Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH UJIAN KASUS

FORENSIK PATOLOGI

Disusun oleh :
Maria Griselda - 112014293

Penguji :
dr. Djaja Surya Atmadja , SpF, SH, PhD, DFM

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL


RUMAH SAKIT UMUM NASIONAL CIPTO MANGUNKUSUMO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
JAKARTA
NOVEMBER 2015

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II RINGKASAN KASUS

2.1 Identitas Korban

2.2 Riwayat Kasus

BAB III PEMBAHASAN KASUS

3.1 Prosedur Medikolegal

3.2 Pemeriksaan Luar Jenasah

BAB IV KESIMPULAN

11

BAB V VISUM ET REPERTUM

12

BAB VI DAFTAR PUSTAKA

17

BAB I
PENDAHULUAN

Dalam tugas sehari-hari, selain melakukan pemeriksaan diagnostik, memberikan


pengobatan dan perawatan kepada pasien, dokter juga mempunyai tugas melakukan
pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakan hukum, baik untuk korban hidup
maupun korban mati.
Pemeriksaan medik untuk tujuan membantu penegakkan hukum antara lain adalah
pembuatan visum et repertum terhadap seseorang yang dikirim oleh polisi (penyidik) karena
diduga sebagai korban suatu tindak pidana, baik dalam peristiwa kecelakaan lalu lintas,
kecelakaan kerja, penganiayaan, pembunuhan, perkosaan, maupun korban meninggal yang
pada pemeriksaan pertama polisi, terdapat kecurigaan akan kemungkinan adanya tindak
pidana.
Visum et repertum adalah keterangan yang dibuat oleh dokter atas permintaan
penyidik yang berwenang mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup
atau mati ataupun bagian atau diduga bagian dari tubuh manusia, berdasarkan keilmuannya
dan di bawah sumpah, untuk kepentingan peradilan. 1
Visum et repertum adalah salah satu alat bukti yang sah sebagaimana tertulis dalam
pasal 184 KUHAP. Visum et repertum turut berperan dalam proses pembuktian suatu perkara
pidana terhadap kesehatan dan jiwa manusia. Visum et repertum terdiri dari berbagai jenis ,
yaitu : 1.) visum et repertum perlukaan (termasuk keracunan); 2.) visum et repertum
kejahatan susila ; 3.) visum et repertum jenasah; 4.) visum et repertum psikiatrik. 1
Ada 2 jenis visum et repertum, yaitu : untuk orang hidup yang terdiri dari visum et
repertum biasa,perlukaan (termasuk keracunan); visum et repertum lanjutan, kejahatan susila;
visum et repertum sementara, psikiatrik. Lalu visum et repertum untuk orang mati.
Pada visum et repertum jenasah, jenasah yang akan dimintakan visum et repertumnya
harus diberi label yang memuat identitas mayat, di lak dengan diberi cap jabatan, yang
diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya. Pada surat permintaan visumnya harus
jelas tertulis jenis pemeriksaan yang diminta, apakah hanya pemeriksaan luar jenasah,
ataukah pemeriksaan autopsi (bedah mayat) (ps 133 KUHAP). 1
Bila pemeriksaan autopsi yang diinginkan, maka penyidik wajib memberitahu kepada
keluarga korban dan menerangkan maksud dan tujuannya pemeriksaan. Autopsi dilakukan
setelah keluarga korban tidak keberatan, atau bila dalam dua hari tidak ada tanggapan apapun
dari keluarga korban (ps 134 KUHAP). Jenasah yang diperiksa dapat juga berupa jenasah
yang didapat dari penggalian kuburan (pasal 135 KUHAP).1

