarwo
-. Pertemuan Kelompok minimal 4 kali

75,000
225,000
50,000
350,000

Bantuan saprodi yang diberikan dalam pelaksanaan GP-PTT


Padi, digunakan untuk:

40

1. Pembelian benih varietas unggul bersertifikat, dengan harga


non subsidi. Tidak dibolehkan memanfaatkan/menggunakan
benih bersubsidi yang disediakan Pemerintah. Jumlah dan
varietas yang akan digunakan disesuaikan dengan kondisi
setempat (spesifik lokasi), serta disetujui dan atau diketahui
oleh

Petugas

Lapangan/Penyuluh,

Dinas

Pertanian

Kabupaten/Kota dan BPTP setempat. Sumber benih dapat


berasal

dari

kios

benih,

penangkar

benih,

produsen

BUMN/BUMD/Swasta, dan atau dari sumber lain yang jelas,


dll. Selanjutnya kemasan dan label benih agar disimpan
dengan baik.
2. Pembelian pupuk bersubsidi (Urea, NPK, Organik) dengan
harga yang ditetapkan Pemerintah. Untuk itu pastikan petani
pelaksana GP-PTT telah tergabung dalam kelompoktani dan
telah menyusun RDK dan RDKK. Adapun jenis pupuk dan
dosis yang akan digunakan di lapangan, disesuaikan dengan
rekomendasi dan kondisi di masing-masing daerah (spesifik
lokasi) serta disetujui dan atau diketahui oleh Petugas
Lapangan/Penyuluh, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan
BPTP setempat. Disamping itu, anggaran yang tersedia,
digunakan pula untuk pembelian pestisida yang jumlah dan
dosis, disesuaikan dengan kebutuhan di lapangan. Apabila
rekomendasi di suatu lokasi memerlukan pupuk/pestisida jenis
lainnya, maka apabila dana masih memungkinkan dapat
dibiayai dari dana yang tersedia tersebut. Selanjutnya, apabila
41

seluruh komponen telah dipenuhi dan masih tersedia dana,


maka

sisa

dana

dapat

dialokasikan

untuk

memenuhi

kebutuhan pupuk anorganik (sesuai rekomendasi). Pupuk


yang belum digunakan agar disimpan dan dijaga dengan
sebaik-baiknya agar mutunya tetap terjaga saat digunakan.
Selanjutnya kemasan pupuk disimpan dengan baik.
3. Membiayai pertemuan kelompoktani, yang jumlahnya minimal
4 (empat) kali dan atau disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan. Dari 4 (empat) kali pertemuan, 1 (satu) kali
pertemuan dilaksanakan sebelum tanam untuk mendukung
penyusunan Kajian Kebutuhan dan Peluang (KKP) atau
Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP), 1 (satu) kali
pertemuan untuk penyusunan Rencana Usaha Kelompok
(RUK) dan sisanya disesuaikan dengan kebutuhan di
lapangan. Pertemuan dilakukan oleh kelompok tani peserta
GP-PTT dan bertempat di areal yang ditunjuk dan disepakati
bersama (musyawarah mufakat). Peserta pertemuan adalah
petani peserta dipandu oleh Petugas Lapangan (Penyuluh,
POPT,

PBT,

Peneliti,

Aparat

dan

petugas).

Apabila

dibutuhkan dan dengan mempertimbangkan berbagai hal,


anggaran

yang

tersedia

dapat

pula

digunakan

untuk

pelaksanaan Temu Lapangan Petani (FFD) dalam rangka


sosialisasi
pelaksanaan,

kepada
dengan

masyarakat
mengundang

akan
petani

keberhasilan
sekitarnya,

42

pemuda/i tani, tokoh masyarakat, petugas lapangan, aparat,


stake holder, dll.
4. Membantu biaya penerapan teknologi tanam jajar legowo.
Untuk itu, GP-PTT Padi (kawasan maupun non kawasan) di
lahan beririgasi wajib meningkatkan optimalisasi popuplasi
tanaman persatuan luas melalui penerapkan tanam jajar
legowo baik 2:1 atau 4:1. Gambar dapat dilihat pada
Lampiran 15 - 21. Jumlah bibit per umpun dan umur bibit
disesuaikan dengan kebiasaan petani (kondisi setempat).
Sedangkan di lahan lebak, pasang surut dan lahan kering,
disesuaikan dengan kondisi di masing-masing lokasi.
Semua jenis pengeluaran saprodi, dituangkan dalam RUK
(Rencana Usaha Kelompok), masing-masing Kelompok tani
pelaksana

GP-PTT

baik

kawasan

maupun

non

kawasan/rintisan/regular. Form RUK seperti pada Lampiran 5.


Kebutuhan sarana produksi dan pendukung lainnya yang tidak
difasilitasi Pemerintah Pusat maupun kekurangannya, agar
ditanggung dan diusahakan secara swadaya oleh anggota
kelompok tani atau dari sumber lainnya.Hal ini dimaksudkan agar
petani/kelompoktani

ikut

memiliki

sehingga

mempunyai

tanggungjawab moral untuk mensukseskan GP-PTT Padi dalam


rangka mendukung pencapaian sasaran produksi tahun 2015.
Teknologi yang akan diterapkan pada GP-PTT (kawasan maupun
non

kawasan/rintisan/reguler),

dikomunikasikan

dan

atau

dikonsultasikan dengan BPTP setempat dan sesuai dengan


43

kondisi di lapangan (spesifik lokasi) guna menjamin keberhasilan


pelaksanaan kegiatan sehingga dapat menjadi mengungkit
peningkatan produktivitas dan produksi.
Bantuan sarana produksi merupakan Belanja Bantuan Sosial
(BANSOS) pada akun 573111 dan penggunaannya dengan
mekanisme transfer langsung ke rekening kelompoktani dalam
bentuk uang dan sesuai pedoman serta peraturan perundangundangan yang berlaku.
Disamping itu, guna mendukung pelaksanaan GP-PTT Padi,
pemerintah memberikan pula stimulan berupa anggaran untuk
penyediaan papan nama, pendampingan dan ubinan, dengan
rincian penggunaan seperti berikut:
1. Digunakan untuk penyediaan papan nama.Papan nama
merupakan

identitas

lokasi

dimana

kegiatan

tersebut

dilaksanakan.Papan nama diberikan setiap unit (@ 25 ha)


atau disesuikan dengan kondisi di lapangan.Bahan dan
ukurandisesuaikan dengan anggaran yang tersedia (tidak
harus dalam bentuk papan, namun dapat berupa tripleks,
plastik sablon, dan atau lainnya) dan atau disesuaikan dengan
kondisi di masing-masing lokasi.Apabila dipandang perlu
menambah biaya untuk keperluan tersebut, dapat diupayakan
dari swadaya petani/kelompok tani atau dari sumber-sumber
lain yang sah dan diketahui petugas lapangan dan Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota.

44

2. Digunakan untuk membiayai pendampingan dan pengawalan,


kegiatan GP-PTT baik kawasan maupun non kawasan di
lapangan.Pendampingan dan atau pengawalan, dilakukan
oleh petugas dinas kabupaten/kota termasuk Penyuluh/PPL,
POPT, PBT, Mantri Tani atau Petugas lainnya sesuai
kebutuhan di lapangan serta Aparat (Babinsa, Camat, Kades
atau lainnya). Khusus pendampingan dan atau pengawalan
oleh aparat, keterlibatannya (kebutuhan) disesuaikan dengan
kebutuhan di lapangan.Jumlah kunjungan/pendampingan dan
atau pengawalan ke lapangan, disesuaikan dengan anggaran
yang tersedia. Untuk itu, diperlukan koordinasi antara Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota dengan Bapelluh, Kodim, Korem,
Babinsa dan Aparat Kecamatan sampai Desa.
3. Digunakan

untuk

membiayai

pelaksanaan

ubinan

bersama.Ubinan dilaksanakan pada kawasan maupun non


kawasan/ rintisan/reguler GP-PTT Padi. Setiap 25 ha dan atau
disesuaikan dengan kondisi di lapangan, difasilitasi 1 unit
ubinan dengan anggaran yang disediakan sebesar Rp
180.000,-/unit, yang diperuntukkan untuk honor petugas
ubinan (masing-masing 1 orang Mantri Tani dan 1 orang KSK)
serta

fasilitasi

untuk

pencatatan

hasil

ubinan

dan

pengirimannya ke Pusat.Untuk itu, koordinasi dan sinergitas


antara Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan BPS Kabupaten
sangat diperlukan. Data ubinan merupakan salah satu
indikator keberhasilan pelaksanaan GP-PTT baik pada
45

kawasan maupun non kawasan/rintisan/reguler. Teknik ubinan


teknologi tanam jajar legowo, disajikan pada Lampiran 15-21.
Bantuan anggaran untuk pelaksanaan pengadaan papan nama,
bantuan transport untuk pendampingan dan pengawalan petugas
dan aparat serta ubinandi alokasikan pada Satker Dinas
Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi tanaman pangan
dan penggunaannya disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan
pedoman serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pada Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi
tanaman pangan, disediakan pula anggaran untuk melaksanakan
pembinaan dalam arti luas yang mencakup perencanaan,
pembinaan dan monitoring serta evaluasi. Untuk jelasnya, rincian
kegiatan dapat dilihat pada POK Pengelolaan Produksi Tanaman
Serealia Tahun 2015.
Selanjutnya agar kegiatan GP-PTT berbasis kawasan tersebut
berkontribusi pada produksi tahun 2015, maka diharapkan
pelaksanaan GP-PTT Padi diharapkan sudah dilaksanakan pada
awal tahun 2015 (Akhir MH 2014/2015 sampai MK II 2015),
kecuali secara teknis dan kondisi lapangan tidak memungkinkan
dilaksanakan.Untuk itu, penyaluran/penyerapan dana bansos
diharapkan terealisasi 100% pada akhir bulan Agustus 2015.
Disamping itu agar segera mengambil langkah-langkah dan
mempersiapkan secara terencana, akurat dan efektif melalui
koordinasi dengan instansi terkait antara lain Dinas Pengairan,
46

