Pedum GP-PTT Padi 2015
Pedum GP-PTT Padi 2015
KATA PENGANTAR
Padi (Beras) merupakan salah satu pangan pokok bagi Indonesia. Sejak
Indonesia merdeka, perkembangan perpadian (perberasan) di Indonesia
telah
mengalami
pasang
surut.
Diawal
tahun
kemerdekaan,
dan
strategis.
Untuk
itu,
pengelolaan
perpadian
Jakarta,
Januari 2015
Direktur Jenderal Tanaman Pangan,
Hasil Sembiring
NIP 196002101988031001
ii
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR .............................................................
iii
iv
vi
vii
I.
PENDAHULUAN ...........................................................
14
A. Keragaan Produksi...................................................
14
14
15
II.
18
A. Strategi ....................................................................
18
20
24
24
25
26
..........................................
iii
30
31
32
34
36
37
38
49
A. Pengorganisasian GP-PTT
.................................
49
B. Operasionalisasi GP-PTT
.................................
50
51
A. Pembiayaan ..........................................................
51
53
.................................
63
66
68
X. PENUTUP.......................................................................
70
LAMPIRAN .........................................................................
72
iv
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas
dan Produksi Padi 2010-2014 (ARAM II BPS) ............ 14
Tabel 2. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2015
Terhadap ARAM II Tahun 2014 ..................................
15
20
26
26
40
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 1.
32
Gambar 2.
39
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Hal
Lampiran 1.
73
Lampiran 2.
74
Lampiran 3.
75
Lampiran 4.
80
Lampiran 5.
82
Lampiran 6.
85
Lampiran 7.
86
Lampiran 8.
87
Lampiran 9.
88
89
90
91
92
Lampiran 14.
93
Lampiran 15.
94
Lampiran 16.
95
Lampiran 17.
96
Lampiran 18.
97
Lampiran 19.
98
Lampiran 10.
Lampiran 11.
Lampiran 12.
Lampiran 13.
vii
Lampiran 20.
99
Lampiran 21.
100
viii
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai
pemenuh kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri
yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan
pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri
pangan dan pakan sehingga dari sisi Ketahanan Pangan
Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.
Pengembangan sektor tanaman pangan merupakan salah satu
strategi kunci dalam memacu pertumbuhan ekonomi pada
masa yang akan datang. Selain berperan sebagai sumber
penghasil
devisa
yang
besar,
juga
merupakan
sumber
semakin
meningkatnya
tingkat
pendidikan
dan
tambahan
ketersediaan
pangan
guna
Komoditas
strategis
dan
unggulan
nasional
sehingga menjadi satu kesatuan dalam sistem pertanian bioindustri. Aktivitas usahatani dikelola dengan prinsip pertanian
lestari dengan memanfaatkan agro-input yang ada di sekitar
dan mengelola limbah dengan prinsip zero waste melalui
reduce, re-use dan re-cycle.
Rancangan lokasi kawasan untuk pengembangan komoditas
strategis/unggulan nasional akan menjadi bagian dari Dokumen
Renstra Kementerian Pertanian 2015-2019 sehingga mengikat
bagi
pusat
dan
daerah
untuk
secara
konsisten
baik
pada
aspek
hulu,
on-farm,
hlir
maupun
benih,
prasarana
penyuluhan
dan
lainnya)
(saprodi),
tanam
jajar
legowo
dan
pertemuan
Kawasan
Padi
inbrida
seluas
75.000
ha,
sasaran
sehingga
dapat
memberikan
sumbangan
sasaran
keberagaman
kondisi
produksi
di
padi.
Mengingat
masing-masing
tingginya
daerah
dan
Dinas
PertanianProvinsi
dan
Kabupaten/Kota,
b. Mendorong
dan
keterpaduan
meningkatkan
pelaksanaan
GP-PTT
koordinasidan
padi
melalui
guna
mempercepat
penerapan
komponen
pendekatan
kawasan/rintisan/regular
kawasan
antara
dan
Direktorat
non
Jenderal
suatu
pendekatan
inovatif
dalam
upaya
sistem/pendekatan
dalam
perakitan
paket
dalam
intensifikasi
peningkatan
padi
produktivitas
bersifat
spesifik
padi.
lokasi,
technology). Komponen teknologi PTT ditentukan bersamasama petani melalui analisis kebutuhan teknologi (need
assessment). Komponen teknologi PTT dasar/compulsory
adalah teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di semua
lokasi. Komponen teknologi PTT pilihan adalah teknologi
pilihan
disesuaikan
kemampuan.
dengan
Komponen
kondisi,
teknologi
kemauan,
PTT
pilihan
dan
dapat
pengelolaan
usahatani
sehamparan
wilayah
Organisme
Pengawas
Benih
Pengganggu
Tanaman
Tanaman
(PBT)yang
(POPT),
telah mengikuti
Badan
Litbang
Pertanian
guna
meningkatkan
narasumber
pada
pelatihan,
penyebaran
informasi,
kelompoktani
sekaligus
memberikan
diharapkan
hadir
pada
setiap
pertemuan
kelompoktani di lapangan.
10. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengawas
Organisme
Pengganggu
pendampingan
oleh
Tanaman)
Pengawas
OPT
adalah
dalam
kegiatan
rangka
11
Non-Fokus
produktivitas/IP
di
adalah
luar
lokasi
areal/kawasan
peningkatan
dan
non
kawasan/rintisan/regular GP-PTT.
19. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun berjalan
tetapi produksi tidak berkontribusi pada tahun tersebut, namun
akan berkontribusi pada tahun berikutnya.
12
13
2009
LUAS PANEN
Ha
%
12.883.576
2010
13.253.450
2,87
50,15
0,33
66.469.394
3,22
2011
13.203.643
(0,38)
49,80
(0,70)
65.756.904
(1,07)
2012
13.445.524
1,83
51,36
3,13
69.056.126
5,02
2013
13.835.252
2,90
51,52
0,31
71.279.709
3,22
2014*
13.768.319
(0,48)
51,28
(0,46)
70.607.231
(0,94)
TAHUN
RATA-RATA
PRODUKTIVITAS
Ku/Ha
%
49,99
1,35
0,52
PRODUKSI
Ton
%
64.398.890
1,89
*) ARAM II BPS
KOMODITAS
URAIAN
PADI
ARAM II SASARAN
2014
2015*
14,26
14,59
13,77
14,09
51,28
52,09
70,61
73,40
%
2,32
2,32
1,58
3,95
kompleks
karena
berbagai
perubahan
dan
beras
sesuai
dengan
peningkatan
jumlah
penduduk,
2).
yang
memberikan
apabila
dimanfaatkan
dengan
baik
akan
untuk
meningkatkan
produktivitas,
3).
