Anda di halaman 1dari 54

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asam mefenamat merupakan golongan Non Steroid Anti Inflamasi Drug
(NSAID) yang memiliki sifat praktis tidak larut dalam air, etanol dan metanol
(Depkes RI, 1995). Asam mefenamat dapat diformulasikan dalam bentuk suspensi
untuk pemberian oral. Suspensi adalah sediaan yang terbentuk karena
pendispersian partikel padat yang sukar larut dalam air menjadi suatu larutan
(Voigt, 1984), suspending agent berperan penting dalam pendispersian partikel
tersebut.
Suspending agent dapat berasal dari bahan alam dan bahan sintesis.
Suspending agent yang berasal dari bahan alam diantaranya gom atau hidrokoloid
berupa pati (Syamsuni, 2007). Ubi Talas adalah tumbuhan dari daerah tropis,
mengandung pati sekitar 70% - 80%, dan mempunyai ukuran granul sekitar 0,5
5 mikron (Jane dkk., 1992).
Pati adalah polisakarida yang terdiri dari amilosa dan amilopektin.
Amilosa yang terkandung dalam pati berkadar 10%-20%, sedangkan amilopektin
berkadar 60%-90%. Pati mempunyai fase gelatinase yang tinggi. Amilopektin
akan mengembang setelah amilum menyerap air, menyebabkan pati membengkak
dan menjadi lendir, fase ini dinamakan fase gelatinase. Lendir yang dihasilkan
dapat mendispersikan fase padat ke dalam fase cair dan dapat

meningkatkan viskositas, sehingga kestabilan suspensi dapat ditingkatkan


(Malviya dkk., 2011).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Alalor dkk (2014), tentang
karakteristik pati yang diekstrak dari Colocasia esculenta L menyimpulkan bahwa
pada konsentrasi 7% pati ubi talas dapat meningkatkan viskositas suatu suspensi.
Herawati (2014) juga meneliti bahwa penambahan amilum ubi talas sebagai
suspending agent pada konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% dapat mempengaruhi
sifat fisik suspensi ibuprofen meliputi redispersibilitas, volume sedimentasi,
viskositas dan mudah tidaknya dituang. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi
konsentrasi amilum ubi talas, maka redispersibilitas, volume sedimentasi,
viskositas dan mudah tidaknya dituang semakin besar.
Berdasarkan uraian di atas maka telah dilakukan penelitian tentang variasi
konsentrasi pati ubi talassebagai suspending agent terhadap sifat fisik suspensi
asam mefenamat
.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang, maka perumusan masalah dari
penelitian yang dilaksanakan yaitu bagaimana pengaruh variasi konsentrasi pati
ubi talas sebagai suspending agent terhadap sifat fisik suspensi asam mefenamat.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh variasi
konsentrasi patiubi talas sebagai suspending agent terhadap sifat fisik suspensi
asam mefenamat.
D. Manfaat Penelitian.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: dapat memberikan


informasi terhadap perkembangan ilmu kefarmasian tentang alternatif suspending
agent.
E. Tinjauan Pustaka
1. Tanaman Ubi Talas (Colocasia esculenta L.)
a. Klasifikasi
Tanaman ubitalas memiliki klasifikasi sebagai berikut:
Kingdom

: Plantae

Divisi

: Spermathophyta (Tumbuhan berbiji)

Sub Divisi

: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas

: Lyliopsida (Monocotyledorieae)

Ordo

: Arecales

Famili

: Araceae

Genus

: Colocasia

Spesies

:Colocasia esculenta (L) Schoot (Backer dan

Backuizen, 1968; Heyne, 1987; Steenis, 1992).


b. Deskripsi
Ubi talas mempunyai beberapa nama lain di beberapa negara, yaitu
Balcm di India, Talla di Malaysia, Gabi di Filiphina, Dalo di Fuji dan Talas di
Indonesia. Ubi talas berasal dari daerah tropis dan subtropis dan dapat tumbuh
di rawarawa, saluran irigasi, bahkan Ubi talas dapat beradaptasi pada
genangan air (Lingga dkk., 1995).
Ubi talas dapat tumbuh mencapai 1 hingga 2 meter. Daun ubi talas
mempunyai panjang sekitar 25 sampai 85 cm. Lebar sekitar 20 sampai 60 cm.
Berbentuk bulat telur, dengan puncak accuminate dan lobus bulat bangsal. Ubi
berada di bawah batang dan di bawah tanah (Wang, 1993).

Pati merupakan polimer alam berupa karbohidrat kompleks yang


dihasilkan oleh sesuatu tumbuhan setelah terjadinya fotosintesis. Secara kimia,
pati atau amilum mempunyai dua bagian yaitu amilosa dan amilopektin
(Satyam dkk., 2010). Ubi talas mempunyai kandungan pati sebesar 70% hingga
80%. Kandungan amilosa dalam pati ubi talas sekitar 20%, sedangkan
kandungan amilopektin dalam ubi talas sebesar 80% (Jane dkk.., 1992).
Gambar ubi talas dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Ubi talas (Colocasia esculenta L.)

2. Suspensi
a. Uraian umum suspensi
Suspensi adalah sediaan yang terbentuk karena pendispersian partikel
padat yang sukar larut dalam air, menjadi suatu larutan (Voigt, 1984). Suspensi
diberikan dalam berbagai pemberian yaitu suspensi oral, suspensi topikal,
suspensi injeksi intra muscular dan tetes telinga (Ansel, 1989).
Pembuatan suspensi yang baik harus melalui berbagai pertimbangan,
selain khasiat terapeutik, stabilitas kimia dan stabilitas fisika. Pembuatan
suspensi yang baik juga harus melalui pertimbangan rheologi. Pertimbangan
rheologi meliputi mengendap secara lambat dan mudah tercampur kembali
setelah penggojokan ringan. Ukuran partikel dari suspensi harus tetap

walaupun dalam waktu penyimpanan yang lama, mudah tidaknya dituang dan
homogen (Ansel, 1989).
Syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam pembuatan sediaan suspensi
yaitu tidak terjadi compacted atau caking. suatu peristiwa partikel yang
mengendap tidak menggumpal atau saling melekat disebut caking. Sehingga
tidak tercampur lagi setelah penggojokan ringan (Ansel, 1989).
b. Sistem suspensi
Suspensi mempunyai dua macam sistem yaitu sistem flokulasi dan
sistem deflokulasi.
1). Sistem flokulasi
Sistem flokulasi adalah partikel padat yang terdispersi mudah
mengendap dan terjadi sedimentasi dengan cepat tetapi mudah homogen
setelah

penggojokan

ringan.

Namun

bentuk

suspensi

kurang

menyenangkan, karena sedimentasi cepat dan cairan jernih terjadi didaerah


atasnya (Winfield dan Richards, 2004).

