Anda di halaman 1dari 15

Tutorial

Kista Ovarii

Disusun oleh :
Brianata Susanto Utomo
42100060

DOSEN PEMBIMBING
dr. T.A Ririel Kusumosih, Sp.OG
Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana
Yogyakarta
2015

BAB I

I.

Identitas Pasien
Nama
Tempat tanggal lahir
Usia
Agama
Pekerjaan
Alamat
Tanggal periksa

II.

: Nn.ER
: Sumba, 5 Oktober 2015
: 20 tahun
: Kristen
: Mahasiswi
: Kamboya barat, Sumba Barat
: 28 Desember 2015

Anamnesis
Keluhan utama
Benjolan keras di perut

i.
ii.

Riwayat penyakit sekarang


Benjolan pada perut bawah dirasakan muncul kira-kira 6 bulan yang
lalu, sekitar bulan Juni 2015. Pada awalnya benjolan hanya kecil kemudian
semakin membesar, 2 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien berniat
memeriksakan diri ke rumah sakit tetapi jadwal perkuliahan tidak bersahabat.
2 minggu sebelum masuk rumah sakit perut terasa sakit. Pasien juga
mengeluhkan sulit buang air besar, BAB kecil-kecil setiap 2 hari sekali.
Selama ini tidak ada keluhan pada mentruasi pasien, haid teratur setiap 29 hari
tidak nyeri dan jumlah perdarahan normal, tetapi sebulan terakhir terjadi

iii.

perubahan siklus, haid 2 kali dalam sebulan tetapi hanya sedikit.


Mual (-), muntah(-), sesak napas(-)
Riwayat penyakit dahulu

Keluhan serupa sebelumnya (-), penyakit jantung (-), DM (-), Asthma


(-), Hipertensi (-), Hepatitis (+)

iv.

Riwayat penyakit keluarga


Tumor/ CA (-), DM(-), Hipertensi (-), Asthma (-),

v.

Riwayat menstruasi
Menarche
Siklus
Durasi
Kuantitas
Dismenorhea
Fluor Albus

14 tahun
29 hari
5-7 hari
3x ganti pembalut
Disangkal
Disangkal

III.

Pemeriksaan fisik (28 Desember 2015)


i.

Keadaan umum

: Baik

ii.

Kesadaran

: CM, E4 V5 M6

iii.

Tanda Vital:
Tek. Darah
Nadi
BB

iv.

: 110/70 mmHg
: 94 x/menit
: kg

Respirasi
Suhu
TB

: 18 x/menit
: 36,5 C
: cm

Status generalis
Kepala
Leher

Thoraks

Normochepali
Konjungtiva anemis (-)
Sclera ikterik(-)
Pembesaran limfonodi (-)
Nyeri tekan limfonodi(-)
Pembesaran tiroid(-)
Pengembangan paru simetris
Ketinggalan gerak (-)
Nyeri tekan (-)
Fremitus normal
Perkusi sonor kedua lapang paru
Auskultasi vesikuler+/+, whezzing -/-,
ronkhi -/Suara jantung S1-S2 murni, regular
Bunyi tambahan (-)

Abdomen

Ekstremitas

IV.

Teraba massa, keras, tidak mobile pada


seluruh rongga perut
Distensi(+)
Defense muscular (-)
Peristaltik (-)
Nyeri tekan (-)
Perkusi redup
Akral hangat
Kapilari refill <2 detik
Nadi teraba kuat
Sianosis (-)
Edema (-)

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan Darah
Hemoglobin

12,3 gr/dl

Hematokrit

37,5 %

Angka leukosit

5,95 rb / mmk

Netrofil

64,8 %

Limfosit

21,8 %

Monosit

7,6 %

Eosinofil

H 5,5 %

Basofil

0,3 %

MCV

80,3 fL

MCH

26,3 pg

MCHC

32,8 g/dL

Angka trombosit

299 rb/ mmk

Masa perdarahan

2 menit

Masa penjendalan

10 menit

LED 1 jam

H 70 mm

LED 2 jam

100 mm

Ureum

15,8 mg/dL

Kreatinin

0,79 mg/dL

HBSAg

H 2668, Reaktif

Ca125

H 54 U/mL

Tes kehamilan

Negative

Pemeriksaan USG
USG : Kista ovary multiloculer permagna 13,3cm x 9,8cm
V.

Diagnosis kerja
Kista ovarium multiloculer permagna

VI.

Rencana Terapi
Direncanakan akan dilakukan operasi salfingooforectomi pada hari Selasa, 29
Desember 2015 bila perlu di lakukan histerektomi.
Antibiotika pre-operasi

Ceftriaxone 1 x 2 gram iv

VII.