Potensi
16
potensi
pengembangan
produksi
berbagai
17
sesuai
rekomendasi
spesifik
lokasi
serta
berimbang dengan pemakaian pupuk organik serta pupuk biohayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya
lainnya
disertai
dengan
peningkatan
pengawalan,
lokasi
diharapkan
masih
dapat
ditingkatkan
produktivitasnya.
2. Perluasan Areal Tanam
Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan
(peningkatan indeks pertanaman) melalui upaya perbaikan
jaringan irigasi seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro,
18
pompanisasi
dan
pemanfaatan
lahan
sawah,
disertai
produksi
dimaksudkan
untuk
mengurangi
kebijakan
dan
regulasi,
penyempurnaan
yang
diharapkan
dan
pada
akhirnya
dapat
19
Kegiatan
Sasaran
Luas Tanam
Luas Panen
Produktivitas
(Ha)
(Ha)
(Ha)
(Ku/ha)
Produksi
(Ton)
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS
13,038,783
13,038,783
12,655,394
51.53
65,216,410
1
2
3
4
GP-PTT (2015)
Carry Over SL-PTT Tahun 2014
Percepatan Optimasi Lahan (POL)
Swadaya petani
350,000
570,000
170,000
11,948,783
350,000
570,000
170,000
11,948,783
337,890
550,278
164,118
11,603,108
61.28
58.78
54.78
50.86
2,070,590
3,234,534
899,038
59,012,248
B
1
40,000
40,000
13,078,783
40,000
40,000
13,078,783
38,616
38,616
12,694,010
25.00
25.00
51.45
96,540
96,540
65,312,950
1,500,000
1,500,000
1,448,100
55.85
8,087,156
1,000,000
1,000,000
965,400
56.38
5,442,925
500,000
500,000
482,700
54.78
2,644,231
JUMLAH C
1,500,000
1,500,000
1,448,100
55.85
8,087,156
TOTAL
14,578,783
14,578,783
14,142,110
51.90
73,400,106
C
1
2
20
a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui GPPTT berbasis kawasan dan non kawasanadalah upaya
pencapaian
sasaran
produksi
padi
tahun
2015
pendampingan
dan
bimbingan
yang
dan
panen
serentak,
(3).
gerakan
pemupukan
simpul
koordinasi
pelaksanaan
GP-PTT
dapat
23
petani
melakukan
Pemahaman
Masalah
dan
membahas
peluang
mengatasi
masalah
tersebut,
ketiga
adalah
penyusunan
RUK
berdasarkan
kesepakatan kelompok.
4. Langkah keempat adalah penerapan PTT.
5. Langkah kelima adalah pengembangan/replikasi PTT ke
petani lainnya.
25
komponen
teknologi
dimaksud
menjadi
PADI SAWAH
TADAH HUJAN
PADI GOGO
Pemupukan N granul, P
dan K berdasarkan PUTS
Pemupukan berimbang
dan efisien menggunakan
BWD dan PUTS/petak
omisi/Permentan No.
4/2007
Pemupukan berdasar
status kesuburan tanah
PADI SAWAH
TADAH HUJAN
PADI GOGO
Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi
dan cara tanam (legowo,
larikan, dll)
Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi
dan cara tanam (legowo,
larikan, dll)
Pengelolaan tanaman
yang meliputi populasi
dan cara tanam (legowo,
larikan, dll)
Umur bibit
Pengendalian gulma
terpadu
Pengelolaan air,
pembuatan saluran/caren
keliling
Pengendalian gulma
terpadu
Penanganan panen dan
pascapanen
*: Komponen teknologi pilihan dapat menjadi compulsory apabila hasil KKP memprioritaskan
komponen teknologi yang dimaksud menjadi keharusan untuk pemecahan masalah utama suatu
wilayah, demikian pula sebaliknya bagi komponen teknologi dasar.
**: Prioritas
26
benih
varietas
unggul
bermutu
akan
penyakit,
menekan
pertumbuhan
gulma,
terhindar
dari
mengendalikan
serangan
OPT
dan
DPI
dengan
cara
penelusuran
setiap
alternatif
komponen
dan
aspek
lingkungan
dapat
disinergiskan.
di
setiap
unit
berkomunikasi
agar
dan
Dinas
atau
Pertanian
berkonsultasi
Kabupaten/Kota
dengan
Balai
30
3).
Kawasan
perkebunan
dan
4).
Kawasan
tidak dikenal
lagi
SL-PTT
Kawasan
Pertumbuhan,
31
pada
24
Provinsi
seluas
75.000
ha.
Model
akan
memberikan
kontribusi
kegiatannya
guna
spesifik
lokasi
mulai
dari
pengolahan
tanah,
budidaya,
letak
petak
untuk
pertemuan
Dinas
Pertanian
identifikasi
lokasi
Kabupaten/Kota
tersebut
dan
perlu
melakukan
lokasi-lokasi
yang
35
36
2. Dinamisator
proses
pertemuan
kelompok
sehingga
bagi
petani
peserta
GP-PTT
untuk
melaksanakan
kegiatan
usahataninya
setelah
tersebut
masih
aktif
dan
mempunyai
namun
dapat
kelompoktani
(Gapoktan).
pula
Jika
rekening
menggunakan
gabungan
rekening
37
lebih
lanjut
oleh
Kepala
Dinas
Pertanian
Kabupaten/Kota.
