Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehadiran sekolah unggulan dan model di Indonesia merupakan harapan
yang sejak lama diimpikan oleh banyak kalangan, sebab sekolah unnggulan dan
model sudah menjadi sebuah kebutuhan yang mendasari kehidupan guna
mendapatkan kehidupan yang layak di masa yang akan datang.
Lembaga pendidikan sebagai sekolah unggulan dan model harus diakui
oleh pemerintah dan masyarakat, bukan oleh lembaga atau sekolah itu sendiri.
Dinamakan sekolah unggulan dan Model berarti memiliki nilai yang lebih
dibanding dengan sekolah biasa yang dapat dilihat dari aspek fisik dan aspek
lain yang sangat menentukan, misalnya proses pembelajarannya atau output
yang dihasilkan. sekolah model juga harus mampu menunjukkan dirinya sebagai
sekolah yang pantas untuk dijadikan contoh oleh sekolah lainnya.
Kategori sekolah unggulan dan sekolah model menjadi sebuah pilihan bagi
orang tua untuk menyekolahkan anaknya, karena sekolah dengan label unggulan
dan model sudah dianggap mampu mencetak anak didik yang berkualitas. Selain
itu, sekolah unggulan dan model juga sebagai pusat pengembangan pendidikan
Islam dalam rangka melakukan perbaikan mutu pendidikan Islam di sekolah.
Maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas tentang sekolah unggulan dan
sekolah model.
B.
Rumusan masalah
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekolah Unggulan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat, dan sebagainya daripada yang
lain, terbaik dan terutama. Sedangkan keunggulan artinya keadaan unggulan;
kecakapan, kebaikan dan sebagainya yang lebih dari pada yang lain.[1]
Secara ontologis sekolah
unggulan
dalam
perspektif
Departemen
Pendidikan Nasional adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai
keunggulan
dalam
keluaran (output) pendidikannya.
Untuk
mencapai
keunggulan tersebut, maka masukan (input), proses pendidikan, guru, tenaga
kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya
harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut.[2]
Dengan demikian, sekolah unggulan dapat didefinisikan sekolah yang
dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya dengan mengarahkan semua
komponennya untuk mencapai hasil lulusan yang lebih baik dan cakap daripada
lulusan sekolah lainnya.
Adapun latar belakang munculnya sekolah unggulan adalah Sejak
diberlakukannya Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional yang menempatkan Sekolah sebagai bagian dari subsistem pendidikan
nasional. Sekolah pun dituntut untuk melakukan inovasi dan pembaharuan diri
baik secara kelembagaan maupun dari sisi mutu output-nya. Mutu output yang
diharapkan telah terkonsep dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 3 yang menyebutkan
bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq
mulia.[3] Hal ini dipertegas Dalam UUSPN No 20 tahun 2003 pasal 3 bahwasanya
: Pendidikan nasional Indonesia berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
YME, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab[4]
Pada kenyataannya, sekolah unggulan ternyata mendapat dukungan dari
masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah yang unggulan
dengan tanpa menghiraukan berapapun biaya yang dikeluarkan. Sehingga
menjadiakan Sekolah unggulan menjadi lahan bisnis yang menggiurkan
disamping misi sosial tertentu yang diemban oleh yayasan yang mendirikan
Sekolah-Sekolah unggulan.
Dalam konteks lembaga pendidikan atau istilah unggulan dapat dilekatkan
pada Sekolah yang pada akhirnya terdapat adanya keinginan dan gairah baru
1.
Input
Menurut Daniel Goleman seperti dikutip oleh Petrus menyatakan bahwa
kemampuan mengenal diri dan lingkungannya adalah kemampuan untuk melihat
secara objektif atau analisis, dan kemampuan untuk merespon secara tepat,
yang membutuhkan kecerdasan otak (Intelligence Quotien) dan kecerdasan
emosional (Emotional Quotien). Di samping itu, kecerdasan spiritual (Spiritual
Quotien) calon peserta didik hendaknya dapat terukur saat seleksi peserta didik
baru. Dengan demikian, tes seleksi peserta didik baru hendaknya dapat
mengukur ketiga aspek kecerdasan atau bahkan dapat mengukur berbagai
kecerdasan (multy intellegence). Sehingga, tes seleksi peserta didik baru
tujuannya tidak semata-mata untuk menerima atau menolak peserta didik
tersebut tetapi jauh ke depan untuk mengetahui tingkat kecerdasan peserta
didik. Dengan data tingkat kecerdasan peserta didik tersebut dapat digunakan
sebagai dasar untuk menentukan proses pembinaannya dan bahkan dapat untuk
menentukan target atau arah pendidikan di masa depan.[6]
2.
Proses.
Dalam proses belajar-mengajar, sekolah unggulan ini setidaknya berkaitan
dengan kemampuan guru, fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran,
program ekstrakurikuler, dan jaringan kerjasama, diantaranya:
a.
Kemampuan guru yang profesional, sekolah unggulan harus memiliki guru yang
unggulan juga. Artinya, guru harus memiliki Pengetahuan dan keterampilan,
Komunitas belajar profesional, di mana guru bekerja sama untuk menetapkan
tujuan yang jelas untuk peserta didik belajar, menilai seberapa baik peserta
didik, melakukannya, mengembangkan rencana aksi untuk meningkatkan
prestasi peserta didik, melalui keterlibatan dalam penyelidikan dan pemecahan
masalah, Koherensi program - sejauh mana program-program sekolah untuk
belajar peserta didik dan guru yang dikoordinasikan, terfokus pada tujuan
pembelajaran yang jelas dan berkelanjutan selama periode waktu.[7]
b.
c.
d.
e.
f.
3.
B.
Sekolah Model
Di dalam kamus besar bahasa Indonesia kata model diartikan pola, contoh,
acuan atau macam dari sesuatu yang akan dibuat.[11]
Kata model ini dikaitkan dengan sekolah sebagai salah satu program
lembaga pendidikan. Program sekolah model adalah sebuah program yang
ditujukan untuk menjadikan satu sekolah sebagai sekolah yang baik dalam
semua unsurnya, agar dapat digunakan sebagai percontohan bagi sekolah lain di
sekitarnya.[12]
Dengan adanya program sekolah model pada satu sekolah yang ditunjuk
oleh pemerintah sebagai sekolah percontohan bagi sekolah di sekitarnya ini
diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu lembaga pendidikan dan mampu
menjadi model yang yang patut dicontoh oleh sekolah lainnya sehingga
keberadaannya dapat memberi dampak positif kepada sekolah-sekolah di
sekitarnya.
Untuk mengetahui tentang sekolah model yang ideal kita harus mengetahui
beberapa hal yang penting mengenai sekolah model antara lain adalah :
b. Memiliki kepala sekolah yang dinamis, kreatif, inisiatif atau prokatif, idealis,
konseptual, komunikatif serta memiliki dedikasi dan motivasi yang tinggi
terhadap tugas.
c. Memiliki kemampuan yang baik dalam melaksanakan program pendidikan dan
pembelajaran.
d. Memiliki guru yang memadai dan memenuhi kualifikasi tenaga guru.
e. Memiliki ruang belajar yang cukup dan ruang lainnya yang memadai.
f.
Dukungan yang baik dari masyarakat sekitar dan orang tua peserta didik (BP3).
Selain itu, ada beberapa kriteria penting yang harus diperhatikan untuk
mewujudkan sekolah model: [17]
a. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah dituntut dapat berperan sebagai professional leader dalam
tindakan dan perilaku yang mendorong dirinya, guru dan staf yang ada menuju
visi keunggulan.
b. Guru
Guru juga harus siap untuk mengembangkan bahan-bahan pembelajaran,
pendekatan, alat-alat teknologi yang diperlukan untuk mendukung potensi
peserta didik untuk berkembang.
c.
Kurikulum
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran. Kurikulum memberikan konsep-konsep standar dari mata
pelajaran yang perlu diajarkan kepada peserta didik berdasarkan pertimbangan
akademik dan perkembangan psikologi peserta didik. Apa yang akan diajarkan
kepada peserta didik adalah apa yang sebenarnya diperlukan oleh peserta didik
dan menstimulasi peserta didik untuk mempelajari sendiri (rasa ingin tahu).
d. Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran lebih mendorong peserta didik merasa
tertantang belajar untuk mengembangkan rasa keingintahuan individu peserta
didik untuk mendalami sesuatu. Peserta didik merekontruksi pengetahuan dan
kegunaan apa yang dipelajari dalam satu kesatuan. Oleh karena itu, interaksi
peserta didik dengan pihak lain termasuk sumber belajar yang ada di lingkungan
sekolah merupakan bagian dari peran guru dalam membantu terciptanya kondisi
yang mendukung minat dan semangat peserta didik untuk mempelajari sesuatu.
e. Penilaian
Penilaian pembelajaran bukan hanya untuk melihat daya serap yang
dipelajari. Tetapi juga mengetahui faktor yang menjadikan peserta didik
mengalami kesulitan dalam belajar, mengembangkan kemampuan peserta didik
mengenai apa yang ingin dicapai sejalan dengan potensi dan kebutuhan masingmasing. Peserta didik memahami apa yang dinilai, untuk apa dan bagaimana
penilaian dilaksanakan.[18]
f.
i.
C.
1.
Keunggulan Komparatif
Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang sudah disediakan, dimiliki
tanpa perlu adanya suatu upaya. Kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu wilayah
adalah contoh nyata keunggulan komparatif.
Dalam konteks lembaga pendidikan, keunggulan komparatif menekankan
pada keunggulan kaitannya dengan sumber daya yang disediakan, dimilki tanpa
perlu adanya suatu upaya. Misalkan suatu Sekolah dibandingkan dengan Sekolah
lainnya memiliki fasilitas belajar yang diperoleh dari bantuan dari pemerintah,
sedangkan sekolah disekitarnya belum menerima bantuan fasilitas belajar. Nah
sekolah ini memiliki keunggulan komparatif.
2.
Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang timbul karena ada suatu
upaya yang dilakukan untuk mencapainya. Keunggulan kompetitif terkait dengan
daya saing suatu produk yang relatif mapan sehingga mampu memasuki pasar
tertentu dengan tingkat harga dan kualitas sesuai kebutuhan penggunanya.
Produk yang memiliki keunggulan kompetitif biasanya didukung oleh pelayanan
memadai sehingga memiliki daya saing dibandingkan dengan produk yang
berasal dari sumber lain.
Dalam pembelajaran, sekolah unggulan menekankan pada optimalisasi
tiga kecerdasan yang dimiliki oleh peserta didik yaitu IQ, EQ, dan SQ. hal ini
ditujukan untuk membentuk peserta didik agar memiliki intelektualitas,
spiritualitas, moralitas, sosialitas, rasa, dan rasionalitas dalam kehidupannya.
Sehingga output yang dihasilkan akan mampu hidup serasi dan seimbang
dengan lingkungan keluarga, anggota masyarakat, alam, dan juga dengan
Tuhan.
Sedangkan sekolah model, adalah sekolah yang mengedepankan semua
komponen pendidikan di Sekolah yang inovatif dan kreatif dalam mengemas dan
memproses penddikan Islam. Sehingga semua komponen tersebut harus
mendukung untuk menghasilkan kualitas dan hasil output pendidikan Sekolah
yang berkualitas dan mampu menjadi Sekolah percontohan.. Sehingga SekolahSekolah lain yang ada di daerah tersebut dapat belajar dan mencontoh pada
Sekolah model yang ditunjuk Departemen Agama.
Menurut Fuad Fachruddin, pandangan tentang Sekolah Model akan
mewarnai wujud nyata tentang penyelenggaraan kegiatan pendidikan di Sekolah.
Dalam mewujudkan Sekolah Model pertama-tama perlu dilakukan perubahan
cara pandang (paradigma) semua pihak yang terlibat secara langsung seperti
pimpinan Sekolah dan guru-guru, maupun tidak langsung seperti para pembina
Sekolah yang berada di bawah naungan Depag: pengawas, kandep, kanwil dan
pusat.
Jadi sekolah model merupakan sekolah yang dibuat untuk menjadi
sekolah percontohan bagi sekolah lain guna memperbaiki mutu pendidikan
khusunya pendidikan islam, karena sekolah model merupakan proyek dari depag
untuk memperbaiki mutu dan kualitas sekola/madrasah yang ada di Indonesia.
D. Best practice sekolah unggulan dan sekolah model di lingkungan kementrian
agama.
Adapun best practice sekolah unggulan dan sekolah model dilingkungan
kementrian gama salah satunya antara lain adalah MA Model Zainul Hasan
Genggong adapun sejarah berdirinya berawal dari royek JSEP (Junior Secondary
Education Project) pada tahun 1993 dan proyek DMAP (Development of
Madrasah Aliyah Project) pada tahun 1998, dirasakan sebagai suatu hal yang
sangat penting. Madrasah model diharapkan dapat menjadi pemicu dan serta
pemercepat terjadinya perubahan perubahan yang signifikan terhadap
eksistensi, kualitas dan kinerja madrasah pada umumnya. Departemen Agama
melalui proyek EMIS (Education Management Information System), menyadari
bahwa meskipun dalam sistem pendidikan Nasional, madrasah disebut sebagai
sekolah umum yang berciri khas islam, hingga kini ia masih mencari bentuk
idealnya. Hal ini menurut hemat Departemen Agama disebabkan oleh problem
identifikasi madrasah yang dominan bermuara problem tarik-ulur kebijakan
madrasah dalam integrasi Sistem Pendidikan Nasional dan rendahnya tingkat
partisipasi masyarakat dalam upaya pengembangan madrasah. Maka pada
tahun 1993 melalui proyek JSEP (Junior Secondary Education Project),
Departemen Agama pertama kali mengembangkan madrasah menjadi madrasah
model yang terbatas pada madrasah ibtidaiyah dan tsanawiyah, yaitu 30 MIN
Model dan 66 MTsN Model. Dalam perjalanannya kemudian, pengembangan
Madrasah Aliyah Model melalui kesinambungan kerja proyek DMAP
(Development of Madrasah Aliyah Project) pada tahun 1998 dengan SK Direktur
Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Nomor E.IV/PP.0.66/KEP/17-A/98
tentang Madrasah Aliyah Model. Madrasah Aliyah Negri yang di Model-kan
hingga saat ini, sebanyak 35 madrasah Aliyah Negeri yang ditransformasikan
menjadi Madrasah Aliyah Negeri Model, yang tersebar hampir di seluruh propinsi
di Indonesia.
Adapun keunggulan yang dimiliki MA Model Zainul Hasan Genggong
adalah sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
UM, UNAIR, UB (Pengembangan sains dan sosial) dan Luar negeri Universitas AlAzhar Kairo Mesir (pengembangan dirosah islamiyah/muadalah)
Semua santri wajib berdomisili di pesantren untuk penguatan aqidah,
ASWAJA (ahlus sunnah wal jamaah) Bahasa Arab dan Bahasa Inggris serta
pengembangan kitab salaf dan bekal sosial kemasyarakatan.
Salah satu madrasah yang terakreditasi A oleh Badan Akreditasi Nasional
Madrasah sehingga mendapat peluang yang sangat besar bagi santri-santri
lulusannya diterima di Perguruan Tinggi Negri (PTAIN)/ Umum (PTUN) dan
mendapatkan beasiswa baik dalam negeri maupun luar negeri. sebagai diantara
upaya menuju visi tersebut, sehingga saat ini Madrasah Aliyah Model (MAM)
Zainul Hasan Genggong selalu mengantarkan santri berprestasi akademik dan
non akademik dalam tingkat regional, nasional maupun internasional.