BMKG, Penyedia Benih, Pupuk, Alsintan dan lain sebagainya


agar pelaksanaan tepat waktu dan sasaran.
Sebagai salah satu bentuk peningkatan kualitas GP-PTT Padi di
lapangan, maka pembinaan, pendampingan dan pengawalan
yang telah dilakukan pada tahun-tahun sebelumnya perlu lebih
ditingkatkan dengan melibatkan petugas dinas dan aparat. Untuk
itu, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota perlu melakukan koordinasi
yang lebih intensif, sosialisasi serta sinergi kegiatan dengan
instansi terkait baik di lingkup Kementerian Pertanian, TNI-AD
(Pangdam, Dandim, Kodim, Korem, Babinsa) dan stake holders
lainnya.
Pendampingan dan pengawalan dilakukan oleh Petugas Dinas
Provinsi dan Kabupaten/Kota termasuk Penyuluh/PPL, POPT,
PBT, KCD, Mantri Tani atau petugas lain sesuai kebutuhan di
masing-masing

lokasi;

dan

Aparat

(TNI-AD

beserta

jajarannya/BABINSA, Camat dan Kades atau lainnya) serta


petugas Pusat. Pengawalan GP-PTT dilakukan pula oleh para
Peneliti BPTP di masing-masing lokasi yang penugasannya
melalui

Surat

Keputusan

Kepala

Badan

Penelitian

dan

Pengembangan Pertanian.
Selanjutnya Posko P2BN atau Posko lainnya yang mendukung
pencapaian sasaran produksi padi, pada setiap tingkatan
(Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna
melakukan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak dan
instansi terkait untuk turun bersama memantau kondisi di
47

lapangan, menggerakkan percepatan tanam/panen serentak,


pemeliharaan tanaman dan mengetahui segala permasalahannya
untuk selanjutnya diselesaikan agar tidak menjadi penghambat
dalam merealisasikan kegiatan.
Selanjutnya, Dinas Pertanian Provinsi menjabarkan Pedoman
Teknis

GP-PTT

Padi

tersebut,

dalam

bentuk

Petunjuk

Pelaksanaan (JUKLAK) GP-PTT. Hal-hal yang lebih teknis dan


operasional di lapangan agar dapat diatur dan diuraikan dalam
Petunjuk Teknis (JUKNIS) GP-PTT yang wajib disusun/dibuat
oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota secara lebih rinci dan
jelas

sesuai

dengan

spesifik

lokasi,

guna

menghindari

penafsiran yang berbeda-beda oleh petugas lapangan.

48

VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL


GP-PTT

A. Pengorganisasian GP-PTT
Agar pelaksanaan GP-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari
kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka
perlu dibentuk tim pengendali tingkat pusat, tim pembina tingkat
provinsi, tim pelaksana tingkatkabupaten/kota serta tim pelaksana
tingkat kecamatan.
Tim

pengendali

tingkat

pusat,

ditetapkan

dengan

Surat

Keputusan Direktur Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina


tingkat

provinsi

ditetapkan

dengan

Surat

Keputusan

Gubernur/Kepala Dinas Pertanian Provinsi yang bersangkutan.


Sedangkan

tim

pelaksana

tingkat

kabupaten/kota

serta

kecamatan, ditetapkan dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota.


Tim

pembina

tingkat

provinsi

serta

tim

pelaksanatingkat

kabupaten/kota dan tim pelaksana kecamatan melaksanakan


kegiatan koordinasi pelaksanaan GP-PTT melalui Pos Simpul
Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat desa, kecamatan,
kabupaten/kota sampai tingkat provinsi. Posko GP-PTT dapat
memanfaatkan POSKO yang telah ada seperti POSKO P2BN
seperti diamanatkan pada Permentan Nomor 45 Tahun 2011
tentang Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis,

49

Penelitian dan Pengembangan, Dan Penyuluh Pertanian Dalam


Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN).
B. Operasionalisasi GP-PTT
Tim Pengendali Pusat melakukan koordinasi dan sinergisitas
program dan kegiatan antar instansi terkait untuk kelancaran
pelaksanaan GP-PTT.
Tim

Pembina Tingkat

Provinsi melakukan

koordinasi dan

mengorganisir Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota untuk


dapat

melaksanakan

GP-PTT

sesuai

sasaran.Pembinaan

dilakukan mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan


serta evaluasi.
Tim

Pelaksana

melakukan
mengorganisir

Tingkat

langsung
dan

Kabupaten/Kota
pelaksanaan

menggerakkan

dan

kecamatan

GP-PTT

Kepala

dengan

Cabang

Dinas

Pertanian Kecamatan (KCD), Penyuluh, POPT, PBT, Kepala


Desa, Babinsa, Kelompoktani, dan petani dalam melaksanakan
GP-PTT sesuai sasaran. Pengorganisasian/gerakan dilakukan
mulai sejak perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan serta
evaluasi.Tim

Pelaksana

Kabupaten/Kota

juga

melakukan

administrasi kegiatan sesuai prosedur dan peraturan perundangundangan yang berlaku.

50

VII. PEMBIAYAAN, MEKANISME PENYALURAN


BELANJA BANTUAN SOSIAL DAN
PENGADAAN
A. Pembiayaan
Sumber pembiayaan pelaksanaan GP-PTT padi tahun 2015
berasal dari APBN yang dialokasikan pada Belanja Bantuan
Sosial untuk pemberdayaan sosial (Akun 573111).
Adapun tujuan dari pemberian bantuan sosial tersebut adalah
sebagai upaya meningkatkan kemampuan kelompoktani padi dan
jagung dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya
secara mandiri dan berkelanjutan.
Proses

pemberdayaan

difasilitasi

oleh

aparat

Provinsi/

Kabupaten/Kota dengan menciptakan iklim kondusif sehingga


masyarakat mampu mengenali permasalahan yang dihadapi,
memecahkan

masalahnya

sendiri,

serta

mampu

mengembangkan dan memperkuat dirinya sendiri untuk menjadi


mandiri. Pemberdayaan merupakan proses pembelajaran yang
perlu dilakukan secara terus-menerus guna menggali potensi
yang dimiliki oleh masyarakat/pelaku agribisnis.
Kemandirian

dapat

terwujud

apabila

kelompok/gabungan

kelompok/lembaga

bersama

anggotanya

mampu

mengembangkan

usahataninya/kegiatannya

secara

musyawarah, transparan, dan akuntabel untuk dapat mandiri


51

dalam mengelola kelembagaan, manajemen, dan usaha


pertaniannya.

Dengan

demikian,

fokus

pemberdayaan

kelompok diarahkan untuk memotivasi anggota kelompok/


gabungan

kelompok/lembaga

dalam

mengembangkan

kelembagaan masyarakat, manajemen, dan usaha-usaha


produktif di bidang pertanian.
Proses

pemberdayaan

menumbuhkan

kelompok

kesadaran

dilakukan

dengan

kelompok/gabungan

kelompok/

lembaga dalam mengembangkan usahanya secara partisipatif.


Mengingat proses pemberdayaan memerlukan waktu yang
cukup panjang, maka kegiatan pemberdayaan perlu dirancang
secara sistematis dengan tahapan kegiatan yang jelas dan
dilakukan terus-menerus dalam kurun waktu yang cukup
berdasarkan

kemampuan

dan

potensi

usaha

agribisnis

masyarakat.
Pemberi bantuan sosial dalam pelaksanaan GP-PTT adalah
Kementerian Pertanian cq Direktorat Jenderal Tanaman, dengan
penerima

bantuan

tersebut

adalah

Kelompoktani.

