DENGAN
GAGAL GINJAL KRONIS
BAB I
KONSEP DASAR
GAGAL GINJAL KRONIK
1.
Pengertian
Gagal ginjal kronik merupakan kegagalan fungsi ginjal (unit nefron) yang berlangsung
perlahan-lahan, karena penyebab yang berlangsung lama dan menetap, yang
mengakibatkan penumpukan sisa metabolit (Toksik uremik) sehingga ginjal tidak dapat
memenuhi kebutuhan biasa lagi dan menimbulkan gejala sakit.
Pada umumnya CRF tidak reversibel lagi, dimana ginjal kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan volume dan komposisi cairan tubuh dalam keadaan diet makanan dan
minuman untuk orang normal.
2.
Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronik antara lain :
Infeksi
Penyakit peradangan
Penyakit vaskuler hipersensitif
Gangguan jaringan penyambung
Gangguan kongenital dan herediter
Gangguan metabolisme
Nefropatik toksik
Nefropati obstruksi
3.
Patofisiologi
Gagal ginjal kronik terjadi setelah sejumlah keadaan yang menghancurkan masa nefron
ginjal. Keadaan ini mencakup penyakit parenkim ginjal difus bilateral, juga lesi
obstruksi pada traktus urinarius.
Mula-mula terjadi beberapa serangan penyakit ginjal terutama menyerang glomerulus
(Glumerolunepritis), yang menyerang tubulus ginjal (Pyelonepritis atau penyakit
polikistik) dan yang mengganggu perfusi fungsi darah pada parenkim ginjal
(nefrosklerosis).
Kegagalan ginjal ini bisa terjadi karena serangan penyakit dengan stadium yang
berbeda-beda
:
Stadium I
Selama stadium ini kreatinine serum dan kadar BUN normal dan pasien
asimtomatik.
Homeostasis terpelihara.
Insufisiensi Ginjal
Azotemia ringan.
Anemi.
Kerusakan massa nefron sekitar 90% (nilai GFR 10% dari normal).
BUN meningkat.
Pasien oliguria.
Gejala lebih parah karena ginjal tak sanggup lagi mempertahankan homeostasis
cairan dan elektrolit dalam tubuh.
Azotemia.
Nokturia.
terutama muntah dan diare. Keadaan ini memperburuk hiponatremia dan dehidrasi.
Pada CRF yang berat keseimbangan natrium dapat dipertahankan meskipun terjadi
kehilangan yang fleksibel nilai natrium. Orang sehat dapat pula meningkat di atas 500
mEq/hari. Bila GFR menurun di bawah 25-30 ml/menit, maka ekskresi natrium kurang
lebih 25 mEq/hari, maksimal ekskresinya 150-200 mEq/hari. Pada keadaan ini natrium
dalam diet dibatasi 1-1,5 gram/hari.
c.
Ketidakseimbangan Kalium
Jika keseimbangan cairan dan asidosis metabolik terkontrol maka hiperkalemia
jarang terjadi sebelum stadium IV. Keseimbangan kalium berhubungan dengan sekresi
aldosteron. Selama output urine dipertahankan kadar kalium biasanya terpelihara.
Hiperkaliemia terjadi karena pemasukan kalium yang berlebihan, dampak pengobatan,
hiperkatabolik (infeksi), atau hiponatremia. Hiperkalemia juga merupakan karakteristik
dari tahap uremia.
Hipokalemia terjadi pada keadaan muntah atau diare berat, pada penyakit tubuler ginjal,
nefron ginjal, meresorbsi kalium sehingga ekskresi kalium meningkat. Jika hipokalemia
persisten, kemungkinan GFR menurun dan produksi NH3 meningkat. HCO3 menurun
dan natrium bertahan.
d. Ketidaseimbangan asam basa
Asidosis metabolik terjadi karena ginjal tidak mampu mengekskresikan ion
Hirdogen untuk menjaga pH darah normal. Disfungsi renal tubuler mengakibatkan
ketidamampuan pengeluaran ioh H. Dan pada umumnya penurunan ekskresi H +
sebanding dengan penurunan GFR. Asam yang secara terus-menerus dibentuk oleh
metabolisme dalam tubuh tidak difiltrasi secara efektif melewati GBM, NH3 menurun
dan sel tubuler tidak berfungsi. Kegagalan pembentukan bikarbonat memperberat
ketidakseimbangan. Sebagian kelebihan hidrogen dibuffer oleh mineral tulang.