Mengacu pada kurikulum nasional, muadalah (mendapat pengakuan) dari
Universitas Al-Azhar Mesir dan Cambridge University (London-Inggris).
Mendapat kepercayaan dari Kementerian Agama untuk menyelenggarakan
program Akselerasi (percepatan belajar) bagi santri yang memiliki cerdas
istimewa (CI) bakat istimewa (BI) dimana santri belajar di Madrasah Aliah hanya
2 tahun.
Memberi Pelajaran Khusus pada santri-santrinya dengan menjalin
kerjasama dengan beberapa Perguruan Tinggi baik dalam atau luar negeri serta
institusi internasional.
Tim tenaga pendidik yang profesional yang diambil dari lulusan terbaik
perguruan tinggi negeri dalam dan luar negeri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Jadi dari semua paparan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut
:
1.
2.
Sekolah model adalah sekolah yang menjadi pusat pengembangan yang dipilih
sebagai percontohan dan acuan bagi sekolah lainnya yang diharapkan dapat
menjadi sekolah standar yang adaptif dengan pengembangan kebutuhan sosial.
Untuk menjadi sekolah model harus memiliki beberapa kriteria diantaranya:
memiliki potensi untuk menjadi sekolah model, kepala sekolah yang dinamis,
kreatif, inisiatif, idealis, konseptual, komunikatif, kemampuan yang baik dalam
melaksanakan program pendidikan dan pembelajaran, guru yang profesional,
ruang belajar, fasilitas perpustakaan dan laboratorium yang cukup memadai.
Dalam rangka pengembangan pendidikan Islam, maka komponen pendidikan di
sekolah harus inovatif dan kreatif h. Semua komponen dan peralatan teknologi
harus mendukung untuk menghasilkan kualitas dan output pendidikan di sekolah
yang berkualitas dan mampu menjadi sekolah percontohan, hal ini dapat
terwujud apabila teknologi pendidikan dan kelengkapan sarana prasarana di
sekolah model digunakan dengan sebaik-baiknya.
3.
Adapun perbedaan antara sekolah unggulan dan sekolah model adalah sebagai
berikut :
a.
b.
4.
DAFTAR PUSTAKA
Ahid,Nur Problematika Sekolah Aliyah di Indonesia, Kediri: STAIN Kediri Press, 2009.
Beare, Headlye, Creating An Exellence School. London: Routtledge, 1991.
Depag RI, Sistem Penyelenggaraan Sekolah Aliyah Model, Jakarta: 1996.
Fachruddin, Fuad, Sekolah Model: Indikator Obyektif dan Operasionalnya Sekolah,
Jakarta: PPIM IAIN, 2000.
Hopkins & Jackson, Effective Leadership for School Improvement, New York : Routledge
Falmer, 2003.
Maimun,
Agus, SekolahUnggulan
Lembaga
Kompetitif, Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Pendidikan
Alternatif
di
Era
[1]Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta:
Modern English Press, 1991), 1685.
[2] Muhammad, Konsep Pengembangan SekolahUnggulan, Kreatif, Vol. 4,
No. 1 (Januari 2009), 39.
[3] Ibid, 35.
[4] UUSPN. No 20/2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Bandung: Citra
Umbara, 2003) 7.
[5] Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri, SekolahUnggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 26.
[6] Petrus Trimantara, Sekolah Unggulan: Antara Kenyataan dan Impian, (Jurnal
Pendidikan Penabur, Vol. 6, No.08 Juni 2007),7.
[7] Hopkins & Jackson, Effective Leadership for School Improvement, (New York :
Routledge Falmer, 2003) 88.
[8] Ibid,. 8.
[9] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya: Erlangga, 2007), 129.
[10] Petrus Trimantara, Sekolah Unggulan,. 9.
[11] Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, (Jakarta:
Modern English Press, 2004), 989.
[12] Nur Ahid, Problematika Sekolah Aliyah di Indonesia, (Kediri: STAIN Kediri
Press, 2009), 80.
[13] Nur Ahid, Problematika Sekolah ,. 80.
[14] Imran Siregar, Efektifitas Penyelanggaraan Sekolah Model: Studi tentang
MAN 2 Model Padang sidempuan, (Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan
Keagamaan, 2000), 12.
[15] Depag RI, Sistem Penyelenggaraan Sekolah Aliyah Model, (Jakarta: 1996), 10.
[16] Depag RI, Sistem Penyelenggaraan Sekolah Aliyah Model, 12.
[17] Headlye Beare, Creating An Exellence School. (London: Routtledge, 1991), 154-157.
[18] Fuad
Fachruddin, Sekolah
Model:
Operasionalnya Sekolah, (Jakarta: PPIM IAIN, 2000), 20.
Indikator
Obyektif
dan
[19] Agus Maimun dan Agus Zainul Fitri, Sekolah Unggulan, (Malang, UIN Maliki
Press, 2010) , 64.
[20] Puslitbang, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta, Balitbang Agama
dan Diklat Keagamaan RI, 2001), 23.
[21] Nur Ahid, Problematika, 80.
(Sumber:
http://mochamadzaenalmuttaqin.blogspot.co.id/2015/06/sekolahunggulan-dan-sekolah-model.html)
SEKOLAH UNGGULAN
Oleh Moh Ismail
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
A. Pengertian SekolahUnggulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat, dan sebagainya daripada yang
lain, terbaik dan terutama. Sedangkan keunggulan artinya keadaan unggulan;
kecakapan, kebaikan dan sebagainya yang lebih dari pada yang lain.[1]
B.
Kemampuan guru, sekolah unggulan harus memiliki guru yang unggulan juga.
Artinya, guru tersebut harus profesional dalam melaksanakan proses belajarmengajar.
Adapun
kompetensi
guru
yang
memungkinkan
untuk
mengembangkan
suatu
lembaga
pendidikan
yang
unggul
yaitu :Petama,kompetensi penguasaan mata pelajaran. Kedua, kompetensi
dalam pembelajaran. Ketiga, kompetensi dalam pembimbingan. Keempat,
kompetensi komunikasi dengan peserta didik. Kelima, kompetensi dalam
mengevaluasi.[6]
Untuk mengembangkan kompetensi ini guru harus selalu rajin-rajin
membaca, belajar terus menerus, selalu up to date membaca fenomena sosial
yang terjadi dimasyarakat sehingga pembelajaran bersifat faktual dan
kontekstual. Pembelajaran dapat berjalan efektif sehingga mencapai tujuan yang
ingin dicapai.
Pembelajaran bisa dikatakan efektif, bila guru mampu memberikan
pengalaman baru bagi siswanya, membentuk kompetensi siswa, serta
melibatkan peserta didik dalam perencanaan pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan
oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Misal salah
satunya dengan tanya jawab.[7]
Disamping itu guru harus ikhlas memberi pelayanan kepada siswa dalam
belajar, dalam artian siswa merasa nyaman berada dalam bimbingan guru
tersebut. Guru harus mampu menilai hasil balajar ranah kognitif, psikomotorik
dan afektif siswa dan dapat mengetahui siapa dan ranah apa saja yang belum
dikuasai oleh siswa, sehingga guru tepat memberi pencerahan kembali kepada
siswanya.
Dengan demi Guru yang profesional, dalam pembelajaran harus
menempuh empat tahap, yaitu: Pertama, persiapan, dalam arti yang luas adalah
segala usaha misalnya membaca, kursus, pelatihan, seminar, diskusi, lokakarya
yang dilakukan oleh guru dalam rangka mengembangkan profesionalitasnya.
Persiapan dalam perngertian yang sempit adalah kegiatan pembuatan program
kerja guru yang meliput penyusunan kegiatan pembelajaran selama satu tahun,
program semester, penyusunan silabus dan pembuatan rencara pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum. Kedua, pelaksanaan, bahwa guru
harus fleksibel, artinya pelaksanaan program disesuaikan dengan kondisi dan
situasi peserta didik. Fokus pelaksanaan pembelajaran adalah pengalaman
peserta
didik,
baik
pengalaman
kognitif,
afektif,
maupun
psikomotorik. Ketiga, Penilaian, perlu dilakukan terhadap kedua belah pihak, baik
guru maupun siswa. Penilaian harus dilakukan secara objektif dan
transparan. Keempat, refleksi. Tindakan yang dilakukan dengan memikirkan
aktivitas pembelajarannya dan melaksanakan pembelajarannya berdasarkan
tujuan yang jelas atas dasar pertimbangan moral dan etika.
Guru harus mampu tanggap terhadap aktivitas pembelajaran dengan
melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan siswa sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai. Proses pendidikan Islam tidak akan berhasil dengan
baik tanpa peran guru yang professional, terutama pada proses pembelajaran
saat guru menggunakan metode dan memberikan materi. Peranan guru sangat
penting tersebut bisa menjadi potensi besar dalam memajukan atau
meningkatkan mutu pendidikan.
Guru yang benar-benar berlaku professional dan dapat mengelola dengan
baik, tentunya mereka akan makin semangat dalam menjalankan tugasnya,
bahkan rela melakukan inovasi-inovasi pembelajaran untuk mewujudkan
kesuksesan pembelajaran peserta didik. Namun jika mereka terlantar akibat
tindakan pimpinan mereka justru bisa menjadi penghambat serius terhadap
proses pendidikan. Sikap guru ini sangat tergantung pada kualitas manajemen
personalia.[8]
2.
3.
modern yang lebih dekat dengan situasi teknologi saat ini. Misalnya mengkaitkan
materi-materi dari kedua mata pelajaran tersebut. Di samping itu, penguasaan
bahasa Arab, bahasa inggris dan bahasa Indonesia mutlak diperlukan. Sehingga
siswa dapat mengkomunikasikan gagasan dan pengetahuannya kepada orang
lain secara sistematis dengan menggunakan kedua bahasa tersebut. Perpaduan
kedua kurikulum itu akan sangat membantu dalam menghasilkan generasigenerasi masa depan yang lebih unggul.
4.
5.
6.
Keunggulan Komparatif
Keunggulan Kompetitif
Keunggulan kompetitif adalah keunggulan yang timbul karena ada suatu upaya
yang dilakukan untuk mencapainya. Keunggulan kompetitif terkait dengan daya
saing suatu produk yang relatif mapan sehingga mampu memasuki pasar
tertentu dengan tingkat harga dan kualitas sesuai kebutuhan penggunanya.
Produk yang memiliki keunggulan kompetitif biasanya didukung oleh pelayanan
memadai sehingga memiliki daya saing dibandingkan dengan produk yang
berasal dari sumber lain.[11]
5.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sekolah unggulan mampu mengubah citra sekolah menjadi lebih baik dan
bisa menunjukkan kualitasnya dikalangan lembaga pendidikan pada umumnya.
Program yang dicanangkan pemerintah ini merupakan langkah positif untuk
mensejajarkan kualitas sekolah dengan sekolah umum, baik manajemennya
maupun output yang dihasilkan, sehingga memilki nilai lebih yang selalu dicari
lulusannya dan didamba-dambakan masyarakat.
Pada dasarnya, munculnya sekolah unggulan dilatar belakangi oleh
masalah yang sama, yaitu masih rendahnya mutu pendidikan Islam, terutama
masalah output yang dihasilkan dan kualitas manajemen yang ada di Sekolah.
Dari sinilah, pemerintah melakukan langkah awal dengan mengeluarkan
kebijakan-kebijakan yang mendukung adanya sekolah ungulan.
Seperti menyekolahkan guru-guru sekolah hingga tingkat S2,
menyediakan fasilitas-fasilitas laboratorium dan lain-lain. Setelah proyek ini jalan
dan sukses menjadi sekolah percontohan bagi sekolah-sekolah lainnya (sekolah
DAFTAR PUSTAKA
Agus Maimun, Agus Zainul Fitri. Sekolah Unggulan. Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Ahid, Nur. Problematika Sekolah Aliyah di Indonesia. Kediri: STAIN Kediri Press, 2009.
Fachruddin, Fuad dari Headlye Beare, dkk. Creating An Exellence School. London:
Routtledge, 1991.
Lubis, Halfian. Pertumbuhan SMA Islam Unggulan di Indonesia. Badan Litbang dan Diklat
Departemen Agama Republik Indonesia, 2002.
Maimun, Agus dan Agus Zaenul Fitri. SekolahUnggulan Lembaga Pendidikan Alternatif di
Era Kompetitif. Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Mastuhu. Memberdayakan Sistem Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999
Muhammad. Konsep Pengembangan SekolahUnggulan, Kreatif, Vol. 4, No. 1, Januari,
2009.
Puslitbang, Pendidikan Agama dan Keagamaan, 2001, Manajemen Sarana dan Prasarana
Jakarta, Balitbang Agama dan Diklat Keagamaan RI, 2001
Qomar, Mujamil. Manajemen Pendidikan Islam. Surabaya: Erlangga, 2007.
Sahlan, Asmaun. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UIN- MALIKI Press,
2010.
Salim, Peter dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press, 1991.
Semiawan. Prespektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta, Grasindo, 1996
Surtiah. Pengembangan Potensi Anak Didik di Sekolah, Makalah Pelatihan Manajemen
Sekolah se-Jawa Timur 1 s/d 28 Februari 1999, Malang: STAIN
Trimantara, Petrus. Sekolah Unggulan: Antara Kenyataan dan Impian, Jurnal Pendidikan
Penabur, Vol. 6, No.08, Juni, 2007.
Zayadi, Ahmad. Desain Pengembangan Sekolah. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Pendidikan
Islam Depag, 2005.
(Sumber: http://makalahpendidikanislamismail.blogspot.co.id/2013/06/sekolahunggulan.html )
Sekolah unggul merupakan lembaga pendidikan yang lahir dari sebuah keinginan untuk memiliki
sekolah yang mampu berprestasi di tingkat nasional dan dunia dalam penguasaan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pengertian sekolah unggulan adalah sekolah yang dikembangkan
untuk mencapai keunggulan dalam keluaran ( out put ) pendidikannya. Untuk mencapai
keunggulan tersebut, maka masukan ( input), proses pandididkan, guru dan tenaga kependidikan,
manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk menunjang
tercapainya tujuan tersebut.
Sekolah dikatakan sebagai sekolah unggulan jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1. Prestasi akademik dan non akademik di atas rata-rata sekolah yang ada di daerahnya.
2. Sarana dan prasarana dan layanan yang lebih lengkap.
3. Sistem pembelajaran lebih baik dan waktu belajar lebih panjang.
4. Melakukan seleksi yang cukup ketat terhadap pendaftar.
5. Mendapat animo yang besar dari masyarakat, yang dibuktikan banyaknya jumlah
pendaftar dibanding dengan kapasitas kelas.
6. Biaya sekolah lebih tinggi dari sekolah sekitarnya.
sekolah unggulan perlu di tunjang dengan berbagai aspek, di antaranya, input yang unggul, guru
yang professional, sarana memadai, kurikulum yang inovatif,rung kelas atau pembelajaran yang
representative, sehimgga dapat menciptakan output yang unggul dan berkualitas.
Ada lima aspek yang menentukan orang tua dalam memilih sekolah bagi putra / putrinya, yaitu :
1. Kemampuan guru dalam mentransfer ilmu.
2. Lingkungan pergaulan siswa,
3. Sarana dan prasarana,
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam sebuah kehidupan.
Sebagai wahana untuk membentuk manusia ideal, maka pendidikan memiliki peranan
penting dalam kehidupan manusia, sehingga pendidikan tidak terlepas dari kehidupan kita
sehari-hari.
Lembaga pendidikan yang mengatasnamakan dirinya sebagai sekolah unggulan
harus diakui oleh pemerintah dan masyarakat, bukan oleh lembaga atau sekolah itu sendiri.