Alokasi

anggaran berupa dana Tugas Pembantuan yang diletakkan pada


Satker Dinas Pertanian Kabupaten/Kota pelaksana GP-PTT.
Sedangkan persyaratan penerima bantuan di masing-masing
lokasi

(penentuan

calon

lokasi,

penentuan

calon

petani/kelompoktani, dll) seperti telah diuraikan di atas dengan


persetujuan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota selaku
KPA.
52

Adapun tata kelola pencairan dana belanja bantuan sosial


tersebut kepada kelompoktani pelaksana

GP-PTT melalui

transfer uang langsung ke rekening kelompok tani atau


gabungan kelompoktani, dengan jadwal pelaksanaan penyaluran
belanja bantuan sosial tersebut disesuaikan dengan kondisi di
masing-masing daerah.
B. Mekanisme Penyaluran Bantuan Sosial Melalui Transfer
Uang
1. Mekanisme Penetapan Penerima Belanja Bantuan Sosial
Melalui Transfer Uang
1.1. Perencanaan dan Sosialisasi
Perencanaan pengelolaan dana Belanja Bantuan Sosial
ini dilaksanakan mulai di tingkat Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota yang mencakup pembentukan Tim
Teknis, penyusunan Juknis, rencana seleksi Calon
Penerima dan Calon Lokasi (CP/CL), penyaluran dana
Belanja Bantuan Sosial, pembinaan dan pelaporannya.
Pedoman Teknis dari Direktorat Jenderal/Badan lingkup
Kementerian Pertanian dan Petunjuk Pelaksanaan yang
diterbitkan oleh Provinsi mengacu kepada Pedoman
Pengelolaan

Belanja

Bantuan

Sosial

Kementerian

Pertanian Tahun Anggaran 2015. Juknis disusun untuk


mengatur hal-hal yang belum jelas dan belum diatur
dalam Pedoman ini, dan agar disusun secara fleksibel
53

dengan

memperhatikan

aspirasi

dan

kondisi

masing-masing wilayah.
Dalam rangka penerapan prinsip pengarusutamaan
gender, maka perlu diperhatikan peran perempuan
dalam hal : (1) partisipasi, (2) akses, (3) kontrol, dan (4)
menikmati manfaat untuk jenis/output kegiatan yang
menjadi pilot projek pengurusutamaan gender.
Sosialisasi dilakukan dalam rangka penyamaan persepsi,
membangun komitmen, transparansi, dan akuntabilitas
pelaksanaan
Kegiatan

program

sosialisasi

pembangunan
ini

juga

pertanian.

sekaligus

untuk

menampung aspirasi masyarakat melalui konsultasi


publik (public consultation), sehingga pemanfaatan
Dana Belanja Bantuan Sosial dapat lebih terarah dan
bermanfaat bagi masyarakat pertanian.
Pelaksanaan sosialisasi dilakukan secara berjenjang
mulai

ditingkat pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota

sampai tingkat desa/kelompok. Sosialisasi di tingkat


desa/kelompok
komitmen,

bertujuan

transparansi

untuk

membangun

pelaksanaan

kegiatan,

meningkatkan minat dan motivasi masyarakat dalam


pembangunan

pertanian, serta menjelaskan hak,

kewajiban, sanksi, dan penghargaan bagi kelompok


sasaran yang akan mengelola

dana Belanja Bantuan

Sosial.
54

1.2. Kriteria Calon Penerima Dana


Kriteria calon penerima dana Belanja Bantuan Sosial
disusun sebagai dasar untuk melakukan seleksi calon
penerima dana Belanja Bantuan Sosial agar sesuai
dengan kriteria dan persyaratan yang ditentukan. Kriteria
calon penerima dana Belanja Bantuan Sosial mencakup
kriteria

umum

calon

petani/kelompok

tani/

gapoktan/lembaga, kriteria calon lokasi dan kriteria


teknis.
a. Kriteria

umum

calon

petani/kelompok

tani/

gapoktan/lembaga penerima dana antara lain:


1) Petani yang tergabung dalam suatu kelompok
usaha harus memiliki nama kelompok, nama
ketua kelompok dan alamat yang jelas;
2) Kelompok tani/gapoktan penerima dana bantuan
sosial yang menghadapi keterbatasan permodalan
pengembangan usaha tani yang memiliki potensi
untuk dikembangkan;
3) Kelompok tani/gapoktan yang mengalami risiko
sosial;
4) Lembaga yang berperan dalam pengembangan
usaha pertanian
b. Kriteria khusus calon lokasi penerima dana bantuan
sosial antara lain:

55

1) Calon lokasi tersebut layak dan/atau berpotensi


ditumbuh/ kembangkan usaha pertanian;
2) Jenis usaha tani petani (hulu, on farm, hilir) yang
akan

dikembangkan

disesuaikan

dengan

kebutuhan dan kemampuan petani;


3) Jenis dan volume dana yang akan disalurkan
disesuaikan dengan kondisi agro-ekosistem dan
kebutuhan kelompok tani.
c. Kriteria teknis calon penerima danaBelanja Bantuan
Sosial disusun oleh masing-masing eselon-I lingkup
Kementerian Pertanian sesuai dengan kebutuhan
masing-masing dan dituangkan ke dalam Pedoman
Teknis.
1.3. Penetapan Penerima Dana
a. Seleksi CP/CL
Seleksi

CP/CL

secara

umum

meliputi

seleksi

administrasi dan seleksi aspek teknis dengan tahapan


meliputi seleksi daftar panjang (long-list), daftar
sedang (medium-list), dan daftar pendek (short-list).
Adapun

tahap

seleksi

CP/CL

adalah

seluruh

usulan/proposal yang masuk direkapitulasi menjadi


daftar long-list calon petani/calon lokasi penerima
dana Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian.
Selanjutnya dari daftar panjang (long-list) dilakukan
proses seleksi administrasi. Seleksi administrasi
56

meliputi verifikasi nama kelompok, nama ketua


kelompok, alamat kelompok, jenis usaha kelompok,
besarnya usulan dana Belanja Bantuan Sosial, sesuai
dengan data yang terdapat di dalam usulan/proposal.
Bagi

CP/CL

yang

lulus

seleksi

administrasi

direkapitulasi ke dalam daftar sedang (medium-list).


Berdasarkan daftar sedang (medium-list), Tim Teknis
melakukan

seleksi

aspek

teknis

dengan

cara

verifikasi/membandingkan kesesuaian antara kondisi


di lapangan dengan data usulan/proposal. Bagi
CP/CL yang lulus seleksi teknis direkapitulasi ke
dalam daftar pendek (short-list).
b. Penerima Dana
Berdasarkan daftar pendek (short-list) CP/CL, untuk
kegiatan Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota, maka
Tim

Teknis

mengusulkan

Dinas/Badan/Kantor

kepada

lingkup

Kepala
Pertanian

Kabupaten/Kota untuk ditetapkan menjadi calon


penerima dana Belanja Bantuan Sosial. Selanjutnya
berdasarkan
Bupati/Walikota
lingkup

usulan

Tim

atau Kepala

Pertanian

Teknis

tersebut,

Dinas/Badan/Kantor

Kabupaten/Kota

mengesahkan

Kelompok Tani Penerima dana Belanja Bantuan


Sosial.

57

Untuk

kegiatan

Pembantuan

Dekonsentrasi

Provinsi,

proses

dan

Tugas

seleksi

CP/CL

dilakukan oleh Tim Teknis Provinsi dan Penetapan


Penerima dana Belanja Bantuan Sosial oleh Kepala
Dinas/Badan/Kantor

lingkup

Pertanian

Provinsi,

sedangkan untuk kegiatan Pusat, proses seleksi


CP/CL

dilakukan

oleh

Tim

Teknis

Pusat

dan

penetapan penerima dana Belanja Bantuan Sosial


oleh Menteri Pertanian melalui Keputusan Menteri
Pertanian atau Keputusan Direktur Jenderal/Kepala
Badan lingkup Kementerian Pertanian atas nama
Menteri Pertanian.
Kelompok sasaran yang telah ditetapkan dengan
Keputusan

tentang

penetapan

penerima

dana

Belanja Bantuan Sosial berhak menerima dana


Belanja

Bantuan

Sosial.

Selanjutnya

kelompok

sasaran penerima dana Belanja Bantuan Sosial harus


menyusun Rencana Usaha Kelompok (RUK) sebagai
dasar untuk penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial.
2. Prosedur Pengajuan dan Penyaluran Dana
2.1. Pengajuan Dana
Proses

pengajuan

dana

Belanja

Bantuan

Sosial

Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015 pada


DIPA Tugas Pembantuan Kabupaten/Kota dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
58

a. Rencana Usaha Kelompok (RUK) disusun oleh


kelompok

tani/lembaga

terpilih

dan

disahkan/ditandatangani ketua kelompok/lembaga


serta dua anggota kelompok.
b. Kelompok tani/lembaga terpilih membuka rekening
tabunganpada

Bank

Pemerintah

Terdekat

dan

memberitahukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen


(PPK) Kabupaten/Kota.
c. Ketuakelompok tani/lembaga mengusulkan RUK
kepada PPK Kabupaten/Kota. Setelah diverifikasi
oleh

Penyuluh

Pertanian/ petugas lapangan

lainnya dan disetujui oleh Ketua Tim Teknis; dan


d. PPK meneliti

RUK dari masing -masing yan g

akan dibiaya i dan selanjutnya mengajukan R U K


k e p a d a Kuasa Pengguna Anggaran (KPA).

1.2. Penyaluran Dana


Proses penyaluran dana Belanja Bantuan Sosial yaitu
KPA mengajukan

Surat Permintaan Pembayaran

Langsung (SPP-LS) sebagai berikut:


a. Keputusan Dirjen/Kepala Badan di tingkat pusat atau
Keputusan Bupati/Walikotaatau Kepala Dinas/Badan/
Kantor lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk
tentang Penetapan Kelompok Sasaran;
59

b. Rekapitulasi RUK secara umum mencantumkan:


1) Nama kelompok tani/lembaga;
2) Nama ketua kelompok tani/lembaga;
3) Nama petani anggota kelompok tani/lembaga;
4) Nomor rekening a.n. petani/ketua kelompok
tani/lembaga;
5) Nama Bank Pemerintah terdekat; dan
6) Jumlah

dana

dan

susunan

keanggotaan

kelompok tani.
c. kuitansi harus ditandatangani oleh ketua kelompok
tani/lembaga dan diketahui/disetujui oleh PPK
Kabupaten/Kota yang bersangkutan;
d. surat perjanjian kerjasama antara PPK dengan
kelompok sasaran tentang pemanfaatan dana
Belanja Bantuan Sosial kelompok tani;
e. atas dasar SPP-LS, Pejabat Penandatangan SPM
(PP-SPM) menguji dan menerbitkan Surat Perintah
Membayar

Langsung

(SPM-LS),

selanjutnya

disampaikan SPM-LS ke KPPN setempat; dan


f. KPPN menerbitkan

SuratPerintahPencairan Dana

(SP2D) sesuai ketentuan yang berlaku.