2). Sistem deflokulasi


Sistem deflokulasi adalah partikel yang terdispersi lambat dalam
pembentukan sedimentasi dan membentuk cake yang keras serta sukar
homogen setalah penyimpanan dalam waktu yang lama. Namun bentuk
deflokulasi lebih menyenangkan karena zat tetap tersuspensi relatif lama,
sehingga cairan di atasnya tidak terlihat jernih tetapi tetap berkabut
(Winfield dan Richards, 2004).
3. Suspending agent

Suspending agent adalah bahan tambahan yang berfungsi mendispersikan


partikel tidak larut dalam air. Umumnya suspending agent mempunyai sifat yang
mudah mengembang jika berada dalam air, sehingga dapat meningkatkan
viskositas dan memperlambat sedimentasi (Aulton, 2002). Kekentalan yang
berlebihan dapat menjadikan rekonstitusi dengan penggojokan (Ansel, 1989).
Bahan suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu suspending
agent dari alam dan suspending agent sistesis.
Salah satu contoh suspending agent yang berasal dari alam adalah pati,
yang terdiri dari amilopektin dan amilosa. Amilopektin akan mengembang setelah
amilum menyerap air, kemudian terbentuk koloid yang berfungsi untuk
mendispersikan fase padat terhadap fase cair (Alalor dkk., 2014). Herawati (2014)
juga meneliti bahwa penambahan amilum ubi talas sebagai suspending agent pada
konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% dapat mempengaruhi sifat fisik suspensi
ibuprofen meliputi redispersibilitas, volume sedimentasi, viskositas dan mudah
tidaknya dituang. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi amilum
ubi talas, maka redispersibilitas, volume sedimentasi, viskositas dan mudah
tidaknya dituang semakin besar.
Salah satu contoh suspending agent sintetik adalah Metil selulosa dan
karboksimetil selulosa (CMC) yangdapat mengentalkan medium dispersi dan
membantu tersuspensinya suspensoid (Ansel 1989). Metil selulosa dan
karboksimetil selulosa adalah salah satu contoh dari beberapa suspending agent
sintesis (Aulton, 2002).
4. Pembuatan suspensi

11

Metode pembuatan suspensi ada dua yaitu : metode dispersi dan metode
presipitasi.
a. Metode dispersi
Metode dispersi adalah metode bahan obat yang sukar larut dalam air
harus terdispersi sepenuhnya pada fase pendispersi atau fase air. Sebelum
bahan obat terdispersi, bahan obat dicampur terlebih dahulu dengan medium
dispersi atau suspending agent. Adakala saat pendispersian partikel padat pada
fase cair, mengalami berbagai kesukaran yang disebabkan kontaminan pada
bahan obat, lemak dan udara (Lachman dkk., 1994).
b. Metode presipitasi
Metode presipitasi terdiri dari 3 metode yaitu:
1) Presipitasi pelarut organik
Obat-obat yang tidak larut dalam air dapat diendapkan
dengan

melarutkannya

dalam

pelarut-pelarut

organik

yang

bercampur dengan air dan kemudian menambahkan fase organik ke


dalam air murni di bawah kondisi standar. Contoh pelarut organik
yang digunakan adalah metanol, etanol, propilenglikol dan
polietilenglikol (Lachman dkk., 1994).
2) Presipitasi dengan perubahan pH media
Metode pengubahan pH medium bisa jadi lebih membantu
dan tidak menimbulkan kesulitan yang serupa dengan endapan
pelarut organik. Tetapi teknik ini hanya dapat diterapkan pada obatobat yang kelarutannya tergantung pada pH (Lachman dkk., 1994).
3) Presipitasi dengan pengurain rangkap
Metode presipitasi dengan penguraian rangkap hanya
melibatkan proses kimia yang sederhana, walaupun beberapa faktor
fisika juga berperan (Lachman dkk., 1994).
5. Evaluasi suspensi

13

Metode mengevaluasi suspensi bertujuan agar menghasilkan suspensi yang


stabil baik dalam bentuk fisik dan kimia. Evaluasi suspensi diantaranya : luas
permukaan dan ukuran partikel, volume sedimentasi, viskositas, redispersibility
dan mudah tidaknya dituang.
a. Luas permukaan dan ukuran partikel
Semakin besar luas permukaan partikel, maka semakin kecil ukuran
partikel tersebut (Lachman dkk., 1994), Peningkatan luas partikel dapat
meningkatkan laju dari larutan, sehingga laju disolusi partikel tersebut semakin
besar.
Ukuran partikel obat dapat mempengaruhi bioavailabilitas partikel
tersebut. Jika ukuran partikel berkurang, maka waktu yang diperlukan untuk
mencapai level puncak obat berkurang dan jumlah total obat yang terabsorbsi
akan meningkat (Lachman dkk., 1994).
Penurunan ukuran partikel yang berlebihan akan menyebabkan
pembentukan cake pada dasar wadah, pada lamanya penyimpanan. Akibatnya
endapan yang terbentuk tidak terdispersi kembali setelah pengojokan yang
ringan. Laju dari kecepatan mengendap partikelpartikel suspensi tercakup
dalam persamaan stokes di bawah ini.
2

2 r ( d 1d 2 ) g D ( d 1d 2) g
v=
=
... (1)
9
18
Keterangan:
v = kecepatan sedimentasi (cm/detik).
r = jari-jari partikel (cm).
D = garis tengah partikel (cm).
d1 = kerapatan partikel (g/ml).
d2 = kerapatan cairan (g/ml).
g = konstanta gravitasi (980,7 cm detik-2).

15

= viskositas medium (g cm-1detik -1) (Ansel, 1989 ).

Secara umum ukuran patikel padat suatu suspensi berukuran sekitar 10


50 mikron. Ukuran partikel tersebut dapat diukur dengan menggunakan alat
mikroskop (Ansel, 1989).
b. Volume sedimentasi
Volume sedimentasi (F) adalah rasio dari volume akhir suspensi (Vu)
dengan volume awal suspensi sebelum mengendap (Vo). Suatu suspensi akan
dikatakan normal jika nilai F berkisar dari 0 1. Suspensi yang paling ideal
jika

F bernilai 1. Volume sedimentasi dapat dihitung dengan persamaan

berikut:
Fu = Vu / Vo................................................................(2)

Keterangan :
Vu : volume akhir suspensi.
Vo : volume awal suspensi sebelum mengendap (Sinko. 2006).

c. Viskositas
Viskositas mempunyai peranan yang sangat penting dalam suspensi
yaitu dapat memperlambat sedimentasi dan dapat mendispersikan zat padat ke
dalam zat cair. Peningkatan viskositas yang berlebihan menyebabkan suspensi
sukar merata saat dituangkan pada pemakaian topikal. Viskositas yang baik
dapat diukur dengan lamanya laju sedimentasi dan tidak membentuk cake
dalam waktu penyimpanan yang lama (Ansel, 1989).
d. Redispersibilitas
Suspensi yang menghasilkan endapan pada saat penyimpanan yang
lama harus mudah terdispersi kembali setelah penggojokan ringan. Jika tidak
dapat terdispersi kembali setelah penggojokan ringan, maka suspensi tidak bisa
dikatakan sebagai suspensi yang baik (Banker dan Rhodes, 1996).
e. Mudah tidaknya dituang.
Suspensi yang baik salah satunya mudah dituang. Uji yang dapat
digunakan untuk mengetahui mudah tidaknya penuangan suspensi, salah
satunya yaitu: suspensi dalam botol dimiringkan 45 dan dicatat waktu yang

17

dibutuhkan suspensi tersebut untuk mencapai volume 60 ml (Banker dan


Rhodes, 1996).
6. Pati
Pati atau amilum adalah karbohidrat yang disimpan oleh tanaman sebagai
cadangan makanan. Biasanya pati disimpan pada biji, buah, ubi atau akar. Pati
terdiri dari dua polimer yaitu : amilosa dan amiloektin. Amilosa yang terkandung
dalam pati pada umumnya berkadar 10%-20%, sedangkan amilopektin pada
umumnya berkadar 60%-90% (Odeku., 2013).
Pati pada ubi talas berkadar 70%-80% (Jane dkk., 1992). Pati ubi talas
mempunyai fase gelatinasi yang tinggi. Amilosa menyerap air, menyebabkan pati
membengkak, fase itu dinamakan sebagai fase gelatinasi. Lendir yang dihasilkan
dapat meningkatkan viskositas dan dapat meningkatkan kestabilan suspensi
(Malviya dkk., 2011).
7. Monografi bahan
a. Asam mefenamat
Asam mefenamat merupakan golongan obat Non Steroid Anti Inflamasi
(NSAID). Asam mefenamat berbentuk serbuk hablur yang berwarna putih atau
hampir putih. Asam mefenamat mengandung 98% hingga 102% C 15H15NO2
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Gambar struktur kimia asam
mefenamat dapat dilihat pada Gambar 2. Asam mefenamat tidak larut dalam air
tetapi sangat mudah larut dalam alkali hidroksida. Asam mefenamat sukar larut
dalam etanol dan agak sukar larut dalam kloroform (Depkes RI. 1995).