Akibatnya asidosis metabolik memungkinkan terjadinya osteodistrophy.
e. Ketidakseimbangan Magnesium
Magnesium pada tahap awal CRF adalah normal, tetapi menurun secara progresif
dalam ekskresi urine menyebabkan akumulasi. Kombinasi penurunan ekskresi dan
intake yang berlebihan mengakibatkan henti napas dan jantung.
f. Ketidakseimbangan Calsium dan Fospor
Secara normal calsium dan pospor dipertahankan oleh parathyroid hormon yang
menyebabkan ginjal mereabsorbsi kalsium, mobilisasi calsium dari tulang dan depresi
resorbsi tubuler dari pospor. Bila fungsi ginjal menurun 20-25 % dari normal,
hiperpospatemia dan hipocalsemia terjadi sehingga timbul hiperparathyroidisme
sekunder. Metabolisme vitamin D terganggu. Dan bila hiperparathyroidisme
berlangsung dalam waktu lama dapat mengakibatkan osteorenaldystrophy.
g. Anemia
Defisiensi folat
nitasyamsiah@gmail.co
m
h. Ureum kreatinin
Urea yang merupakan hasil metabolik protein meningkat (terakumulasi). Kadar
BUN bukan indikator yang tepat dari penyakit ginjal sebab peningkatan BUN dapat
terjadi pada penurunan GFR dan peningkatan intake protein. Tetapi kreatinin serum
adalah indikator yang lebih baik pada gagal ginjal sebab kreatinin diekskresikan sama
dengan jumlah yang diproduksi tubuh.
5.
Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Penilaian CRF dengan ganguan yang serius dapat dilakukan dengan pemerikasaan
laboratorium, seperti : Kadar serum sodium/natrium dan potassium/kalium, pH, kadar
serum phospor, kadar Hb, hematokrit, kadar urea nitrogen dalam darah (BUN), serum
dan konsentrasi kreatinin urin, urinalisis.
Pada stadium yang cepat pada insufisiesi ginjal, analisa urine dapat menunjang dan
sebagai indikator untuk melihat kelainan fungsi ginjal. Batas kreatinin urin rata-rata
dari urine tampung selama 24 jam. Analisa urine rutin dapat dilakukan pada stadium
gagal ginjal yang mana dijumpai produksi urin yang tidak normal. Dengan urin analisa
juga dapat menunjukkan kadar protein, glukosa, RBCs/eritrosit, dan WBCs/leukosit
serta penurunan osmolaritas urin. Pada gagal ginjal yang progresif dapat terjadi output
urin yang kurang dan frekuensi urin menurun.
Monitor kadar BUN dan kadar creatinin sangat penting bagi pasien dengan gagal
ginjal. Urea nitrogen adalah produk akhir dari metabolisme protein serta urea yang
harus dikeluarkan oleh ginjal. Normal kadar BUN dan kreatinin sekitar 20 : 1. Bila ada
peningkatan BUN selalu diindikasikan adanya dehidrasi dan kelebihan intake protein.
b. Pemeriksaan Radiologi
Berberapa pemeriksaan radiologi yang biasa digunanakan utntuk mengetahui
gangguan fungsi ginjal antara lain:
c. Biopsi Ginjal.
Untuk mengdiagnosa kelainann ginjal dengan mengambil jaringan ginjal lalu
dianalisa. Biasanya biopsi dilakukan pada kasus golomerulonepritis, neprotik
sindom, penyakit ginjal bawaan, ARF, dan perencanaan transplantasi ginjal.
6. Penatalaksanaan
Pada umunya keadaan sudah sedemikian rupa sehingga etiologi tidak dapat diobati
lagi. Usaha harus ditujukan untuk mengurangi gejala, mencegah kerusakan/pemburukan
faal ginjal yang terdiri :
a. Pengaturan minum
Pengaturan minum dasarnya adalah memberikan cairan sedemikian rupa sehingga
dicapai diurisis maksimal. Bila cairan tidak dapat diberikan per oral maka diberikan
perparenteral. Pemberian yang berlebihan dapat menimbulkan penumpukan di dalam
rongga badan dan dapat membahayakan seperti hipervolemia yang sangat sulit diatasi.
b. Pengendalian hipertensi
Tekanan darah sedapat mungkin harus dikendalikan. Pendapat bahwa penurunan
tekanan darah selalu memperburuk faal ginjal, tidak benar. Dengan obat tertentu tekanan
darah dapat diturunkan tanpa mengurangi faal ginjal, misalnya dengan beta bloker, alpa
metildopa, vasodilator. Mengurangi intake garam dalam rangka ini harus hati-hati
karena tidak semua renal failure disertai retensi Natrium.
c. Pengendalian K dalam darah
Mengendalikan K darah sangat penting, karena peninggian K dapat menimbulkan
kematian mendadak. Yang pertama harus diingat ialah jangan menimbulkan
hiperkalemia karena tindakan kita sendiri seperti obat-obatan, diet buah,dan lain-lain.