Untuk

kegiatan Belanja Bantuan Sosial transfer

uangyang dananya ditampung pada pos Belanja


60

Bantuan

Sosial

pada

DIPA

Pusat

dan

DIPA

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Provinsi,


maka pengajuan dan penyaluran Belanja Bantuan
Sosial mengikuti pola tersebut diatas. Namun,
penyebutan nama KPA dan PPK dan lainnya
disesuaikan dengan Satker tersebut berada. Untuk
bantuan praktek siswa Sekolah Pembangunan Pertanian
(SPP), ketentuan pada huruf a, huruf b, huruf c, dan
huruf d disesuaikan dan diketahui oleh Kepala SPP.
3. Prosedur Pencairan dan Pemanfaatan Dana
3.1. Prosedur Pencairan Dana
Prosedur pencairan dana Belanja

Bantuan

Sosial

Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2015, antara


lain:
a. kelompok

tani/gapoktan/lembaga

terpilih

berhak

menerima dana Belanja Bantuan Sosial melalui


transfer ke rekening kelompok dari Bank Pemerintah;
b. kelompok

tani/gapoktan/lembaga

terpilih

berhak

menggunakan dana Belanja Bantuan Sosial tersebut


sesuai dengan RUK yang disetujui oleh PPK (di Pusat
dan Dinas/Badan/Kantor lingkup pertanian Provinsi,
maupun lingkup Pertanian Kabupaten/Kota);
c. kelompok

tani/gapoktan/lembaga

terpilih

berhak

menarik uang yang ada di rekening bank secara


61

bertahap sesuai dengan tahapan pengadaan yang


akan dilakukan kelompok dan jadwal kegiatan;
d. besarnya uang pada setiap penarikan dari rekening
bank

disesuaikan

dengan

besarnya

kebutuhan

belanja yang bersangkutan;


e. proses pengadaan dilakukan dengan didahului survey
pasar, survey harga, dan mempelajari jenis/kualitas
barang yang akan dibeli;
f. proses pengadaan barang oleh kelompok tani terpilih
dilakukan secara transparan dan memperhatikan
prinsip-prinsip efisiensi dan efektivitas dari barang
yang

akan

dibeli

dan

disaksikan

oleh

tokoh

masyarakat atau aparat desa setempat; dan


g. hasil dari pembelian dimanfaatkan oleh kelompok tani
terpilih dan dicatat/dibukukan menjadi aset kelompok.
3.2. Prosedur Pemanfaatan Dana
Prosedur pemanfaatan dana Belanja Bantuan Sosial
sebagai berikut:
a. seluruh

transaksi

kelompok

dibukukan

secara

sederhana;
b. bukti/kuitansi pembelian disimpan;
c. bukti serah terima hasil pembelian kepada anggota
kelompok dibukukan;

62

d. Ketua kelompok tani terpilih wajib membuat laporan


rutin penggunaan dana Belanja Bantuan Sosial
kepada PPK;
e. seluruh aset kelompok dirawat dan dikelola dengan
baik;
f. dana Belanja Bantuan Sosial digunakan untuk usaha
produktif

sehingga

diperoleh

keuntungan

yang

memadai; dan
g. sebagian dari keuntungan kelompok dimanfaatkan
untuk

pemupukan

modal,

memperluas

dan

memperbesar skala usaha, mengembangkan unit


usaha pertanian yang potensial serta memperkuat
kelembagaan yang ada.
Mekanisme pencairan dana bantuan sosial bagi pelaksanaan
GP-PTT Tahun 2015 dapat dilihat pada Lampiran 8.
Selanjutnya, hal-hal lain yang berkaitan dengan belanja
bantuan sosial secara lebih rinci dapat dilihat pada Peraturan
Menteri Pertanian Republik Indonesia tentang Pedoman
Pengelolaan Belanja Bantuan Sosial Kementerian Pertanian
Tahun Anggaran 2015.
C. Mekanisme Pengadaan
1. Dana yang telah dicairkan oleh kelompoktani dipergunakan
untuk membeli saprodi sesuai dengan kebutuhan kelompok
sebagaimana yang telah tertuang pada

RUK yang telah

disetujui oleh Ketua Kelompoktani, Bendahara Kelompoktani


63

dan

Penyuluh/Petugas Pertanian, dengan contoh blanko

disajikan pada Lampiran 6.


2. Kelompoktani dapat membeli saprodi di kios/toko saprodi
terdekat atau di Produsen Penyalur Saprodi sesuai dengan
RUK.
3. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan GP-PTT,
Kelompoktani penerima bantuan agar melakukan hal-hal
sebagai berikut :
a. Menyimpan tanda bukti (kwitansi) pembelian saprodi.
b. Mencatat semua nomor seri label benih yang diterima.
c. Mencatat semua nomor seri karung/kantung/botol/sachet
pupuk/saprodi yang dibeli.
d. Membuat surat pernyataan Penerimaan Dana Bantuan
Sosial GP-PTT sebagaimana terlihat dalam Lampiran 7.
e. Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan baik
untuk menjaga mutu.
4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung jawab
penuh terhadap penyaluran dan penggunaan Dana Bantuan
Sosial bagi pelaksanaan GP-PTT oleh petani/kelompoktani.
Sumber pembiayaan pelaksanaan GP-PTT selain berasal dari
APBN

(Dana Tugas Pembantuan) dalam bentuk Belanja

Bantuan Sosial, juga didukung oleh APBN (Dana Dekonsetrasi)


64

dan APBD maupun dana dari pihak swasta, stakeholdersyaitu


antara lain sebagai berikut :
1. Bantuan alat dan mesin pertanian antara lain traktor, mesin
pembuat pupuk organik, alsintan pascapanen melalui dana
tugas pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan
dana dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi ataupun dana
APBN sesuai dengan ketersediaan dana.
2. Bantuan pengendalian OPT melalui dana APBN pada BPTPH,
sesuai dengan ketersediaan dana.
3. Bantuan pengawalan, pendampingan, pembinaan, monitoring,
evaluasi

dan

pelaporan

GP-PTT

melalui

dana

tugas

pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dana


dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi.
4. Bantuan pendampingan GP-PTT oleh PPL, POPT dan PBT
melalui dana BOP masing-masing Institusi.
5. Bantuan pendampingan teknologi GP-PTT oleh peneliti
melalui dana APBN pada BPTP/Badan Litbang.
Kemitraan dengan perusahaan mitra yang bergerak dibidang
agribisnis tanaman pangan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian
Provinsi maupun Kabupaten/Kota setempat.

65

VIII. BIMBINGAN/PEMBINAAN DAN


PENDAMPINGAN
Bimbingan/pembinaan

dan

pendampingandilaksanakan

secara

periodik mulai dari persiapan sampai dengan panen dan berjenjang


mulai dariPusat, Provinsi, Kabupaten/Kota danKecamatanserta Desa
seperti terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 9.
A. Pusat

melakukan

koordinasi,

supervisi

dan

pembinaan

pelaksanaan GP-PTT di provinsi dan kabupaten/kota sesuai


dengan ketersediaan dana.
B. Provinsi

melakukan

koordinasi,

supervisi,

pembinaan

dan

pengawalan pelaksanaan GP-PTT di kabupaten/kota diharapkan


minimal 2(dua) kali selama musim tanam sesuai dengan
ketersediaan dana.
C. Kabupaten melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan
GP-PTT di tingkat lapangan/kelompoktani pelaksana GP-PTT
diharapkan minimal 4 (empat) kali selama musim tanam
disesuaikan

dengan

ketersediaan

pendampingan

kelompoktani

pelaksana

dana.Melakukan
GP-PTT

dalam

menerapkan paket teknologi spesifik lokasi dan membantu


kelancaran distribusi bantuan GP-PTT dll.
D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan, BB
Padi, Balitsereal, dan Lolit Tungro bersama peneliti BPTP.

66

E. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti diutamakan pada


kawasan pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan yang
disesuaikan dengan kondisi di lapangan dan ketersediaan dana
yang ada di masing-masing BPTP setempat. Pendampingan dan
pengawalan GP-PTT perlu mengedepankan teknologi spesifik
lokasi yang sinergisitas, yakni teknologi yang mengutamakan
peningkatan produktivitas dan pengurangan kehilangan hasil
serta pendekatan teknologi yang memperhatikan sub-ekosistem
setempat.
Disamping melakukan pengawalan dan pendampingan, peneliti/
BPTP dapat melakukan display varietas berdampingan dengan
lokasi GP-PTT.

67

IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN


A. Monitoring
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari
persiapan sampai dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi
dan Kabupaten/Kota sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal
pelaksanaan

pada

Lampiran

9.