6. Membuat
surat
pernyataan
bersedia
dan
sanggup
penerima
Bansos
GP-PTT
tidak
petugas
pendamping
(petugas
dinas
dan
atau
39
Uraian
Areal (Ha)
Biaya
(Rp
000/Ha)
Instrumen
Kawasan:
a. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
1. Di Luar Papua
2. Papua
II
70,000
5,000
Non Kawasan/Rintisan/Reguler:
a. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
1. Di Luar Papua
2. Papua
2. Papua
JUMLAH:
1. Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
3. Non Kawasan GP-PTT Padi Inbrida
4. Non Kawasan GP-PTT Padi Hibrida
TOTAL:
1. GP-PTT Padi
220,000
5,000
50,000
75,000
225,000
50,000
350,000
40
Petugas
Lapangan/Penyuluh,
Dinas
Pertanian
dari
kios
benih,
penangkar
benih,
produsen
sisa
dana
dapat
dialokasikan
untuk
memenuhi
PBT,
Peneliti,
Aparat
dan
petugas).
Apabila
yang
tersedia
dapat
pula
digunakan
untuk
kepada
dengan
masyarakat
mengundang
akan
petani
keberhasilan
sekitarnya,
42
GP-PTT
baik
kawasan
maupun
non
ikut
memiliki
sehingga
mempunyai
kawasan/rintisan/reguler),
dikomunikasikan
dan
atau
identitas
lokasi
dimana
kegiatan
tersebut
44
untuk
membiayai
pelaksanaan
ubinan
fasilitasi
untuk
pencatatan
hasil
ubinan
dan
lokasi;
dan
Aparat
(TNI-AD
beserta
Surat
Keputusan
Kepala
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan Pertanian.
Selanjutnya Posko P2BN atau Posko lainnya yang mendukung
pencapaian sasaran produksi padi, pada setiap tingkatan
(Kabupaten/Kota dan Provinsi) harus lebih diaktifkan guna
melakukan koordinasi dan sinergi dengan berbagai pihak dan
instansi terkait untuk turun bersama memantau kondisi di
47
GP-PTT
Padi
tersebut,
dalam
bentuk
Petunjuk
sesuai
dengan
spesifik
lokasi,
guna
menghindari
48
A. Pengorganisasian GP-PTT
Agar pelaksanaan GP-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari
kelompoktani, kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka
perlu dibentuk tim pengendali tingkat pusat, tim pembina tingkat
provinsi, tim pelaksana tingkatkabupaten/kota serta tim pelaksana
tingkat kecamatan.
Tim
pengendali
tingkat
pusat,
ditetapkan
dengan
Surat
provinsi
ditetapkan
dengan
Surat
Keputusan
tim
pelaksana
tingkat
kabupaten/kota
serta
pembina
tingkat
provinsi
serta
tim
pelaksanatingkat
49
Pembina Tingkat
Provinsi melakukan
koordinasi dan
melaksanakan
GP-PTT
sesuai
sasaran.Pembinaan
Pelaksana
melakukan
mengorganisir
Tingkat
langsung
dan
Kabupaten/Kota
pelaksanaan
menggerakkan
dan
kecamatan
GP-PTT
Kepala
dengan
Cabang
Dinas
Pelaksana
Kabupaten/Kota
juga
melakukan
50
pemberdayaan
difasilitasi
oleh
aparat
Provinsi/
masalahnya
sendiri,
serta
mampu
dapat
terwujud
apabila
kelompok/gabungan
kelompok/lembaga
bersama
anggotanya
mampu
mengembangkan
usahataninya/kegiatannya
secara
Dengan
demikian,
fokus
pemberdayaan
kelompok/lembaga
dalam
mengembangkan
pemberdayaan
menumbuhkan
kelompok
kesadaran
dilakukan
dengan
kelompok/gabungan
kelompok/
kemampuan
dan
potensi
usaha
agribisnis
masyarakat.
Pemberi bantuan sosial dalam pelaksanaan GP-PTT adalah
Kementerian Pertanian cq Direktorat Jenderal Tanaman, dengan
penerima
bantuan
tersebut
adalah
Kelompoktani.
Alokasi
(penentuan
calon
lokasi,
penentuan
calon
GP-PTT melalui
Belanja
Bantuan
Sosial
Kementerian
dengan
memperhatikan
aspirasi
dan
kondisi
masing-masing wilayah.
Dalam rangka penerapan prinsip pengarusutamaan
gender, maka perlu diperhatikan peran perempuan
dalam hal : (1) partisipasi, (2) akses, (3) kontrol, dan (4)
menikmati manfaat untuk jenis/output kegiatan yang
menjadi pilot projek pengurusutamaan gender.
Sosialisasi dilakukan dalam rangka penyamaan persepsi,
membangun komitmen, transparansi, dan akuntabilitas
pelaksanaan
Kegiatan
program
sosialisasi
pembangunan
ini
juga
pertanian.
sekaligus
untuk
bertujuan
transparansi
untuk
membangun
pelaksanaan
kegiatan,
Sosial.
54
umum
calon
petani/kelompok
tani/
umum
calon
petani/kelompok
tani/
55
dikembangkan
disesuaikan
dengan
CP/CL
secara
umum
meliputi
seleksi
tahap
seleksi
CP/CL
adalah
seluruh
CP/CL
yang
lulus
seleksi
administrasi
seleksi
aspek
teknis
dengan
cara
Teknis
mengusulkan
Dinas/Badan/Kantor
kepada
lingkup
Kepala
Pertanian
usulan
Tim
atau Kepala
Pertanian
Teknis
tersebut,
Dinas/Badan/Kantor
Kabupaten/Kota
mengesahkan
57
Untuk
kegiatan
Pembantuan
Dekonsentrasi
Provinsi,
proses
dan
Tugas
seleksi
CP/CL
lingkup
Pertanian
Provinsi,
dilakukan
oleh
Tim
Teknis
Pusat
dan
tentang
penetapan
penerima
dana
Bantuan
Sosial.
