Anda di halaman 1dari 4

2.2.

Etiologi
Gonore disebabkan oleh gonokok yang ditemukan oleh Neisser pada tahun
1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut dimasukkan dalam
kelompok Neisseria sebagai N. gonorrhoeae. Selain spesies itu, terdapat tiga
spesies lain, yaitu N. meningitidis, dan dua lainnya yang bersifat komensal, yaitu
N. catarrhalis serta N. pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar dibedakan
kecuali dengan tes fermentasi.1
Neisseria gonorrhoeae
Gonokok termasuk golongan diplokokus gram negatif, tak bergerak,
diameternya kira-kira 0,8 m. Bila sendiri-sendiri, kokus berbentuk seperti ginjal;
bila organisme ini terlihat berpasangan, bagian yang rata atau cekung saling
berdekatan. Neisseria paling baik tumbuh pada lingkungan aerob.2
Sebagian besar bakteri ini meragikan karbohidrat, membentuk asam tetapi
tidak menghasilkan gas. N. gonorrhoeae menghasilkan oksidase dan memberi
reaksi oksidase positif. Bakteri ini dengan cepat mati oleh pengeringan, sinar
matahari, pemanasan basah, dan berbagai disinfektan. Bakteri ini menghasilkan
enzim autolitik yang cepat mengakibatkan pembengkakan dan lisis in vitro pada
suhu 25 C dan pada pH basa.2
Secara morfologik gonokok ini terdiri atas empat tipe, yaitu tipe 1 dan 2
yang mempunyai protein pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak
mempunyai protein pili dan bersifat nonvirulen. Pili adalah alat mirip rambut yang
menjulur ke luar beberapa m dari permukaan gonokokus yang dibentuk oleh
tumpukan protein pilin. Pili membantu perlekatan pada sel inang dan resistensi
terhadap fagositosis.2
Gonokokus memiliki Por (Protein I) yang menjulur dari selaput sel
gonokokus. Protein ini terdapat dalam bentuk trimer untuk membentuk pori-pori
di permukaan untuk tempat masuknya beberapa nutrien ke dalam sel. Gonokokus
juga memiliki Opa (Protein II) yang memiliki fungsi untuk perlekatan gonokokus

pada sel inang. Protein III bekerja sama dengan Por dalam pembentukan pori-pori
pada permukaan sel. Gonokokus memiliki Lipooligosakarida (LOS) yang tidak
mempunyai rantai samping antigen O yang panjang dan kadang-kadang disebut
polisakarida. Racun dalam infeksi gonokokus terutama disebabkan oleh pengaruh
endotoksik LPS.2
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina
perempuan sebelum pubertas. Gonokokus dapat menyerang selaput lendir saluran
genitourinari, mata, rektum, dan tenggorokan, mengakibatkan supurasi akut yang
dapat menyebabkan invasi jaringan. Hal ini diikuti oleh peradangan kronis dan
fibrosis.2
2.3. Patogenesis
Gonokokus memiliki protein pili yang membantu perlekatan bakteri ini ke
sel epitel yang melapisi selaput lendir, terutama epitel yang melapisi kanalis
endoserviks dan uretra. Pertama-tama mikroorganisme melekat ke membrane
plasma (dinding sel), lalu menginvasi ke dalam sel dan merusak mukosa sehingga
memunculkan respon inflamasi dan eksudasi.3,4
Gonokokus akan menghasilkan berbagai macam produk ekstraseluler yang
dapat mengakibatkan kerusakan sel, termasuk di antaranya enzim seperti
fosfolipase, peptidase dan lainnya. Kerusakan jaringan ini tampaknya disebabkan
oleh dua komponen permukaan sel yaitu LOS (lipooligosakarida) yang berperan
menginvasi sel epitel dengan cara menginduksi protein

endotoksin yang

mengakibatkan kematian sel mukosa dan peptidoglikan. Mobilisasi leukosit PMN


menyebabkan terbentuknya mikroabses subepitelial yang pada akhirnya akan
pecah dan melepaskan PMN dan gonokokus.5
Bakteri gonokokus merusak membran yang melepas selaput lendir terutama
kanalis endoserviks dan uretra. Infeksi ekstragenital di faring, anus, dan rektum
dapat dijumpai pada laki-laki maupun perempuan. Penularan terjadi melalui
kontak langsung antara mukosa ke mukosa. Risiko penularan laki-laki kepada

perempuan lebih tinggi daripada penularan perempuan kepada laki-laki terutama


karena lebih luasnya selaput lendir yang terpajan dan eksudat yang berdiam lama
di vagina.3
Setelah terinokulasi, infeksi dapat menyebar ke prostat, vas deferens, vesika
seminalis, epididimis, dan testis pada laki-laki. Pada perempuan infeksi dapat
menyebar ke uretra, kelenjar Skene, kelenjar Bartholin, endometrium tuba falopii,
dan rongga peritoneum, yang dapat menyebabkan Pelvic Inflammatory Disease
(PID) pada perempuan. PID adalah penyebab utama infertilitas pada perempuan.3
Infeksi gonokokus dapat menyebar melalui aliran darah, menimbulkan
bakteremia. Bakteremia dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan.
Perempuan berisiko paling tinggi mengalami penyebaran infeksi pada saat haid
karena terjadinya peningkatan pH di atas 4,5 saat menstruasi. Penularan perinatal
kepada bayi saat lahir, melalui ostium serviks yang terinfeksi, dapat menyebabkan
konjungtivitis dan akhirnya kebutaan pada bayi apabila tidak didiagnosis dan
diobati. 3,4
1. Daili SF, Makes WIB, Zubier F, Judanarso J, editor. Infeksi Menular
Seksual. Edisi ketiga. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2005: p. 4-57.
2. Jawetz, Melnick, Adelberg. Dalam : Nugroho E, Maulany RF, Setiawan I,
editor. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta; Penerbit Buku
Kedokteran EGC; 1995: p. 280-3.
3. Brooks GF, Butel JS, Ornston LN. Jawetz, Melnick & Adelberg :
Mikrobiologi Kedokteran. Alih Bahasa : Nugroho E, Maulany HF. Edisi
20. Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran EGC; 1995: p. 280-3.
4. Price SA, Wilson LMC. Pathophysiology Clinical Concept of Disease
Processes. Edisi 6. 2002: p. 1336-7.
5. Mc.cance KL, Huether SE. Pathophysiology The Biologic Basis for
Disease in Adults and Children. Edisi 5. United States of America; 2006:
p. 866.

6. Jawas AF, Murtiastutik D. Penderita Gonore di Divisi Penyakit Menular

Seksual Unit Rawat Jalan Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSU Dr.
Soetomo Surabaya Tahun 2002-2006. 2008 Desember; 20(3): p. 217-21.

Anda mungkin juga menyukai