Monitoring

meliputi

perkembangan pelaksanaan GP-PTT, hasil yang telah dicapai


dll.
B. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan
Kabupaten/Kota setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam GPPTT selesai sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal
pelaksanaan pada Lampiran 9. Evaluasi meliputi 1) Komponen
kegiatan pelaksanaan GP-PTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran
areal dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas dilokasi GP-PTT
(Ubinan), 4) Penerapan komponen teknologi PTT dan 5). Lainlain.
C. Pelaporan
Kegiatan

pelaporan

dilaksanakan

oleh

petugas

provinsi,

kabupaten/kota dan kecamatan serta desa/unit GP-PTTsecara


periodik setiap bulan. Pelaporan dilakukan secara berjenjang
yaitu

dari

Pemandu

Lapangan

ke

Dinas

Pertanian

Kabupaten/Kota, dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ke Dinas


Pertanian Provinsi dan dari Dinas Pertanian Provinsi ke
68

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan c/q Direktorat Budidaya


Serealia. Laporan meliputi pelaksanaan GP-PTT, hasil yang
telah diperoleh, dll sebagaimana terlihat dalam format laporan
(Lampiran 10, 11, 12, 13 dan 14). Laporan akhir memuat hasil
evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung lainnya dll.
Laporan ke pusat disampaikan ke Direktorat Budidaya Serealia
Jl. AUP No. 3 Pasar Minggu Jakarta Selatan 12520; Telp.
(021)

7806262

Faximile

(021)

7802930

;email.

serealiapangan@yahoo.com.
Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar
penentuan

anggaran

Tahun

2015

sebagai

penerapan

azasreward and punishment.

69

X. PENUTUP

Peningkatan produktivitas padi melalui peningkatan kualitas GP-PTT


melalui pendekatan kawasan skala luas, merupakan salah satu
terobosan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
lebih besar dalam pencapaian sasaran produksi padi nasional.
GP-PTT akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan
petani apabila didukung oleh semua pihak termasuk pemangku
kepentingan baik hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya
koordinasi pelaksanaan GP-PTT yang sinkron dan sinergis pada
setiap

tingkat

pemerintahan

mulai

dari

Pusat,

Provinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai tingkat Desa.


Untuk itu diperlukan niat tulus dari seluruh stakeholders, pola
gerakan yang seiring seirama terpadu terkoordinasi terpantau mulai
dari pusat sampai lapangan, upaya dan dukungan yang luar biasa
karena sasaran yang diminta luar biasa, dari seluruh pelaku usaha,
pemangku
pengambilan

kepentingan

dan

keputusan

dalam

masyarakat

tani,

menyelesaikan

kecepatan

masalah

dan

komitmen seluruh pemangku kepentingan.


Peran

Gubernur

dan

Bupati/Walikota

sangat

besar

dalam

mendukung setiap kegiatan pembangunan tanaman pangan di


daerah termasuk GP-PTT dan P2BN. Untuk itu Kepala Dinas
Pertanian Provinsi dan Kepala Dinas Kabupaten/Kota diharapkan
berupaya meyakinkan Gubernur/Bupati/Walikota untuk memberi
70

perhatian serius terhadap keberhasilan kegiatan pembangunan


tanaman pangan terutama pelaksanaan GP-PTT dan pencapaian
produksi padi (P2BN) dan jagung serta pengembangan serealia di
wilayahnya untuk meningkatkan produksi dan kesejahteraan petani.
Sebagai catatan penting bahwa pelaksanaan GP-PTT diharapkan
sebagai pengungkit untuk mencapai sasaran produktivitas dan
produksi tahun 2015 serta swasembada beras berkelanjutan.

- o00o -

71

LAMPIRAN

72

Lampiran 1

Sasaran Indikatif Luas Tanam, Panen, Produktivitas dan produksi


padi tahun 2015
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jam bi
Sumatera Selatan
Kep. Babel
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Indonesia

Luas Tanam
(Ha)
458.233
781.162
512.644
104.127
406
182.067
893.970
14.428
162.446
673.805
1.742
2.097.922
401.269
1.912.641
159.834
2.131.903
152.109
449.386
243.729
517.786
251.913
518.743
106.550
32.125
133.849
58.134
253.505
1.015.143
102.218
148.419
27.746
20.531
48.697
9.601

14.578.783

Luas Panen Produktivitas


(Ha)
(Ku/Ha)
442.908
52,60
755.038
50,26
495.500
52,23
100.645
25,07
392
25,77
175.978
43,28
864.073
46,60
13.945
25,16
157.013
43,83
651.271
51,54
1.684
55,00
2.027.761
58,97
387.849
53,81
1.848.677
55,81
154.489
58,71
2.060.606
59,31
147.022
59,31
434.357
52,88
235.578
35,33
500.470
32,42
243.488
35,63
501.395
43,58
102.987
43,73
31.051
41,58
129.373
50,34
56.190
56,70
245.027
47,21
981.194
52,41
98.800
48,99
143.455
42,89
26.818
44,13
19.844
38,90
47.068
42,86
9.280
48,11

14.091.226

52,09

Produksi
(Ton)
2.329.503
3.794.985
2.588.013
252.320
1.011
761.667
4.026.479
35.090
688.140
3.356.775
9.262
11.958.316
2.086.911
10.316.952
906.984
12.222.230
872.000
2.296.703
832.228
1.622.367
867.541
2.184.969
450.405
129.100
651.204
318.614
1.156.704
5.142.327
484.000
615.279
118.345
77.199
201.728
44.649

73.400.000

73

Lampiran 2

Rekapitulasi Alokasi GP-PTT Padi Tahun 2015


PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI (GP2TT)
PADI INBRIDA
NO.

PROVINSI
KAWASAN
(Kab)
NASIONAL

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34

ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
MALUKU
PAPUA
MALUKU UTARA
BANTEN
BANGKA BELITUNG
GORONTALO
KEP. RIAU
PAPUA BARAT
SULAWESI BARAT
KALIMANTAN UTARA

(Ha)

NON KAWASAN
(Kab)

(Ha)

TOTAL PADI

PADI HIBRIDA
NON KAWASAN
(Kab)

(Ha)

(Kab)

(Ha)

30

75.000

143

225.000

35

50.000

194

350.000

2
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
-

5.000
5.000
2.500
2.500
5.000
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
-

8
5
3
6
5
9
6
4
10
5
1
7
5
8
4
3
4
4
8
3
5
3
7
4
2
5
2
3
1
2
1

10.000
8.000
7.500
7.500
5.000
12.500
7.500
10.000
10.000
12.500
2.500
15.000
11.000
12.500
10.000
7.500
5.000
5.000
12.500
7.500
5.000
5.000
7.500
5.000
2.500
5.000
2.500
6.000
2.500
2.500
2.500

3
1

6.000
2.000
4.000
2.000
5.000
6.000
2.000
2.000
4.000
8.000
4.000
4.000
1.000
-

12
8
4
6
6
13
7
6

21.000
15.000
10.000
7.500
7.500
21.500
10.000
17.000
17.500
21.000
5.000
17.500
15.500
17.000
12.500
7.500
11.500
5.000
25.500
7.500
7.500
11.500
16.500
6.000
5.000
7.500
5.000
8.500
5.000
2.500
2.500

3
1
5
4
1
1
4
7
2
2
1
-

14
9
2
8
7
10
5
3
9
4
11
3
6
6
11
4
3
5
3
4
2
2
1

74

Lampiran 3

Lokasi GP-PTT Padi Tahun 2015


PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI (GP2TT)
NO.

PADI INBRIDA

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

KAWASAN
(Kab)

NASIONAL

1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2
1
2
3
4
5
6
7
8
3
1
2
3
4
4
1
2
3
4
5
6
5
1
2
3
4
5
6

ACEH
Kab. Aceh Barat
Kab. Aceh Selatan
Kab. Aceh Tengah
Kab. Aceh Tenggara
Kab. Aceh Timur
Kab. Bireuen
Kab. Aceh Pidie
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Aceh Jaya
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Bener Meriah
Kab. Pidie Jaya
SUMUT
Kab. Tanah Karo
Kab. Labuhan Batu
Kab. Langkat
Kab. Mandailing Natal
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samosir
Kab. Nias Selatan
Kab. Batu Bara
SUMBAR
Kab. Padang Pariaman
Kab. Dharmas Raya
Kab. Solok Selatan
Kab. Pasaman Barat
RIAU
Kab. Bengkalis
Kab. Kampar
Kab. Kuantan Singingi
Kab. Pelalawan
Kab. Rokan Hulu
Kab. Siak
JAMBI
Kab. Bungo
Kab. Merangin
Kab. Sarolangun
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tj. Jabung Timur
Kab. Tebo

30

2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)

75.000

5.000
2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
-

NON KAWASAN

PADI HIBRIDA
NON KAWASAN

(Kab)

(Kab)

143

8
1
1
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
3
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1

(Ha)

225.000

10.000
1.500
1.000
1.000
1.500
1.000
1.500
1.500
1.000
8.000
1.500
2.000
1.000
1.500
2.000
7.500
2.500
2.500
2.500
7.500
1.000
1.500
1.000
2.000
1.000
1.000
5.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000

35

3
1
1
1
1
1
-

(Ha)

50.000

6.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
-

TOTAL PADI

(Kab)

(Ha)

194

350.000

12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1

21.000
2.500
1.500
1.000
1.000
2.500
1.500
2.000
1.000
1.500
3.500
1.000
2.000
15.000
1.500
2.000
2.000
1.000
1.500
2.000
2.500
2.500
10.000
2.500
2.500
2.500
2.500
7.500
1.000
1.500
1.000
2.000
1.000
1.000
7.500
1.000
2.500
1.000
1.000
1.000
1.000

75

PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI (GP2TT)


NO.