Jenasah hanya boleh dibawa keluar institusi kesehatan dan diberi surat keterangan
kematian bila seluruh pemeriksaan yang diminta penyidik telah dilakukan. Apabila jenasah
dibawa pulang paksa, maka baginya tidak ada surat keterangan kematian. 1
Pemeriksaan forensik terhadap jenasah meliputi pemeriksaan luar jenasah, tanpa
melakukan tindakan yang merusak keutuhan jaringan jenasah. Pemeriksaan dilakukan dengan
teliti dan sistematik, serta kemudian dicatat secara rinci, mulai dari bungkus atau tutup
jenasah, pakaian, benda-benda di sekitar jenasah, perhiasan, ciri-ciri umum identitas, tandatanda tanatologik, gigi-geligi, dan luka atau cedera atau kelainan yang ditemukan di seluruh
bagian luar. 1
Apabila penyidik hanya meminta pemeriksaan luar saja, maka kesimpulan visum et
repertum menyebutkan jenis luka atau kelainan yang ditemukan dan jenis kekerasan
penyebabnya, sedangkan sebab matinya tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan
pemeriksaan bedah jenasah. Lamanya mati sebelum pemeriksaan (perkiraan saat kematian ),
apabila dapat diperkirakan, dapat dicantumkan dalam kesimpulan. 1
Kemudian dilakukan pemeriksaan bedah jenasah menyeluruh dengan membuka
rongga tengkorak, leher, dada, perut, dan panggul. Kadang kala dilakukan pemeriksaan
penunjang yang diperlukan seperti pemeriksaan histopatologik, toksikologik, serologik, dsb. 1
Dari pemeriksaan dapat disimpulkan sebab kematian korban, selain jenis luka atau
kelainan, jenis kekerasan penyebabnya, dan saat kematian seperti tersebut di atas. 1

BAB II
RINGKASAN KASUS

Pengirim

: Polri Daerah Metro Jaya Resort Metropolitan Jakarta Barat Sektor


Kalideres

No.Surat Permintaan Visum : B/170/ XI / 2015 / SEK.KADER


Perihal

: Permintaan Visum et Repertum Pemeriksaan luar Jenasah

Tempat pemeriksaan

: Ruang bedah jenasah Departemen Ilmu Kedokteran Forensik


dan Medikolegal Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo

Hari/tanggal pemeriksaan

: Selasa, 11 November 2015

Waktu pemeriksaan

: Pukul 02.00 WIB

2.1 Identitas Korban


Nama
Jenis kelamin
Umur
Warganegara
Pekerjaan
Alamat

: Ny. SL
: Perempuan
: 71 tahun

: Indonesia
: Karyawan
: Kalideres Permai Blok C6/ 8B RT 02/014 Kalideres

2.2 Riwayat Kasus


Jenasah tersebut di ketemukan di : dalam rumah.
Pada tanggal : 10 November 2015 jam 20.45 WIB.

BAB III
PEMBAHASAN KASUS

3.1 Prosedur Medikolegal


Pada kasus ini, permintaan pembuatan visum et repertum disampaikan dalam bentuk
tertulis melalui surat permintaan visum. Keterangan surat permintaan visum adalah sebagai
berikut:
No Polisi

: B/170/ XI / 2015 / SEK.KADER

Instansi

: Polri Daerah Metro Jaya

Resort Metropolitan Jakarta Barat Sektor

Kalideres

Tanggal

: 11 November 2015

Permintaan

: Permintaan Visum et Repertum Pemeriksaan luar Jenasah

Munurut KUHAP pasal 133 ayat (1) yang berwenang mengajukan permintaan keterangan
ahli adalah penyidik. Penyidik pembantu juga mempunyai wewenang tersebut sesuai dengan
pasal 11 KUHAP.
Mengenai kepangkatan pembuat surat permintaan visum et repertum telah diatur
dalam Peraturan Pemerintah no 27 tahun 1983 yang menyatakan penyidik Polri berpangkat
serendah-rendahnya Pembantu Letnan Dua, sedangkan pada wilayah kepolisian tertentu yang
komandannya adalah seorang bintara (Sersan), maka ia adalah penyidik karena jabatannya
tersebut. Kepangkatan bagi Penyidik pembantu adalah bintara serendah-rendahnya sersan
dua. Untuk mengetahui apakah suatu Surat permintaan pemeriksaan telah ditanda tangani
oleh yang berwenang, maka yang penting adalah bahwa si penandatang menandatangani surat
tersebut selaku penyidik.
Surat permintaan visum untuk kasus di atas ditandatangani oleh Direktur Lalu Lintas
Polda Metro Jaya Kasubdit Bin Gakkum. Hal ini berarti tidak terdapat masalah pada surat
permintaan visum tersebut (telah sesuai dengan Peraturan pemerintah no 27 tahun 1983).
Dasar hukum Visum et Repertum adalah sebagai berikut : Pasal 133 KUHAP,
menyebutkan : 2
(1)Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka,
keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia
berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau
dokter dan atau ahli lainnya.
(2) Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaan bedah mayat.
6