Karena keunggulan berarti memiliki nilai yang lebih dibanding dengan sekolah/madrasah
yang lain dan tentunya nilai itu tidak hanya dapat dilihat dari aspek fisik, melainkan juga
aspek-aspek lain yang sangat menentukan. Misalnya proses pembelajarannya ataupun
output yang dihasilkan. Begitupun juga sekolah yang mendapat predikat sekolah model dari
pemerintah harus mampu menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang layak dan pantas
untuk dicontoh oleh sekolah atau madrasah lainnya.
Banyak persepsi yang berkembang di masyarakat kita tentang konsep sekolah
unggulan. Paradigma pada umumnya adalah bahwa sekolah unggulan biasanya
memerlukan uang masuk yang cukup besar, setiap tahun selalu banyak peminatnya, tingkat
kelulusan yang sesuai standar nasional atau bahkan lebih, banyaknya kegiatan kegiatan
sekolah yang diselenggarakan,mulai dari ekstrakurikuler, cara belajar dan lain sebagainya.
Kategori unggulan/ model menjadi sebuah pilihan bagi orang tua untuk
menyekolahkan anaknya, karena sekolah model maupun unggulan sudah dianggapnya
mampu mencatak anak-anak didik yang berkualiatas. Dalam makalah ini akan dibahas
konsep pengembangan sekolah unggulan dan sekolah model.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sekolah Unggulan
1.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat, dan sebagainya daripada yang lain; terbaik;
terutama. sedangkan Keunggulan artinya keadaan unggul; kecakapan, kebaikan dan
sebagainya yang lebih dari pada yang lain.[1]
Secara
ontologis
sekolah
unggul
dalam
perspektif
Departemen
dalam
Untuk
mencapai
keunggulan tersebut maka masukan (input), proses pendidikan, guru dan tenaga
kependidikan, manajemen, layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya
harus diarahkan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. [2]
2.
1.
a.
Masukan
(input)
menggunakan
berupa
ktriteria
siswa
yang
tertentu
diseleksi
dan
secara
prosedur
ketat.
Dengan
yang
dapat
b.
Tes fisik
Sarana dan prasarana yang menunjang untuk memenuhi kebutuhan belajar
siswa serta dapat menyalurkan minat dan bakatnya, baik dalam bidang kurikuler
maupun ekstrakurikuler
c.
d.
Guru dan tenaga kependidikan mempunyai kualifikasi mutu yang baik, sehingga
system rekrutmen diseleksi dengan ketat dan diberikan wahana pembinaan dan
pengembangan intelektual serta fasilitas yang menunjang
e.
f.
g.
Proses
belajar
mengajar
yang
berkualitas
dan
hasilnya
dapat
i.
disekitarnya,
sehingga
mampu
memberikan
resonansi
kepada
lingkungan disekitarnya.
3.
a.
1)
Input
Daniel Goleman, dalam bukunya, menyebutkan bahwa kemampuan
mengenal diri dan lingkungannya adalah kemampuan untuk melihat secara
objektif atau analisis, dan kemampuan untuk merespon secara tepat, yang
membutuhkan
kecerdasan
dan
kecerdasan
Proses
Proses belajar-mengajar sekolah unggul ini setidaknya berkaitan dengan
kemampuan guru, fasilitas belajar, kurikulum, metode pembelajaran, program
ekstrakurikuler, dan jaringan kerjasama.
baru
bagi
siswanya,
membentuk
kompetensi
siswa,
serta
[6]
akan
membuat
siswa
dapat
mengembangkan
berbagai
terutama
instansi
yang
berhubungan
dengan
pendidikan
dan
Output
Sekolah unggul harus menghasilkan lulusan yang unggul. Keunggulan
lulusan tidak hanya ditentukan oleh nilai ujian yang tinggi. Indikasi lulusan yang
unggul ini baru dapat diketahui setelah yang bersangkutan memasuki dunia
kerja dan terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
4.
Peluang
Pada
kenyataannya,
sekolah
unggulan
ternyata
mendapat
dukungan
dari
[7]
Tantangan
Kualitas sebagian besar Kepala sekolah (terutama Madrasah Negeri) juga
merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi. Berdasarkan informasi, selama ini,
proses pengangkatan untuk menjadi kepala Madrasah Negeri masih didasarkan pada
senioritas dan urutan kepangkatan, bukan pada kemampuan manajemen dan potensinya
untuk memajukan sekolah.[8] Akibatnya, mungkin saja ada guru yang memiliki potensi untuk
mengembangkan sekolah secara kreatif akan dikalahkan oleh guru senior yang mungkin
kurang memiliki potensi hanya karena guru senior tadi pangkatnya lebih memenuhi syarat
daripada si anak muda yang potensial tersebut, dan faktor penentu dalam proses suatu
sekolah menjadi berprestasi, antara lain, adalah kepemimpinan sekolah yang efektif.
Disamping itu, kepemimpinan kepala sekolah yang efektif merupakan kunci,
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif akan menimbulkan faktor lainnya itu yang ujung
akhirnya adalah peningkatan prestasi madrasah yang dipimpinnya. Kepala Sekolah yang
efektif akan dapat memotivasi stafnya (guru dan non-guru) untuk berprestasi dan bekerja
dengan semangat tinggi. Ia juga akan dapat membina hubungan yang baik dengan orang
tua dan masyarakat sekitar demi kemajuan Madrasahnya.
semangat kerja tinggi staf Madrasah ini akan menghasilkan kualitas layanan pendidikan
yang lebih baik yang kemudian menghasilkan siswa yang berprestasi baik. Prestasi siswa
yang baik akan menimbulkan kepercayaan masyarakat akan kualitas pendidikan di
Madrasah tersebut. Masyarakat yang percaya akan kualitas Madrasah tersebut akan tidak
keberatan kalau mereka diminta membayar lebih banyak daripada kalau mereka
menyekolahkan
anaknya
ke
sekolah
lain
yang
kalah
kualitasnya.
B. Sekolah Model
1.
dan/atau
pemerintah
daerah
menyelenggarakan
sekurang-
satunya
meningkatkan
daya
pembangunan
saing
bangsa.
sekolah
Dalam
bertaraf
hal
ini,
internasional
untuk
pemerintah
perlu
antara
Pemerintah
dengan
Pemerintah
Kabupaten/Kota
yang
bersangkutan untuk mengembangkan SD, SMP, SMA, dan SMK yang bertaraf
internasional sebanyak 112 unit di seluruh Indonesia.
c. Penguatan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Pencitraan Publik. [12]
3. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (SBI)
a. Filosofi Eksistensialisme dan Esensialisme
Penyelenggaraan
SBI
didasari
kreatif,
inovatif,
dan
eksperimentif),
menum-buhkan
peserta
didik
harus
diberi
bahwa
perlakuan
dalam
secara
dan
[13]
proses
belajar
maksimal
untuk
dengan
kebutuhan,
baik
kebutuhan
individu,
keluarga,
maupun
kebutuhan berbagai sektor dan sub-sub sektornya, baik lokal, nasional, maupun
internasional. Terkait dengan tuntutan globalisasi, pendidikan harus menyiapkan
sumber daya manusia Indonesia yang mampu bersaing secara internasional.
Dalam
mengaktualkan
kedua
filosofi
tersebut,
empat
pilar
pendidikan,
yaitu: learning to know, learning to do, learning to live together, and learning to
be merupakan
patokan
berharga
bagi
penyelarasan
praktek-praktek
berkaitan
erat
dengan
tujuan
sekolah
atau
perguruan
tinggi,
yang
Obyek
Penjaminan
Kunci
Mutu
Kinerja
Kunci
Minimal Tambahan
Pendidikan
dalam SNP)
I
Akreditasi
Berakreditasi
dari
BAN- badan
Sekolah
Madrasah
dan pada
akreditasi
salah
satu
sekolah
lembaga
anggota
negara
yang
OECD
maju
mempunyai
Kurikulum
(Standar
Menerapkan
Isi) KTSP
Sekolah
system
telah
menerapkan
administrasi
dan
Standar
Kompe-tensi
Informasi
lulusan
(TIK)
dan
dimana
Komu-nikasi
setiap
dapat
siswa
meng-akses
transkipnya masing-masing.
Memenuhi
Muatan
pelajaramn
(isis)
Standar Isi
unggul
negara
negara
dari
salah
diantara
anggota
30
OECD
mendali
tingkat
sains,
Proses
Memenuhi
Pembelajaran
Standar Proses
pekerti
luhur,
kepribadian
unggul,
kepemimpinan,
jiwa
dengan
model-
unggul
negara
negara
dan/atau
dari
salah
diantara
anggota
negara
30
OECD
maju
lainnya.
Penerapan
pembelajaran
proses
berbasis
TIK
bahasa
Inggris,
kecuali
mapel
bahasa
Indonesia.
IV
Penilaian
Memenuhi
dengan
OECD
dan/atau
Pendidik
Memenuhi
Standar
didik
teknologi
mengajar
mampu
dengan
bahasa
guru
mampu
Inggris
Semua
memfasilitasi pem-belajaran
berbasis TIK
Minimal
20%
berpendidikan
guru
S2/S3
perguruan
dari
tinggi
program
yang
studinya
terakreditasi A
VI
Tenaga
Memenuhi
Kependidikan
Kepala
sekolah
minimal
S2
studinya
terakreditasi A
Kepala
sekolah
telah
yang
Pemerintah
diakui
oleh
Kepala
sekolah
berbahasa
mampu
Inggris
secara
aktif
Kepala sekolah memiliki visi
internasional,
mampu
membangun
jejaring
internasional,
memiliki
kepemimpinan
dan
Sarana
Memenuhi
Prasarana
Setiap
ruang
kelas
sarana
perpustakaan
TELAH
dilengkapi
dengan
sarana
digital
yang
memberikan
akses
sumber
ke
pembelajaran
media,
ruang
unjuk
Pengelolaan
Memenuhi
Standar
lolaan
Penge- 9001
versi
2000
atau
sekolah
multi
kultural
Sekolah
hubungan
telah
sister
dengan
menjalin
school
sekolah
bertaraf/berstandar
internasional diluar negeri
Sekolah terbebas dari rokok,
narkoba, kekerasan, kriminal,
pelecehan seksual, dan lain-
lain
Sekolah menerapkan prinsip
kesetaraan
semua
gender
aspek
dalam
pengelolaan
sekolah
IX
Pembiayaan
Memenuhi
Menerapkan
Standar
Pem- pembiayaan
biayaan
untuk
model
yang
efisien
mencapai
target
berbagai
indikator
kunci
tambahan
memiliki
kemampuan-kemampuan
bertaraf
nasional
plus
sebagai
berikut;
(1)
lulusan
SBI
dapat
(1)
pro-perubahan,
menumbuhkan
dan
yaitu
proses
mengembangkan
pembelajaran
daya
kreasi,
yang
inovasi,
mampu
nalar,
dan
centered;
reflective
learning,
active
learning;
pelajaran;
(4)
proses
pembelajaran
menggunakan
[19]
bahasa
Inggris,
c). Input
Ciri input SBI ialah (1) telah terakreditasi dari badan akreditasi, (2) standar
lulusan lebih tinggi daripada standar kelulusan nasional, (3) jumlah guru minimal
20% berpendidikan S2/S3 dari perguruan tinggi yang program studinya
terakreditasi A dan mampu berbahasa inggris aktif. Kepala sekolah minimal S2
dari perguruan tinggi yang program studinya terakreditasi A dan mampu
berbahasa inggris aktif. (4) siswa baru (intake) diseleksi secara ketat melalui
saringan rapor SD, ujian akhir sekolah, kesehatan fisik, dan tes wawancara.
Siswa baru SBI memeliki potensi kecerdasan unggul yang ditunjukkan oleh
kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual, dan berbakat luar biasa.
3.
Peluang
Sekolah model memiliki peluang besar dalam rekruitmen siswa, karena masyarakat
cenderung termaghnetik untuk melaju ke sekolah yang bermodel internasional. Seperti
halnya model SBI, Sekolah Bertaraf Internasional merupakan acuan masarakat yang
menjadikan generasi berkualitas,m dan sekolah bertaraf internasional merupakan patokan
masyarakat elit yang berinisiatif anak-anaknya menjadi berkualitas.
4.
Tantangan
Sekolah model ataupun tidak tentunya memiliki kekurangan dan tantangan serta
persaingan yang ketat antar instansi-instansi yang berdiri. Sekolah model tentunya memiliki
tantangan
yang
berkaitan
merekrut
siswa
pedesaan
SDM
yang
yang
belum
pengembangan
professional,
sehingga
mampu
secara
sekolah
dibidang
terstrukturalyang
harus
mengadakan
pengembangan SDM secara intensif. Output adalah hasil dari lulusan siswa harus mencetak
siswa yang benar-benar professional dan berkualitas serta kreatif, sehingga tidak
merendahkan repotasi almamater sekolah.
merupakan
lembaga
pendidikan
yang
memiliki beground yang berkualitas baik material ataupun kualitas KBM didalamnya,
sehingga sekolah unggulan ini sangat penting dalam menghasilkan output yang berkualitas
sesuai dengan harapan orang tua. olah tersebut menjadi bahan lirikan masyarakat sebagai
tempat proses belajar bagi anak-anaknya dengan harapan mampu bersaing serta
berkemampuan dibidang Intelektual, emosional dan spiritual.
Sebagai lembaga pendidikan yang memiliki baeground unggul dan model yang
berbasis pendidikan Islam berkewajiban untuk menciptakan suasana religious dilingkungan
belajar (sekolah). Penciptaan ini dimaksud dalam rangka mengimplementasikan nilai-nilai
bersikap (attitude Value), nilai-nilai penghayatan (experiental Value) dan menumbuhkan
semangat kesadaran beragama. Karena itu, untuk menciptakan suasana tersebut, perlu
dikembangkan model fungsional untuk menciptakan suasana religious yang didasari atas
pemahaman bahwa pendidikan agama adalah upaya manusia untuk mengajarkan masalah
masalah kehidupan akhirat, disamping aktivitas duniawi yang berpijak pada tatanan moraletis. Penciptaan ini bersumber pada nilai nilai normative dan doktrin agama yang telah
diyakini kemutlakannya
Disamping itu melalui model struktural, untuk menciptakan suasana religious
dengan pendekatan dengan disemangati oleh adanya kedisiplinan yang teratur dengan
melalui penanaman budaya yang melibatkan seluruh jajaran sekolah.
Dengan demikian lembaga pendidikan unggul dan model yang berbasis agama
secara langsung akan semakin terangkat dan memiliki kualitas lebih tinggi baik dari system
akademik maupun dihadapan masyarakat. Ditambah lagi proses pembelajarannya
menggunakan teknologi sebagai media bantu belajar mengajar bagi guru dan murid, dengan
menggunakan media teknologi siswa diharapkan mampu dan mudah dalam penyerapan
materi yang dipelajari.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan
dari
pembahasan
di
atas
bahwasanya
sekolah
pendidikan,
menunjang
serta
tercapainya
sarana
tujuan
penunjangnya
tersebut.
harus
Karakter
diarahkan
sekolah
untuk
unggulan,
memiliki beberapa
karakter sekolah diantaranya, karakter visi, esensisl dan karakter mutu yang
meliputi:out put, proses, dan input.