PADI INBRIDA

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

KAWASAN
(Kab)

(Ha)

NON KAWASAN

PADI HIBRIDA
NON KAWASAN

(Kab)

(Kab)

(Ha)

6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
7
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
10
1
2
3
4
5
6

SUMSEL
Kab. Lahat
Kab. Musi Banyuasin
Kab. Musi Rawas
Kab. Muara Enim
Kab. Ogan Komering Ilir
Kab. Ogan Komering Ulu
Kab. Banyuasin
Kab. OKU Timur
Kab. OKU Selatan
Kab. Ogan Ilir
Kab. Empat lawang
Kota Pagar Alam
Kota Lubuk Linggau
BENGKULU
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Bengkulu Utara
Kab. Rejang Lebong
Kab. Kaur
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Kab Bengkulu Tengah
LAMPUNG
Kab. Lampung Barat
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Timur
Kab. Tanggamus
Kab. Tulang Bawang
JABAR
Kab. Bandung
Kab. Bekasi
Kab. Bogor
Kab. Ciamis
Kab. Cianjur
Kab. Karawang

2
1
1
1
1
2
1
1
1
-

5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
-

9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
10
1
1
1
1

12.500
2.000
1.500
1.500
1.000
2.000
1.500
1.000
1.000
1.000
7.500
1.500
1.500
1.000
1.000
1.000
1.500
10.000
2.500
2.500
2.500
2.500
10.000
1.000
1.000
1.000
1.000

7
8
9
10
11
12
13
14

Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.

1
-

2.500
-

1
1
1
1
1
1
-

1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
-

Kuningan
Majalengka
Purwakarta
Subang
Sukabumi
Sumedang
Tasikmalaya
Bandung Barat

(Ha)

3
1
1
1
1
1
5
1
1
1
-

4.000
1.000
1.000
2.000
2.000
2.000
5.000
1.000
1.000
1.000
-

1.000
1.000

1
1

TOTAL PADI

(Kab)

(Ha)

13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
14
1
1
1
1
1
1

21.500
2.000
1.500
2.500
1.000
2.500
1.000
2.000
2.000
1.500
2.500
1.000
1.000
1.000
10.000
1.500
2.500
1.500
1.000
1.000
1.000
1.500
17.000
2.500
2.500
2.000
2.500
5.000
2.500
17.500
2.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000

1
1
1
1
1
1
1
1

1.000
1.000
1.000
1.000
2.500
2.000
1.000
1.000

76

PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI (GP2TT)


NO.

PADI INBRIDA

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

KAWASAN
(Kab)

11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
12
1
2
13
1
2
3
4
5
6
7
8
14
1
2
3
4
5
6
7
15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
16
1
2
3
4
5

JATENG
Kab. Blora
Kab. Grobogan
Kab. Karanganyar
Kab. Kebumen
Kab. Klaten
Kab. Purworejo
Kab. Rembang
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
DI YOGYAKARTA
Kab. Kulon Progo
Kab. Sleman
JATIM
Kab. Banyuwangi
Kab. Kediri
Kab. Lamongan
Kab. Lumajang
Kab. Mojokerto
Kab. Nganjuk
Kab. Ngawi
Kab. Pasuruan
KALBAR
Kab. Bengkayang
Kab. Landak
Kab. Kapuas Hulu
Kab. Ketapang
Kab. Sambas
Kab. Sanggau
Kab. Kubu Raya
KALTENG
Kab. Barito Selatan
Kab. Barito Utara
Kab. Kapuas
Kab. Kotawaringin Barat
Kab. Kotawaringin Timur
Kab. Katingan
Kab. Seruyan
Kab. Lamandau
Kab. Pulang Pisau
Kab. Barito Timur
KALSEL
Kab. Banjar
Kab. Barito Kuala
Kab. Tabalong
Kab. Tapin
Kab. Balangan

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)

2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
-

NON KAWASAN

PADI HIBRIDA
NON KAWASAN

(Kab)

(Kab)

5
1
1
1
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1

(Ha)

12.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
15.000
2.500
1.000
2.500
2.000
2.000
2.500
2.500
11.000
2.500
2.500
1.000
2.500
2.500
12.500
1.500
2.000
1.000
2.000
2.000
1.000
1.000
2.000
10.000
2.500
2.500
2.500
2.500

4
1
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)

6.000
2.000
500
1.500
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
-

TOTAL PADI

(Kab)

9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1

(Ha)

21.000
4.500
2.500
2.500
2.500
2.500
500
1.500
2.500
2.000
5.000
2.500
2.500
17.500
2.500
1.000
2.500
2.000
2.000
2.500
2.500
2.500
15.500
2.500
2.500
1.000
2.500
2.500
2.500
2.000
17.000
1.500
2.000
2.000
1.000
2.000
2.000
1.000
1.000
2.500
2.000
12.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500

77

PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI (GP2TT)


NO.

PADI INBRIDA

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

KAWASAN
(Kab)

17
1
2
3
18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
19
1
2
3
4
20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
21
1
2
3
22
1
2
3
4
5
6
23
1
2
3
4
5
6

KALTIM
Kab. Kutai Timur
Kab. Pasir
Kab. Kutai Kertanegera
SULUT
Kab. Bolaang Mangondow
Kab. Minahasa
Kab. Kep. Talaud
Kab. Minahasa Selatan
Kota Tomohon
Kab. Minahasa Utara
Kab. Minahasa Tenggara
Kab. Bolmong Utara
Kab. Bolmang Timur
SULTENG
Kab. Banggai
Kab. Toli-Toli
Kab. Parigi Moutong
Kab. Morowali Utara
SULSEL
Kab. Barru
Kab. Bone
Kab. Bulukumba
Kab. Maros
Kab. Pangkep
Kab. Pinrang
Kab. Sidenreng Rappang
Kab. Sinjai
Kab. Soppeng
Kab. Wajo
Kab. Toraja Utara
SULTRA
Kab. Konawe
Kab. Konawe Selatan
Kab. Kolaka Timur
BALI
Kab. Bangli
Kab. Buleleng
Kab. Gianyar
Kab. Karangasem
Kab. Klungkung
Kab. Tabanan
NTB
Kab. Bima
Kab. Dompu
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa

1
1
2
1
1
1
1
1
1

(Ha)

2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500

NON KAWASAN

PADI HIBRIDA
NON KAWASAN

(Kab)

(Kab)

3
1
1
1
4
1
1
1
1
4
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
5
1
1
1
1
1
3
1
1
1
-

(Ha)

7.500
2.500
2.500
2.500
5.000
1.000
500
2.000
1.500
5.000
1.500
1.000
1.500
1.000
12.500
1.500
2.000
1.500
1.500
1.500
1.500
1.500
1.500
7.500
2.500
2.500
2.500
5.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
5.000
2.000
1.000
2.000
-

4
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
-

(Ha)

4.000
1.000
1.000
1.000
1.000
8.000
1.000
1.000
1.000
1.000
2.000
1.000
1.000
4.000
2.000
2.000
-

TOTAL PADI

(Kab)

3
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1

(Ha)

7.500
2.500
2.500
2.500
11.500
1.000
1.000
500
2.000
1.000
1.000
1.500
2.500
1.000
5.000
1.500
1.000
1.500
1.000
25.500
1.500
3.000
1.000
1.500
2.500
3.500
3.500
2.500
1.500
3.500
1.500
7.500
2.500
2.500
2.500
7.500
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
2.500
11.500
2.000
1.000
2.000
2.000
2.000
2.500
78

PENGEMBANGAN BUDIDAYA PADI (GP2TT)


NO.

PADI INBRIDA

PROVINSI & KABUPATEN/KOTA

KAWASAN
(Kab)

24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
25
1
2
3
4
26
1
2
3
27
1
2
3
4
5
28
1
2
3
30
1
2
3
4
32
1
2
33
1
2
34
1

NTT
Kab. Belu
Kab. Ende
Kab. Kupang
Kab. Manggarai
Kab. Ngada
Kab. Sumba Barat
Kab. Sumba Timur
Kab. Rote-Ndao
Kab. Manggarai Barat
Kab. Sumba Barat Daya
Kab. Manggarai Timur
MALUKU
Kab. Maluku Tengah
Kab. Pulau Buru
Kab. Seram Bag Barat
Kab. Seram Bag Timur
PAPUA
Kab. Jayapura
Kab. Merauke
Kab. Nabire
MALUT
Kab. Halmahera Tengah
Kab. Halmahera Barat
Kab. Halmahera Timur
Kab. Halmahera Selatan
Kab. Halmahera Utara
BANTEN
Kab. Lebak
Kab. Pandeglang
Kab. Serang
GORONTALO
Kab. Gorontalo
Kab. Pohuwato
Kab. Bone Bolango
Kab. Gorontalo utara
PAPUA BARAT
Kab. Sorong
Kab. Manokwari
SULBAR
Kab. Mamuju
Kab. Mamuju Tengah
KALTARA
Kab. Bulungan

2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-

(Ha)

5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
-

NON KAWASAN

PADI HIBRIDA
NON KAWASAN

(Kab)

(Kab)

7
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
2
1
1
5
1
1
1
1
1
2
1
1
3
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1

(Ha)

7.500
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.500
1.000
5.000
2.500
1.000
750
750
2.500
1.000
1.500
5.000
1.000
500
2.000
500
1.000
2.500
1.500
1.000
6.000
2.000
2.000
2.000
2.500
2.500
2.500
1.000
1.500
2.500
2.500

2
1
1
1
1
-

(Ha)

4.000
2.000
2.000
1.000
1.000
-

TOTAL PADI

(Kab)

11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
3
1
1
1
5
1
1
1
1
1
3
1
1
1
4
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1

(Ha)

16.500
1.000
1.000
1.000
1.000
2.500
2.000
1.000
1.500
2.000
2.500
1.000
6.000
2.500
2.000
750
750
5.000
1.000
2.500
1.500
7.500
1.000
500
4.500
500
1.000
5.000
2.500
1.500
1.000
8.500
2.500
2.000
2.000
2.000
5.000
2.500
2.500
2.500
1.000
1.500
2.500
2.500

79

Lampiran 4
DAFTAR CALON PETANI DAN CALON LOKASI
PENERIMA BANSOS GP-PTT TAHUN 2015
Nama Poktan / Gapoktan
Jumlah Anggota Kelompok
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Kawasan/Non Kawasan
Komoditi
No.