Berdasarkan kedua ayat dalam pasal 133 di atas, pihak kepolisian sudah membuat
surat permintaan visum sesuai dengan undang-undang tersebut, yakni permintaan dilakukan
secara tertulis dan disebutkan dengan tegas untuk dilakukannya pemeriksaan mayat/jenasah.
Berdasarkan pasal 133 KUHAP ayat 3, tertulis bahwa Mayat yang dikirim kepada
ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit harus diperlakukan secara baik
dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut dan diberi label yang memuat identitas
mayat, dilak dengan diberi cap jabatan yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain
badan mayat. Pasal ini belum terpenuhi ketika pemeriksaan luar dilaksanakan pada mayat
ini, karena tidak ditemukan adanya label pada jenasah yang berisikan identitas jenasah.
Berdasarkan pasal 134 KUHAP yang berisikan (1) dalam hal sangat diperlukan
dimana untuk keperluan pembuktian bedah mayat tidak mungkin lagi dihindari, penyidik
wajib memberitahukan terlebih dahulu kepada keluarga korban. (2) dalam hal keluarga
keberatan, penyidik wajib menerangkan dengan sejelas-jelasnya tentang maksud dan tujuan
perlu dilakukannya pembedahan tersebut. (3) Apabila dalam waktu dua hari tidak ada
tanggapan apapun dari keluarga atau pihak yang diberi tahu tidak diketemukan, penyidik
segera melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 133 ayat (3) undangundang ini. Pada kasus diatas, pemeriksaan yang dilakukan hanya sebatas pemeriksaan luar
saja dikarenakan penyidik masih mencari identitas pelaku dan keluarga pelaku guna
memenuhi ketentuan pasal 134 KUHAP ayat 1 bahwa penyidik wajib memberitahukan
terlebih dahulu keluarga korban sebelum dilakukannya prosedur bedah mayat.
3.2 Pemeriksaan Luar Jenasah
Pada pemeriksaan tubuh mayat sebelah luar, untuk kepentingan forensik, pemeriksaan
harus dilakukan dengan cermat, meliputi segala sesuatu yang terlihat, tercium, maupun
teraba, baik terhadap benda yang menyertai mayat, pakaian, perhiasan, seatu dan lain-lain,
juga terhadap tubuh mayat itu sendiri.
Agar pemeriksaan dapat terlaksana dengan secermat mungkin, pemeriksaan harus
mengikuti suatu sistematika yang telah ditentukan. Di bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, sistematika pemeriksaan adalah : 3
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Label mayat
Tutup mayat
Bungkus mayat
Pakaian
Perhiasan
Benda di samping mayat
Tanda kematian
a. Lebam mayat
b. Kaku mayat
c. Suhu tubuh mayat
d. Pembusukan
e. Lain-lain
8. Identifikasi umum
9. Identifikasi khusus
7