DAFTAR PUSTAKA
bers Mohrman, Susan. 1994. School Based Management: Organizing for High Performance, San
Francisco.
nonim, 2006. Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. WIPRESS
nonim, 2006. Rencana Startegis Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2005-2009. Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
hid Nur, 2009. Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia . Kediri: STAIN Kediri Press.
ifin, Imron, 1998. Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar
Berprestasi. Malang: IKIP-Malang.
aryana, Kir. 2007. Konsep Sekolah Bertaraf Internasional (artikel). Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Pertama.
urniawan, Asep, 2007. PembaharuanPendidikan Islam di Indonesia (kajian historis), Jurnal Tarbiyah,
Vol.XX No.20 Desember.
ubis, Halfian .Pertumbuhan SMA Islam Unggulan di Indonesia (Badan Litbang dan Diklat Departemen
Agama Republik Indonesia),
M. Arifin. 2006. Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
wacana Ilmu,)
Muhammad, 2009. Konsep Pengembangan Madrasah Unggul Jurnal Ilmiah Kreatif Vol. VI
no. 1 Januari
Sahlan , Asmaun 2010. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah Malang: UIN-MALIKI
Press
Sardiman. 2011. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Rajagrafindo
Persada.
Salim, Peter dan Salim , Yenny. 1991. Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer Jakarta:
Modern English Press.
Trimantara , Petrus 2007. Sekolah Unggulan: Antara Kenyataan dan Impian Jurnal
Pendidikan Penabur - No.08/Th.VI/Juni
(Sumber:
none.html)
Press.
http://erlynsyafiqoh.blogspot.co.id/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-
MADRASAH UNGGULAN
DAN MADRASAH MODEL
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Teknologi Pendidikan
Dosen Pengampu:
Dr. Asaril Muhajir, M.Ag.
Oleh:
Nur Azizah
F0 5411138
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2012
MADRASAH UNGGULAN
DAN MADRASAH MODEL
A. PENDAHULUAN
Pada masa sekarang banyak madrasah yang menamakan dirinya sebagai
lembaga pendidikan Islam unggulan. Namun tidak jelas kriteria dan standar yang
diberlakukan pada masing-masing madrasah. Untuk mengatasi problem ini,
maka sangat diperlukan standarisasi yang ditetapkan oleh pemerintah atau
institusi yang memiliki kewenangan untuk memberikan panilaian terhadap
performansi madrasah sebagai suatu lembaga pendidikan Islam. Hal ini sangat
urgen sekali untuk dibahas dalam tulisan ini, karena kualitas layak tidaknya
predikat unggulan bagi suatu madrasah akan mempengaruhi mutu dan kualitas
pendidikan Islam dibanding dengan pendidikan atau institusi pendidikan pada
umumnya. Mutu madrasah hendaknya dapat sejajar dan lebih unggul dari
pendidikan umum unggulan lainnya.
pada saat keadaan yang sama, langkah-langkah awal pemerintah untuk
mendukung adanya madrasah unggulan dan meningkatkan mutu dn kualitas
madrasah, pemerintah dibawah naungan Departemen Agama melahirkan
kebijakan-kebijakan dengan melahirkan madrasah model. Inspirasi adanya
madrasah model berawal adanya lulusan-lulusan madrasah dan kualitas
pendidikan di madrasah masih rendah dibandingkan dengan pendidikan umum
lainnya. Oleh sebab itu kebijakan tersebut terealisasi sehingga dari segi
manajemen, administrasi, personal dan lulusannya dapat mengembangkan
dirinya melalui bantuan fasilitas, beasiswa pendidikan lanjutan bagi guru-guru
dan lain-lain.
Madrasah yang mengatasnamakan dirinya sebagai sekolah unggulan dan
madrasah model harus diakui oleh pemerintah dan masyarakat, bukan oleh
madrasah/sekolah itu sendiri. Karena keunggulan berarti memiliki nilai yang lebih
dibanding dengan sekolah/madrasah yang lain dan tentunya nilai itu tidak hanya
dapat dilihat dari aspek fisik, melainkan juga aspek-aspek lain yang sangat
menentukan. Misalnya proses pembelajarannya ataupun output yang dihasilkan.
Begitupun juga sekolah yang mendapat predikat madrasah model dari
pemerintah harus mampu menunjukkan dirinya sebagai sekolah yang layak dan
pantas untuk dicontoh oleh sekolah atau madrasah lainnya.
Bila dicermati, dari kebijakan ini, bahwa harus ada implementasi baik
madrasah unggulan dan madrasah model untuk melibatkan teknologi
pendidikan, salah satunya teknologi pembelajaran. Sekolah dan guru sebagai
pelaku utama dalam penerapan madrasah unggulan dan madrasah model
dituntut inovatif dan kreatif untuk menggunakan perangkat teknologi, sehingga
mendukung kualitas pembelajaran.
B. PEMBAHASAN
1. Madrasah Unggulan
a. Pengertian Madrasah/Sekolah Unggulan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud
dengan unggul adalah lebih tinggi, pandai, kuat, dan sebagainya daripada yang
lain; terbaik; terutama. sedangkan Keunggulan artinya keadaan unggul;
kecakapan, kebaikan dan sebagainya yang lebih dari pada yang lain.[1]
Secara ontologis sekolah unggul dalam perspektif Departemen Pendidikan
Nasional adalah sekolah yang dikembangkan untuk mencapai keunggulan dalam
keluaran (output) pendidikannya. Untuk mencapai keunggulan tersebut maka
masukan (input), proses pendidikan, guru dan tenaga kependidikan, manajemen,
layanan pendidikan, serta sarana penunjangnya harus diarahkan untuk
menunjang tercapainya tujuan tersebut.[2]
Dengan demikian sekolah/madrasah unggulan dapat didefinisikan sekolah
yang dikembangkan dan dikelola sebaik-baiknya dengan mengarahkan semua
komponennya untuk mencapai hasil lulusan yang lebih baik dan cakap daripada
lulusan sekolah lainnya.
b. Latar Belakang Munculnya Madrasah Unggulan
Sejak diberlakukannya Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional yang menempatkan madrasah sebagai bagian dari
subsistem pendidikan nasional. Madrasah pun dituntut untuk melakukan inovasi
dan pembaharuan diri baik secara kelembagaan maupun dari sisi mutu outputnya.[3]
Mutu output yang diharapkan telah terkonsep dalam UUD 1945 pasal 31
ayat 3 yang menyebutkan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlaq mulia. Konsep ini memiliki tujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dimana menaruh harapan dan cita-cita bahwa
suatu lembaga pendidikan harus mampu membawa dan mengarahkan siswanya
untuk memiliki iman, taqwa dan akhlaq mulia. Sehingga mereka cerdas baik
secara intelektual, moral maupun spiritual. Madrasah sebagai lembaga
pendidikan memiliki tugas menyiapkan dan mengembangkan sumber daya
manusia berkualitas dibidang IMTAQ dan IPTEK yang perlu dibarengi dengan
terobosan dan inovasi yang up to date guna memfasilitasi lahirnya output yang
unggul.
Pada kenyataannya, madrasah/sekolah unggulan ternyata mendapat
dukungan dari masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di madrasahmadrasah yang unggul dengan tanpa menghiraukan berapapun biaya yang
dikeluarkan. Sehingga mendirikan madrasah yang baiK (unggul) menjadi lahan
bisnis yang menggiurkan disamping misi sosial tertentu yang diemban oleh
yayasan yang mendirikan madrasah-madrasah unggul.[4]
Sekolah unggul harus memiliki guru yang unggul juga. Artinya, guru
tersebut harus profesional dalam melaksanakan proses belajar-mengajar. Adapun
kompetensi guru yang memungkinkan untuk mengembangkan suatu lembaga
pendidikan yang unggul adalah: a)Kompetensi penguasaan mata pelajaran; b)
Kompetensi dalam pembelajaran; b) Kompetensi dalam pembimbingan; c)
Kompetensi komunikasi dengan peserta didik; dan d) Kompetensi dalam
mengevaluasi.[7]
Untuk mengembangkan kompetensi ini guru harus selalu rajin-rajin
membaca, belajar terus menerus, selalu up to date membaca fenomena sosial
yang terjadi dimasyarakat sehingga pembelajaran bersifat faktual dan
kontekstual. Pembelajaran dapat berjalan efektif sehingga mencapai tujuan yang
ingin dicapai.
Pembelajaran bisa dikatakan efektif, bila guru mampu memberikan
pengalaman baru bagi siswanya, membentuk kompetensi siswa, serta
melibatkan peserta didik dalam perencanaan pelaksanaan dan penilaian
pembelajaran. Siswa harus didorong untuk menafsirkan informasi yang disajikan
oleh guru sampai informasi tersebut dapat diterima oleh akal sehat. Misal salah
satunya dengan tanya jawab.[8]
Disamping itu guru harus ikhlas memberi pelayanan kepada siswa dalam
belajar, dalam artian siswa merasa nyaman berada dalam bimbingan guru
tersebut. Guru harus mampu menilai hasil balajar ranah kognitif, psikomotorik
dan afektif siswa dan dapat mengetahui siapa dan ranah apa saja yang belum
dikuasai oleh siswa, sehingga guru tepat memberi pencerahan kembali kepada
siswanya.
Nah dengan demi Guru yang profesional, dalam pembelajaran harus
menempuh empat tahap, yaitu: Pertama, Persiapan dalam arti yang luas adalah
segala usaha misalnya membaca, kursus, pelatihan, seminar, diskusi, lokakarya
yang dilakukan oleh guru dalam rangka mengembangkan profesionalitasnya.
Persiapan dalam perngertian yang sempit adalah kegiatan pembuatan program
kerja guru yang meliput penyusunan kegiatan pembelajaran selama satu tahun,
program semester, penyusunan silabus dan pembuatan rencara pelaksanaan
pembelajaran (RPP) sesuai dengan kurikulum. Kedua, Pelaksanaan, bahwa guru
harus fleksibel, artinya pelaksanaan program disesuaikan dengan kondisi dan
situasi peserta didik. Fokus pelaksanaan pembelajaran adalah pengalaman
peserta
didik,
baik
pengalaman
kognitif,
afektif,
maupun
psikomotorik. Ketiga, Penilaian perlu dilakukan terhadap kedua belah pihak, baik
guru maupun siswa. Penilaian harus dilakukan secara objektif dan
transparan. Keempat, Refleksi. Tindakan yang dilakukan dengan memikirkan
aktivitas pembelajarannya dan melaksanakan pembelajarannya berdasarkan
tujuan yang jelas atas dasar pertimbangan moral dan etika.[9]
Guru harus mampu tanggap terhadap aktivitas pembelajaran dengan
melakukan tindakan-tindakan yang dibutuhkan siswa sehingga tujuan
pembelajaran akan tercapai.
Proses pendidikan Islam tidak akan berhasil dengan baik tanpa peran
guru yang professional, terutama pada proses pembelajaran saat guru
menggunakan metode dan memberikan materi. Peranan guru sangat penting
tersebut bisa menjadi potensi besar dalam memajukan atau meningkatkan mutu
pendidikan. Guru yang benar-benar berlaku professional dan dapat mengelola
dengan baik, tentunya mereka akan makin semangat dalam menjalankan
tugasnya, bahkan rela melakukan inovasi-inovasi pembelajaran untuk
mewujudkan kesuksesan pembelajaran peserta didik. Namun jika mereka
terlantar akibat tindakan pimpinan mereka justru bisa menjadi penghambat
serius terhadap proses pendidikan. Sikap guru ini sangat tergantung pada
kualitas manajemen personalia.[10]
b) Fasilitas belajar.
Sekolah unggul harus dilengkapi dengan fasilitas yang mewadahi.
memiliki sarana dan prasarana yang mewadahi bagi siswa untuk menguasai ilmu
pengetahuan dan teknologi.
c) Kurikulum.
Sekolah unggul tidak harus menggunakan kurikulum yang rstandar
internasional. Kurikulun nasional dengan berbagai penyempurnaan sesuai
kebutuhan perkembangan siswa pun cukup baik. Terutama dari segi bahan,
misalnya bidang IPA dan PAI, masih terlalu menekankan bahan-bahan klasik yang
memang penting, tetapi kurang memasukkan bahan dan penemuan modern
yang lebih dekat dengan situasi teknologi saat ini. Misalnya mengkaitkan materimateri dari kedua mata pelajaran tersebut. Di samping itu, penguasaan bahasa
Arab, bahasa inggris dan bahasa Indonesia mutlak diperlukan. Sehingga siswa
dapat mengkomunikasikan gagasan dan pengetahuannya kepada orang lain
secara sistematis dengan menggunakan kedua bahasa tersebut. Perpaduan
kedua kurikulum itu akan sangat membantu dalam menghasilkan generasigenerasi masa depan yang lebih unggul.
d) Metode pembelajaran.
Sekolah yang unggul harus menggunakan metode pembelajaran yang
membuat siswa menjadi aktif dan kreatif yang disertai dengan kebebasan dalam
mengungkapkan pikirannya.
e) Program ekstrakurikuler
Sekolah unggul harus memiliki seperangkat kegiatan ekstrakurikuler yang
mampu menampung semua kemampuan, minat, dan bakat siswa. Keragaman
ekstrakurikuler akan membuat siswa dapat mengembangkan berbagai
kemampuannya di berbagai bidang secara optimal
g)
Jaringan kerjasama.
2. Madrasah Model
a. Pengertian Madrasah Model
Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah model diartikan adalah pola,
contoh, acuan atau macam dari sesuatu yang akan dibuat.[13]
Kemudian istilah ini dilekatkan dengan madrasah/sekolah sebagai salah
satu program lembaga pendidikan. Program madrasah model adalah sebuah
program yang ditujukan untuk menjadikan satu madrasah sebagai madrasah
yang baik dalam semua unsurnya, agar dapat digunakan sebagai percontohan
bagi madrasah-madrasah disekitarnya.[14]
Dengan program madrasah model pada satu madrasah yang ditunjuk oleh
pemerintah sebagai sekolah percontohan bagi madrasah sekitarnya, madrasah
tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas mutu lembaga pendidikan dan
mampu menjadi model yang yang patut dicontoh oleh sekolah lainnya sehingga
keberadaannya dapat memberi efek positif kepada sekolah-sekolah sekitarnya.
b. Latar Belakang munculnya Madrasah Model
Program madrasah Aliyah model dimulai pada 1993 melalui proyek JSEP
(Junior secondary education project) dan kemudian pada tahun 1998 diteruskan
dengan program BEP (Basic Education Project) untuk MI dan Mts. Pada tahun
2000 dikembangkan proyek DMAP (Development of Madrasah Aliyah Project)
untuk MA.[15]
Program ini diadakan dengan dasar pemikiran bahwa pada saat itu citra
madrasah sebagai lembaga pendidikan formal, madrasah masing dianggap
sebagai lembaga pendidikan kelas dua setelah sekolah umum. Kerena dalam
kenyataannya, memang banyak madrasah memiliki kelemahan dalam praktek
penyelenggaraan pendidikan madrasah, yaitu dalam hal manajemennya, bidang
profesionalitas gurunya, masalah kualitas lulusannya, dan dibidang sarana dan
prasarana. Dengan keaadaan tersebut, Departemen Agama sebagai Pembina
1) Kepala Madrasah
Kepala madrasah dituntut dapat menerjemahkan perananya
sebagaiprofessional leader dalam tindakan dan perilaku yang mendorong
dirinya, guru dan staf yang ada menuju visi keunggulan.
2) Guru
Guru juga harus siap untuk mengembangkan bahan-bahan pembelajaran,
pendekatan, alat-alat yang diperlukan untuk mendukung potensi siswa untuk
berkembang.