Nama Petani

:
:
:
:
:
:
:
Luas Areal (ha)

Kebutuhan Benih (kg)

Varietas

Jadwal Tanam

1
2
3
4
5
dst
Jumlah
Mengetahui
KCD/Penyuluh

Ketua Kelompoktani

Nama .

Nama .
80

DATA CALON PETANI DAN CALON LOKASI (CP/CL)


PELAKSANA KEGIATAN GP-PTT PADI TAHUN 2015
(Sesuai format field BPS )
Kabupaten
Kegiatan
Komoditas

No
(1)

:
: GP-PTT Padi
: Padi Inbrida Sawah/ Padi Inbrida Pasang Surut/ Padi Inbrida Rawa Lebak/ Padi Inbrida Lahan Kering/ Padi Hibrida

Kode
Kode
Kode
Kode
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Kelurahan/Desa
(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

Rencana Tanam
Kelurahan/
Nama
Nama Ketua Nama Alamat per-Petani
Jenis
Desa
Kelompok Tani Kelompok Tani Petani
(Desa, RT, RW) Tanaman Luas (Ha) Bulan,Th
(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

(15)

(16)

dst..
Ket : 1. Tanda *) Diisi dengan nama anggota kelompok tani pelaksana SL-PTT/GP3K/SRI kolom (12) dan alamat rumah tangga petani kolom (13)
2. Mengingat CPCL SL-PTT 2013 sudah sangat mendesak waktunya kolom (12) nama petani dapat diisi dengan
jumlah anggota kel.tani pelaksana, sedangkan kolom (13) tidak perlu diisi
3. Untuk CPCL SL-PTT 2014 diisi lengkap sesuai format BPS diatas.
4. Data CPCL SL-PTT Padi dan Jagung dikirim ke Email serealiapangan@yahoo.com, petugas yang dapat
di hubungi Sdr.Indra Rochmadi HP.081398878797 dan Asmawati HP.085211124336/08568767436
untuk data kedelai dikirim ke Email akabi@gmail.com.

Ditetapkan, Tgl.... Bln.... Tahun 2015


Kepala Dinas Pertanian Kabupaten ......,

Nama
NIP

81

Lampiran 5

SURAT KEPUTUSAN
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
NOMOR : .............................................2015
TENTANG
PENETAPAN KELOMPOKTANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL
(BANSOS) GP-PTT
............................................................)*
TAHUN ANGGARAN 2015
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
Menimbang

a. Bahwa ketahanan pangan nasional perlu terus


diupayakan melalui peningkatan produksi untuk
menjamin kecukupan pangan yang semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah penduduk.
b. Bahwa peningkatan produksi padi dan jagung tahun
2015 difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui
penerapan teknologi dalam GP-PTT.
c.

Bahwa pelaksanaan GP-PTT padi dan jagung untuk


peningkatan produksi, produktivitas dan pendapatan
petani perlu ditetapkan kelompoktani penerima Bansos
GP-PTT tahun 2015.

d. Bahwa sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b dan c


perlu ditetapkan Kelompoktani Penerima Bantuan GPPTT Padi dan Jagung Tahun Anggaran 2015.
Mengingat

1. Undang Undang Nomor .............. Tahun .............


tentang ................;
2. Surat Keputusan .......... Nomor .............. Tahun
............. tentang ................;
3. Peraturan Daerah Kabupaten / Kota Nomor ..............
Tahun ............. tentang ................;
4. dst

Memperhatikan

1. DIPA Dinas Pertanian


.............. Tanggal
Tahun ............

Kabupaten / Kota Nomor


............. Bulan ................

2. Pedoman Teknis Sekolah Lapangan Pengelolaan


Tanaman Terpadu (GP-PTT) Padi, Jagung Tahun 2015.
82

MEMUTUSKAN
Menetapkan

PERTAMA

Penetapan Kelompoktani penerima bantuan GP-PTT


....................................................*) tahun anggaran
2015 sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

KEDUA

Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan


apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam
penetapan ini maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di :...............................
Pada Tanggal : ................................
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota
..........................................
NIP. .....................................

Tembusan :
1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta
2. Bupati / Walikota di ..............
3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi di ................
4. dst.
*) disesuaikan dengan komoditi (GP-PTT padi inbrida/padi hibrida,jagung hibrida
dan jagung komposit)
**) disesuaikan dengan sumber bantuan

83

Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota Penetapan Kelompoktani


Penerima Dana Bansos untuk Sarana Produksi dan Dana Pertemuan Kelompok GP-PTT Tahun 2015

No

Nama Kelompok Tani/


Gapoktan

Nama Ketua

Alamat
Desa

Kecamatan

Nomor Rekening

Jumlah
(Rp.)

Alamat Bank
Cabang, Unit

2
3
4
dst
Jumlah

Ditetapkan,Tgl.Bln.Tahun 2015
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ,

Nama
NIP

84

Lampiran 6
Rencana Usaha Kelompok (RUK)
Pelaksana GP-PTT Tahun 2015
Nama Kelompok Tani
Alamat Kelompok Tani
Luas Lahan
Jumlah Anggota Kelompok
Rincian Kebutuhan Kel.
Komoditi
Varietas

No

:
:
:
:
:
:
:

Uraian Kebutuhan

Jenis

Volume (Kg)

Harga Satuan (Rp.)

Jumlah (Rp)

1
2
3
dst
Jumlah
Mengetahui,
Penyuluh/Petugas Pertanian

................,................

Nama
NIP

Bendaraha Kelompok,

Ketua Kelompok,

Nama

Nama

Anggota Kelompok,

Anggota Kelompok,

Nama

Nama

85

Lampiran 7

SURAT PERNYATAAN
PENERIMAAN BANSOS DAN PENGGUNAAN BANSOS

Yang bertandatangan dibawah ini adalah nama : ..


selaku Ketua Kelompoktani .......................... Desa .
Kecamatan .. Kabupaten dengan ini
menyatakan bahwa dana yang kami terima sebesar Rpdan
akan kami gunakan :
a. Untuk pembelian saprodi GP-PTT
b. Biaya pertemuan Kelompoktani
c. Bersedia dan sanggup untuk melaksanakan penanaman,
pemeliharaan sampai panen di areal GP-PTT dan sanggup
mengembalikan dana apabila tidak sesuai peruntukannya.
Demikian Surat Pernyataan ini kami buat untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya .
Mengetahui
Petugas Lapangan

............................... 2015
Ketua Kelompoktani
Materai 6.000

(......................................)

(.....................................)

86

Lampiran 8

MEKANISME PENCAIRAN DANA BANTUAN GP-PTT


POLA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM)
TA. 2015

Pembentukan Tim
Teknis Kab/Kota

Menyusun Juknis dan


Kriteria Seleksi CP/CL
KPA/PPK

SPM-LS

SPP-LS

KPPN

Seleksi Tahap-I Administrasi

Seleksi Tahap-II Penilaian


Proposal/Usulan Kelompoktani
Menyusun RUK
didampingi PPL
& diverifikasi
Tim Teknis Kab/Kota

SP2D

Forum Musyawarah &


Berita Acara CP/CL

Penetapan Kelompoktani
Kelompok
Sasaran

Bank
terdekat
Membuka Rekening di Bank

Pencairan dana dari rekening melalui


persetujuan Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota setelah diverifikasi oleh Tim
Teknis/Tim Verifikasi Kabupaten/Kota

87

Lampiran 9

RENCANA JADWAL PELAKSANAAN GP-PTT PADI TAHUN 2015


NO

KEGIATAN

Penyusunan Juklak dan Juknis

Pembentukan Tim Teknis

Sosialisasi

Finalisasi CP/CL

Penyusunan dan Pengiriman RUK,

JAN

FEB

MAR

APR

MEI

BULAN
JUN

JUL

AGUST

SEP

OKT

NOP

DES

Rekening Poktan/Gapoktan ke Kabupaten/


Kota, Provinsi, dan Pusat
6

Proses Administrasi Keuangan

Penyerapan dan Penyaluran Dana


Bansos ke Rekening Kelompok

Peningkatan Kemampuan Petugas


Pemandu Lapangan

Pelaksanaan
1. Tanam
2. Pemeliharaan
3. Panen

10

Pembinaan

11

Monitoring

12

Evaluasi

13

Pelaporan

88

Lampiran 10

BLANGKO LAPORAN BULANAN KECAMATAN


REALISASI GP-PTT KAWASAN / NON KAWASAN
PADI INBRIDA / PADI HIBRIDA
TAHUN 2015
KECAMATAN :
BULAN
:
Jumlah

No

Desa
(2)