19

Gambar 2. Struktur kimia asam mefenamat (Depkes RI. 1995).

b. Sorbitol
Sorbitol mengandung tidak kurang dari 91,0% dan tidak lebih dari
100,5% C6H14O6 dihitung terhadap zat anhidrat. Sorbitol mengandung sejumlah
kecil alkohol polihidril lain. Gambar struktur kimia sorbitol dapat dilihat pada
Gambar 3. Sorbitol merupakan serbuk, granul atau lempengan, higroskopis,
warna putih, rasa manis.Zat ini Sangat mudah larut dalam air, sukar larut dalam
etanol, dalam metanol dan dalam asetat (Depkes RI, 1995).

Gambar 3. Struktur kimia Sorbitol (Depkes RI. 1995).

c. Polisorbat 80
Polisorbat berbentuk cair seperti minyak, berwarna putih dan berbau
khas. Polisorbat 80 merupakan hasil kondensasi dari oleat sorbitol dan anhidrat
dengan antilenoksida. Gambar struktur kimia polisorbat dapat dilihat pada
Gambar 4. Tiap molekul sorbitol dan anhidrat berkonsentrasi dengan 20
molekul antilenoksida (Depkes RI, 1995).

Gambar 4. Struktur kimia Polisorbat 80 (Depkes RI. 1995).

21

F. Landasan Teori
Asam mefenamat memiliki sifat yang praktis tidak larut dalam air (Depkes
RI, 1995). Asam mefenamat diformulasikan dalam bentuk suspensi untuk
pemberian oral.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Alalor dkk (2014) tentang karakteristik
pati yang diekstrak dari ubi talas menyimpulkan bahwa pada konsentrasi 7% pati
ubi talas dapat meningkatan viskositas suatu suspensi. Herawati (2014) juga
meneliti bahwa penambahan amilum ubi talas sebagai suspending agent pada
konsentrasi 1%, 2%, 3%, 4% dan 5% dapat mempengaruhi sifat fisik suspensi
ibuprofen meliputi redispersibilitas, volume sedimentasi, viskositas dan mudah
tidaknya dituang. Hasil menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi amilum
ubi talas, maka redispersibilitas, volume sedimentasi, viskositas dan mudah
tidaknya dituang semakin besar.
Berdasarkan uraian di atas, dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi
konsentrasi pati ubi talas sebagai suspending agent terhadap sifat fisik suspensi
asam mefenamat.

G. Hipotesis
Variasi konsentrasi pati ubi talas sebagai suspending agent dapat
mempengaruhi sifat fisik suspensi asam mefenamat, yang meliputi : viskositas,
ukuran partikel, redispersibilitas, mudah tidaknya dituang dan volume
sedimentasi.

23

BAB II
METODE PENELITIAN
A. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan meliputi pati ubi talas (Colocasia esculenta
L.), asam mefenamat (Pharmaceutical grade, PT. Phapros Tbk Semarang),
sorbitol (Brataco), polisorbat 80 (Brataco), aquabidestillata (Brataco) dan
Pondex (PT. Ferron par Pharmaceuticals Cikarang).
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah pisau, tampah, baskom,
open (memmert UM 400), moisture content balance (Ohaus), toples, alat-alat
gelas, blender (Philip), timbangan gram kasar, timbangan gram elektrik (Henher),
viskometer (Viscometer Rion VT-4F), mikroskop mikrometer, stopwatch, pHmeter, kompor listrik, alat ukur redispersibilitas.
B. Jalannya Penelitian
1. Determinasi tanaman
Determinasi tanaman ubi talas dilakukan di Laboratorium Taksonomi
Tumbuhan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)
Universitas Diponegoro Semarang. Determinasi tanaman ubi talas bertujuan untuk
menghindari kesalahan pengambilan tanaman ubi talas.
2. Pengumpulan bahan

25

Bahan yang digunakan adalah ubi talas yang dipanen saat berumur 8 12
bulan yang diperoleh dari Desa Patemon Kecamatan Gunung pati Semarang.
3. Pembuatan pati
a. Sortasi basah, bertujuan untuk memisahkan ubi talas dari bahan bahan
asing lainnya.
b. Pencucian dengan air bersih yang mengalir, bertujuan untuk memisahkan
ubi talas dengan kotoran yang menempel.
c. Perajangan, bertujuan untuk mempermudah proses selanjutnya. Sebelum
menuju ke proses sebelumnya, ubi talas direndam terlebih dahulu dengan
larutan garam (NaCl) selama 30 menit untuk menghilangkan kalsium
oksalat penyebab gatal.
d. Pencucian dengan air bersih yang mengalir, bertujuan untuk memisahkan
sisa sisa kotoran dan larutan garam yang masih menempel.
e. Penggilingan ubi talas dan pemerasan. Bertujuan untuk mendapatkan pati
dari ubi talas.
f. Pati didiamkan sampai mengendap dan air yang berada diatasnya dibuang.
g. Pengeringan setelah endapan yang diperoleh tadi dikeringkan dengan oven,
untuk mengurangi kadar air.
h. Pengayakan, bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel agar dapat
digunakan sebagai suspending agent.
i. Penyimpanan dilakukan sebelum bahan digunakan sebagai suspending
agent. Penyimpanan dilakukan di dalam toples dan diberi silica gel.
4. Pemeriksaan kualitatif pati ubi talas.
a. Organoleptis
Warna, bau bentuk dan rasa dari pati yang dihasilkan dideskripsikan
pada saat pemeriksaan organoleptis (Depkes RI, 2000).
b. Susut pengeringan
Pati ubi talas yang dihasilkan diukur susut pengeringannya dengan
moisture balance. Pati ubi talas sebelumnya diayak dengan ayakan 100 mesh.
Sebanyak 5 gram pati ubi talas yang telah ditimbang seksama, diukur dengan

27

menggunakan moisture content balance pada suhu pemanasan 105C selama


30 menit sehingga bobotnya konstan (Depkes RI, 2000 ).
c. pH
Pengukuran pH larutan ubi talas dengan menggunakan alat indikator
pH-meter. Sebanyak 1 ml larutan pati ubi talas dicelupkan pH-meter. Angka
yang dihasilkan kemudian digolongkan ke dalam jenis asam atau basa.
5. Pembuatan suspensi asam mefenamat
Formula acuan yang mendasari penelitian ini dapat dilihat pada Tabel I
di bawah ini:
Tabel I. Formula Acuan Suspensi Asam Mefenamat (Siswanto dkk., 2008)
Bahan

Formula

Asam mefenamat(g)

1
0,25

Metil paraben (g)


Sorbitol 70% (g)
CMC Na 2% (ml)
Polisorbat (g)
Aquadest (g)