3) Kurikulum
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam menyelenggarakan
pembelajaran. Kurikulum memberikan konsep-konsep standar dari mata
pelajaran yang perlu diajarkan kepada siswa berdasarkan pertimbangan
akademik dan perkembangan psikologi siswa. Apa yang akan diajarkan kepada
siswa adalah apa yang sebenarnya diperlukan oleh siswa dan menstimulasi
siswa untuk mempelajari sendiri (rasa keingintahuan).
4) Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran lebih mendorong siswa dalam merasa
tertantang untuk belajar untuk mengembangkan keingintahuan individu siswa
2)
3)
4)
5)
test (fit and proper test), sistem kontrak 1 tahun; c) Tenaga lain minimal S1,
spesialisasi sesuai dengan bidang tugas, dan pengalaman mengelola minimal 3
tahun.
Sedangkan aspek kesiswaan, madrasah model harus memiliki kriteria
sebagi berikut: Pertama, Input yang berarti siswa sepuluh besar MTs (untuk
MA), sepuluh besar MI (untuk MTs), dan lulus tes akademik (bahasa Arab dan
Inggris). Kedua,Output yang berarti siswa menguasai berbagai disiplin ilmu,
mampu berbahasa Arab maupun bahasa Inggris, terampil menulis dan berbicara
(Indonesia) dengan baik, dan siap bersaing untuk memasuki jenjang lebih tinggi
yakni universitas atau institut bermutu di dalam negeri. Ketiga, aspek kultur
belajar yang a) Full day school; b)Student centered learning; c) Kurikulum
dikembangkan dengan melibatkan seluruh elemen madrasah termasuk siswa; d)
Bahasa pengantar Arab dan Inggris; e) SistemDroup Out; f) Pendekatan belajar
dengan fleksibelitas tinggi dengan mengikuti perkembangan metode-metode
pembelajaran
terbaru. Keempat, aspek
sarana
dan
prasarana
harus
memiliki perpustakaan
yang memadai, laboratorium (IPA,
Bahasa
dan
Matematika), laboratorium alam yang memadai, mushalla, lapangan dan fasilitas
olahraga lainnya.
C.
1. Keunggulan Komparatif
Keunggulan komparatif adalah keunggulan yang sudah disediakan,
dimiliki tanpa perlu adanya suatu upaya. Kekayaan alam yang dimiliki oleh suatu
wilayah adalah contoh nyata keunggulan komparatif. [22]
Dalam konteks lembaga pendidikan, keunggulan komparatif menekankan
pada keunggulan kaitannya dengan sumber daya yang disediakan, dimilki tanpa
perlu adanya suatu upaya. Misalkan suatu madrasah dibandingkan dengan
madrasah lainnya memiliki fasilitas belajar yang diperoleh dari bantuan dari
pemerintah, sedangkan sekolah disekitarnya belum menerima bantuan fasilitas
belajar. Nah sekolah ini memiliki keunggulan komparatif.
2.
Keunggulan Kompetitif
4)
5)
hidup, kecerdasan untuk menempatkan prilaku dan hidup manusia dalam kontek
makna yang luas dan lebih kaya. Kecerdasan spiritual yang ditanamkan melalui
pendidikan akan memberikan bekal kepada peserta didik sehingga mampu
menjawab keprihatinan dirinya tentang apa arti menjadi manusia, apa makna
dan tujuan puncak dari hidup manusia.[27]
Bila sekolah mampu mengorientasikan tiga kecerdasan tersebut berarti
sekolah/madrasah unggul telah mengakomodasi dan mengarahkan sisi
kemanusiaan peserta didik agar memiliki intelektualitas, spiritualitas, moralitas,
sosialitas, rasa, dan rasionalitas dalam kehidupannya. Sehingga output yang
dihasilkan akan mampu hidup serasi dan seimbang dengan lingkungan keluarga,
anggota masyarakat, alam, dan juga dengan Tuhan.
Begitu juga dengan madrasah model, semua komponen pendidikan di
madrasah harus mampu inovatif dan kreatif dalam mengemas dan memproses
penddikan Islam di madrasah. Semua komponen tersebut harus mendukung
untuk menghasilkan kualitas dan hasil output pendidikan madrasah yang
berkualitas dan mampu menjadi madrasah percontohan.. Sehingga madrasahmadrasah lain yang ada di daerah tersebut dapat belajar dan mencontoh pada
madrasah model yang ditunjuk Departemen Agama.
Menurut Fuad Fachruddin, pandangan tentang Madrasah Model akan
mewarnai wujud nyata tentang penyelenggaraan kegiatan pendidikan di
madrasah. Dalam mewujudkan Madrasah Model pertama-tama perlu dilakukan
perubahan cara pandang (paradigma) semua pihak yang terlibat secara
langsung seperti pimpinan madrasah dan guru-guru, maupun tidak langsung
seperti para pembina madrasah yang berada di bawah naungan Depag:
pengawas, kandep, kanwil dan pusat.[28]
Dengan demikian pemerintah akan mampu memfasilitasi madrasah
terhadap pengembangan pendidikan Islam, apa yang dimiliki dan apa yang
menjadi kebutuhan siswa dalam kerangka mengembangkan seluruh potensi
yang ada pada diri siswa baik itu potensi intelektual, emosional dan spiritualnya.
Dengan demikian madrasah dapat melahirkan sosok yang memiliki
intelektualitas tinggi yang siap berpotensi, responsif terhadap perkembangan
dan mempunyai pandangan ke depan dan sikap kritis, jati diri yang jelas, empati
ditopang dengan iman dan takwa dalam konteks madrasah model sebagai salah
satu lembaga pendidikan yang berciri khas Islam.
D.
KESIMPULAN
Madrasah unggulan ataupun madrasah model mampu mengubah citra
madrasah menjadi lebih baik dan bisa menunjukkan kualitasnya dikalangan
lembaga pendidikan pada umumnya. Program yang dicanangkan pemerintah ini
merupakan langkah positif untuk mensejajarkan kualitas madrasah dengan
sekolah umum, baik manajemennya maupun output yang dihasilkan, sehingga
memilki nilai lebih yang selalu dicari lulusannya dan didamba-dambakan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Ahid, Nur. Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia. Kediri: STAIN Kediri Press, 2009.
Fachruddin, Fuad dari Headlye Beare, dkk. Creating An Exellence School. London:
Routtledge, 1991.
Lubis, Halfian. Pertumbuhan SMA Islam Unggulan di Indonesia. Badan Litbang dan
Diklat Departemen Agama Republik Indonesia, 2002.
Maimun, Agus dan Agus Zaenul Fitri. Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif. Malang: UIN Maliki Press, 2010.
Sahlan, Asmaun. Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah. Malang: UIN- MALIKI Press,
2010.
Salim, Peter dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern
English Press, 1991.
Suryana,
Cahya.
Mutu
dan
keunggulan
dalam http://csuryana.wordpress.com. 29 April 2012.
Madrasah., Jakarta:
pendidikan,
dan
Impian, Jurnal
Dirjen
Kelembagaan
[1] Peter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern
English Press, 1991), 1685.
[2] Muhammad, Konsep Pengembangan Madrasah Unggul, Kreatif, Vol. 4, No. 1 (Januari
2009), 39.
[3] Ibid., 35.
[4] Agus Maimun dan Agus Zaenul Fitri, Madrasah Unggulan Lembaga Pendidikan
Alternatif di Era Kompetitif (Malang: UIN Maliki Press, 2010), 26.
[5] Petrus Trimantara, Sekolah Unggulan: Antara
Pendidikan Penabur, Vol. 6, No.08 (Juni 2007), 7.
Kenyataan
dan
Impian Jurnal
[6] Halfian Lubis, Pertumbuhan SMA Islam Unggulan di Indonesia (Badan Litbang dan
Diklat Departemen Agama Republik Indonesia), 79.
[7] Trimantara, Sekolah Unggulan:, 8.
[8] Asmaun Sahlan, Mewujudkan Budaya Religius di Sekolah (Malang: UIN-MALIKI Press,
2010), 45.
[9] Trimantara, Sekolah Unggulan:, 8.
[10] Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam (Surabaya: Erlangga, 2007), 129.
[11] Trimantara, Sekolah Unggulan:, 9.
[12] Ibid.
[13] Peter dan Yenny, Kamus Bahasa,, 989.
[14] Nur Ahid, Problematika Madrasah Aliyah di Indonesia (Kediri: STAIN Kediri Press,
2009), 80.
[15] Ibid., 80.
[16] Imran Siregar, Efektifitas Penyelanggaraan Madrasah Model: Studi tentang MAN 2
Model Padangsidempuan (Jakarta: Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan, tth.),
12.
[17] Alfiyah, Wawancara guru MTsN Model, Bangkalan, 30 April 2012.
[18] Fuad Fachruddin dari Headlye Beare, dkk., Creating An Exellence School. (London:
Routtledge, 1991), 154-157.
[19] Fuad
Fachruddin,
Madrasah
Model:
Indikator
Obyektif
Operasionalnya, Madrasah, Vol. 3, No. 3 (Jakarta: PPIM IAIN, 1998), 20.
dan
keunggulan
[23] Ibid., 2.
[24] Muhammad, Konsep Pengembangan Madrasah Unggul, 45.
[25] Muhammad, Konsep Pengembangan Madrasah, 46.
[26] Ibid., 41.
[27] Ibid., 42.
[28] Fuad Fachruddin, Madrasah Model:, 17-20.
(Sumber: http://isyfina.blogspot.co.id/2012/07/v-behaviorurldefaultvmlo.html)
pendidikan,
SEKOLAH EFEKTIF
MAKALAH
SEKOLAH EFEKTIF
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK) Manajemen Sekolah
Rombel 024
Dosen pengampu:
Dra. Lita Latiana, SH, M.H
Sony Zulfikasari, S.Pd
Oleh:
Dwi Ana Supriyanti
6101412005
Diyah Triani
7101412247
Erma Erviana
7101412265
Nur Afifah Nugraheni
7101412279
Siti Nurjanah
7101412318
PRAKATA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME, karena hanya dengan rahmat-Nyalah makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini disajikan sesederhana mungkin untuk memudahkan
pembaca dalam memahami isi makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada:
1. Dra. Lita Latiana, SH, M.H
2. Sony Zulfikasari, S.Pd
selaku dosen pengampu Mata Kuliah Dasar Kependidikan (MKDK) Manajemen Sekolah, sehingga
DAFTAR ISI
COVER i
PRAKATA ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1. Latar Belakang 1
2. Rumusan Masalah 1
3. Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
1. Sekolah sebagai Suatu Sistem 3
2. Pengertian Sekolah Efektif 5
3. Konsep Sekolah Efektif 6
4. Ciri-ciri dan Karakteristik Sekolah Efektif
5. Kepemimpinan Sekolah Efektif 12
BAB III PENUTUP 15
1. Kesimpulan 15
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sekolah sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar tidak berjalan begitu saja tanpa
adanya faktor-faktor lain yang mendukung. Sekolah merupakan suatu system dimana ada input,
proses, dan output. Ketiganya merupakan unsur yang tidak terpisahkan dan saling berhubungan satu
sama lain. Input sekolah misalnya ada siswa. Siswa mengikuti kegiatan belajar sebagai suatu proses.
Terpenting dalam suatu proses ialah kondisi belajar yang kondusif dilengkapi sarana dan prasarana
yang lengkap. Dengan suasana kondusif diharapkan siswa lebih konsentrasi ketika belajar. Output
C. Tujuan
Berdasarkan latar belakang di atas maka makalah ini dibuat dengan tujuan agar pembaca
mengetahui dan memahami :
1. Sekolah sebagai suatu system
2. Pengertian sekolah efektif
3. Konsep pada sekolah efektif
4. Ciri-ciri dan karakteristik sekolah efektif
5. Kepemimpinan sekolah efektif
BAB II
PEMBAHASAN
A. SEKOLAH SEBAGAI SUATU SISTEM
Sistem berasal dari bahasa Latin (systma) dan bahasa Yunani (sustma) adalah suatu kesatuan
yang terdiri atas komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran
informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan.
Sistem menurut para ahli
L. James Havery, Sistem adalah prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian
komponen yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi sebagai
suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
John Mc. Manama, Sistem adalah sebuah struktur konseptual yang tersusun dari fungsi-fungsi
yang saling berhubungan yang bekerja sebagai suatu kesatuan organik untuk mencapai suatu hasil
yang diinginkan secara efektif dan efesien.
C.W. Churchman, Sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk
melaksanakan seperangkat tujuan.
J.C. Hinggins, Sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang saling berhubungan.
Edgar F Huse dan James L. Bowdict, Sistem adalah suatu seri atau rangkaian bagian-bagian
yang saling berhubungan dan bergantung sedemikian rupa sehingga interaksi dan saling pengaruh
dari satu bagian akan mempengaruhi keseluruhan.
Sekolah sebagai suatu sistem, yaitu sekolah memiliki komponen inti yang terdiri dari input, proses,
dan output.
1. Input sekolah diantaranya :
- Sumber daya Manusia (man) yaitu siswa, guna dididik, dilatih, dibimbing dan dikembangkan
segala potensi yang dimiliki agar menjadi manusia seutuhnya. kepala sekolah, guru dan tenaga
kependidikan lain sebagai pendidik,pelatih dan pembimbing.
- Uang (money), merupakan komponen yang sangat penting guna memperlancar proses.
- Sarana dan prasarana sebagai penunjang proses pembelajaran di sekolah.
- metode-metode (methods) cara-cara / teknik dan strategi pembelajaran dalam mengatasi dan
mempermudah proses transfer ilmu dan pembelajaran dengan berbagai macam karaktristik dari
peserta didik.
2. Proses
Setelah adanya input kemudian unsur-unsur tersebut diproses dalam kegiatan belajar mengajar yang
meliputi :
- Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan pertisipatif yaitu keputusan dan
kesepakatan bersama antara kepala sekolah, guru, siswa, orang tua siswa/ wali murid dan orangorang yang berkepentingan terhadap pendidikan serta pemotivasian terhadap staf agar dalam
menjalankan tugas lebih antusias, menghasilkan karya yang dapat dibanggakan dan mengharumkan
nama sekolah.
- proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan, pengelolaan
kelembagaan, pengolahan program, pengkoordinasian kegiatan, memonitoring dan evaluasi yang
bertujuan menganalisis serta mengetahui apakah pelaksanaan proses berjalan sesuai planning dan
tujuan atau menyimpang, dan evaluasi sebagai mengambilan serta pertimbangan pengambilan
keputusan berdasarkan monitoring. (Komariah dan Triatna; 2004:5).
3. Output
Dalam sekolah sebagai suatu sistem, output sekolah berupa lulusan siswa. Siswa adalah fokus dari
Output sekolah, dengan catatan siswa harus memiliki kompetensi yang telah dipersyaratkan. Output
sekolah adalah lulusan yang bermanfaat bagi kehidupan, baik secara personal, maupun sosial,
individu dan juga kelompok, ditinjau dari sudut lulusan. Sedangkan pada pendididan dasar dan
menengah, siswa dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi jika ingin melanjutkan,
dan dapat bekerja/ mencari nafkah, baik dengan mempekerjakan diri kepada orang lain atau
mempekerjakan orang lain dengan membuka lapangan kerja baru berdasarkan kemampuan yang
dimiliki dan didapat dari pendidikan.
B.
1.
Manajemen sekolah merupakan proses pemanfaatan seluruh sumber daya sekolah yang dilakukan
melalui tindakan yang rasional, dan sistematik (mencakup perencanaan, pengorganisasian,
pengerahan tindakan, dan pengendalian) untuk mencapai tujuan sekolah secara efektifdan efisien.