Selain dengan pemeriksaan darah, hiperkalemia juga dapat didiagnosa dengan EEG, dan
EKG. Bila terjadi hiperkalemia maka pengobatannya dengan mengurangi intake K,
pemberian Na Bikarbonat, dan pemberian infus glukosa.
d. Penanggulangan Anemia
Anemia merupakan masalah yang sulit ditanggulangi pada CRF. Usaha pertama
harus ditujukan mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari apakah ada perdarahan
yang mungkin dapat diatasi. Pengendalian gagal ginjal pada keseluruhan akan dapat
meninggikan Hb. Transfusi darah hanya dapat diberikan bila ada indikasi yang kuat,
misalnya ada insufisiensi koroner.
e. Penanggulangan asidosis
Pada umumnya asidosis baru bergejala pada taraf lebih lanjut. Sebelum memberi
pengobatan yang khusus faktor lain harus diatasi dulu, khususnya dehidrasi. Pemberian
asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium bikarbonat dapat
diberikan per oral atau parenteral. Pada permulaan 100 mEq natrium bikarbonat diberi
nitasyamsiah@gmail.co
m
intravena perlahan-lahan. kalau perlu diulang. Hemodialisis dan dialisis peritoneal dapat
juga mengatasi asidosis.
f. Pengobatan dan pencegahan infeksi
Ginjal yang sakit lebih mudah mengalami infeksi dari pada biasanya. Pasien CRF
dapat ditumpangi pyelonefritis di atas penyakit dasarnya. Adanya pyelonepritis ini tentu
memperburuk lagi faal ginjal. Obat-obat anti mikroba diberi bila ada bakteriuria dengan
perhatian khusus karena banyak diantara obat-obat yang toksik terhadap ginjal atau
keluar melalui ginjal. Tindakan yang mempengaruhi saluran kencing seperti kateterisasi
sedapat mungkin harus dihindarkan. Infeksi ditempat lain secara tidak langsung dapat
pula menimbulkan permasalahan yang sama dan pengurangan faal ginjal.
g. Pengurangan protein dalam makanan
Protein dalam makanan harus diatur. Pada dasarnya jumlah protein dalam
makanan dikurangi, tetapi tindakan ini jauh lebih menolong juga bila protein tersebut
dipilih. Diet dengan rendah protein yang mengandung asam amino esensial, sangat
menolong bahkan dapat dipergunakan pada pasien CRF terminal untuk mengurangi
jumlah dialisis.
h. Pengobatan neuropati
Neuropati timbul pada keadaan yang lebih lanjut. Biasanya neuropati ini sukar
diatasi dan meurpakan salah satu indikasi untuk dialisis. Pada pasien yang sudah
dialisispun neuropati masih dapat timbul.
i. Dialisis
Dasar dialisis adalah adanya darah yang mengalir dibatasi selaput semi permiabel
dengan suatu cairan (cairan dialisis) yang dibuat sedemikiam rupa sehingga komposisi
elektrolitnya sama dengan darah normal. Dengan demikian diharapkan bahwa zat-zat
yang tidak diinginkan dari dalam darah akan berpindah ke cairan dialisis dan kalau perlu
air juga dapat ditarik kecairan dialisis. Tindakan dialisis ada dua macam yaitu
hemodialisis dan peritoneal dialisis yang merupakan tindakan pengganti fungsi faal
ginjal sementara yaitu faal pengeluaran/sekresi, sedangkan fungsi endokrinnya tidak
ditanggulangi.
i. Transplantasi
Dengan pencangkokkan ginjal yang sehat ke pembuluh darah pasien CRF maka
seluruh faal ginjal diganti oleh ginjal yang baru. Ginjal yang sesuai harus memenuhi
beberapa persaratan, dan persyaratan yang utama adalah bahwa ginjal tersebut diambil
dari orang/mayat yang ditinjau dari segi imunologik sama dengan pasien. Pemilihan dari
segi imunologik ini terutama dengan pemeriksaan HLA
nitasyamsiah@gmail.co
m
3. Gejala gastrointestinal
Gejala gastrointestinal dapat terjadi pada berbagai keadaan urologi karina.
Traktus gastrointestinal dan urinarius memiliki persyarafan otonom serta
sensorik yang sama dan karena adanya reflek renointestinal.
Hubungan anatomis ginjal kanan dengan kolon, duodenum, kaput pancreas,
duktus koledokus, hati dan kandung empedu dapat menyebabkan gangguan
gastrointestinal.
Kedekatan ginjal kiri dengan kolon (fleksura lienalis), lambung, pancreas,
dan limpa juga dapat menimbulkan gejala intestinal.
Gejala ini dapat mencakup mual, muntah, diare, gangguan rasa nyaman
abdomen dan ileus paralitik.
Apendisitis juga dapat disertai dengan gejala urinarius.
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
a.
Deskripsi
b.
Tanda-tanda dan gejala-gejala
c.
Pengobatan dan respons terhadap pengobatan
1) Tinjauan system
Mengkaji system renalis mencakup penentuan seberapa baik ginjal
melakukan banyak fungsinya. Pengkajian, oleh karenanya mencakup
pengumpulan informasi tentang banyak system. Disfungsi ginjal
mungkin merupakan masalah utama atau merupakan masalah sekunder
terhadap kondisi yang sebenarnya.