50
30
0,2
Ad 100

Suspensi asam mefenamat dibuat 4 variasi konsentrasi. Tiap formula,


mengandung asammefenamat sebesar 50 mg/ 5 ml. Masing masing formula
dibuat dengan 3 kali replika. Pondex digunakan sebagai pembanding dengan
3 kali replika. Formula suspensi asam mefenamat dapat dilihat pada Tabel II di
bawah ini:
Tabel II. Formula Modifikasi Suspensi Asam Mefenamat 50 mg/ 5 ml
Bahan
Asam mefenamat (g)
Patiubi talas (g)
Sorbitol 70% (g)
Polisorbat (g)
Aquadest (g)
Keterangan:

Formula I

Formula II

Formula III

Formula IV

10

12

14

50
0,2
Ad 100

50
0,2
Ad100

50
0,2
Ad 100

50
0,2
Ad 100

29

Formula I

: Suspensi
8% b/b
Formula II : Suspensi
10% b/b
Formula III : Suspensi
12% b/b
Formula IV : Suspensi
14% b/b

Asam Mefenamat dengan Suspending agent PatiUbi talas


Asam Mefenamat dengan Suspending agentPatiUbi talas
Asam Mefenamat dengan Suspending agentPatiUbi talas
Asam Mefenamat dengan Suspending agentPatiUbi talas

Pembuatan suspensi asam mefenamat menggunakan metode dispersi


dengan berbagai variasi konsentrasi pati ubi talas sebagai suspending agent.
Semua bahan ditimbang dengan seksama. Pati ubi talas dibuat mucilago
terlebih dahulu, dengan cara memasukan pati ubi talas ke dalam aquadest yang
telah dipanaskan sebanyak 20 ml. Campurkan sedikit demi sedikit sambil
diaduk hingga homogen. Selanjutnya ditambahkan 30 ml aquadest hingga
homogen.
Polisorbat 80 sebanyak 0,2 gram dilarutkan dalam 20 ml aquadest.
Asam mefenamat dihaluskan terlebih dahulu dengan mortir sebelum
dicampurkan dengan larutan polisorbat 80 hingga seluruh partikel terbasahi,
kemudian ditambahkan sorbitol dan larutan suspending agent dan diblender.
6. Pengujian sifat fisik suspensi
a.Ukuran partikel
Pengujian ukuran partikel perlu dilakukan agar mendapatkan ukuran
partikel yang bisa diterima sediaan suspensi, sehingga suspensi dapat stabil.
Metode mikroskopik adalah salah satu metode yang digunakan dalam
pengujian ukuran partikel. Mikroskop yang digunakan harus memiliki lensa
mikrometer okuler.
Suspensi terlebih dahulu dikocok, supaya terdispersi merata sebelum
diamati. Selanjutnya sampel uji diambil secara random dengan pipet dan

31

ditempatkan pada plat kaca tipis, diencerkan dengan air, dan ditutup dengan
dek glass. Selanjutnya diamati dengan mikroskop berlensa mikrometer okuler.
b. Viskositas
Viskositas suspensi asam mefenamat dapat diukur dengan alat
viskometer. Sebanyak 150 ml suspensi asam mefenamat ditempatkan pada
suatu wadah dan rotor pemutar yang sesuai. Rotor pemutar tersebut
dimasukkan ke dalam wadah yang telah berisi suspensi asam mefenamat
hingga tanda batas terendam, kemudian rotor dijalankan dengan kecepatan 60
rpm hingga viskometer menunjukkan angka tertentu. Skala angka yang tertera
merupakan nilai viskositas suspensi asam mefenamat.
c. Volume sedimentasi
Suspensi asam mefenamat sebanyak 50 ml dimasukkan ke dalam gelas
ukur kemudian didiamkan selama dua hari. Volume awal suspensi dalam gelas
ukur adalah (Vo). Pengamatan dilakukan terhadap volume akhir suspensi di
dalam gelas ukur (Vu). Volume sedimentasi dapat diperoleh dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
F = Vu / Vo
d. Redispersibilitas
Pengujian redispersibilitas dilakukan pada inverval waktu 1-2 hari,
dengan menggunakan alat shaker, yang telah diatur gerak mekanik sebesar 20
rpm. Suspensi ditempatkan pada sebuah tabung yang tidak terganggu dan
disimpan selama 12 hari. Kemudian dilakukan penggojokan dengan
menggunakan shaker sampai sedimen benarbenar terdispersi kembali
dandicatat waktu yang diperlukan (Banker dan Rhodes, 1996).
e. Mudah tidaknya dituang

33

Pengujian mudah tidaknya dituang dengan cara memiringkan 45


wadah suspensi, dan dicatat waktu yang dibutuhkan suspensi tersebut untuk
mencapai volume 60 ml(Banker dan Rhodes, 1996).

I. Skema Jalannya Penelitian


Skema jalannya penelitian dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini:

Tanaman talas

Ubi Talas

Pati ubi talas

Formula I
Asam mefenamat
+
8 % Pati Ubi Talas

Formula II
Asam mefenamat
+
10 % Pati Ubi
Talas

Determinasi Tanaman

1. Pengumpulan bahan
2. Pembuatan pati
Uji Pati Ubi Talas
1. Organoleptis
2. Kadar Air
3. pH

Formula III
Asam mefenamat
+
12 % Pati Ubi
Talas

Formula IV
Asam mefenamat
+
14 % Pati Ubi
Talas

35

Suspensi asam mefenamat

Analisis data

Kesimpulan

Uji Sifat Fisik Suspensi Asam


Mefenamat meliputi :
1.Ukuran partikel.
2.Viskositas.
3.Volume sedimentasi.
4. Redispersibilitas.
5.Mudah tidaknya dituang.

Gambar 5. Skema jalannya penelitian.

J . Analisis Data
Data sifat fisik suspensi yang dihasilkan meliputi ukuran partikel,
viskositas, volume sedimentasi, redispersibilitas dan mudah tidaknya dituang
dianalisis menggunakan uji regresi linier.

37

BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi Tanaman Ubi Talas


Berdasarkan surat keterangan hasil determinasi tanaman dari laboratorium
Ekologi dan Biosistematika Fakultas Sains dan Matematika Universitas
Diponegoro Semarang, menunjukkan bahwa tanaman yang dipakai dalam
penelitian ini adalah ubi talas. Hasil determinasi tanaman sebagai berikut : 1b,
2b, 3b, 4b, 6b, 7b, 9b, 10b, 11b, 12b, 13a, famili 22 (Araceae)1b, 2b, 3a, Genus :
Colocasia, Species : Colocasia esculenta L.
Hasil determinasi tanaman tercantum pada Lampiran 1.

B. Rendemen Ubi Talas


Perhitungan randemen bertujuan untuk menghitung hasil pati yang
diperoleh dari total bahan ubi talas yang digunakan. Pengeringan ubi talas
menghasilkan rendemen pati sebesar 35% b/b. Perhitungan ini dapat dilihat pada
Lampiran 5. Penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2014) yang menggunakan
pati ubi talas sebagai bahan penelitiannya menghasilkan randemen pati ubi talas
sebesar 7, 62% b/b. Perbedaan rendemen dikarenakan ubi talas yang digunakan
berasal dari tempat yang berbeda.

39

C. Pemeriksaan Uji Sifat Fisik dan Kimia Pati Ubi Talas


1. Organolepstis
Pati yang dihasilkan dari ubi talas secara organoleptik tidak berbau,tekstur
serbuk halus, berwarna putih dan tidak berasa.
2. Susut pengeringan
Susut pengeringan pati talas dalam penelitian ini adalah 5,6%. Standar
susut pengeringan pati ubi talas belum diatur dalam Farmakope Indonesia. Susut
pengeringan yang telah diatur dalam Farmakope Indonesia adalah susut
pengeringan pati beras dan pati kentang. Batas maksimal susut pengeringan untuk
pati beras adalah 15 %, dan susut pengeringan pati kentang adalah 20%. Jika
mengacu terhadap batas maksimal tentang susut pengeringan pati ketang dan
beras, maka susut pengeringan pati talas dalam penelitian ini dapat dikatakan baik.
3. pH
Pemeriksaan pH pada pati ubi talas bertujuan untuk mengetahui pati ubi
talas tersebut bersifat asam atau basa. Pati ubi talas yang digunakan dalam
penelitian ini mempunyai pH 8,02 sehingga bersifat basa.