Tindakan-tindakan manajemen tersebut bersumber pada kebijakan dan peraturan-peraturan yang
menjadi konsensus bersama dimanifestasikan dalam bentuk sikap, nilai, dan perilaku dari seluruh
yang terlibat di dalamnya dan terjadi dalam satu keutuhan kompleksitas sistem.
Apabila dilihat dalam perspektif ini, maka dimensi sekolah efektif meliputi:
1) Layanan Belajar bagi Siswa
2) Pengelolaan dan Layanan Siswa
3) Sarana dan Prasarana Sekolah
4) Program dan Pembiayaan
5) Partisipasi Masyarakat
6) Budaya Sekolah.
Ada kerja sama kemitraan antara sekolah, orang tua dan masyarakat Sekolah :
o Komunikasi secara positif dengan orang tua
o Memelihara jaminan dukungan orang tua
o Bekerja sama dengan orang tua dan masyarakat
o Berbagi tanggung jawab untuk menegakkan displin dan mempertahankan keberhasilan
o Menghadiri acara-acara penting di sekolah
Kemajuan siswa sering dimonitor Guru memberi siswa :
o Tugas yang tepat
o Umpan balik secara cepat (segera)
o Kemampuan berpartisipasi di kelas secara optimal
o Penilaian hasil belajar dari berbagai segi
Menekankan kepada keberhasilan siswa dalam mencapai keterampilan aktifitas yang esensial
Siswa :
o Melakukan hal yang terbaik untuk mencapai hasil balajar yang optimal, baik yang bersifat
akademis maupun nonakademis
o Memperoleh berbagai keterampilan yang esensial
Kepala sekolah:
o Menunjukkan komitmen dalam mendukung program keterampilan esensial
Guru :
o Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan keterampilan yang esensial
Komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan Guru :
o Membantu merumuskan dan melaksanakan tujuan pengembangan sekolah
o Menunjukkan profesionalisme dalam bekerja
4.
Kepemimpinan Visioner.
Kepemimpinan vsioner adalah kemampuan pemimpin dalam mencitakan, merumuskan,
mensosialisasikan dan mengimplemenaskan pemikiran-pemikiran ideal yang berasal dari dirinya atau
sebagai hasil ineraki sosial diantara oragnsasi dan stakeholders yang diyakini ebagai cita-cita
oraganisasi dimasa depan yang harus diarah atau diwujudkan melalui komitmen semua anggota.
Ciri-ciri pemimpin visioner ang bekualitas meurut John Adair, yaitu :
1. Memiliki integritas pribadi
2. Memiliki antusiasme terhadap perkembangan lembaga yang diembannya
3. Mengembangkan kehangatan, budaya dan iklim organisasi
4. Memiliki ketenangan dalam manajemen organisasi
5. Tegas dan adil dalam mengambil tindakan / kebijakan kelembagaan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan proses bagi
ketercapaian output pendidikan, yaitu: prestasi sekolah, terutama prestasi siswa yang ditandai
dengandimiliknya semua kemampuan berupa kompetensi yang dipersyaratkan di dalam belajar.
Efektivitas sekolah dapat tercermin dari profil sekolah yang memeiliki keteraturan dalam berbagai
aspek untuk mencapai tujuan (aspek-aspek tersebut antara lain: guru, siswa, dan tenaga
kependidikan lainnya). Orang yang harus bertanggungjawab atas manajemen sekolah adalah
seorang kepala sekolah yang memeiliki karakteristik kepimpinan.
DAFTAR PUSTAKA
(Sumber: http://nur-afifah-nugraheni.blogspot.co.id/2013/11/sekolah-efektif.html)
SEKOLAH EFEKTIF
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Salah satu masalah yang sangat serius dalam bidang pendidikan di tanah air kita
saat ini adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenis dan jenjang
pendidikan. Banyak pihak berpendapat bahwa rendahnya mutu pendidikan
merupakan salah satu faktor yang menghambat penyediaan sumber daya manusia
yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi tuntutan
pembangunan bangsa diberbagai bidang.
Menurut Karsidi (2001:1) yang dimaksud mutu dalam pendidikan adalah suatu
keberhasilan proses belajar mengajar yang menyenangkan dan memberikan
kenikmatan bagi orang tua dan siswa sebagai pengguna jasa layanan pendidikan.
Rendahnya mutu pendidikan terkait dengan kebijakan yang dipakai oleh
pemerintah dalam membangun pendidikan, yang selama ini lebih menekankan pada
pendekatan input dan output. Pemerintah berkeyakinan bahwa dengan
meningkatkan mutu input maka dengan sendirinya akan dapat meningkatkan mutu
output. Dengan keyakinan tersebut , kebijakan dan upaya yang ditempuh
pemerintah adalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan, pengadaan guru,
menatar para guru dan menyediakan dana operasional pendidikan secara lebih
memadai.
Kenyataan tersebut memberikan gambaran umum bahwa pendekatan inputoutput secara makro belum meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan.
Pendekatan input-output yang bersifat makro tersebut kurang memperhatikan aspek
yang bersifat mikro yaitu proses yang terjadi di sekolah. Dengan kata lain, dalam
membangun pendidikan, selain memakai pendekatan makro juga memperhatikan
pendekatan mikro yaitu dengan memberikan fokus secara luas pada institusi sekolah
yang berkenaan dengan memberikan fokus secara luas pada institusi sekolah yang
berkenaan dengan kondisi keseluruhan sekolah seperti budaya sekolah dan individuindividu yang terlibat di sekolah baik guru, siswa dan kepala sekolah serta
peranannya masing-masing dan hubungan yang terjadi satu sama lain.
Sekolah efektif dapat dibentuk melalui manajemen dengan kepemimpinan
visioner karena kepemimpinan ini berfokus pada masa depan. Hal tersebut
merupakan suatu kondisi yang penting untuk terbentuknya iklim sekolah yang
kondusif sehingga terwujud budaya sekolah yang mampu menghadapi berbagai
tantangan.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
2.
3.
4.
5.
1.3
1.
2.
3.
4.
5.
TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sekolah Sebagai Suatu Sistem
Sebagai sebuah sistem,sekolah memiliki komponen inti yang terdiri
dariinput,proses, dan output.Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu
sama lain karena merupakan merupakan satu kesatuan yang utuh yang saling terkait
, terikat , mempengaruhi , membutuhkan ,dan menentukan.Perubahan satu
komponen akan berpengaruh terhadap komponen-komponen lainnya.Input sekolah
adalah segala masukan yang dibutuhkan sekolah untuk terjadinya pemrosesan guna
mendapatkan output yang diharapkan.Input sekolah antara lain manusia(man),
uang(money), material/bahan-bahan(materials), metode-metode(methods), dan
mesin-mesin(mechine).
Manusia yang dibutuhkan sebagai masukan bagi proses pendidikan adalah siswa
sebagai bahan utama atau bahan mentah(raw input).Untuk menghasilkan manusia
yang seutuhnya diperlukan input manusia yang memiliki potensi untuk dididik,
dilatih, dibimbing, dan dikembangkan menjadi manusia seutuhnya.Stakeholder atau
orang-orang yang berkepentingan dengan sekolah seperti orng tua/wali, orang dunia
usaha, masyarakat, dan pemerintah memiliki hak dan kewajiban menciptakan
system sekolah yang efektif.Input dapat dikategorikan menjadi dua yaituinput
sumber daya yang meliputi sumber daya manusia yang terdiri dari kepala
sekolah,guru, dan tenaga kependidikan serta sumber daya lainnya yang meliputi
uang, peralatan, perlengkapan, bahan, bangunan, dan lain sebagainya.
Sedangkan input manajemen atau kepemimipinan adalah input potensial bagi
pembentukan system yang efektif dan efisien.Uang(money) merupakan masukan
yang melancarkan pemrosesanraw input.Walaupun bukan yang paling essensial,
tetapi jika tidak ada uang maka perwujudan manusia seutuhnya diragukan karena
terkait dengan proses yang terganggu dikarenakan ditiadakannya banyak
kegiatan.Kedudukan uang dalam input pendidikan sangat penting untuk membiayai
semua progam yang telah ditetapkan.keuangan sekolah berasal dari pemerintah,
masyarakat, dan orang tua./wali.Bahan-bahan (materials) adalah bahan fisik yang
diperlukan untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran di sekolah guna
membentuk siswa seutuhnya. Bahan-bahan atau barang tersebut adalah berupa
sarana dan prasarana, alat-alat pendidikan atau media, dan sumber
pendidikan.Metode(methods) yaitu metode pembelajaran atau cara-cara teknik, dan
strategi
yang
dikembangkan
sekolah
dalam
melaksanakan
proses
pendidikan.Sedangkan mesin-mesin(machine) adalah seperangkat yang mendukung
terjadinya proses pembelajaran, seperti computer, radio, televise, atau media-media
yang menggunakakn teknologi.Alat-alat ini digunakan sekolah baik sebagai daya
dukung maupun sebagai objek untuk dipelajari.
Proses berlangsungnya sekolanh pada intinya adalah berlangsungnya
pembelajaran, yaitu terjadinya interaksi antara siswa dengan guru yang didukung
oleh perangkat lain sebagai bagian dai proses pembelajaran.Daya dukung tersebut
adalah satu kesatuan aksi yang menciptakan sinergi proses belajar mengajar yaitu:
a. Proses
kepemimpinan
yang
menghasilkan
keputusan-keputusan
kelembagaan,pemotivasian staf, dan penyebaran inovasi.
b. Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan, pengelolaan
kelembagaan, pengelolaan program, pengkoordinasian kegiatan, memonitoring, dan
evaluasi.
Proses kepemimpinan yaitu menghasilkan keputusan kelembagaan yang terjadi
sebagai keputusan partisipasif atau keputusan bersama antara kepala sekolah, guru,
siswa, orang tua siswa/wali murid, para ahli, dan orang-orang yang berkepentingan
terhadap pendidikan(stakeholders).Kepala sekolah sebagai agent of change yang
mampu memoivasi para stafnya agar terus bekerja dengan semangat dan
menghasilkan karya yang berguna dan bermutu.Langkah lain yang penting dalam
proses penyelenggaraan sekolah adalah memonitoring dan evaluasi sebagai langkah
untuk memperoleh kejelasan tentang output yang akan dicapai.Monitoring
dilakukan sebagai upaya sekolah untuk mengetahui pelaksanaan proses,yang dapat
dijadikan bahan evaluasi atau penilaian terhadap aspek-aspek yang terjadi dalam
pelaksanaan program.Hasil evaluasi akan digunakan sebagai masukan bagi
pengambilan keputusan sekolah.
Tabel 1
Ciri-ciri Sekolah Efektif
Ciri-ciri
Tujuan sekolah dinyatakan secara jelas dan
spesifik.
Indikator
Tujuan sekolah :
Dinyatakan secara jelas.
Digunakan untuk mengambil keputusan.
Dipahami oleh guru, staf dan siswa.
Kepala sekolah :
Bisa dihubungi dengan mudah.
Bersikap responsif kepada guru dan siswa.
Responsif kepada orang tua dan masyarakat.
Melaksanakan kepemimpinan yang berfokus
kepada pembelajaran.
Menjaga agar rasio antara guru/siswa sesuai
dengan rasio ideal.
Guru dan staf :
Yakin bahwa semua siswa bisa belajar dan
berprestasi.
Menekankan pada hasil akademis.
Memandang guru sebagai penentu terpenting
bagi keberhasilan siswa.
Sekolah :
Komunikasi secara positif dengan orang tua.
Memelihara jaringan serta dukungan orang tua
dan masyarakat.
Berbagi tanggung jawab untuk menegakkan
disiplin dan mempertahankan keberhasilan.
Menghadiri acara-acara penting di sekolah.
Sekolah :
Rapi, bersih dan aman secara fisik.
Dipelihara secara baik.
Memberi penghargaan kepada yang
berprestasi.
Memberi penguatan terhadap perilaku positif
siswa.
Siswa :
Menaati peraturan sekolah dan aturan
pemerintah daerah.
Menjalankan tugas atau kewajiban tepat
waktu.
Guru member siswa :
Tugas yang tepat.
Umpan balik secara cepat/segera.
Kemampuan berpartisipasi di kelas
secaraoptimal.
Penilaian hasil belajar dari berbagai segi.
Siswa :
Melakukan hal terbaik untuk mencapai hasil
belajar yang optimal, baik yang bersifat
akademis maupun non akademis.
Memperoleh keterampilan yang esensial.
Kepala sekolah
Menunjukkan komitmen dan mendukung
program keterampilan esensial.
Guru :
Menerima bahan yang memadai untuk
mengajarkan keterampilan yang esensial.
Guru :
Membantu merumuskan dan melaksanakan
tujuan pengembangan sekolah.
Staf :
Diadopsi dari Tola & Furqon (2002:19 dalam Komariah & Triatna, 2004:39)
Pam Sammors (Morely and Rasool, 1999 :13 dalam Komariah & Triatna,
2004 :39) menetapkan aspek sekolah efektif sekaligus dengan indikatornya seperti
dalam tabel berikut :
Tabel 2
Karakteristik Sekolah Efektif Pam Sammors
Aspek
Professional leadership
A learning environment
Learning
Purposeful teaching
Positive reinforcement
Monitoring progress
Pupil right and responsibility
Home/school partnership
A learning organization
Diadopsi dari Morely & Rassool (1999:21)
Indikator
Firm and purposeful
A participate approach
The leading professional
Unity of purpose
Consistency of practice
Collegiality and collaboration
An ordery atmosphere
An attractive working environment
Maximation of learning time
Academic emphasis
Focus on achievement
High expectation all round
Communication expectations
Providing intellectual challenge
Clear and fair discipline
Feedback
Monitoring pupil performance
Evaluating school performance
Raising pupil self esteem
Position of responsibility
Control of work
Parental involvement in their childerns
learning
School based staff development
a)
b)
c)
d)
(Sumber: http://deltacoursesemarang.blogspot.co.id/2011/11/sekolahefektif.html)
Jun 2, 2014
***
Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.
Pendidikan adalah senjata yang terkuat yang dapat Anda gunakan untuk
mengubah dunia.
(Nelson Mandela).
Education, therefore, is a process of living and not a preparation for future living.
Pendidikan, oleh karena itu, adalah sebuah proses kehidupan dan bukan satu
persiapan kehidupan di masa depan.
(John Dewey).
***
Pada saat melaksanakan tugas monev tentng standar pelayanan minimal (SPM)
pendidikan dasar pada tanggal 30 Mei 2014, saya merasakan tentang pentingnya
perhatian kita terhadap pilar-pilar sekolah efektif di negeri ini. Untuk
meningkatkan perhatian terhadap pilar-pilar sekolah efektif tersebut, saya telah
mencoba menulis buku tentang Pilar-Pilar Sekolah Efektif. Kebetulan ada seorang
teman yang begitu baik hati menawarkan untuk mengedit dan memdesainnya
menjadi dami.
Awalnya buku itu akan diberi judul Faktor-Faktor Determinan Sekolah Efektif.
Memang itulah isinya. Tetapi judul itu masih panjang sedikit. Maka akhirnya judul
itu diubah menjadi Pilar-Pilar Sekolah Efektif. Mudah-mudahan ada pihak yang
mau bekerja sama untuk menerbitkannya, agar sekolah-sekolah di negeri ini
menyadari tentang pentingnya komponen-komponen penting yang besar
pengaruhnya terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Misalnya,
apakah faktor kepala sekolahnya yang perlu mendapatkan perhatian, atau
hubungan antara sekolah dengan orang tua, dan faktor-faktor determinan lainnya.