Selanjutnya
kelompok
pengajuan
dana
Belanja
Bantuan
Sosial
tani/lembaga
terpilih
dan
Bank
Pemerintah
Terdekat
dan
Penyuluh
dana
dan
susunan
keanggotaan
kelompok tani.
c. kuitansi harus ditandatangani oleh ketua kelompok
tani/lembaga dan diketahui/disetujui oleh PPK
Kabupaten/Kota yang bersangkutan;
d. surat perjanjian kerjasama antara PPK dengan
kelompok sasaran tentang pemanfaatan dana
Belanja Bantuan Sosial kelompok tani;
e. atas dasar SPP-LS, Pejabat Penandatangan SPM
(PP-SPM) menguji dan menerbitkan Surat Perintah
Membayar
Langsung
(SPM-LS),
selanjutnya
SuratPerintahPencairan Dana
Bantuan
Sosial
pada
DIPA
Pusat
dan
DIPA
Bantuan
Sosial
tani/gapoktan/lembaga
terpilih
berhak
tani/gapoktan/lembaga
terpilih
berhak
tani/gapoktan/lembaga
terpilih
berhak
disesuaikan
dengan
besarnya
kebutuhan
akan
dibeli
dan
disaksikan
oleh
tokoh
transaksi
kelompok
dibukukan
secara
sederhana;
b. bukti/kuitansi pembelian disimpan;
c. bukti serah terima hasil pembelian kepada anggota
kelompok dibukukan;
62
sehingga
diperoleh
keuntungan
yang
memadai; dan
g. sebagian dari keuntungan kelompok dimanfaatkan
untuk
pemupukan
modal,
memperluas
dan
dan
dan
pelaporan
GP-PTT
melalui
dana
tugas
65
dan
pendampingandilaksanakan
secara
melakukan
koordinasi,
supervisi
dan
pembinaan
melakukan
koordinasi,
supervisi,
pembinaan
dan
dengan
ketersediaan
pendampingan
kelompoktani
pelaksana
dana.Melakukan
GP-PTT
dalam
66
67
pada
Lampiran
9.
Monitoring
meliputi
pelaporan
dilaksanakan
oleh
petugas
provinsi,
dari
Pemandu
Lapangan
ke
Dinas
Pertanian
7806262
Faximile
(021)
7802930
;email.
serealiapangan@yahoo.com.
Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan salah satu dasar
penentuan
anggaran
Tahun
2015
sebagai
penerapan
69
X. PENUTUP
tingkat
pemerintahan
mulai
dari
Pusat,
Provinsi,
kepentingan
dan
keputusan
dalam
masyarakat
tani,
menyelesaikan
kecepatan
masalah
dan
Gubernur
dan
Bupati/Walikota
sangat
besar
dalam
- o00o -
71
LAMPIRAN
72
Lampiran 1
Provinsi
Aceh
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Riau
Kepulauan Riau
Jam bi
Sumatera Selatan
Kep. Babel
Bengkulu
Lampung
DKI Jakarta
Jawa Barat
Banten
Jawa Tengah
DI Yogyakarta
Jawa Timur
Bali
NTB
NTT
Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
Gorontalo
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Barat
Sulawesi Tenggara
Maluku
Maluku Utara
Papua
Papua Barat
Indonesia
Luas Tanam
(Ha)
458.233
781.162
512.644
104.127
406
182.067
893.970
14.428
162.446
673.805
1.742
2.097.922
401.269
1.912.641
159.834
2.131.903
152.109
449.386
243.729
517.786
251.913
518.743
106.550
32.125
133.849
58.134
253.505
1.015.143
102.218
148.419
27.746
20.531
48.697
9.601
14.578.783
14.091.226
52,09
Produksi
(Ton)
2.329.503
3.794.985
2.588.013
252.320
1.011
761.667
4.026.479
35.090
688.140
3.356.775
9.262
11.958.316
2.086.911
10.316.952
906.984
12.222.230
872.000
2.296.703
832.228
1.622.367
867.541
2.184.969
450.405
129.100
651.204
318.614
1.156.704
5.142.327
484.000
615.279
118.345
77.199
201.728
44.649
73.400.000
73
Lampiran 2
PROVINSI
KAWASAN
(Kab)
NASIONAL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
ACEH
SUMATERA UTARA
SUMATERA BARAT
RIAU
JAMBI
SUMATERA SELATAN
BENGKULU
LAMPUNG
DKI JAKARTA
JAWA BARAT
JAWA TENGAH
DI YOGYAKARTA
JAWA TIMUR
KALIMANTAN BARAT
KALIMANTAN TENGAH
KALIMANTAN SELATAN
KALIMANTAN TIMUR
SULAWESI UTARA
SULAWESI TENGAH
SULAWESI SELATAN
SULAWESI TENGGARA
BALI
NUSA TENGGARA BARAT
NUSA TENGGARA TIMUR
MALUKU
PAPUA
MALUKU UTARA
BANTEN
BANGKA BELITUNG
GORONTALO
KEP. RIAU
PAPUA BARAT
SULAWESI BARAT
KALIMANTAN UTARA
(Ha)
NON KAWASAN
(Kab)
(Ha)
TOTAL PADI
PADI HIBRIDA
NON KAWASAN
(Kab)
(Ha)
(Kab)
(Ha)
30
75.000
143
225.000
35
50.000
194
350.000
2
2
1
1
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
1
-
5.000
5.000
2.500
2.500
5.000
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
-
8
5
3
6
5
9
6
4
10
5
1
7
5
8
4
3
4
4
8
3
5
3
7
4
2
5
2
3
1
2
1
10.000
8.000
7.500
7.500
5.000
12.500
7.500
10.000
10.000
12.500
2.500
15.000
11.000
12.500
10.000
7.500
5.000
5.000
12.500
7.500
5.000
5.000
7.500
5.000
2.500
5.000
2.500
6.000
2.500
2.500
2.500
3
1
6.000
2.000
4.000
2.000
5.000
6.000
2.000
2.000
4.000
8.000
4.000
4.000
1.000
-
12
8
4
6
6
13
7
6
21.000
15.000
10.000
7.500
7.500
21.500
10.000
17.000
17.500
21.000
5.000
17.500
15.500
17.000
12.500
7.500
11.500
5.000
25.500
7.500
7.500
11.500
16.500
6.000
5.000
7.500
5.000
8.500
5.000
2.500
2.500
3
1
5
4
1
1
4
7
2
2
1
-
14
9
2
8
7
10
5
3
9
4
11
3
6
6
11
4
3
5
3
4
2
2
1
74
Lampiran 3
PADI INBRIDA
KAWASAN
(Kab)
NASIONAL
1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
2
1
2
3
4