D. Evaluasi Sifat Fisik Suspensi Asam Mefenamat


Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui sifat fisik suspensi asam
mefenamat meliputi viskositas, ukuran partikel, redispersibilitas, mudah tidaknya
dituang dan volume sedimentasi.
1.Viskositas
Viskositas mempunyai peranan

penting

dalam

suspensi

yaitu

memperlambat sedimentasi dan mendispersikan zat padat ke dalam zat cair


(Ansel, 1989). Peningkatan viskositas dapat meningkatan stabilitas suspensi. Oleh

41

karena itu viskositas merupakan salah satu

parameter yang penting dalam

menentukan sifat fisik suspensi (Sinko, 2006).


Viskositas suspensi asam mefenamat diukur dengan menggunakan alat
Formula
I
II
III
IV
Pondex

Konsentrasi
8%
10%
12%
14%
-

Viskositas (poise) SD
0,37 0,12
1,03 0,15
1,8 0,25
2,58 0,40
1,70 0,20

viskometer. Data hasil pengamatan viskositas kemudian dianalisis dengan


menggunakan regresi linier. Data hasil pengamatan dan analisis regresi linier
dapat dilihat pada Tabel III dan Lampiran 6.
Tabel III. Viskositas Suspensi Asam Mefenamat dengan Variasi
Konsentrasi Pati Ubi Talas sebagai Suspending Agent

Tabel III di atas menunjukkan bahwa viskositas suspensi asam mefenamat


dapat dipengaruhi oleh konsentrasi pati ubi talas sebagai suspending agent.
Peningkatan konsentrasi pati ubi talas menyebabkan kenaikan viskositas suspensi
yang

dihasilkan,

sehingga

dapat

mempengaruhi

laju

sedimentasi

dan

pendispersian zat padat ke dalam zat cair.


Hasil dari analisis regresi linier diperoleh nilai korelasi antara variasi
konsentrasi formula suspensi asam mefenamat dan viskositas suspensi adalah
0,968. Nilai tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat
antara variasi konsentrasi pati ubi talas dengan viskositas suspensi, yang artinya

43

bahwa peningkatan konsentrasi pati ubi talas, menyebabkan kenaikan viskositas


suspensi yang dihasilkan.
3
2.5
f(x) = 0.37x - 2.63
R = 1 2
viskositas suspensi asam mefenamat(poise)

1.5
1
0.5
0

konsentrasi pati ubi talas (%)

Hasil
analisis regresi linier, menghasilkan nilai b sebesar 0,733. Angka tersebut bernilai
positif menunjukkan terdapat hubungan searah antara variasi konsentrasi pati ubi
talas dengan viskositas. Nilai b mempunyai arti bahwa peningkatan konsentrasi
pati menyebabkan kenaikan viskositas suspensi. Grafik regresi linier antara
konsentrasi pati ubi talas dengan viskositas suspensi asam mefenamat dapat
dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Grafik regresi linier antara konsentrasi pati ubi talas dengan
viskositas suspensi asam mefenamat

45

Peningkatan viskositas karena amilum dan amilopektin yang terkandung


dalam pati ubi talas. Amilum dapat menyerap air sedangkan amilopektin dapat
mengembang dan membentuk mucilago. Zat tersebut dapat mendispersikan zat
padat ke dalam zat cair dan meningkatan viskositas suspensi. Peningkatan
viskositas menyebabkan laju endap semakin berkurang cukup besar. Peningkatan
viskositas yang berlebihan menyebabkan suspensi sukar merata saat dituangkan.
Karena itu peningkatan viskositas harus dikontrol untuk menghindari sukar
merata saat dituangkan, sehingga dapat menghasilkan suspensi yang baik (Ansel,
1989).
2. Ukuran partikel
Semakin kecil ukuran partikel, maka semakin besar luas permukaan
partikel tersebut (Lachman dkk., 1994). Peningkatan luas permukaan partikel
dapat meningkatkan laju larutan, sehingga laju disolusi partikel tersebut semakin
besar.
Ukuran partikel dapat diamati dengan menggunakan metode mikroskopis.
Ukuran partikel yang dapat diterima dalam sediaan suspensi berkisar antara 1
50 mikrometer (Ansel, 1989). Data pengamatan ukuran partikel selanjutnya
dianalisis dengan menggunakan regresi linier. Data pengamatan ukuran partikel
dan analisis regresi linier dapat dilihat pada Tabel IV dan Lampiran 7.
Tabel IV. Ukuran Partikel Suspensi Asam Mefenamat dengan
Variasi Konsentrasi Pati Ubi Talas Sebagai
Suspending Agent.

47

di

atas

Formula
I
II
III
IV
Pondex

Konsentrasi
8%
10%
12%
14%
-

Ukuran Partikel
(g) SD
13,71 0,35
11,12 0,20
9,62 0,29
9,1 0,1
8,46 0,14

Tabel

IV

menunjukkan bahwa ukuran partikel suspensi asam mefenamat dapat dipengaruhi


oleh konsentrasi pati ubi talas sebagai suspending agent. Peningkatan konsentrasi
pati ubi talas menyebabkan ukuran partikel menurun.
Hasil analisis regresi linier diperoleh nilai korelasi antara ukuran partikel
suspensi asam mefenamat dengan variasi konsentrasi pati ubi talas yaitu : -0,951.
Nilai korelasi yang diperoleh menunjukkan hubungan antara variasi konsentrasi
pati ubi talas dengan ukuran partikel adalah kuat, karena mendekati angka 1.
16
14
12
f(x) = - 0.77x + 19.32
10
R = 0.92
8
Ukuran partikel suspensi asam meffenamat (m) 6
4
2
0
12
6
Kosentrasi pati ubi talas (%)

Analisis
regresi linier menghasilkan nilai b sebesar 1,534. Nilai b menunjukkan bahwa

49

jika ada penambahan konsentrasi pati ubi talas maka ukuran partikel suspensi
asam mefenamat akan berkurang sebesar 1,534. Nilai negatif menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang berbanding terbalik antara variasi konsentrasi pati ubi talas
dengan ukuran partikel suspensi asam mefenamat, yang artinya bahwa
peningkatan konsentrasi pati ubi talas menyebabkan ukuran partikel suspensi
asam mefenamat menurun. Grafik regresi linier antara konsentrasi pati ubi talas
dengan ukuran partikel suspensi asam mefenamat dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Grafik regresi linier antara konsentrasi pati ubi talas


dengan ukuran partikel suspensi asam mefenamat

3. Mudah tidaknya dituang


Salah satu sifat yang diinginkan oleh suspensi adalah suatu suspensi harus
mudah dituang dengan cepat dan homogen. Pengujian mudah tidaknya dituang
suatu suspensi dilakukan dengan mengalirkan sediaan suspensi dari botol, dengan
kemiringan 45 dalam waktu tertentu.
Pengujian mudah tidaknya dituang berhubungan erat dengan viskositas
suspensi. Semakin tinggi viskositas, maka semakin sulit untuk dituang (Ansel,
1989). Data hasil pengujian mudah tidaknya dituang selanjutnya dianalisis dengan