Tulisan ini merupakan inti sari buku tersebut, yang menjelaskan tentang faktorfaktor determinan yang mempengaruhi efektivitas suatu sekolah. Kelika kita
terjun langsung ke sekolah-sekolah, kita akan dapat merasakan dengan mata hati
tentang denyut nadi sekolah yang bersangkutan, apakah sekolah tersebut memiliki
faktor-faktor yang menjadi pemantik untuk dapat berhasil atau sebaliknya.
Kurikulum dan Fasilitas Sekolah Sebagai Faktor Determinan
Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki sistem pengelolaan yang baik,
transparan dan akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap komponen
penting sekolah, baik secara internal maupun eksternal, dalam rangka pencapaian
visi-misi-tujuan sekolah secara efektif dan efesien (bahan pelatihan AIBEP).
Dalam kalimat yang berbeda, ada rumusan yang menyatakan sebagai berikut:
An effective school is a school in which students achieve high standards that they
can use in their future education or the workplace, a school where students feel
safe and happy. It promotes those values that will help pupils to become good and
responsible citizens, enable them to become involved in their community and
become good family members. We all write these sorts of things in our school
mission statements and school documents, but we are all too often distracted from
them in day-to-day planning (http://www.teachingexpertise.com).
Khusus untuk sekolah dasar (primary school), secara khusus UNESCO telah
mendefinisikan dan sekaligus menyebutkan karakteristik sekolah efektif di sekolah
dasar sebagai berikut:
School effectiveness research shows that successful primary schools are typically
characterized by strong leadership, an orderly school and classroom environment
and teachers who focus on the basics of the curriculum, hold high expectations of
their students potential and performance and provide them with frequent
assessment and feedback (diberi garis bawah dan ditebalkan oleh penulis, EFA
Global Monitoring Report 2005, hal. 228).
Berdasarkan definisi tersebut karakteristik tipikal minimal sekolah efektif adalah:
(1) kepemimpinan yang kuat, lingkungan ruang kelas dan sekolah yang teratur, (3)
para pendidik yang memfokuskan pada hal-hal yang mendasar dalam kurikulum,
dan (4) mempunyai harapan yang tinggi terhadap unjuk kerja dan potensial para
siswanya, serta (5) menyediakan mereka penilaian dan umpan balik (feed back)
bagi pendidik secara teratur.
Sayang sekali, konsep sekolah efektif tersebut tidak berjalan lama di negeri ini,
dan sampai sampai ini konsep tersebut kurang mendapatkan perhatian lagi. Habis
proyeknya, selesailah sudah program dan kegiatannya.
Pilar-Pilar Sekolah Efektif
Jika pada awalnya efektivitas sekolah dilihat dari segi kelengkapan sarana dan
prasarananya, maka dewasa ini efektivitas sekolah lebih banyak ditentukan oleh
United States Congress. Hasil kajian Colemen tersebut ternyata telah memicu para
ahli pendidikan untuk melakukan penelitian tentang sekolah efektif secara lebih
intensif.
Akhirnya, pada tahun 1982, Prof. Ron Edmonds telah menerbitkan paper bertajuk
Programs of School Improvement: An Overvew, yang mencoba untuk mencari
faktor-faktor yang disebut sebagai the Correlates of Effective School, yaitu faktorfaktor yang diidentifikasi sebagai faktor penentu sekolah efektif. Hasil kajiannya,
Edmonds menyebutkan lima faktor penentu sekolah efektif, yaitu:
1. The leadership of the principal notable for substantial attention the quality of
instruction. Kepemimpinan kepala sekolah yang kuat memberikan perhatian
secara substansial terhadap kualitas pembelajaran. Bagaimanapun juga peran
kepemimpinan kepala sekolah sangat menentukan proses pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Namun, kepala sekolah tidak akan dapat
melaksanakan tugasnya dengan baik jika tidak didukung oleh semua guru dan staf
tata usaha sekolahnya.
2. A pervasive and broadly understood instructional focus. Fokus kepada
pembelajaran dapat difahami secara mendalam oleh para guru dan semua peserta
didik. Fokus kepada pembelajaran memang menjadi faktor penentu, tetapi lebih
dari itu, sekolah juga memiliki visi dan misi, yang juga harus difahami oleh semua
warga sekolah.
3. An orderly, safe climate conducive to teaching and learning. Iklim belajar yang
aman dan teratur untuk proses belajar mengajar. Suasana belajar yang kondusif
harus diciptakan, bukan dengan tangan besi, melainkan dengan menumbuhkan
kesadaran. Disiplin sering diartikan sebagai kepatuhan kepada aturan. Tetapi
dalam pelaksanaannya disiplin itu diartikan sebagai disiplin yang mati, bukan
disiplin yang tumbuh dari kesadaran diri yang tinggi.
4. Teacher behaviors that convey the expectation that all students are expected to
obtain at least minimum mastery. Sikap dan perilaku para guru memberikan
harapan yang tinggi kepada semua siswa agar paling tidak dapat memperoleh
penguasaan minimum. Sikap dan perilaku guru memang merupakan kurikulum
tersembunyi (hidden curriculum) yang justru mempunyai pengaruh yang sangat
besar untuk menumbuhkan harapan peserta didiknya agar berhasil.
5. The use of measures of pupil achievement as the basis for program evaluation.
Menggunakan alat ukur hasil belajar peserta didik sebagai basis untuk penilaian
program. Sering hasil belajar dipandang sebagai semacam hukuman bagi siswa,
padahal seharusnya hasil belajar tersebut justru harus menjadi bahan masukan
(feed back) bagi perbaikan program pembelajaran.
Pada tahun 1995, Gary D. Borich, sebagai contoh, menggunakan istilah sekolah
efektif dalam bukunya bertajuk Beginning A Teacher, An Inquiring Dialog for
Beginning Teacher. Dalam kata pengantarnya, Gary D. Borich mengungkapkan
bahwa by effective I mean how teacher like yourself have helped their students to
learn, managed their classroom better, and felt good about themselves (1995: ix).
Ungkapan Borich ini tampak amat sederhana. Dalam ungkapan tersebut, yang
dimaksud efektif adalah bagaimana guru membantu para siswa untuk belajar,
mengelola ruang kelasnya dengan lebih baik, dan merasakan senang dengan
pekerjaannya sendiri. Bagaimana mungkin dapat dikatakan efektif jika guru di
sekolah itu sebenarnya tidak menyenangi pekerjaannya sebagai guru? Tentu saja,
guru-guru di sekolah efektif adalah guru-guru yang menyenangi tugas
profesionlnya sebagai pendidik.
Buku yang telah menuangkan dialog antara wartawan dengan para guru di suatu
sekolah, dijelaskan tentang beberapa karakteristik kunci sekolah effektif:
democratic, supportive, understanding, dan humanistic (1995:3). Di samping itu
karakteristik lain yang tidak kalah pentingnya adalah well organized, goal-based,
result-orieted climate (1995: 3). Dengan beberapa karakteristik tersebut, Borich
mencoba untuk menggambarkan bagaimana sekolah efektif.
Konsep Sekolah Efektif menurut CCES (California Center of Effective School)
Menurut California Center for Effective School (CCES), ketujuh pilar sekolah
efektif tersebut, masing-masing terdiri atas empat indikator. Dalam bentuk tabel,
tujuh faktor determinan sekolah efektif dan masing-masing empat indikatornya
menurut CCES dapat dijelaskan sebagai berikut.
Tabel 1: Tujuh Faktor determinan dan Indikator Sekolah Efektif Menurut CCES
I A clear and focused mission
1 Kepala sekolah, pendidik, dan pegawai tata usaha mengetahui dan memahami
misi utama sekolah mereka.
2 Pembelajaran peserta didik adalah kriteria terpenting yang digunakan dalam
membuat keputusan.
3 Standar tingkat negara bagian (state) sejalan dan searah dengan kurikulum lokal
yang digunakan.
4 Program instrusional sekolah memfokuskan pada upaya pencapaian indikator
keberhasilan belajar peserta didik, dengan level keberhasilan tertentu, baik
akademis maupun nonakademis. Indikator-indokator keberhasilan tersebut telah
diidentifikasi dan disetujui oleh kepala sekolah, guru, dan pegawai tata usaha,
serta semua pihak yang terkait.
II High expectations for success
1 Para guru percaya dan mengharapkan bahwa semua siswa dapat mencapai hasil
belajar. Untuk itu, para guru dapat mengkomunikasikan hal ini kepada peserta
didiknya.
2 Perhatian diberikan secara adil kepada semua peserta didik, baik yang rendah
maupun yang tinggi hasil belajarnya.
3 Peserta didik memahami apa yang diharapkan, dan para guru menyediakan
kesempatan-kesempatan untuk peserta didik untuk memperoleh pengalaman
dalam mencapai keberhasilan mereka.
4 Para guru menyediakan kesempatan-kesempatan kepada peserta didik agar
meraka dapat bertanggung jawab dan juga dalam kepemimpinan.
III Instructional leadership
1 Kepala sekolah, dengan semua jajarannya, memberikan penekanan bahwa tujuan
utama sekolah adalah pembelajaran.
2 Kepala sekolah dan para guru aktif dan terlibat dengan semua kegiatan dalam
sekolah. Mereka menjadi sumber, memberikan penegasan, dukungan, dan
berdedikasi untuk mencapai misi sekolah.
3 Kepala sekolah dan para guru menyampaikan harapan-harapan tinggi untuk
peningkatan kinerja peserta didik dan pegawai tata usaha.
4 Kepala sekolah dan para guru berkolaborasi untuk meningkatkan program
isntruksional dan memonitor kemajuan hasil belajar siswa.
IV Frequent monitoring of student progress
1 Data hasil belajar peserta didik mendorong perubahan-perubahan dalam
program pembelajaran dan prosedur-prosedur sekolah.
2 Data hasil tes, distribusi nilai, dan pola-pola penerimaan siswa baru dianalisis
berdasarkan ras, gender, etnis, dan status sosial-ekonomi untuk mengetahui
ketidakmerataan dan untuk meyakinkan bahwa semua siswa belajar.
3 Ringkasan tentang prestasi belajar diketahui bersama oleh semua staf dan
dilaporkan kepada masyarakat. Skor pada tingkat kabupaten dan sekolah
dianalisis oleh semua staf untuk membuat inferensi tentang keberhasilan program
dan target baru tentang upaya peningkatan sekolah.
4 Tes berpatokan norma dan/atau penilaian autentik dirancang dan/atau
digunakan oleh para guru untuk menilai tingkat penguasaan siswa untuk kelas
atau tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran.
V Opportunity to learn and student time on task
(Sumber: http://suparlan.com/1562/2014/06/02/pilar-pilar-sekolah-efektif/)
SEKOLAH EFEKTIF
BAB I
PENDAHULUAN
A. KONSEP TEORITIS
Sekolah sebagai institusi tidaklah berdiri sendiri. Sekolah berkaitan erat dengan nilai,
budaya, dan kebiasaan yang hadir di masyarakat. Sekolah merupakan ujung tombak dari
proses modernisasi ( agent of change ) yang diupayakan melalui kebijakan sekolah.
Komponen dalam sekolah meliputi guru, siswa ,dan staf administrasi yang masing masing
mempunyai tugas tertentu dalam melancarkan program. Sebagai institusi pendidikan formal
sekolah dituntut menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan akademis tertentu,
ketrampilan, sikap, dan mental, serta kepribadian lainnya sehingga mereka dapat
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau bekerja pada lapangan pekerjaan
yang membutuhkan ketrampilan dan keahliannya. Keberhasilan sekolah merupakan ukuran
yang bersifat mikro atau khusus yang didasarkan pada tujuan pendidikan nasional serta
sejauh mana tujuan tersebut dapat dicapai tujuan dan sasaran pendidikan yang telah
ditetapkan. Dengan kata lain sekolah disebut efektif juga sekolah tersebut dapat mencapai
apa yang telah direncanakan. Pengertian umum sekolah efektif juga berkaitan dengan
perumusan apa yang kami kerjakan dengan apa yang harus dicapai sehingga suatu sekolah
akan disebut efektif jika terdapat hubungan yang kuat antara apa yang telah dirumuskan
dengan hasil yang telah dicapai. Oleh sekolah sebelumnya sekolah dikatakan sudah efektif
bila hubungan tersebut rendah (Getzel 69).
Sekolah sebagai suatu sistem seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin
kepastiannya. Output dari aktivitas sekolah adalah segala sesuatu yang kita pelajari di
sekolah. Output sekolah berfokus pada siswa ,tetapi siswa yang memiliki kompetensi yang
dipersyaratkan. Jika ditinjau dari sudut lulusan, output sekolah adalah lulusan yang berguna
bagi kehidupan.
B. KENYATAAN DI LAPANGAN
Globalisasi memberikan warna tersendiri bagi arah pencapaian tujuan pendidikan. Di era
global seperti sekarang ini kemajuan sekolah merupakan penerapan dari pengelolaan
mutu , responsif terhadap tantangan dan antisipasi terhadap perubahan perubahan yang
diakibatkan oleh tatanan internal sehingga menimbulkan gejolak dan ketidakpastian yang
dapat mengancam runtuhnya berbagai tatanan yang diciptakan sedemikian rupa.
Adanya arus globalisasi sangat berpengaruh terhadap pengembangan sekolah- sekolah
yang hanya memelihara keadaan stabil tanpa ingin merespon berbagai gejolak dan
pengaruh eksternal seperti perkembangan iptek. Pada akhirnya akan berhadapan dengan
keadaan yang tidak menguntungkan. Mulai dari lulusnya yang dianggap tidak relevan,
dengan dunia kerja. Berkurangnya kepercayaan masyarakat dan pada akhirnya sekolah
yang berkualitas yang mampu eksis dalam persaingan global. Mutu sudah menjadi
keharusan dan menjadi konsep yang paling penting untuk menjawab tantangan global. Hal
ini mendorong berbagai kalangan untuk mengembangkan straegi perubahan dan antisipasi
sehingga mampu menyesuaikan diri dengan pimpinan di era global ini. Sebagai upaya
meningkatkan mutu pendidikan, lembaga pendidikan harus melakukan berbagai langkah
penataan kembali baik internal dan eksteernal agar nantinya mampu menyesuaikan diri
dengan tuntutan baru dengan tetap memgang teguh nilai- nilai jati diri bangsa yang
terpelihara.
C. PERMASALAHAN
1. Pengertian Sekolah Efektif
Efektivitas menunjukan ketercapaian sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas
organisasi merupakan kemampuan organisasi untuk merealisasikan berbagai tujuan dan
kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan mampu bertahan hidup. Efektivitas
sekolah menunjukan kesesuaian antara hasil yang dicapai dengan target yang telah
ditetapkan.
Efektivitas sekolah bukan hanya sekedar pencapaian sasaran atau terpenuhinya berbagai
kebutuhan untuk mencapai sasaran, tetapi erat kaitannya antara komponen- komponen
sistem dengan mutu- mutu atau kualitas adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari
lulusan yang menunjukan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan.
Misalnya nilai ujian akhir, prestasi olahraga, prestasi karya ilmiah , dan prestasi karya seni.
Kualitas lulusan dipengaruhi oleh tahapan- tahapan kegiatan sekolah yang saling
berhubungan meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Sekolah efektif merujuk pada adanya total quality manajemen (TQM) dimana TQM
merupakan suatu pendekatan dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk
memaksimalkan daya organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk jasa,
manusia dan proses lingkungannya ( Tjiptono dan Diana, 2001:4). Atau dengan kata lain
TQM adalah suatu pendekatan manajemen yang memusatkan perhatian pada peningkatan
mutu mulai komponen terkait. Dengan demikian sekolah efektif adalah sekolah yang
menunjukan tingkat kesesuaian antara hasil yang dicapai ( archivement atau observed
output ) dan sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan proses bagi
ketercapaian output pendidikan yaitu prestasi sekolah, terutama prestasi siwa yang ditandai
dengan dimilikinya semua kemampuan berupa kompetensi yang menjadi syarat dalam
belajar.