a. Rajah/tatto
b. Jaringan parut
c. Kapalan (callus)
d. Kelainan pada kulit
e. Anomali dan cacat pada tubuh
10. Pemeriksaan rambut
11. Pemeriksaan mata
12. Pemeriksaan daun telinga dan hidung
13. Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut
14. Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
15. Lain-lain
16. Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka
17. Pemeriksaan terhadap patah tulang
Pada pemeriksaan jenasah salah satu hal yang perlu dilaporkan adalah tanda-tanda
kematian. Tanda kematian pasti yang diperiksa adalah kaku mayat dan lebam mayat. Kaku
mayat dibuktikan dengan memeriksa persendian. Kaku mayat mulai tampak kira-kira 2 jam
setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh(otot-otot kecil) ke arah dalam (sentripetal).
Setelah mati klinis selama 12 jam, kaku mayat menjadi lengkap, dipertahankan selama 12
jam dan kemudian menghilang dalam urutan yang sama. Sedangkan lebam mayat biasanya
mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi
lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang
(memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. 1
Pada pemeriksaan luar jenasah juga harus mencari adanya tanda-tanda kekerasan ada
tubuh jenasah. Berdasarkan sifat serta penyebabnya, kekerasan dapat dibedakan atas
kekerasan yang bersifat mekanik,fisika, atau kimia.
LUKA AKIBAT KEKERASAN TUMPUL
Benda-benda yang dapat mengakibatkan luka dengan sifat luka seperti ini adalah
benda yang memiliki permukaan tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa memar (kontusio,
hematom) , luka lecet (ekskoriasi, abrasi) dan luka terbuka /robek (vulnus laseratum) .
Memar adalah suatu perdarahan dalam jaringan bawah kulit/kutis akibat pecahnya
kapiler dan vena, yang disebabkan oleh kekerasan benda tumpul. Luka memar kadangkala
memberi petunjuk tentang bentuk benda penyebabnya, misalnya jejas ban yang sebenarnya
adalah suatu perdarahan tepi (marginal haemmorrhage)
Umur luka memar secara kasar dapat diperkirakan melalui perubahan warnanya. Pada
saat timbul, memar berwarna merah, kemudian berubah menjadi ungu atau hitam, setelah 4
sampai 5 hari akan berwarna hijau yang kemudian akan berubah menjadi kuning dalam 7
sampai 10 hari, dan akhirnya menghilang dalam 14 sampai 15 hari. Perubahan tersebut
berlangsung mulai dari tepi dan waktunya dapat bervariasi tergantung derajat dan berbagai
faktor yang mempengaruhinya.
Luka lecet terjadi akibat cedera pada epidermis yang bersentuhan dengan benda yang
memiliki permukaan kasar atau runcing, misalnya pada kejadian kecelakaan lalu lintas, tubuh
8

terbentur aspal jalan, atau sebaliknya benda tersebut yang bergerak dan bersentuhan dengan
kulit. Sesuai dengan mekanisme terjadinya, luka lecet dapat diklasifikasikan sebagai luka
lecet gores (scratch), luka lecet serut (graze), luka lecet tekan (impression, impact abrasion)
dan luka lecet geser (friction abrasion). 1
Luka robek merupakan luka terbuka akibat trauma benda tumpul, yang menyebabkan
kulit teregang ke satu arah dan bila batas elastisitas kulit terlampaui, maka akan terjadi
robekan pada kulit. Luka ini mempunyai ciri bentuk luka yang umumnya tidak beraturan, tepi
atau dinding tidak rata, tampak jembatan jaringan antara kedua tei luka, bentuk dasar luka
tidak beraturan, sering tampak luka lecet atau luka memar di sisi luka. 1
Trauma pada kecelakaan lalu lintas. Pada kejadian kecelakaan lalu lintas, dapat
tergantung beberapa pihak, misalnya pejalan kaki, pengemudi kendaraan, penumpang dan
sebagainya. Luka pada pejalan kaki dapat timbul sebagai akibat benturan pertama, benturan
kedua dan luka sekunder (akibat benturan dengan objek lain, misalnya jalan, kaki-lima).
Luka-luka pada pengendara sepeda hampir sama dengan pejalan kaki, tetapi luka-luka
sekundernya biasanya lebih parah. Letak benturan pada tubuh biasanya rendah. Bila hanya
ditemukan luka-luka sekunder, maka harus dipikirkan kemungkinan adanya penyakit yang
mengakibatkan kehilangan kontrol (inkapasitas), terutama pada golongan usia tua. Terhadap
para penumpang kendaraan roda tiga atau lebih, yang penting adalah menentukan posisi
korban dalam keadaan pada saat terjadinya kecelakaan dan kalau mungkin menentukan siapa
pengemudinya. 1
Deskripsi luka pada visum et repertum memiliki ketentuan tertentu, secara umum
dengan cara menyebutkan regio/daerah tempat luka berada : 4

Menentukan koordinat X luka dengan mengukur jarak pusat luka dari garis
pertengahan badan
Menentukan koordinat Y luka dengan mengukur jarak pusat luka diatas /
dibawah dari suatu patokan organ tubuh
Pada kasus kekerasan tajam dan luka tembak, ditentukan koordinat Z luka
dengan mengukur jarak pusat luka diatas dari tumit
Menyebabkan jenis luka (memar, luka lecet , luka terbuka, patah tulang)

Pada jenazah tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan.