Penyakit sistemik tertentu dapat mempengaruhi perkembangan gagal
ginjal seperti:
1
Diabetes mellitus
2
Sistemik lupus eritematosus
3
Anemia sel sabit
4
Granulomatosis Wegeners
5
Sindrom Goodpastures.
2) Riwayat medis
Riwayat awal pasien adalah penting dalam menentukan penyebab,
keparahan, dan pengobatan terhadap gangguan fungsi. Dimulai dengan
menanyakan persepsi pasien terhadap keluhan utama. Gambarannya
harus awitan, letak, lamanya dan factor-faktor yang mengurangi atau
mencetuskan masalah. Tanyakan tindakan atau pengobatan apa yang
telah digunakan pasien untuk menghilangkan gejala.
1. Riwayat penyakit sekarang
a. Apakah pasien mengalami disuria, nokturia, poliuria, atau
inkontinensia?
b. Apakah pasien mengalami nyeri panggul? Hematuria?
c. Apakah pasien pernah mengeluarkan batu ginjal?
d. Apakah terjadi perubahan dalam jumlah dan pola berkemih?
e. Apakah terjadi perubahan berat badan?
nitasyamsiah@gmail.co
m
10
11
12
- Normal :
Tidak terdengar suara.
- Abnormal :
Jika terdengat bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen (diatas area
epigastrik) dan arteri renalis maka terdapat indikasi gangguan aliran ginjal
ke ginjal (stenosisi arteri ginjal).
D. PEMERIKSAAN MENGKAJI FUNGSI GINJAL
1. Pemeriksaan Ginjal dan plank
Lokasi
Ginjal terletak dalam ruang retroperitoneal pada kedua ginjal kuadran atas
abdomen. Secara anatomis lobus kedua ginjal menyentuh diaphragma dan
ginjal turun sewaktu inhalasi. Ginjal kanan normalnya lebih mudah dipalpasi
daripada ginjal kiri, karena ginjal kanan terletak lebih bawah daripada ginjal
kiri, hal ini dikarenakan ginjal kanan terdesak oleh hepar. Ginjal kanan
terletak sejajar tulang rusuk ke-12 dan ginjal kiri sejajar tulang rusuk ke-11.
Teknik pemeriksaan
No
Teknik
1 Inspeksi
Ginjal
Pasien tidur terlentang,
pemeriksa di sebelah kanan.
Kaji daerah abdomen pada
garis midklavikula kiri dan
kanan atau daerah
costovertebral angle (CVA)
atau lower edge of rib cage.
Perhatikan simetris atau tidak
apakah tampak ada masa dan
pulsasi.
Plank
Lihat warna dan kesimetrisan
sudut costovertebral kanan dan
kiri
Lihat warna dan kesimetrisan
daerah flanks (daerah antara
pinggul dan tulang rusuk)
2
Auskultasi:
Dengan menggunakan
stetoskop kita mendengarkan
apakah ada bunyi desiran
(bruits) pada aorta dan arteri
renalis.
Gunakan sisi bel sttoskop,
Temuan
Normal keadaan abdomen
simetris, tidak tampak masa
dan tidak ada pulsasi.
Bila tampak ada masa dan
pulsasi kemungkinan ada
polikitik, hidronefrosis atupun
nefroma.
Sudut costovertebral
dan
daerah flanks simetris dan
sama warnanya.
Jika ada ekimosis, keabuabuan cari tanda trauma
tumpul lainnya, luka penetrasi
atau laserasi.
Normal tidak terdengar bunyi
vaskuler aorta maupun arteri
renalis. Bila ada bunyi desiran
kemungkinan adanya RAS
(Renal Arteri Stenosis).
Nefrosklerosis
nitasyamsiah@gmail.co
m
13
pemeriksa mendengarkan
bunyi desiran di daerah
epigastrik, di area ini kita bias
mendengarkan bunyi aorta.
Dengarkan pula pada area
kuadran kiri dan kanan atas,
karena pada area ini terdapat
arteri renalis kiri dan kanan.
3
Perkusi:
Pasien dalam posisi telungkup
atau duduk
Perkusi dilakukan dari arah
belakang, karena posisi ginjal
berada di daerah belakang.
Letakkan tangan kiri di atas
CVA dan lakukan perkusi
Letakkan telapak tangan yang
tidak dominan diatas sudut
costovertebral,
lakukan
pukulan (tumbukan) diatas
telapak
tangan
dengan
menggunakan kepalan tangan
yang dominan, ulangi pada sisi
sebelah kanannya.
Palpasi :
Ginjal setinggi di bawah
diafragma sehingga
tersembunyi di bawah
lengkung iga.
Untuk ginjal kiri : posisi
pemeriksa berada pada sisi
kanan pasien dan pasien pada
posisi telentang, pemeriksa
meletakkan tangan kiri di
bawah pinggang di daerah
CVA kiri, tangan kanan berada
di bawah lengkung iga kiri
pada garis mid klavikula.