2. Ciri ciri dan karakteristik sekolah efektif
Efektivitas sekolah menunjukan adanya proses perekayasaan berbagai sumber dan metode
yang diarahkan pada terjadinya pembelajaran di sekolah yang optimal. Efektivitas sekolah
merujuk pada pemberdayaan semua komponen sekolah berbagai organisasi tempat belajar
berdasarkan tugas pokok dan fungsinya masing- masing struktur program dengan tujuan
agar siswa belajar dan mencapai hasil yang ditetapkan yaitu kompetensi. Tidak semua
sekolah yang memiliki kelengkapan semua komponen sistem dikatakan efektif. Hal ini
sangat tergantung pada tingkat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan pada masingmasing komponen, terutama tercapainya output sekolah yaitu menghasilkan lulusan yang
bermutu. Penekanan keefektivan sekolah adalah pada proses belajar yang berlangsung
pada proses belajar yang berlangsung secara aktif atau ada keterlibatan berbagai pihak
terutama siswa dan guru sebagai subjek belajar.
Ciri- ciri sekolah efektif ditentukan oleh adanya aspek aspek yang diperlukan untuk
menentukan keberhasilan sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
1. SEKOLAH SEBAGAI SUATU SISTEM
Sebagai sebuah sistem, sekolah memiliki komponen inti yang terdiri dari input, proses, dan
output. Ketiga komponen tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena merupakan
satu kesatuan utuh yang saling terkait, terikat, mempengaruhi, membutuhkan dan
menetukan. Perubahan satu komponen akan berpengaruh pada komponen-komponen
lainnya. Input sekolah adalah segala masukan yang dibutuhklan sekolah untuk terjadinya
pemrosesan guna mendapatkan output yang diharapkan. Input sekolah antara lain manusia
(man), uang (money), material (materials), metode-metode (methods), mesin- mesin
(machine). Input disini dapat dikategorikan menjadi dua yaitu inputsumber daya dan input
manajemen atau kepemiminan. Input sumberdaya meliputi sumberdaya manusia dan
sumber dayalainnya. Input manajemen adalah seperangkat tugas, rencana, program,
ketentuan-ketetuan untuk menjalankan tugas, pengendalian, dan kesan positif yang
ditanamkan kepala sekolah kepada warga sekolah.input manajemen adlah input potensial
bagi pembentuklan sistem yang efektif dan efisien. Kedudukan uang dalam input pendidikan
sangat penting untuk membiayai semua program yang telah ditetapkan. Bahan-bahan
adalah bahan fisik yang diperlukan untuk menunjang terjadinya proses pembelajaran di
sekolah guna membentuk siswa seutuhnya.bahan-bahan tersebut adalah berupa sarana
dan prasarana, alat-alat pendidikan/media, dan sumber pendidikan. Metode yaitu metode
pembelajaran atau cara-cara, teknik, dan strategi yang dikembangkan sekolah dalam
melaksanakan proses pendidikan. Sedangkan mesin-mesin adalah seperangkat yang
mendukung terjadianya proses pembelajara dapat berupa teknologi komputer, radio, televisi,
mobil, atalu media-media yang menggunakan teknologi. Alat-alat terebut diguanakan
sekolah baik sebagai daya dukung maupun sebagai objek untuk dipelajari. Proses
berlangsungnya sekolah pada intinya adalah berlangsungnya pembelajaran, yaitu terjadinya
interaksi antara siswa dengan guru yang didikung oleh perangkat lai sebagai bagian darip
proses pembelajaran. Daya dukung tersebut adalah satu kesatuan aksi yang menciptakan
sinergi proses belajar mengajar, yaitu :
a. Proses kepemimpinan yang menghasilkan keputusan-keputusan kelembagaan,
pemotivasian staf, dan lpenyebaran inovasi.
b. Proses manajemen yang menghasilkan aturan-aturan penyelenggaraan,
pengkoordinasian kegiatan, memonitoring, dan evaluasi.
Proses kepemimpinan yaitu menghasilkan keputisan kelembagaan yang terjadi sebagai
keputusan partisipatif atau keputusan bersama antara kepala sekolah, guru, siswa, orang
tua siswa, para ahli dan orang-orang berkepentingan dalam pendidikan. Langkah lain yng
penting dalam proses penyelenggaraan sekolah adalah monitoring dan evaluasi sebagai
langkah untuk memperoleh kejelasan tentang output yang akan dicapai. Sekolah sebagai
sistem, seharusnya menghasilkan output yang dapat dijamin kepastiannya. Ouput dari
aktivitas sekolah adalah segala sesuatu yang kita pelajari didekolah, yaitu seerapa banyak
yang dipelajari dan seberapa baik kita mempelajarinya. Output sekolah yaitu berupa
kelulusan siswa. Output sekolah berfokus pada siswa, tetapi siswa yang memiliki
kompetensi yangdipersyaratkan. Output sekolah adalah lulusan yang berguna bagi
kehidupanyaitu lulusan yang bermanfaat bagi dirinya, keluarganya dan lingkungannya.
Outcame pada pendidikan dasardan menengah adalah siswa dapat melanjutkan
pendidikannya kejenjang yanglebih tinngi.
PENGERTIAN SEKOLAH EFEKTIF
Sekolah efektif adalah sekolah yang memiliki sistem pengelolaan yang baik, transparan dan
akuntabel, serta mampu memberdayakan setiap komponen penting sekolah, baik secara
internal maupun eksternal, dalam rangka pencapaian visi-misi-tujuan sekolah secara efektif
dan efesien.
Karakterstik sekolah efektif
- Organizational leadership (kepemimpinan organisasi)
- Curicullum leadership (kepemimpinan kurikulum)
- Supervisory leadership (pemimpin sebagai pengawas)
- Management (manajemen).
2. KONSEP SEKOLAH EFEKTIF
Di era globalisasi sekarang ini, kemajuan sekolah merupakan esensi dari pengelolaan
sekolah melalui pemeliharaan mutu, responsive terhadap tantangan dan antisipatif terhadap
perubahan perubahan yang di akibatkan dari berubahnya tatanan internal sehingga tidak
sekolah efektif adalah sekolah yang mampu mengoptimalkan semua masukan dan proses
bagi ketercapaian output pendidikan yaitu prestasi sekolah terutama prestasi siswa yang
ditandai dengan dimilikinya semua kemampuan berupa kompetensi yang sipersyaratkan
didalam belajar.
Kepala sekolah :
Menunjukan komitmen dan mendukung program keterampilan esensial
Guru :
Menerima bahan yang memadai untuk mengajarkan keterampilan yang esensial
Komitmen yang tinggi dari SDM sekolah terhadap program pendidikan Guru :
Membantu merumuskan dan melaksanakan tujuan fpengembangan sekolah.
Staf :
-memperkuat dan mendukung kebijakan sekolah dan pemerintah daerah
- menunjukkan profesionalisme dalam bekerja.
David A. Squires berhasil merumuskan ciri-ciri sekolah efektif yaitu :
1. Adanya standar disiplin yang berlaku bagi kepala sekkolah, guru, siswa, dan karyawan di
sekolah;
2. Memiliki suatu keteraturan dalam rutinitas kegiatan dikelas;
3. Mempunyai standar prestasi sekolah yang sangat tinggi;
4. Siswa diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah direncanakan
5. Siswa diharapkan lulus dengan menguasai pengetahuan akademik
6. Adanya penghargaan bagi siswa yang berprestasi
7. Siswa berpendapat kerja keras lebih penting daripada faktor keberuntungan dalam
meraih prestasi
8. Para siswa diharapkan mempunyai tanggungjawab yang diakui secara umum
9. Kepala sekolah mempunyai program inservice,, pengawasan, supervisi, serta
menyediakan waktu untuk membuaat rencana bersama-sama dengan para guru yang
memungkinkan adanya umpan balik demi keberhasilan prestasi akademikya.
Jaap Scheerens menyatakan bahwa sekolah efektif mempunyai lima ciri penting yaitu :
1. Kepemimpinan yang kuat
2. Penekanan pada pencapaian kemampuan dasar
3. Adanaya lingkungan yang nyaman
4. Harapan yang tinggi pada prestasi siswa
5. Penilaian secara rutin mengenai program yang dibuat siswa
Mackenzie mengidentifikasikan tiga dimensi pendidikan efektif yaitu kepemimpinan,
keefektifan dan efesiensi serta unsur pokok dan penunjang masing-masing dimensi tersebut
Edmons mewnyebutkan bahwa ada lima karakteristik sekolah efektif yaitu :
1. Kepemimpinan dan perhatian kepala sekolah terhadap kualiltas pengajaran
2. Pemahaman yang mendalam terhadap pengajaran
3. Iklim yang nyaman dan tertib bagi berlangsungnya pengajara dan pembelajaran
4. Harapan bahwa semua siswa minimal akan menguasai ilmu pengetahuan tertentu
5. Penilaian siswa yang didasarkan pada hasil pengukuran hasil belajar siswa
Pengetahuan lain mengenai sekolah efektif adalah sebagai berikut :
1. Mampu mendemontrasikan kebolehannya mengenai seperangkat kriteria
2. Menetapkan sasaran yang jelas dan upaya untuk mencapainya
3. Adanya kepemimpinan yang kuat
4. Adanaya hubungan yang baik antara ssekolah dengan orang tua siswa
5. Pengembanga nstaf dan iklim sekolah yang kondusif untuk belajar
Metode lain yang dipakai untuk mengidentifikasikan sekolah yang efektif adalah :
penggunaan standar tes, pendekatan reputasi, dan penggunaan evaluasi sekolah serta
pengembangan berbagai aktivitas.
Edward Heneveld mengungkapkan serangkaian indikator berupa 16 faktor yang berkenaan
dengan sekolah efektif yaitu ;
1. Dukungan orang tua siswa dan lingkungan
2. Dukungan yang efektif dari sistem pendidikan
3. Dukungan materi yang cuku
4. Kepemimpinan yang efektif
5. Pengajaran yang baik
6. Fleksibilitas dan otonomi
BAB III
PENUTUP
Sekolah memiliki misi mendidik siswanya agar dapt melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi, meningkatkan pengetahuan dan hubungan timbal balik dengan
masyarakat.efektifitas sekolah dapat tercermin dari profil sekolah yang memiliki keteratran
dalam berbagai aspek untuk mencapi tujuan. Aspek-aspek tersebut antara lain siswa, guru,
dan tenaga kependidkan lainnya, kurikulum, sarana prasarana, kegiatan belajar,
ekstrakurikuler, bimbingan dan konseling, kemitraan sekolah dengan masyarakat sampai
pada kegiatan-kegiatan khusus yang berkembang atas kebutuhan dan inspirasi sekolah.
Orang yang bertanggung jawab atas manajemen sekolah adalah seorang kepala sekolah
yang memiliki karakteristik kepemimpinan karena untuk menggerakan orang-orang
diperlukan pengaruh pimpinan yang memiliki kapabilitas sebagi pemimpin yang berkualitas.
(Sumber: http://gazzlieh46.blogspot.co.id/2011/06/makalah-tentang-sekolahefektif.html)
knowledge and society, tetapi sebagi makhluk semi mati yang bisa direkayasa
untuk kepentingan-kepentingan pragmatis pula.
Sekolah yang idealnya merupakan sebuah proses humanisasi dan liberalisasi
(amr bil maruf wa hany an almungkar) menjadi keilangan relevansi dan jati
dirinya bagi pemecahan permasalahan dalam pembangunan manusia
seutuhnya. Lembaga pendidikan unggul idealnya berkepentingan untuk
menempatkan manusia sebagai makhluk yang memiliki potensi multidimensi
seperti dikemukakaan di atas, tidak untuk menjadikan manusiasebagai makhluk
tuna dimensi. Dengan demikian output lembaga pendidikan unggul mampu
hidup serasi bukan hanya dengan habitat ekologinya (lingkungan keluargaI,
manusia dengan anggota masyarakat,manusia dengan alam, tetapi juga
manusia dengan Tuhan.
(Sumber: http://www.ibnushobah.web.id/2012/08/hakikat-dan-karakteristiksekolah-unggul.html)
Salah satu masalah pendidikan yang kita hadapi dewasa ini adalah rendahnya mutu
pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan khususnya pendidikan dasar
dan menengah. Berbagai usaha telah dilakukan, antara lain memlalui berbagai
pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyediaan dan perbaikan
sarana/prasarana pendidikan, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun
demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum menunjukkan peningkatan yang
merata. Sebagaian sekolah, terutama di kota-kota, menunjukkan peningkatan mutu
yang cukup menggembirakan, namun Sebagian lainnya masih memprihatinkan. Dari
berbagai pengamatan dan analisis, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan
mutu pendidikan tidak mengalami peningkatan secara merata.
Pertama
, kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan nasional menggunakan pendekatan
educational production function yang tidak dilaksanakan secara konsekuen.
Pendekatan ini melihat bahwa lembaga pendidikan berfungsi sebagai pusat produksi
yang apabila dipilih semua input (masukan) yang diperlukan dalam kegiatan
produksi tersebut, maka lembaga ini akan menghasilkan output yang dikehendaki.
Dalam kenyataan, mutu pendidikan yang diharapkan tidak terjadi, mengapa? Karena
selama ini dalam menerapkan pendekatan education production function terlalu
memusatkan pada input pendidikan dan kurang memperhatikan pada proses
pendidikan. Padahal, proses pendidikan sangat menentukan output pendidikan.
Kedua
, penyelenggaraan pendidikan dilakukan secara sentralistik, sehingga sekolah
sebagai penyelenggara pendidikan sangat tergantung pada keputusan birokrasi,
yang kadang-kadang kebijakan yang dikeluarkan tidak sesuai dengan kondisi
sekolah setempat. Dengan demikian sekolah kehilangan kemandirian, motivasi, dan
inisiatif untuk mengembangkan dan memajukan lembaganya termasuk peningkatan
mutu pendidikan sebagai salah satu tujuan pendidikan nasional.
Ketiga
, peran serta masyarakat, khususnya orang tua siswa dalam penyelenggaraan
pendidikan selama ini sangat minim. Partisipasi masyarakat pada umumnya selama
ini lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pendidikan
(pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas). Berkaitan dengan
akunfabilitas, sekolah tidak mempunyai beban untuk mempertanggungjawabkan
hasil pelaksanaan pendidikan kepada masyarakat, khususnya orang tua siswa,
sebagai salah satu pihak utama yang berkepentingan dengan pendidikan.
Berdasarkan kenyataan-kenyataan tersebut, perlu dilakukan upaya-upaya
perbaikan, salah satunya yang sekarang sedang dikembangkan adalah reorientasi
penyelenggaraan pendidikan, melalui manajemen sekolah (School Based
Management).
Menuju
------>
------>
------>
------>
------>
------>
------>
------>
------>
------>
------>
------>
------>
------>
Pola baru
- Otonomi
- Pengambilan keputusan partisipasi
- Ruang gerak luwes
- Pendekatan Profesional
- Desentralistik
- Motivasi diri
- Deregulasi
- Mempengaruhi
- Memfasilitasi
- Mengelola resiko
- Gunakan yang seefisien mungkin
- Informasi terbagi
- Pemberdayaan
- Organisasi datar