BAB IV
KESIMPULAN
Pada pemeriksaan mayat perempuan usia sekitar enam puluh sampai tujuh puluh
tahun ini tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Selanjutnya ditemukan tanda-tanda
pembusukan lanjut. Sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan bedah
mayat

BAB V
VISUM ET REPERTUM
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN
MEDIKOLEGAL
RUMAH SAKIT DR CIPTO MANGUNKUSUMO
10

Jalan Diponegoro no. 71, Jakarta Pusat 10430, Kotak Pos 1086
Telp. 3918301, 31930808 (Hunting), Fax 3148991
Nomor
Perihal
Lampiran

:1042 / SK V / XI / 2015
: Visum et Repertum Mayat Ny, SL
:-

Jakarta, 11 November 2015

PRO JUSTITIA
VISUM ET REPERTUM
Yang bertanda tangan di bawah ini, dr. Maria Griselda, dokter pada Departemen Ilmu Kedokteran
Forensik dan Medikolegal Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo di Jakarta, menerangkan bahwa
atas permintaan tertulis dari Polri Daerah Metro Jaya Resort Metropolitan Jakarta Barat Sektor
Kalideres tertanggal sebelas November dua ribu lima belas, Nomor Polisi: B/170/ XI / 2015 /
SEK.KADER, maka pada tanggal sebelas November dua ribu lima belas, pukul dua Waktu Indonesia
Bagian Barat bertempat di Ruang bedah mayat Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal Rumah Sakit Dokter Cipto Mangunkusumo, telah melakukan pemeriksaan luar mayat,
atas
mayat
dengan
keterangan
sebagai
berikut:--------------------------------------------------------------------------------------------Nama
: Ny. SL-----------------------------------------------------------------Jenis kelamin
: Perempuan------------------------------------------------------------Umur
: 71 tahun. --------------------------------------------------------------Warganegara
: Indonesia.-------------------------------------------------------------Pekerjaan
: Karyawan-------------------------------------------------------------Alamat
: Kalideres Permai Blok C6/ 8B RT 02/014 Kalideres. -----------------------------------------------------HASIL PEMERIKSAAN------------------------------------I. PEMERIKSAAN LUAR-----------------------------------------------------------------------------1. Label tidak ditemukan ------------------------------------------------------------------------------2. Mayat dibungkus dengan:---------------------------------------------------------------------------a. Dua buah kantung jenazah bahan terpal bertuliskan dinas pertamanan dan pemakaman
provinsi DKI Jakarta tahun anggaran 2015.----------------------------------b. Sprei bahan katun berwarna hijau biru kuning kotak-kotak berlumuran kopi.----------c. Kain sarung bahan katun motif batik warna coklat hijau .---------------------------------3. Perhiasan mayat:--------------------------------------------------------------------------------------a. Tidak ada. ----------------------------------------------------------------------------------------4. Pakaian mayat:----------------------------------------------------------------------------------------a. Tidak ada.----------------------------------------------------------------------------------------5. Benda yang terdapat di samping mayat: Tidak ada.---------------------------------------------b. Kaku mayat tidak dapat.
Halaman ke 1 dari 3 halaman