51

menggunakan analisis regresi linier. Data hasil pengujian mudah tidaknya dituang
dan analisis regresi linier dapat dilihat pada Tabel V dan Lampiran 8.
Tabel V. Mudah Tidaknya Dituang Suspensi Asam Mefenamat
dengan Variasi Konsentrasi Pati Ubi Talas sebagai
Suspending Agent
Formula
I
II
III
IV
Pondex

Konsentrasi
8%
10%
12%
14%
-

Waktu (detik) SD
10,33 1,53
13.67 1,53
21,67 1,53
40,67 1,15
36,33 1,53

Tabel V di atas menunjukkan bahwa mudah tidaknya dituang suspensi


asam mefenamat dapat dipengaruhi oleh konsentrasi pati ubi talas sebagai
suspending agent. Peningkatan konsentrasi pati ubi talas menyebabkan suspensi
semakin sukar untuk dituang.
Hasil uji regresi linier menunjukkan nilai korelasi antara variasi konstrasi
pati ubi talas terhadap mudah tidaknya dituang sebesar 0,936. Nilai korelasi
menunjukkan bahwa hubungan antara variasi konsentrasi pati ubi talas dengan
mudah tidaknya dituang sangat kuat, karena nilai korelasi mendekati angka 1.
Analisis regresi linier menghasilkan nilai b sebesar 9,900. Nilai b
menunjukkan bahwa jika ada penambahan konsentrasi maka mudah tidaknya
dituang akan bertambah sebesar 9,900. Sedangkan Nilai b yang positif
menunjukkan hubungan antara variasi konsentrasi pati ubi talas terhadap mudah
tidaknya dituang adalah searah yang artinya, peningkatan konsentrasi pati ubi
talas menyebabkan suspensi sukar dituang. Grafik regresi linier antara konsentrasi

53

pati ubi talas dengan mudah tidaknya dituang suspensi asam mefenamat dapat
dilihat pada Gambar 8.

Mudah tidaknya dituang suspensi asam mefenamat (detik)

Kosentrasi pati ubi talas (%)

Gambar 8. Grafik regresi linier antara konsentrasi pati ubi talas dengan
mudah tidaknya dituang suspensi asam mefenamat.

Hal ini dapat dijelaskan karena peningkatan konsentrasi pati ubi talas
menyebabkan viskositas semakin tinggi, sehingga suspensi semakin sukar untuk
dituang. viskositas dan mudahnya dituang sangat berkaitan erat (Ansel, 1989).
4. Redispersibilitas
Salah satu parameter suspensi farmasi yang baik harus mudah terdispersi
kembali setelah penggojokan ringan. Suatu suspensi umumnya akan mengendap
setelah waktu penyimpanan. Pengendapan yang terjadi, diharapkan dapat
terdispersi kembali setelah penggojokan ringan. Homogenitas dapat menjamin
keseragaman dosis obat yang diberikan (Banker dan Rhodes, 1996).
Redispersibilitas berkaitan dengan viskositas. Semakin tinggi viskositas, maka
semakin

sukar

untuk

terdispersi

kembali.

Hasil

pengamatan

terhadap

redispersibilitas selanjutnya di analisis dengan menggunakan regresi linier. Data

55

hasil pengamatan dan analisis regresi linier dapat dilihat pada Tabel VI dan
Lampiran 9.
Tabel VI. Redispersibilitas Suspensi Asam Mefenamat dengan
Variasi Konsentrasi Pati Ubi Talas sebagai Suspending
Agent

atas

Formula
I
II
III
IV
Pondex

Konsentrasi
8%
10%
12%
14%
-

Redidpersibilitas(detik
) SD
28,67 1,53
32,33 2,08
33,33 1,53
43 1,00
32,67 2,51

Data

di

menunjukkan bahwa redispersibilitas dipengaruhi oleh variasi konsentrasi pati ubi


talas. Peningkatan konsentrasi pati ubi talas menyebabkan suspensi sukar untuk
terdispersi kembali.
Hasil analisis regresi linier menunjukkan bahwa nilai korelasi antara
variasi konsentrasi pati ubi talas terhadap redispersibilitas sebesar 0,906. Nilai
korelasi mempunyai arti bahwa hubungan antara variasi konsentrasi pati ubi talas
dengan redispersibilitas adalah kuat, karena nilai korelasi mendekati angka 1.
Analisis regresi linier menghasilkan nilai b sebesar 4,333. Nilai b
menunjukkan bahwa jika ada peningkatan konsentrasi maka redispersibilitas
meningkat sebesar 4,333. Sedangkan Nilai b yang positif menunjukkan hubungan
antara variasi konsentrasi pati ubi talas terhadap redispersibilitas adalah searah
yang artinya, peningkatan konsentrasi pati ubi talas menyebabkan suspensi sukar
terdispersi kembali. Grafik regresi linier antara konsentrasi pati ubi talas dengan
redispersibilitas suspensi asam mefenamat dapat dilihat pada Gambar 9.

57

Redisperbilitas suspensi asam mefenamat (detik)

Kosentrasi pati ubi talas (%)

Gambar 9. Grafik regresi linier antara konsentrasi pati ubi talas


dengan redispersibilitas suspensi asam mefenamat

Hal ini dikarenakan redispersibilitas berkaitan erat dengan ukuran partikel


suspensi. Hukum stokes menjelaskan bahwa laju endap suspensi dapat
diperlambat dengan

cara

pengurangan ukuran

partikel suatu suspensi.

Pengurangan ukuran partikel yang berlebih, akan berakibat pembentukan padatan


(cake) pada dasar wadah suspensi. Padatan (cake) yang terbentuk akan sukar
terdispersi kembali setelah penyimpanan suatu suspensi (Ansel, 1989).
5. Volume sedimentasi
Suspensi yang baik mempunyai nilai volume sedimentasi 1. Volume
sedimentasi (F) adalah rasio volume akhir sedimentasi (Vu) setelah penyimpanan
suspensi terhadap volume awal sedimentasi suspensi (Vo). Sedimentasi suatu
suspensi sangat dipengaruhi oleh viskositas dan ukuran partikel. Laju sedimentasi
akan berkurang dengan cara menaikan viskositas dan memperkecil ukuran
partikel. Hasil pengukuran volume sedimentasi kemudian di analisis dengan

59

menggunakan analisis regresi linier. Data hasil pengukuran volume sedimentasi


dan analisis regresi linier dapat dilihat pada Tabel VII dan Lampiran 10.
Tabel VII. Volume Sedimentasi Suspensi Asam Mefenamat
dengan Variasi Konsentrasi Pati Ubi Talas sebagai
Suspending Agent

Formula
I
II
III
IV
Pondex

Konsentrasi
8%
10%
12%
14%
-

Volume
Sedimentasi
(detik) SD
0,87 0,02
0,94 0,02
0,95 0,01
0,95 0,01
0,99 0,01

Data volume sedimentasi di atas menunjukkan bahwa peningkatan


konsentrasi pati ubi talas menyebabkan volume sedimentasi semakin mendekati
angka 1, yang artinya suspensi yang dihasilkan semakin ideal.
Hasil analisis regresi linier menunjukkan nilai korelasi antara variasi
konsentrasi pati ubi talas dengan volume sedimentasi sebesar 0,810. Nilai korelasi
menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara konsentrasi pati ubi
talas terhadap volume sedimentasi, karena nilai korelasi mendekati angka 1.
Analisis regresi linier menghasilkan nilai b sebesar 0,027. Nilai b
menunjukkan bahwa jika ada penambahan konsentrasi maka volume sedimentasi
bertambah sebesar 0,027. Sedangkan Nilai b yang positif menunjukkan hubungan
antara variasi konsentrasi pati ubi talas terhadap volume sedimentasi adalah
searah yang artinya, peningkatan konsentrasi pati ubi talas menyebabkan kenaikan
pada volume sedimentasi. Grafik volume sedimentasi dapat dilihat pada Gambar
10.