Instruksikan pada pasien untuk
menarik napas dalam dan
mengeluarkan dengan lengkap.
Pada saat pasien mengeluarkan
napas, angkat bagian CVA kiri
dengan tangan kiri dan tangan
kanan melakukan palpasi
dalam.
nitasyamsiah@gmail.co
m
14
Temuan
Normalnya kandung kemih
terletak di bawah sympisis
pubis, tetapi setelah membesar
organ ini dapat terlihat distensi
pada area supra pubis.
15
Temuan
Meatus uretral terletak
dibagian sentral diujung penis.
Tidak ada rabas,
pembengkakan atau lesi.
Kemerahan,ulserasi,bengkak,
atauadanyacairan,indikasi
infeksi
Pada lakilaki biasanya
terdapat deviasi meatus
urinary seperti defek
kongenital.
Wanita
Posisi dorsal litotomi, buka labia
denganmemakaisarungtangan.
Perhatikan warna dan posisi
meatusurinari.
Perhatikan adanya pengeluaran
polipatauadanyafistel.
ulserasi,
bengkak,atauadanyacairan,
indikasiinfeksi
nitasyamsiah@gmail.co
m
16
Karakteristik urinenya
Jumlahnya per hari
- Oliguri
: 100-400 cc/hari
- Anuri
: urin output sampai 100 cc/hari
- Total anuri : urin output 0 cc/hari
- Poliuria
: urin output >1500 cc/hari
Dysuria: sakit pada saat mengeluarkan urin
Warnanya (merah, kuning).
Baunya
Pola buang air kecil yang mengalami perubahan.
Kemampuan mengontrol buang air kecil
- Urgency
: tiba-tiba sangat mendesak ingin BAK
- Hesytency
: kesulitan pada saat memulai dan mengakhiri BAK
- Dribling
: urin keluar secara menetes.
- Incontinensia urin : urin keluar dengan sendirinya (tidak bisa dikontrol)
- Retensi urin
Nokturia: BAK pada malam hari.
17
F. TEMUAN-TEMUAN TAMBAHAN
1. Nilai laboratorium
Kelompok pemeriksaan pertama meliputi:
Kreatinin
Nitrogen urea darah (BUN)
BUN akan meningkat dengan:
- Peningkatan masukan protein
- Peningkatan penghancuran jaringan
- Dehidrasi
- Syok
- Gagal jantung kongestif
Berat jenis
Osmolalitas (darah dan urine)
Konsentrasi natrium urine
Ekskresi fraksional natrium
2. Pemeriksaan radiology
Pemeriksaan radiology ginjal yang mungkin berguna dalam mengevaluasi
abnormalitas ginjal mencakup rontgenografi, ultrasonografi, dan pemeriksaan
radionuklir.
3. EKG
4. Pencatatan masukan dan haluaran
5. Pencatatan berat badan
nitasyamsiah@gmail.co
m
18
BAB II
KASUS KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL KRONIK
Berikut ini dijelaskan contoh kasus kelolaan tentang Asuhan Keperawatan Pada Ny.
K dgn CKD dan Urolithiasis di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta
A.
I.
PENGKAJIAN
Identitas Klien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
Status
Pekerjaan
Pendidikan
Masuk RS
No RM
Ruangan
Tgl Pengkajian
: Ny. K
: 65 tahun
: Perempuan
: Islam
: Kampung Karet. Teluk Labuan. Banten
: Kawin
: Pensiunan
: SLTA
: 1 Oktober 2007 jam 19. 49 WIB
: 315-95-12
: B6 Kanan.
: 2 Oktober 2007 jam 10.00 Wib
II.
III.
19
kkal, protein 0,6 0,8 gr/Kg BB/hari, rendah garam. Klien hanya
menghabis 2 sdm diitnya.
c.
Pola eliminasi
BAB
Frekwensi
: belum ada
Konsistensi : Warna dan bau: Keluhan
: Tidak ada
BAK
Frekwensi
: kateter
Warna dan bau : agak keruh
Keluhan
:.
d.
e.
Istirahat
: blum ada tdur
Frekwensi
::: Klien merasa tidak nyaman karena tubuhnya merasa letih.
Pola aktivitas
Kegiatan klien sehari-hari hanya ikut pengajian dan mengurus cucu cucu
semampunya.
IV.
V.
VI.
Pemeriksaan Fisik
a.
Status Kesehatan Umum
Keadaan umum sedang, Kesadaran Composmentis Cooperatif, klien
kelihatan lelah, suara bicara jelas, TD : 160/100 mmHg, Nadi 84 x/mnit,
Nafas 19 x/mnit, Suhu 36,8 0C.
b.
Sistem Integument
Warna kulit kuning langsat, bersih dan turgor kulit baik, kelembaban cukup,
kulit tampak pucat.
c.
Kepala
Kepala tidak ada kelainan dan kulit kepala tampak bersih.
d.
Muka
Simetris, oedema (-), otot muka dan rahang kuat
e.