(1)
1
A
2
B
3
4
dst
Jumlah

Poktan
(3)
2
4

Realisasi Tanam

Luas
Areal
(Ha)

Jumlah
SL-PTT
( Unit )

(4)
50
100

(5)
2
4

(6)
45
95

150

140

(Ha)

Realisasi Panen
Luas
(Ha)

Provitas
(ku/ha)

(7)
90,00
95,00

(8)
30
80

(9)
75,00
81,25

(10)
225
650

(11)
5
5

93,33

110

79,55

875

10

(%)

Produksi
(ton)

Dilaksanakan
MH 15/16 Keterangan
(Ha)
(12)

., tgl,, bulan,.., tahun


Petugas Penyuluh Pertanian /
Kepala Cabang Dinas Pertanian
Nama
NIP

89

Lampiran 11
BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN
REALISASI GP-PTT KAWASAN / NON KAWASAN
PADI INBRIDA / PADI HIBRIDA
TAHUN 2015
KABUPATEN :
BULAN
:

Desa

Poktan

Luas
Areal
(Ha)

(3)
1

(4)
2

(5)
50

SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
(6)
50

50

50

Jumlah
No
(1)
1
2

Kecamatan
(2)
1
dst
Jumlah

Pengajuan Ke Bank

Realisasi Tanam

Realisasi Panen

Proses
(Ha)

Cair
(Ha)

(Ha)

(%)

Luas
(Ha)

(7)
50

(8)
50

(9)
50

(10)
100,00

(11)
50

(12)
80,00

(13)
80

(14)
0

50

50

50

100,00

50

80,00

80

Dilaksanakan
Provitas Produksi MH 15/16 Keterangan
(Ha)
(ku/ha)
(ton)
(15)

., tgl,, bulan,.., tahun


Tim Teknis Tingkat Kabupaten/Kota /
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota

Nama
NIP

90

Lampiran 12
BLANGKO LAPORAN BULANAN PROVINSI
REALISASI GP-PTT KAWASAN / NON KAWASAN
PADI INBRIDA / PADI HIBRIDA
TAHUN 2015

PROVINSI :
BULAN
:
No
(1)
1
2
3
4
5

Jumlah

Kabupaten

A
B

Kecamatan
(3)
4
5

Desa
(4)
8
9

Poktan
(5)
8
10

dst
Jumlah

17

18

(2)

(6)
200
250

SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
(7)
200
250

450

450

Luas
Areal
(Ha)

Pengajuan Ke Bank
Proses
Cair
(Ha)
(Ha)

Realisasi Tanam

Realisasi Panen

(Ha)

(%)

Luas
(Ha)

Provitas Produksi
(ku/ha)
(ton)

Dilaksanakan
MH 15/16 Keterangan
(Ha)

(8)
200
250

(9)
200
250

(10)
195
245

(11)
97,50
98,00

(12)
100
150

(13)
75,00
80,00

(14)
750
1200

(15)
5
5

450

450

440

97,78

250

78,00

1950

10

(16)

., tgl,, bulan,.., tahun


Tim Teknis Tingkat Provinsi
Kepala Dinas Pertanian Provinsi

Nama
NIP

91

Lampiran 13

BLANGKO LAPORAN AKHIR PROVINSI/KABUPATEN


REALISASI SL-PTT KAWASAN / NON KAWASAN
PADI INBRIDA / PADI HIBRIDA

TAHUN 2015
PROV/KAB :
BULAN :
Realisasi Tanam

Target
No

Kab/Kec
Unit

(1)

(2)

SK
Penetapa
Luas Area n CPCL
(Ha)
(Ha)

Realisasi Panen

Unit

(Ha)

(%)

Bulan
Tanam

(11)

(12)

Luas
(Ha)

Provitas
(ku/ha)

Produksi
(ton)

(13)

(14)

Provitas
Provitas Provitas
Non SL
Tidak
dalam LL Sebelum pada MT Dilaksana
(ku/Ha) SL (ku/Ha) yang sama kan (Ha)
(ku/Ha)

(3)

(4)

(7)

(9)

(10)

(15)

(16)

(17)

(18)

200

200

195

97,50 Mar, Apr, Mei100

75,00

750

80,00

70,00

70,00

250

250

245

98,00 Apr, Jun

150

80,00

1200

85,00

73,00

70,00

17

450

450

440

97,78

250

78,00

1950

82,50

71,50

70,00

(19)

Ket

(20)

3
4
5

dst
Jumlah

., tgl,, bulan,.., tahun


Tim Teknis Tingkat Provinsi/
Kepala Dinas Pertanian Provinsi/Kabupten

Nama
NIP

92

Lampiran 14
FORM ISIAN
HASIL UBINAN GP-PTT PADI
Kabupten
Kawasan / Non Kawasan
Komoditas
No

Nama Petani

:
: Kawasan / Non Kawasan
: PADI INBRIDA / PADI HIBRIDA
Nama
KelompokTani

Alamat
Desa

Kecamatan

Jumlah
Tanggal
Ubinan (Unit) Ubinan

Petugas Ubinan
Nama

NIP

Hasil Ubinan
(Ku/Ha GKG)

Varietas

., tgl,, bulan,.., tahun


Kepala Dinas Pertanian Kabupten

Nama
NIP

93

Lampiran 15

Legowo 2:1 (20cm 40cm) x 10cm


a.

Orientasi pertanaman
40 cm
25 cm

1m

10 cm

25 cm

1,2 cm

b.

Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,2 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1,2 m2 = 40
rumpun atau 1 ha = 10.000/1,2 m2 x 40 rumpun = 333.333 rumpun

c.

Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,4 m x 2,5 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 25
rumpun = 200 rumpun

d.

Konversi hasil ubinan ke hektar


Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah
10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha

94

Lampiran 16

Legowo 2:1 (25cm 50cm) x 12,5cm


a.

Orientasi pertanaman
50 cm
25 cm

1m

12,5 cm

25 cm

1,5 cm

b.

Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,5 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,5 m2 = 32
rumpun atau 1 ha = 10.000/1,5 m2 x 32 rumpun = 213.333 rumpun

c.

Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 16
rumpun = 128 rumpun

d.

Konversi hasil ubinan ke hektar


Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah
10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha

95

Lampiran 17

Legowo 2:1 (30cm 60cm) x 15cm


a.

Orientasi pertanaman
60 cm
30 cm

1,2 m

15 cm

30 cm

1,8 cm

b.

Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,8 m x 1,2 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 2,16 m2 =
32 rumpun atau 1 ha = 10.000/2,16 m2 x 32 rumpun = 148.148 rumpun

c.

Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,7 m x 2,4 m = 6,48 m2 atau 6 rumpun x
16 rumpun = 96 rumpun

d.

Konversi hasil ubinan ke hektar


Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah
10.000/6,48 m2 x 3 kg = 4.630 kg GKP/ha

96

Lampiran 18

Legowo 4:1 penuh (20cm 40cm) x 10cm


a.

Orientasi pertanaman
60 cm
20 cm

1m

10 cm

20 cm

1m

b.

Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1 m2 = 40
rumpun atau 1 ha = 10.000/1 m2 x 40 rumpun = 400.000 rumpun

c.

Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 12 rumpun x 20
rumpun = 240 rumpun

d.

Konversi hasil ubinan ke hektar


Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah
10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha

97

Lampiran 19

Legowo 4:1 penuh (25cm 50cm) x 12,5cm


a.

Orientasi pertanaman
75 cm
25 cm

1m

12,5 cm

25 cm

1,25 m

b.

Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,25 m2 =
32 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m2 x 32 rumpun = 256.000 rumpun

c.

Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m2 atau 8 rumpun x
20 rumpun = 160 rumpun

d.

Konversi hasil ubinan ke hektar


Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah
10.000/6,25 m2 x 3 kg = 4.800 kg GKP/ha

98

Lampiran 20

Legowo 4:1 Kosong (20cm 40cm) x (10cm 20cm)


a.

Orientasi pertanaman
40 cm

1m

10 cm

20 cm

1m

1m

b.

Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 6 x 100/20 rumpun atau 1 m2 = 30 rumpun
atau 1 ha = 10.000/1 m2 x 30 rumpun = 300.000 rumpun

c.

Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 18 rumpun x 200/20
= 180 rumpun

d.

Konversi hasil ubinan ke hektar


Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah
10.000/6 m2 x 3 kg = 5.000 kg GKP/ha

99

Lampiran 21

Legowo 4:1 Kosong (25cm 50cm) x (12,5cm 25cm)


a.

Orientasi pertanaman
50 cm

1m

12,5 cm

25 cm

1,25 m

1,25 m

b.

Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 6 x 100/25 rumpun atau 1,25 m2 = 24
rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m2 x 24 rumpun = 192.000 rumpun

c.

Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,5 m x 2 m = 5 m2 atau 12 rumpun x
200/25 = 96 rumpun

d.

Konversi hasil ubinan ke hektar


Apabila hasil ubinannya 3 kg, maka hasil/produktivitas tanaman adalah
10.000/5 m2 x 3 kg = 6.000 kg GKP/ha

100

Anda mungkin juga menyukai