61

Volume sedimentasi suspensi asam mefenamat (ml)

Kosentrasi pati ubi talas (%)

Gambar 10. Grafik regresi linier antara konsentrasi pati ubi talas
dengan volume sedimentasi suspensi asam mefenamat

Hal ini dikarenakan volume sedimentasi dipengaruhi oleh agregasi dan


flokulasi. Artinya ukuran partikel yang kecil cenderung kompak saat menggumpal
pada dasar wadah, sehingga volume sedimentasi akan mencapai harga puncaknya.
Pengurangan ukuran partikel yang berlebih, akan menyebabkan pembentukan
padatan (cake) pada dasar wadah, yang menyebabkan suspensi sukar terdispersi
kembali dan volume sedimentasi melebihi batas ideal suspensi (Voigt,1984).
Penelitian ini menjelaskan bahwa variasi konsentrasi pati ubi talas dapat
mempengaruhi sifat fisik suspensi asam mefenamat. Peningkatan konsentrasi pati
ubi talas menyebabkan viskositas, redispersibilitas dan volume sedimentasi
suspensi asam mefenamat semakin meningkat. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Herawati (2014) yang menjelaskan bahwa variasi konsentrasi
pati ubi talas dapat mempengaruhi sifat fisik suspensi ibuprofen. Peningkatan
konsentrasi pati ubi talas menyebabkan viskositas, redispersibilitas dan volume
sedimentasi suspensi ibuprofen semakin meningkat.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan

63

Variasi konsentrasi pati ubi talas (Colocosia esculenta L.) sebagai


suspending agent suspensi asam mefenamat berpengaruh terhadap sifat fisik
suspensi asam mefenamat. Kenaikan konsentrasi pati ubi talas menyebabkan
peningkatan viskositas, redispersibilitas dan volume sedimentasi. Peningkatan
konsentrasi pati ubi talas juga menyebabkan suspensi semakin sukar untuk
dituang. Sebaliknya peningkatan konsentrasi pati ubi talas menyebabkan
penurunan ukuran partikel.
C. Saran
Perlu dilakukan penelitian serupa mengenai pengaruh variasi konsentrasi
pati ubi talas (Colocasia esculenta L.) sebagai suspending agent terhadap
stabilitas fisik suspensi asam mefeamat.

65

DAFTAR PUSTAKA

Alalor, C. A., Avbonugdiogba, J., A. Augustine, K., 2014, Isolation


AndCharacterization of Mucilago Obtained from Colocasia Esculenta,
International Journal of Biological and Sains, 4(1), 25-29.
Ansel, H. C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Edisi Keempat, UI-Press, Jakarta, 41, 353-376.
Aulton, M. E., 2002, The Science of Dosage Form Design, 70-92, second edition,
Churchill Livingstone, 70-92.
Backer, C. A. dan Backuizen, V. D. B., 1968. Flora of Java,Vol. I dan Vol. II.
Nordhof N.V., Gronigen, The Netherland
Banker, G. S., dan Rhodes, C. T., 1996, Modern Pharmaceutics, Third Edition,
Marcell Dekker Inc., New York,316.
Depkes RI, 1995, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 112, 175, 413, 449, 551, 713.
Depkes RI, 2000, Inventaris Tanaman Obat Indonesia, Jilid 1, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 151-152.
Herawati, E., 2014, Pengaruh Variasi Konsentrasi Pati Ubi Talas (Colocasia
Esculenta L.) Sebagai Suspending Agent Terhadap Sifat Fisik Suspensi
Ibuprofen, Skripsi, Fakultas Farmasi Universitas Wahid Hasyim, Semarang.
Heyne, K., 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia, Jil. 3; 1840, Terjemahan,
Yayasan Sarana Wana Jaya, Jakarta.
Jane, J., Shen, L., Chen, J., Lim, S., Kasemsuan,T. dan Nip, W.K., 1992, Phisical
and Chemical Studies of Taro Starches and Flour, cereal chemistry, 69(5),
528-535.
Lachman, L., Lieberman, H. A., dan Kanig, J. L., 1994, Teori dan Praktek
Farmasi Industri, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, Edisi Ketiga, UI-Press,
Jakarta, 985-1026.
Lingga, P., 1995, Bertanam Ubi-Ubian, Penebar Swadaya, Jakarta,245-249.
Malviya,R., Srivastava,P., dan Kulkarni, G.T., 2011, Aplication of Mucilages in
Drug Delivery, Advance in Biological Research, 5(1) ; 01-07.

67

Richana, N., dan Sunarti, T. C., 2004, Karakterisasi Sifat Fisikokimia Tepung
Umbi dan Tepung Pati dari Umbi Ganyong, Suweg, Ubi Kelapa dan
Gembili, Journal Pasca Panen, 1(1), 33.
Satyam, G., Shivani, S., Shivam, G., Sobhit, J., Sanjeev, V., Arvind, K.,
2010,Strach As An Material For Drug Delivery, Internsional Journal of
Biological and Pharmaceutical Reearcg, 1(2);56-60.
Sinko, P. J., 2006, Martin Physical Pharmacy And Pharmaceutical Sciences,
diterjemahkan oleh Dr. Joshita Djajadisastra, dan Amalia H. Hadinata, Edisi
5, Buku Kedokteran ECG, Jakarta, 293-295, 498-499, 638-640.
Siswanto,A., Soedirman, I., dan Wijayanti, R.E., 2008, Pengruh Sorbitol Sebagai
Bahan Pemflokula Terhadap Stabilitas Suspensi Asam Mefenamat Dalam
Prosiding Kongres Ilmiah XVI ISFI, transformasi ilmu dan teknologi dalam
praktek profesi kefarmasian, 821-825.
Steenis, 1992, Flora Untuk Sekolah Indonesia. Penerbit PT. Pradnya Paramita,
Jakarta.
Syamsuni, H.A., 2007, Ilmu Resep, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 135145.
Tabibi, S. E., dan Rhodes, C. T., 1996, Dysperse System, in Banker, G. S., and
Rhodes, C. T., (Eds), Modern Pharmaceutics, 3rd Ed., Revised and
Expanded, Marcel Dekker Inc., New York, 306.
Voigt, R., 1984, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, diterjemahakan oleh
Soendani Noerono Soewandi, Edisi Kelima, Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta, 445-460.
Wang, J. K.,1993, Taro, A Riview Of Colocasia Esculenta And Its Potential,
Universitaty Of Hawai Press, Hawai, 23- 26.
Winfield, A. J., dan Richards, R. M. E., 2004, Pharmaceutical pratice 3rd, Elsevier
Science Limited, New York, 145-152.