5
6
7
8
3
1
2
3
4
4
1
2
3
4
5
6
5
1
2
3
4
5
6
ACEH
Kab. Aceh Barat
Kab. Aceh Selatan
Kab. Aceh Tengah
Kab. Aceh Tenggara
Kab. Aceh Timur
Kab. Bireuen
Kab. Aceh Pidie
Kab. Aceh Barat Daya
Kab. Aceh Jaya
Kab. Aceh Tamiang
Kab. Bener Meriah
Kab. Pidie Jaya
SUMUT
Kab. Tanah Karo
Kab. Labuhan Batu
Kab. Langkat
Kab. Mandailing Natal
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Toba Samosir
Kab. Nias Selatan
Kab. Batu Bara
SUMBAR
Kab. Padang Pariaman
Kab. Dharmas Raya
Kab. Solok Selatan
Kab. Pasaman Barat
RIAU
Kab. Bengkalis
Kab. Kampar
Kab. Kuantan Singingi
Kab. Pelalawan
Kab. Rokan Hulu
Kab. Siak
JAMBI
Kab. Bungo
Kab. Merangin
Kab. Sarolangun
Kab. Tanjung Jabung Barat
Kab. Tj. Jabung Timur
Kab. Tebo
30
2
1
1
2
1
1
1
1
1
1
-
(Ha)
75.000
5.000
2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
-
NON KAWASAN
PADI HIBRIDA
NON KAWASAN
(Kab)
(Kab)
143
8
1
1
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
3
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
(Ha)
225.000
10.000
1.500
1.000
1.000
1.500
1.000
1.500
1.500
1.000
8.000
1.500
2.000
1.000
1.500
2.000
7.500
2.500
2.500
2.500
7.500
1.000
1.500
1.000
2.000
1.000
1.000
5.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
35
3
1
1
1
1
1
-
(Ha)
50.000
6.000
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
-
TOTAL PADI
(Kab)
(Ha)
194
350.000
12
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
21.000
2.500
1.500
1.000
1.000
2.500
1.500
2.000
1.000
1.500
3.500
1.000
2.000
15.000
1.500
2.000
2.000
1.000
1.500
2.000
2.500
2.500
10.000
2.500
2.500
2.500
2.500
7.500
1.000
1.500
1.000
2.000
1.000
1.000
7.500
1.000
2.500
1.000
1.000
1.000
1.000
75
PADI INBRIDA
KAWASAN
(Kab)
(Ha)
NON KAWASAN
PADI HIBRIDA
NON KAWASAN
(Kab)
(Kab)
(Ha)
6
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
7
1
2
3
4
5
6
7
8
1
2
3
4
5
6
10
1
2
3
4
5
6
SUMSEL
Kab. Lahat
Kab. Musi Banyuasin
Kab. Musi Rawas
Kab. Muara Enim
Kab. Ogan Komering Ilir
Kab. Ogan Komering Ulu
Kab. Banyuasin
Kab. OKU Timur
Kab. OKU Selatan
Kab. Ogan Ilir
Kab. Empat lawang
Kota Pagar Alam
Kota Lubuk Linggau
BENGKULU
Kab. Bengkulu Selatan
Kab. Bengkulu Utara
Kab. Rejang Lebong
Kab. Kaur
Kab. Lebong
Kab. Kepahiang
Kab Bengkulu Tengah
LAMPUNG
Kab. Lampung Barat
Kab. Lampung Selatan
Kab. Lampung Utara
Kab. Lampung Timur
Kab. Tanggamus
Kab. Tulang Bawang
JABAR
Kab. Bandung
Kab. Bekasi
Kab. Bogor
Kab. Ciamis
Kab. Cianjur
Kab. Karawang
2
1
1
1
1
2
1
1
1
-
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
-
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
10
1
1
1
1
12.500
2.000
1.500
1.500
1.000
2.000
1.500
1.000
1.000
1.000
7.500
1.500
1.500
1.000
1.000
1.000
1.500
10.000
2.500
2.500
2.500
2.500
10.000
1.000
1.000
1.000
1.000
7
8
9
10
11
12
13
14
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
Kab.
1
-
2.500
-
1
1
1
1
1
1
-
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
-
Kuningan
Majalengka
Purwakarta
Subang
Sukabumi
Sumedang
Tasikmalaya
Bandung Barat
(Ha)
3
1
1
1
1
1
5
1
1
1
-
4.000
1.000
1.000
2.000
2.000
2.000
5.000
1.000
1.000
1.000
-
1.000
1.000
1
1
TOTAL PADI
(Kab)
(Ha)
13
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
14
1
1
1
1
1
1
21.500
2.000
1.500
2.500
1.000
2.500
1.000
2.000
2.000
1.500
2.500
1.000
1.000
1.000
10.000
1.500
2.500
1.500
1.000
1.000
1.000
1.500
17.000
2.500
2.500
2.000
2.500
5.000
2.500
17.500
2.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1
1
1
1
1
1
1
1
1.000
1.000
1.000
1.000
2.500
2.000
1.000
1.000
76
PADI INBRIDA
KAWASAN
(Kab)
11
1
2
3
4
5
6
7
8
9
12
1
2
13
1
2
3
4
5
6
7
8
14
1
2
3
4
5
6
7
15
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
16
1
2
3
4
5
JATENG
Kab. Blora
Kab. Grobogan
Kab. Karanganyar
Kab. Kebumen
Kab. Klaten
Kab. Purworejo
Kab. Rembang
Kab. Semarang
Kab. Temanggung
DI YOGYAKARTA
Kab. Kulon Progo
Kab. Sleman
JATIM
Kab. Banyuwangi
Kab. Kediri
Kab. Lamongan
Kab. Lumajang
Kab. Mojokerto
Kab. Nganjuk
Kab. Ngawi
Kab. Pasuruan
KALBAR
Kab. Bengkayang
Kab. Landak
Kab. Kapuas Hulu
Kab. Ketapang
Kab. Sambas
Kab. Sanggau
Kab. Kubu Raya
KALTENG
Kab. Barito Selatan
Kab. Barito Utara
Kab. Kapuas
Kab. Kotawaringin Barat
Kab. Kotawaringin Timur
Kab. Katingan
Kab. Seruyan
Kab. Lamandau
Kab. Pulang Pisau
Kab. Barito Timur
KALSEL
Kab. Banjar
Kab. Barito Kuala
Kab. Tabalong
Kab. Tapin
Kab. Balangan
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-
(Ha)
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
-
NON KAWASAN
PADI HIBRIDA
NON KAWASAN
(Kab)
(Kab)
5
1
1
1
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
(Ha)
12.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