Mata
Alis mata, kelopak mata, sclera, bola mata dbn, konjungtiva anemis.
f.
Telinga
20
Hidung
Tidak ada deformitas, mukosa dbn, secret, bau, obstruksi tidak ada
h.
i.
Leher
Simetris, kaku kuduk tidak ada, pembesaran kelenjar getah bening dan
pembesaran JVP (-).
j.
Thoraks
Simetris, bunyi vesikuler, ronkhi -/-. Whezing (-)
k.
Jantung
Perkusi : Dullness, BJ 1 dan 2 normal, gallop tidak ada, ictus tidak tampak,
Capillary refill 2-3 detik, nyeri dada (-)
l.
Abdomen
Bising usus (+), tidak teraba massa
m.
Inguinal-Genital-Anus
Keluhan BAB tidak ada dan BAK terpasang dawer kateter. Urine agak
keruh.
n.
Ekstremitas
Akral hangat, perfusi perifer kurang, edema tidak ada dan kekuatan otot
baik.
Elektrolit :
K
: 5,9
Cl
: 102
Na
: 137
Darah Rutin :
Hb
: 6,9
21
pCO2
: 20,6
pO2
: 97,8
SO2
: 95,1
BEacf
: -14,7
Beb
: -12,4
SBC
: 14,5
HCO3
: 11,2
TCO2
: 11,9
Urinalisa :
Berat Jenis
: 1,020
pH
: 5,0
Protein
: ++
Glukosa
:Keton
:Darah/Hb
: ++
Bilirubin
:Urobilirubinogen : 0,2
Nitrit
:Esterase
:-
Ht
: 21
Leukosit
: 8900
Trombosit
: 287.000
MCV
: 86
MCH
: 29
MCHC
: 34
Diffcount
B/E/Nbtg/Nsgmn/L/M : -/1/2/74/23/Sedimen
Sel Epitel
Leukosit
Eritrosit
Silinder
Kristal
Bakteri
: +
: 2-3
: 20 22
:::-
: 17,6
: 96,6
: 6,9
: 21,7
: 4,4
: 132
: 96
Pemeriksaan AGD setelah pemberian koreksi bicnat 100 meq/4 jam, terjadi
peningkatan pH darah dari 7,340 7,403, walaupun pCO 2 dan HCO3 masih
rendah, dan koreksi tetap dilanjutkan.
b. Pemeriksaan EKG : Sinus Rithim, Segment ST T (-), LVH (-)
c. Rontgen
: CTR > 50 %, Infiltrat (-)
22
VIII.
Pengobatan
Tanggal 1 Oktober 2007 ( Saat masuk RS )
- IVFD NaCl 0,9 % emergensi
- Pantazol 1 x 40 mg
- Vometa 3 x 1
- CaCO3 3 x 1
- Bicnat 3 x 2
- Asam Folat 1 x 3
- B12 3 x 1
- Captopril 2 x 12,5
- Adalat Aros 1 x 30 mg
- Lasix 1 x 2 ampul
- Diet Ginjal 1700 kkal, protein 0,6 0,8 gr / Kg BB / hari.
Tanggal 2 Oktober 2007
-
Adalat 1 x 30 mg
Bicnat 3 x 2
Vit B12 3 x 1
Asam Folat 1 x 3
Omeprazol 1 x 20 mg
Narfos
Koreksi bicnat 100 meq/4 jam.
23
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGKAJIAN
NO
KASUS
1
Identitas Klien
Nama
: Ny. K
Umur
: 65 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
: Kampung Karet.
Teluk Labuan. Banten
Status
: Kawin
Pekerjaan
: Pensiunan
Pendidikan
: SLTA
Ruangan
: B6 Kanan.
No RM
: 315-95-12
Masuk RS
: 1 Oktober 2007
jam 19. 49 Wib
Tgl Pengkajian
: 2 Oktober 2007
jam 10.00 Wib
2
Riwayat Singkat Pasien
Ny. K masuk RSCM tanggal 1 Oktober
2007, jam 19.49 WIB dengan badan
terasa letih, lelah dan nafsu makan
berkurang. Menurut klien badannya
terasa letih dan lemas karena tidak
nafsu makan karena merasa tidak
nyaman pada mulut dan terasa pahit,
istirahat juga berkurang. Tahun 2002,
klien punya riwayat batu ginjal, setelah
TEORI
Data demografi dalam pengkajian
menampilkan: nama (inisial), umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, alamat,
status pernikahan, pekerjaan, pendidikan,
ruang tempat dirawat, no regsiter,
diagnosa medis, tanggal masuk rumah
sakit, tanggal pengkajian.