69

Lampiran 1. Surat Keterangan Determinasi Tanaman

71

73

75

Lampiran 2. Cerificate of Analysis Asam Mefenamat

77

Lampiran 3. Surat Keterangan Penelitian di Laboratorium Teknologi


Farmasi

79

Lampiran 4. Perhitungan Randemen Pati Ubi Talas

Diketahui : Bobot ubi talas bersih = 9 kg


Bobot pati Ubi talas yang di peroleh = 3,15 kg.
bobot pati ubi talas yang didapat
Randemen pati ubi talas =
100%
bobotUbitalasbasa h

3,15 100%

=35%

81

Lampiran 6. Analisis Regresi Linier Viskositas Suspensi Asam mefenamat

viskositas suspensi
formula suspensi

Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
1,4333
,88455
2,50
1,168

N
12
12

Correlations

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

viskositas
suspensi
1,000
,968
.
,000
12
12

viskositas suspense
formula suspense
viskositas suspense
formula suspense
viskositas suspense
formula suspense

formula
suspensi
,968
1,000
,000
.
12
12

Variables Entered/Removed(b)
Variables
Variables
Model
Entered
Removed
Method
1
formula
. Enter
suspensi(a)
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: viskositas suspense
Model Summary(b)
Adjusted R
Model
R
R Square
Square
1
,968(a)
,937
,931
a Predictors: (Constant), formula suspensi
b Dependent Variable: viskositas suspensi

Std. Error of
the Estimate
,23238

ANOVA(b)
Model
1

Sum of
Squares
Regressio
n
Residual
Total

8,067

,540
8,607
a Predictors: (Constant), formula suspensi
b Dependent Variable: viskositas suspensi

df

Mean Square
1

8,067

10
11

,054

F
149,383

Sig.
,000(a)

83

Coefficientsa

Model
1

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)
formula
suspensi

Std. Error

-.400

.164

.733

.060

a. Dependent Variable: viskositas suspensi

Beta

.968

Sig.

-2.434

.035

12.222

.000

85

Lampiran 7. Analisis Regresi Linier Ukuran Partikel Suspensi Asam


mefenamat

ukuran partikel
formulasi suspensi

Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
10,89
1,884
2,50
1,168

N
12
12

Correlations

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

ukuran partikel
formulasi suspensi
ukuran partikel
formulasi suspensi
ukuran partikel
formulasi suspensi

ukuran
partikel
1,000
-,951
.
,000
12
12

formulasi
suspensi
-,951
1,000
,000
.
12
12

Variables Entered/Removed(b)
Variables
Variables
Model
Entered
Removed
Method
1
formulasi
. Enter
suspensi(a)
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: ukuran partikel
Model Summary(b)
Adjusted R
Model
R
R Square
Square
1
,951(a)
,905
,895
a Predictors: (Constant), formulasi suspensi
b Dependent Variable: ukuran partikel

Std. Error of
the Estimate
,610

ANOVA(b)
Sum of
Squares
df
Regression
35,313
1
Residual
3,717
10
Total
39,030
11
a Predictors: (Constant), formulasi suspensi
b Dependent Variable: ukuran partikel
Model
1

Mean Square
35,313
,372

F
94,993

Sig.
,000(a)

87

Coefficientsa

Model
1

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)
formulasi
suspensi

Std. Error

14.725

.431

-1.534

.157

a. Dependent Variable: ukuran partikel

Beta

-.951

Sig.

34.155

.000

-9.746

.000

89

Lampiran 8.

Analisis Regresi Linier Mudah Tidaknya DituangSuspensi


Asam Mefenamat

Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
mudah tidah nya dituang
21,5833
12,34694
Formula
2,5000
1,16775

N
12
12

Correlations

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

mudah tidah nya dituang


Formula
mudah tidah nya dituang
Formula
mudah tidah nya dituang
Formula

mudah tidah
nya dituang
1,000
,936
.
,000
12
12

Formula
,936
1,000
,000
.
12
12

Variables Entered/Removed(b)
Variables
Variables
Model
Entered
Removed
Method
1
formula(a)
. Enter
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: mudah tidah nya dituang
Model Summary(b)
Adjusted R
Model
R
R Square
Square
1
,936(a)
,877
,864
a Predictors: (Constant), formula
b Dependent Variable: mudah tidah nya dituang

Std. Error of
the Estimate
4,54716

ANOVA(b)
Sum of
Model
Squares
Df
Mean Square
1
Regression
1470,150
1
1470,150
Residual
206,767
10
20,677
Total
1676,917
11
a Predictors: (Constant), formula
b Dependent Variable: mudah tidah nya dituang

F
71,102

Sig.
,000(a)

91

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

B
(Constant)
formula

Std. Error
-3.167

3.215

9.900

1.174

a. Dependent Variable: mudah tidah nya dituang

Coefficients
Beta

.936

Sig.

-.985

.348

8.432

.000

93

Lampiran 9.

Analisis Regresi Linier Redispersibilitas Suspensi Asam


mefenamat
Descriptive Statistics
Mean

redispersibilitas
formuasi

Std. Deviation

34.5000

5.58407

12

2.50

1.168

12

Correlations
redispersibilitas
Pearson Correlation

Redispersibilitas

1.000

.906

.906

1.000

.000

.000

Redispersibilitas

12

12

Formuasi

12

12

Formuasi
Redispersibilitas

Sig. (1-tailed)

Formuasi

formuasi

Variables Entered/Removeda
Model

Variables

Variables

Entered

Removed

formuasib

Method
. Enter

a. Dependent Variable: redispersibilitas


b. All requested variables entered.

Model Summaryb
Mo

R Square

del

Adjusted

Std. Error of

R Square

the Estimate

Change Statistics
R Square

F Change

df1

df2

Sig. F Change

Change
1

.906a

.821

.803

a. Predictors: (Constant), formuasi


b. Dependent Variable: redispersibilitas

2.47656

.821

45.924

10

.000

95

ANOVAa
Model

Sum of Squares
Regression

Mean Square

281.667

281.667

61.333

10

6.133

343.000

11

Residual
Total

df

Sig.
.000b

45.924

a. Dependent Variable: redispersibilitas


b. Predictors: (Constant), formuasi

Coefficientsa
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)
1
formuasi

Std. Error
23.667

1.751

4.333

.639

a. Dependent Variable: redispersibilitas

Beta

Sig.

Correlations

Zero-order

.906

13.515

.000

6.777

.000

Partial

.906

.906

Collinearity Statisti

Part

Tolerance

.906

1.000

VIF

1.0

97

Lampiran 10. Analisis Regresi LinierVolume Sedimentasi Suspensi Asam


mefenamat

sedimentasi
formulasi

Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
,9267
,03846
2,5000
1,16775

Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N

Model
1

N
12
12

Correlations
sedimentasi
sedimentasi
1,000
formulasi
,810
sedimentasi
.
formulasi
,001
sedimentasi
12
formulasi
12

formulasi
,810
1,000
,001
.
12
12

Variables Entered/Removed(b)
Variables
Variables
Entered
Removed
Method
formulasi(a)
. Enter

a All requested variables entered.


b Dependent Variable: sedimentasi
Model Summary(b)
Adjusted R
Model
R
R Square
Square
1
,810(a)
,656
,621
a Predictors: (Constant), formulasi
b Dependent Variable: sedimentasi

Std. Error of
the Estimate
,02366

ANOVA(b)
Sum of
Squares
Regression
,011
Residual
,006
Total
,016
a Predictors: (Constant), formulasi
b Dependent Variable: sedimentasi
Model
1

Df
1
10
11

Mean Square
,011
,001

F
19,048

Sig.
,001(a)

99

Coefficientsa
Standardized
Unstandardized Coefficients
Model
1

Std. Error

(Constant)

.860

.017

formulasi

.027

.006

a. Dependent Variable: sedimentasi

Coefficients
Beta

.810

Sig.

51.395

.000

4.364

.001

101

Lampiran 11. Gambar dokumentasi penelitian

Moisture content balance


Pembuatan suspensi Asam mefenamat

Suspensi Asam Mefenamat

103

Alat pengukur pH elektrik

Pengukuran volume sedimentasi

Alat redispersibilitas

Pengukuran Ukuran partikel suspensi

105

Pengukuran Viskositas suspensi

Anda mungkin juga menyukai