15.000
2.500
1.000
2.500
2.000
2.000
2.500
2.500
11.000
2.500
2.500
1.000
2.500
2.500
12.500
1.500
2.000
1.000
2.000
2.000
1.000
1.000
2.000
10.000
2.500
2.500
2.500
2.500
4
1
1
1
1
1
1
1
1
-
(Ha)
6.000
2.000
500
1.500
2.000
2.000
2.000
2.000
2.000
-
TOTAL PADI
(Kab)
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
5
1
1
1
1
1
(Ha)
21.000
4.500
2.500
2.500
2.500
2.500
500
1.500
2.500
2.000
5.000
2.500
2.500
17.500
2.500
1.000
2.500
2.000
2.000
2.500
2.500
2.500
15.500
2.500
2.500
1.000
2.500
2.500
2.500
2.000
17.000
1.500
2.000
2.000
1.000
2.000
2.000
1.000
1.000
2.500
2.000
12.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
77
PADI INBRIDA
KAWASAN
(Kab)
17
1
2
3
18
1
2
3
4
5
6
7
8
9
19
1
2
3
4
20
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
21
1
2
3
22
1
2
3
4
5
6
23
1
2
3
4
5
6
KALTIM
Kab. Kutai Timur
Kab. Pasir
Kab. Kutai Kertanegera
SULUT
Kab. Bolaang Mangondow
Kab. Minahasa
Kab. Kep. Talaud
Kab. Minahasa Selatan
Kota Tomohon
Kab. Minahasa Utara
Kab. Minahasa Tenggara
Kab. Bolmong Utara
Kab. Bolmang Timur
SULTENG
Kab. Banggai
Kab. Toli-Toli
Kab. Parigi Moutong
Kab. Morowali Utara
SULSEL
Kab. Barru
Kab. Bone
Kab. Bulukumba
Kab. Maros
Kab. Pangkep
Kab. Pinrang
Kab. Sidenreng Rappang
Kab. Sinjai
Kab. Soppeng
Kab. Wajo
Kab. Toraja Utara
SULTRA
Kab. Konawe
Kab. Konawe Selatan
Kab. Kolaka Timur
BALI
Kab. Bangli
Kab. Buleleng
Kab. Gianyar
Kab. Karangasem
Kab. Klungkung
Kab. Tabanan
NTB
Kab. Bima
Kab. Dompu
Kab. Lombok Barat
Kab. Lombok Tengah
Kab. Lombok Timur
Kab. Sumbawa
1
1
2
1
1
1
1
1
1
(Ha)
2.500
2.500
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
NON KAWASAN
PADI HIBRIDA
NON KAWASAN
(Kab)
(Kab)
3
1
1
1
4
1
1
1
1
4
1
1
1
1
8
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
5
1
1
1
1
1
3
1
1
1
-
(Ha)
7.500
2.500
2.500
2.500
5.000
1.000
500
2.000
1.500
5.000
1.500
1.000
1.500
1.000
12.500
1.500
2.000
1.500
1.500
1.500
1.500
1.500
1.500
7.500
2.500
2.500
2.500
5.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
5.000
2.000
1.000
2.000
-
4
1
1
1
1
7
1
1
1
1
1
1
1
2
1
1
-
(Ha)
4.000
1.000
1.000
1.000
1.000
8.000
1.000
1.000
1.000
1.000
2.000
1.000
1.000
4.000
2.000
2.000
-
TOTAL PADI
(Kab)
3
1
1
1
9
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
3
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
6
1
1
1
1
1
1
(Ha)
7.500
2.500
2.500
2.500
11.500
1.000
1.000
500
2.000
1.000
1.000
1.500
2.500
1.000
5.000
1.500
1.000
1.500
1.000
25.500
1.500
3.000
1.000
1.500
2.500
3.500
3.500
2.500
1.500
3.500
1.500
7.500
2.500
2.500
2.500
7.500
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
2.500
11.500
2.000
1.000
2.000
2.000
2.000
2.500
78
PADI INBRIDA
KAWASAN
(Kab)
24
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
25
1
2
3
4
26
1
2
3
27
1
2
3
4
5
28
1
2
3
30
1
2
3
4
32
1
2
33
1
2
34
1
NTT
Kab. Belu
Kab. Ende
Kab. Kupang
Kab. Manggarai
Kab. Ngada
Kab. Sumba Barat
Kab. Sumba Timur
Kab. Rote-Ndao
Kab. Manggarai Barat
Kab. Sumba Barat Daya
Kab. Manggarai Timur
MALUKU
Kab. Maluku Tengah
Kab. Pulau Buru
Kab. Seram Bag Barat
Kab. Seram Bag Timur
PAPUA
Kab. Jayapura
Kab. Merauke
Kab. Nabire
MALUT
Kab. Halmahera Tengah
Kab. Halmahera Barat
Kab. Halmahera Timur
Kab. Halmahera Selatan
Kab. Halmahera Utara
BANTEN
Kab. Lebak
Kab. Pandeglang
Kab. Serang
GORONTALO
Kab. Gorontalo
Kab. Pohuwato
Kab. Bone Bolango
Kab. Gorontalo utara
PAPUA BARAT
Kab. Sorong
Kab. Manokwari
SULBAR
Kab. Mamuju
Kab. Mamuju Tengah
KALTARA
Kab. Bulungan
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-
(Ha)
5.000
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
2.500
-
NON KAWASAN
PADI HIBRIDA
NON KAWASAN
(Kab)
(Kab)
7
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
2
1
1
5
1
1
1
1
1
2
1
1
3
1
1
1
1
1
2
1
1
1
1
(Ha)
7.500
1.000
1.000
1.000
1.000
1.000
1.500
1.000
5.000
2.500
1.000
750
750
2.500
1.000
1.500
5.000
1.000
500
2.000
500
1.000
2.500
1.500
1.000
6.000
2.000
2.000
2.000
2.500
2.500
2.500
1.000
1.500
2.500
2.500
2
1
1
1
1
-
(Ha)
4.000
2.000
2.000
1.000
1.000
-
TOTAL PADI
(Kab)
11
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
4
1
1
1
1
3
1
1
1
5
1
1
1
1
1
3
1
1
1
4
1
1
1
1
2
1
1
2
1
1
1
1
(Ha)
16.500
1.000
1.000
1.000
1.000
2.500
2.000
1.000
1.500
2.000
2.500
1.000
6.000
2.500
2.000
750
750
5.000
1.000
2.500
1.500
7.500
1.000
500
4.500
500
1.000
5.000
2.500
1.500
1.000
8.500
2.500
2.000
2.000
2.000
5.000
2.500
2.500
2.500
1.000
1.500
2.500
2.500
79
Lampiran 4
DAFTAR CALON PETANI DAN CALON LOKASI
PENERIMA BANSOS GP-PTT TAHUN 2015
Nama Poktan / Gapoktan
Jumlah Anggota Kelompok
Desa
Kecamatan
Kabupaten
Kawasan/Non Kawasan
Komoditi
No.