ANALISA
Dalam pengkajian yang dilakukan pada
Pasien Ny.K tersebut perlu ditambahkan :
Suku bangsa
: Sunda
Diagnosa Medis : CKD Stadium II dan
Urolithiasis
Riwayat kesehatan :
a. Keluhan utama
Tanda dan gejala utama yang
dirasakan oleh pasien yang
menyebabkan pasien datang ke rumah
sakit.
b. Riwayat penyakit sekarang
Alasan yang menyebabkan klien
datang ke rumah sakit.
c. Riwayat penyakit dahulu
24
TD : 170/90 mmHg
Suhu : 37 0C
Nafas : 18 x/menit
Nadi 96 x/menit
Tinggi Badan : 145 cm
Berat Badan : 40 kg
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien merasakan keluhan badan letih,
lemas tidak nafsu makan karena merasa
tidak nyaman dimulut dan lidah terasa
pahit sejak 4 hari yang lalu. Klien
sebelumnya tidak merasakan adanya
keluhan-keluhan tersebut. Karena
badannya terasa tidak enak klien juga
merasakan kesulitan untuk tidur
sehingga waktu istirahatnya berkurang.
c. Riwayat penyakit dahulu
Tahun 2002, klien mempunyai riwayat
batu ginjal, setelah makan obat keluar
batu bergerigi dengan ukuran 0,3x0,6
cm bentuk tidak teratur sebanyak 2
buah. Sejak saat itu klien berobat rutin
setiap 3 bulan sekali ke RS Pandeglang.
Pada kunjungan terakhir tanggal 30
September 2007 klien dianjurkan untuk
berobat ke RSCM.
d. Riwayat penyakit keluarga
Tidak ada keluarga yang pernah
menderita penyakit batu ginjal.
Pada pengkajian yang terdapat dikasus
sudaah cukup menjelaskan tentang pola
25
26
d. Mineral
1) Kalium
1000 mg/hari
2) Fosfor
600 mg/hari
e. Vitamin
Rendah vitamin larut dalam air, seng
dan zat besi.
B6 : 5-10 mg/hari
Vit C : 70-100 mg/hari
Asam folat : 1 mg (setelah dialisa)
f. Kilokalori
35-40 kkal/kg/hari pada dewasa
75-100 kkal/kg/hari pada anak
Pola eliminasi
BAK
Frekwensi : kateter
Warna dan bau: agak keruh
Keluhan : BAB
Frekwensi : belum ada
Konsistensi: Warna dan bau: -
27
Keluhan
: Tidak ada
28
setelah berkemih?
m. Nyeri atau terbakar saat berkemih? Jika
iya seberapa sering?
n. Nyeriperludikajilokasi,karakter,
durasidanhubungannyadenganurinasi;
faktorfaktoryangmemicurasanyeri
danyangmeringankannya?
Hendaknya ditambahkan pengkajian
sebelum sakit
29
Penyebab stress, mekanisme terhadap stres dapat berasal dari diri pasien sendiri,
stress, adaptasi terhadap stress dan keluarga dekat dan lingkungan disekitar
pertahanan diri, biasanya klien pasien.
mengatasi sendiri sejak suaminya
meninggal dan tapi masalah biasanya
telah diselesaikan oleh anak2 dan
cucunya.
10
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum sedang, Kesadaran
Composmentis Cooperatif, klien
kelihatan lelah, suara bicara jelas, TD
: 160/100 mmHg, Nadi 84 x/mnit,
Nafas 19 x/mnit, Suhu 36,8 0C.
11.
Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan kepala meliputi :
Kepala tidak ada kelainan dan kulit Bentuk kepala, rambut dan kulit kepala
kepala tampak bersih.
12.
Pemeriksaan Muka
Pemeriksaan daerah wajah yang paling
Simetris, oedema (-), otot muka dan penting pada pasien GGK meliputi :
rahang kuat, Alis mata, kelopak mata, Adanya oedem terutama pada kelopak
30
13.
14.
15.
31
16.
Pemeriksaan Abdomen
Bising usus (+), tidak teraba massa
17.
Pemeriksaan Inguinal-Genital-Anus :
32
18.
Pemeriksaan Ekstremitas
Akral hangat, perfusi perifer kurang,
edema tidak ada dan kekuatan otot baik.