Lanjutan Visum et Repertum Nomor: 1034/ SK V/ XI/ 2015


Halaman ke 2 dari 3 halaman.
11

6. Kaku mayat tidak dapat dinilai. Lebam mayat tidak dapat dinilai.----------------------------7. Mayat adalah seorang perempuan, berbangsa Indonesia ras Mongoloid, berumur antara enam
puluh sampai tujuh puluh tahun, warna kulit tidak dapat dinilai, bergizi baik, memiliki panjang
tubuh
seratus
lima
puluhsentimeter,
berat
tubuh
empat
puluh
dua
kilogram.-----------------------------------------------------------------------------------------------8. Identifikasi khusus: Pada dahi sisi kanan tiga koma lima sentimeter dari garis pertengahan depan,
lima sentimeter di bawah batas tumbuh rambut depan terdapat tahi lalat menonjol sewarna kulit
diameter nol koma lima sentimeter.-----------------------------9. Rambut kepala berwarna putih, tumbuhnya lurus, panjang lima belas sentimeter.---------Alis mata tidak ditemukan.--------------------------------------------------------------------------Bulu mata berwarna hitam tumbuhnya lurus panjang nol koma lima sentimeter. ----------10. Mata kanan dan mata kiri tertutup, selaput bening mata tidak dapat dinilai, teleng mata tidak
dapat dinilai, warna tirai mata hitam, selaput bola mata warna putih, selaput kelopak mata tidak
dapat dinilai.-------------------------------------------------------------------11. Hidung pesek. Telinga berbentuk oval. Mulut terbuka tiga puluh lima milimeter, lidah terjulur
dan tergigit tujuh sentimeter dari ujung lidah.------------------------------------------12. Gigi geligi:--------------------------------------------------------------------------------------------Pada rahang atas kanan gigi yang utuh berjumlah delapan buah.-----------------------------Pada rahang atas kiri gigi geraham belakang ke tiga tidak ada, gigi yang utuh berjumlah tujuh
buah.---------------------------------------------------------------------------------------------Pada rahang bawah kanan gigi yang utuh berjumlah delapan buah.--------------------------Pada rahang bawah kiri gigi yang utuh berjumlah delapan buah.-----------------------------13. Dari lubang mulut keluar cairan berwarna hitam berbusa, hidung keluar cairan berwarna hitam
berbusa, telinga kanan dan kiri tidak keluar darah maupun cairan.---------------------Dari lubang kemaluan keluar cairan berwarna merah kehitaman, dan lubang pelepas keluar cairan
berwarna coklat kehitaman.---------------------------------------------------------14. Luka - luka: Tidak ditemukan ----------------------------------------------------------------------15. Patah tulang: Tidak tampak dan tidak teraba patah tulang--------------------------------------16. Lain-lain:----------------------------------------------------------------------------------------------1. Seluruh kuliat ari mengelupas dan dilumuri bubuk kopi.----------------------------------2. Mulut mencucu.----------------------------------------------------------------------------------3. Wajah hingga leher tampak lebih gelap dari sekitarnya.-----------------------------------4. Beberapa belatung keluar dari lubang kemaluan.-------------------------------------------5. Jaringan ikat di kuku jari-jari tangan dan kaki berwarna ungu.---------------------------f.kuku kedua kaki
Halaman ke 2 dari 3 halaman

Lanjutan Visum et Repertum Nomor: 1034/ SK V/ XI/ 2015


Halaman ke 3 dari 3 halaman.

12

6. Kuku kedua kaki tampak panjang.------------------------------------------------------------7. Urin dan darah tidak berhasil diambil.--------------------------------------------------------8. Mayat dalam kondisi membusuk lanjut.------------------------------------------------------KESIMPULAN:-------------------------------------------------------------------------------------------

Pada pemeriksaan mayat perempuan usia sekitar enam puluh sampai tujuh puluh tahun ini
tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan. Selanjutnya ditemukan tanda-tanda pembusukan
lanjut. Sebab kematian tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan bedah mayat.------------Demikianlah visum et repertum ini dibuat dengan sebenarnya dengan menggunakan keilmuan yang
sebaik baiknya, mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP).------------------------------------------------------------------------

Dokter tersebut di atas,

dr. Maria Griselda


NIP. 112014293

BAB VI
DAFTAR PUSTAKA

1. Budiyanto A, Widiatmaka W, Sudiono S, Munim TWA, Sidhi, Hertian S, et al. Ilmu


kedokteran forensik. Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;1997.
13

2. Safitry O. Kompilasi Peraturan Perundang-undangan terkait praktik kedokteran.Jakarta:


Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI;2014.
3. Staf Pengajar Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Teknik autopsi forensik.Jakarta: Bagian Kedokteran Forensik FKUI;2000.
4. Safitry O. Mudah membuat visum et repertum kasus luka. Jakarta: Departemen Ilmu
kedokteran Forensik dan Medikolegal FKUI;2014.

14

Anda mungkin juga menyukai