Nama Petani
:
:
:
:
:
:
:
Luas Areal (ha)
Varietas
Jadwal Tanam
1
2
3
4
5
dst
Jumlah
Mengetahui
KCD/Penyuluh
Ketua Kelompoktani
Nama .
Nama .
80
No
(1)
:
: GP-PTT Padi
: Padi Inbrida Sawah/ Padi Inbrida Pasang Surut/ Padi Inbrida Rawa Lebak/ Padi Inbrida Lahan Kering/ Padi Hibrida
Kode
Kode
Kode
Kode
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Provinsi
Kabupaten
Kecamatan
Kelurahan/Desa
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Rencana Tanam
Kelurahan/
Nama
Nama Ketua Nama Alamat per-Petani
Jenis
Desa
Kelompok Tani Kelompok Tani Petani
(Desa, RT, RW) Tanaman Luas (Ha) Bulan,Th
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
dst..
Ket : 1. Tanda *) Diisi dengan nama anggota kelompok tani pelaksana SL-PTT/GP3K/SRI kolom (12) dan alamat rumah tangga petani kolom (13)
2. Mengingat CPCL SL-PTT 2013 sudah sangat mendesak waktunya kolom (12) nama petani dapat diisi dengan
jumlah anggota kel.tani pelaksana, sedangkan kolom (13) tidak perlu diisi
3. Untuk CPCL SL-PTT 2014 diisi lengkap sesuai format BPS diatas.
4. Data CPCL SL-PTT Padi dan Jagung dikirim ke Email serealiapangan@yahoo.com, petugas yang dapat
di hubungi Sdr.Indra Rochmadi HP.081398878797 dan Asmawati HP.085211124336/08568767436
untuk data kedelai dikirim ke Email akabi@gmail.com.
Nama
NIP
81
Lampiran 5
SURAT KEPUTUSAN
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
NOMOR : .............................................2015
TENTANG
PENETAPAN KELOMPOKTANI PENERIMA DANA BANTUAN SOSIAL
(BANSOS) GP-PTT
............................................................)*
TAHUN ANGGARAN 2015
KEPALA DINAS PERTANIAN KABUPATEN/KOTA
Menimbang
Memperhatikan
MEMUTUSKAN
Menetapkan
PERTAMA
KEDUA
Tembusan :
1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian RI di Jakarta
2. Bupati / Walikota di ..............
3. Kepala Dinas Pertanian Provinsi di ................
4. dst.
*) disesuaikan dengan komoditi (GP-PTT padi inbrida/padi hibrida,jagung hibrida
dan jagung komposit)
**) disesuaikan dengan sumber bantuan
83
No
Nama Ketua
Alamat
Desa
Kecamatan
Nomor Rekening
Jumlah
(Rp.)
Alamat Bank
Cabang, Unit
2
3
4
dst
Jumlah
Ditetapkan,Tgl.Bln.Tahun 2015
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ,
Nama
NIP
84
Lampiran 6
Rencana Usaha Kelompok (RUK)
Pelaksana GP-PTT Tahun 2015
Nama Kelompok Tani
Alamat Kelompok Tani
Luas Lahan
Jumlah Anggota Kelompok
Rincian Kebutuhan Kel.
Komoditi
Varietas
No
:
:
:
:
:
:
:
Uraian Kebutuhan
Jenis
Volume (Kg)
Jumlah (Rp)
1
2
3
dst
Jumlah
Mengetahui,
Penyuluh/Petugas Pertanian
................,................
Nama
NIP
Bendaraha Kelompok,
Ketua Kelompok,
Nama
Nama
Anggota Kelompok,
Anggota Kelompok,
Nama
Nama
85
Lampiran 7
SURAT PERNYATAAN
PENERIMAAN BANSOS DAN PENGGUNAAN BANSOS
............................... 2015
Ketua Kelompoktani
Materai 6.000
(......................................)
(.....................................)