TEORI
ANALISA
33
Kreatinin
(N : 0,6 1,3 mg/ dl)
: 5,1
34
Asam Urat
(N: 3,4 8,5 mg/ dl)
SGOT
: 14
(N: 7 40 U/l)
SGPT
: 16
(N: 5 36 U/l)
Protein Total : 7,1
(N: 6,0 8,0 g/ dl)
Albumin
(N : 3,5 5,0 g/ dl)
Globulin
5
6
7
8
: 1,6
: 4,1
Normal
: 3,0
Normal
35
9
10
11
12
13
(N : 2 3,5 g/ dl)
GDS
: 115
(N : 70 120 mg/ dl)
K
: 5,9
(N : 3,5 5,5 mEq/ L)
Cl
: 102
(N : 95 105 mEq/ L)
Na
: 137
(N : 135 145 mEq/ L)
18 %
(Kerusakan ginjal pada LFG
menurun berat )
Normal
Normal
Normal
Normal
Ureum dan kreatinin mengindikasikan
terjadinya penurunan fungsi ginjal dan
penurunan LFG yang dapat dihitung
dengan rumus Kockroft Gault, LFG
( Laju Filtrasi Glomerulus )/ GFR, yaitu :
Laju Filtrasi Glomerulus
* ( laki-laki )
= ( 140 umur ) x BB (Kg)
( 140 65 ) x 39
72 x 5,1
= 18 %
(Kerusakan ginjal pada
LFG menurun berat )
Karena fungi ginjal residu 18 % maka
Gagal Ginjal Kronis tersebut termasuk
dalam GGK St. II : Insufisiensi ginjal
(residu fungsi ginjal normal : 15-40%)
pH
: 7,34
(N : 7,35 7,45)
36
22
23
pCO2
: 20,6
(N :35 45 mmHg)
pO2
: 97,8
(N : 80 100 mmHg)
SO2
: 95,1
(N : > 95%)
BEacf
: -14,7
Beb
: -12,4
SBC
: 14,5
HCO3
: 11,2
(N : 22 26 mEq/L)
TCO2
: 11,9
Hb
: 6,9
(N : 14 18 gr/ dl)
HCO3 atau asam -bikarbonat merupakan Pasien ini mengalami penurunan HCO3
buffer yang berperan penting paad karena gagal ginjal yang terjadi.
pengaturan keseimbanagn asam dan basa.
Dia dapat merubah asam kuat menjadi
asam lemah.
Molekul yang terdiri dari 4 kandungan
Haem (berisi zat besi) dan 4 rantai globin
(alfa, beta, gama, delta), berada dalam
eritrosit dan bertugas membawa oksigen.
Kualitas darah dan warana darah merah
ditentukan oleh kadar Hb. Penurunan
37
24
Ht
: 21
(N : 40 58 %)
25
Darah Rutin :
Leukosit
: 8900
(N : 4000 10000 mm3)
Trombosit
: 287.000
(N : 200 400 ribu/mcl)
MCV
: 86
(N : 80 90 U3)
MCH
: 29
(N : 27 31 Uug/ pg)
MCHC
: 34
26
27
28
29
38
30
31
32
(N : 32 -36 %)
Diffcount
B/E/Nbtg/Nsgmn/L/M :
(N: 0,4 1,0 %) : 1
(N : 1 -3 %) : 2
(N : 0 5 %) : 74
(N : 50 65 %) : 23
Urinalisa :
Berat Jenis
: 1,020
(N : 1025 1030)
pH
: 5,0
(N: 4,0 8,0)
33
Protein
(N :negatif)
34
Glukosa
(N : negatif)
Keton
(N : negatif)
Darah/Hb
(N : negatif)
35
36
: ++
::: ++
37
Bilirubin
(N : negatif)
:-
38
Urobilirubinogen : 0,2
(N : negatif)
39
39
Nitrit
(N :negatif)
40
Esterase
:(N :negatif)
Sedimen : Sel Epitel : +
Leukosit
: 2-3
Eritrosit
: 20 22
Silinder : Kristal : Bakteri : -
41
42
43
44
45
46
:-
infeksi garam
C. TERAPI
N0
1
KASUS
Terapi hari I
IVFD NaCl 0,9 % emergensi
TEORI
Tujuan terapi pertama pada saat pasien
datang adalah untuk menghilangkan
hipoperfusi ginjal sembari mencegah
terjadinya keparahan yang mungkin
terjadi. Terapi nonfarmakologis yang
dilakukan adalah terapi hidrasi dengan
memakai cairan NaCl 0,45% atau 0,9%.
Terapi hidrasi yang cukup dapat
meningkatkan perfusi renal dan
menurunkan kerja dari sel tubulus
ANALISA
Pada gagal ginjal terjadi kehilangan cairan
intravaskuler yang bisa disebabkan karena
kehilangan protein plasma atau cairan
ekstraseluler pada renal karena terapi
diuretik,sehingga bisa terjadi syok
hipovolemik. NaCl 0,9% adalah cairan
kristaloid yang cukup baik untuk terapi
syok hipovolemik. Keuntungan cairan
kristaloid NaCl 0,9% antara lain mudah
tersedia, murah, mudah dipakai, tidak
40
Vometa 3 x 1 tablet
41
Mual / muntah
Nafas bau uremik
Stomatitis
Parotitis
Cegukan
Gastritis Erosif
Ulkus Peptikum
Bicnat 3 x 2 (7,5%)
42
B12 3 x 1 tablet
Captopril 2 x 12,5 mg
43
Lasix 1 x 2 ampul
11
12
13
Hari kedua
Adalat 1 x 30 mg
44
14
Bicnat 3 x 2
15
Vit B12 3 x 1
16
Asam Folat 1 x 3
17
Omeprazol 1 x 20 mg
18
Narfos
45
19
46
47
DAFTAR PUSTAKA