86
Lampiran 8
Pembentukan Tim
Teknis Kab/Kota
SPM-LS
SPP-LS
KPPN
SP2D
Penetapan Kelompoktani
Kelompok
Sasaran
Bank
terdekat
Membuka Rekening di Bank
87
Lampiran 9
KEGIATAN
Sosialisasi
Finalisasi CP/CL
JAN
FEB
MAR
APR
MEI
BULAN
JUN
JUL
AGUST
SEP
OKT
NOP
DES
Pelaksanaan
1. Tanam
2. Pemeliharaan
3. Panen
10
Pembinaan
11
Monitoring
12
Evaluasi
13
Pelaporan
88
Lampiran 10
No
Desa
(2)
(1)
1
A
2
B
3
4
dst
Jumlah
Poktan
(3)
2
4
Realisasi Tanam
Luas
Areal
(Ha)
Jumlah
SL-PTT
( Unit )
(4)
50
100
(5)
2
4
(6)
45
95
150
140
(Ha)
Realisasi Panen
Luas
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
(7)
90,00
95,00
(8)
30
80
(9)
75,00
81,25
(10)
225
650
(11)
5
5
93,33
110
79,55
875
10
(%)
Produksi
(ton)
Dilaksanakan
MH 15/16 Keterangan
(Ha)
(12)
89
Lampiran 11
BLANGKO LAPORAN BULANAN KABUPATEN
REALISASI GP-PTT KAWASAN / NON KAWASAN
PADI INBRIDA / PADI HIBRIDA
TAHUN 2015
KABUPATEN :
BULAN
:
Desa
Poktan
Luas
Areal
(Ha)
(3)
1
(4)
2
(5)
50
SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
(6)
50
50
50
Jumlah
No
(1)
1
2
Kecamatan
(2)
1
dst
Jumlah
Pengajuan Ke Bank
Realisasi Tanam
Realisasi Panen
Proses
(Ha)
Cair
(Ha)
(Ha)
(%)
Luas
(Ha)
(7)
50
(8)
50
(9)
50
(10)
100,00
(11)
50
(12)
80,00
(13)
80
(14)
0
50
50
50
100,00
50
80,00
80
Dilaksanakan
Provitas Produksi MH 15/16 Keterangan
(Ha)
(ku/ha)
(ton)
(15)
Nama
NIP
90
Lampiran 12
BLANGKO LAPORAN BULANAN PROVINSI
REALISASI GP-PTT KAWASAN / NON KAWASAN
PADI INBRIDA / PADI HIBRIDA
TAHUN 2015
PROVINSI :
BULAN
:
No
(1)
1
2
3
4
5
Jumlah
Kabupaten
A
B
Kecamatan
(3)
4
5
Desa
(4)
8
9
Poktan
(5)
8
10
dst
Jumlah
17
18
(2)
(6)
200
250
SK
Penetapan
CPCL
(Ha)
(7)
200
250
450
450
Luas
Areal
(Ha)
Pengajuan Ke Bank
Proses
Cair
(Ha)
(Ha)
Realisasi Tanam
Realisasi Panen
(Ha)
(%)
Luas
(Ha)
Provitas Produksi
(ku/ha)
(ton)
Dilaksanakan
MH 15/16 Keterangan
(Ha)
(8)
200
250
(9)
200
250
(10)
195
245
(11)
97,50
98,00
(12)
100
150
(13)
75,00
80,00
(14)
750
1200
(15)
5
5
450
450
440
97,78
250
78,00
1950
10
(16)
Nama
NIP
91
Lampiran 13
TAHUN 2015
PROV/KAB :
BULAN :
Realisasi Tanam
Target
No
Kab/Kec
Unit
(1)
(2)
SK
Penetapa
Luas Area n CPCL
(Ha)
(Ha)
Realisasi Panen
Unit
(Ha)
(%)
Bulan
Tanam
(11)
(12)
Luas
(Ha)
Provitas
(ku/ha)
Produksi
(ton)
(13)
(14)
Provitas
Provitas Provitas
Non SL
Tidak
dalam LL Sebelum pada MT Dilaksana
(ku/Ha) SL (ku/Ha) yang sama kan (Ha)
(ku/Ha)
(3)
(4)
(7)
(9)
(10)
(15)
(16)
(17)
(18)
200
200
195
75,00
750
80,00
70,00
70,00
250
250
245
150
80,00
1200
85,00
73,00
70,00
17
450
450
440
97,78
250
78,00
1950
82,50
71,50
70,00
(19)
Ket
(20)
3
4
5
dst
Jumlah
Nama
NIP
92
Lampiran 14
FORM ISIAN
HASIL UBINAN GP-PTT PADI
Kabupten
Kawasan / Non Kawasan
Komoditas
No
Nama Petani
:
: Kawasan / Non Kawasan
: PADI INBRIDA / PADI HIBRIDA
Nama
KelompokTani
Alamat
Desa
Kecamatan
Jumlah
Tanggal
Ubinan (Unit) Ubinan
Petugas Ubinan
Nama
NIP
Hasil Ubinan
(Ku/Ha GKG)
Varietas
Nama
NIP
93
Lampiran 15
Orientasi pertanaman
40 cm
25 cm
1m
10 cm
25 cm
1,2 cm
b.
Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,2 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1,2 m2 = 40
rumpun atau 1 ha = 10.000/1,2 m2 x 40 rumpun = 333.333 rumpun
c.
Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,4 m x 2,5 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 25
rumpun = 200 rumpun
d.
94
Lampiran 16
Orientasi pertanaman
50 cm
25 cm
1m
12,5 cm
25 cm
1,5 cm
b.
Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,5 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,5 m2 = 32
rumpun atau 1 ha = 10.000/1,5 m2 x 32 rumpun = 213.333 rumpun
c.
Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 8 rumpun x 16
rumpun = 128 rumpun
d.
95
Lampiran 17
Orientasi pertanaman
60 cm
30 cm
1,2 m
15 cm
30 cm
1,8 cm
b.
Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,8 m x 1,2 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 2,16 m2 =
32 rumpun atau 1 ha = 10.000/2,16 m2 x 32 rumpun = 148.148 rumpun
c.
Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,7 m x 2,4 m = 6,48 m2 atau 6 rumpun x
16 rumpun = 96 rumpun
d.
96
Lampiran 18
Orientasi pertanaman
60 cm
20 cm
1m
10 cm
20 cm
1m
b.
Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 4 rumpun x 10 rumpun atau 1 m2 = 40
rumpun atau 1 ha = 10.000/1 m2 x 40 rumpun = 400.000 rumpun
c.
Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 12 rumpun x 20
rumpun = 240 rumpun
d.
97
Lampiran 19
Orientasi pertanaman
75 cm
25 cm
1m
12,5 cm
25 cm
1,25 m
b.
Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 4 rumpun x 8 rumpun atau 1,25 m2 =
32 rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m2 x 32 rumpun = 256.000 rumpun
c.
Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,5 m x 2,5 m = 6,25 m2 atau 8 rumpun x
20 rumpun = 160 rumpun
d.
98
Lampiran 20
Orientasi pertanaman
40 cm
1m
10 cm
20 cm
1m
1m
b.
Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1 m x 1 m = 6 x 100/20 rumpun atau 1 m2 = 30 rumpun
atau 1 ha = 10.000/1 m2 x 30 rumpun = 300.000 rumpun
c.
Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 3 m x 2 m = 6 m2 atau 18 rumpun x 200/20
= 180 rumpun
d.
99
Lampiran 21
Orientasi pertanaman
50 cm
1m
12,5 cm
25 cm
1,25 m
1,25 m
b.
Populasi tanaman
Populasi tanaman dalam 1,25 m x 1 m = 6 x 100/25 rumpun atau 1,25 m2 = 24
rumpun atau 1 ha = 10.000/1,25 m2 x 24 rumpun = 192.000 rumpun
c.
Ukuran Ubinan
Ukuran Ubinan yang sesuai adalah : 2,5 m x 2 m = 5 m2 atau 12 rumpun x
200/25 = 96 rumpun
d.
100