OPERASI

Diagnosis pre operasi

: Kista ovarium multiloculer permagna sinistra

Tindakan operasi

: salfingooforektomi sinistra

Laporan tindakan operasi :


1. Induksi GA, pasien diposisikan terlentang, antisepsis alcohol dan betadin, pasang
doek
2. Incisi midline dari suprasimfisis sampai dengan 8 cm supra umbilical, diseksi tumpul
hingga cavum peritonei ascites(-) diambil bilasan cairan peritoneum untuk sitologi
3. Tampak kista ovary sinistra 40x30x20 cm, tanpa infiltrasi di kapsul luar uterus, tuba
dan ovarium kiri, lig latum,cavum douglas, appendix, omentum maupun hepar
4. Lig infundibulopelvis, tuba, lig ovary kiri di klem gunting jahit safic 2/0
5. Cuci cavum abdomen
6. Peritoneum + fascia di jahit jelujur safic 2/0, subcutis di jahit satu-satu, jahit
subcuticuler safic 2/0
Diagnosis pasca operasi :
Kista ovarium multiloculer permagna sinistra
Instruksi post operasi :
Kirim PA + sitologi ascites
Injeksi ketorolac
: 3 x 30 mg iv

BAB II
Dasar Teori
I.

Definisi
Kista merupakan kantung yang berisi cairan dan dapat berlokasi di bagian
mana saja dari tubuh. Pada ovarium, tipe kista yang berbeda dapat terbentuk. Tipe
kista ovarium yang paling umum dinamakan kista fungsional, yang biasanya
terbentuk selama siklus menstruasi normal. Setiap bulan, ovarium seorang wanita
tumbuh kista kecil yang menahan sel telur. Ketika sebuah sel telur matur, kantung
membuka untuk mengeluarkan sel telur, sehingga dapat berjalan melewati tuba falopii
untuk melakukan fertilisasi. Kemudian kantung pecah. Salah satu tipe dari kista
fungsional, ada yang dinamakan kista folikular, kantung ini tidak terbuka untuk
mengeluarkan sel telur tapi terus tumbuh. Kista tipe ini biasanya akan menghilang
setelah satu sampai tiga bulan. Kista korpus luteum, bentuk lain dari kista fungsional,
terbentuk apabila kantung kista ini tidak menghilang. Malahan kantung kista menutup
lagi setelah sel telur dikeluarkan (Gary, 2005).

II.

Epidemiologi
Kista ovarium lebih sering ditemui pada wanita dengan usia pubertas sampai
dengan pre-menopause. Sedangkan pada wanita dengan menopause kejadian kista
sangat jarang ditemui. Di Amerika serikat kista ovarium lebih umum ditemukan pada
saat pasien melakukan pemeriksaan USG baik abdominal maupun transvaginal.
Secara umum kista ovarium tidak mengarah kepada keganasan namun sekitar 10%
mengarah kearah keganasan.( Sjamsuhidayat,1998)

III.

Etiologi
Sampai sekarang ini penyebab dari kista ovarium belum sepenuhnya
dimengerti, tetapi beberapa teori menyebutkan adanya gangguan dalam pembentukan
estrogen dan dalam mekanisme umpan balik ovarium-hipotalamus (Gary, 2005).
Kemungkinan faktor resiko dari kista ovarium yaitu:

1. Faktor genetik/ mempunyai riwayat keluarga dengan kanker ovarium dan


payudara.
2. Faktor lingkungan (polutan zat radio aktif)
3. Gaya hidup yang tidak sehat

4. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron, misalnya pada penggunaan


obat-obatan yang merangsang ovulasi (klomifen) , KB menggunakan minipil
5. Nuliparitas
6. Steriliasi dengan ligasi tuba
7. Terapi tamoxifen pada kanker mamma
8. Merokok

IV.

Patofisiologi
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang
disebut folikel de Graff. Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter
lebih dari 2,8 cm akan melepaskan oosit matur. Folikel yang ruptur akan menjadi
korpus luteum, yang pada saat matang memiliki struktur 1,5 2 cm dengan kista di
tengah tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus luteum akan
mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil
selama kehamilan (Sutoto, 1994).
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional
dan selalu jinak. Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang kadang disebut
kista theca-lutein. Kista tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH
dan HCG. Kista fungsional multipel dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin
atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang berlebih. Pada neoplasia tropoblastik
gestasional dan kadang kadang pada kehamilan multipel dengan diabetes, HCG
menyebabkan kondisi yang disebut hiperaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas,
induksi ovulasi dengan menggunakan gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang
clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom hiperstimulasi ovari, terutama bila
disertai dengan pemberian HCG. Kista neoplasi dapat tumbuh dari proliferasi sel yang
berlebih dan tidak terkontrol dalam ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak.
Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh
ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan (mesotelium) dan sebagian
besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan keganasan ini adalah
kistadenoma serosa dan musinosum. Tumor ovari ganas yang lain dapat terdiri dari
area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cell tumor dari germ cell primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi

elemen dari 3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal dan mesodermal.


Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma
ovari polikistik, ovarium biasanya terdiri dari folikel folikel dengan multipel kistik
berdiameter 2 5 mm, seperti terlihat dalam sonogram (Sutoto, 1994).
Jenis dan Karakteristik Kista
Wiknjosastro (2005) menyatakan bahwa berdasarkan tingkat keganasannya,
kista terbagi dua, yaitu nonneoplastik dan neoplastik. Kista nonneoplastik sifatnya
jinak dan biasanya akan mengempis sendiri setelah 2 hingga 3 bulan. Sementara kista
neoplastik umumnya harus dioperasi, namun hal itu pun tergantung pada ukuran dan
sifatnya.
Kista ovarium neoplastik jinak diantaranya :
a. Kistoma ovarii simpleks
Merupakan kista yang permukaannya rata dan halus, biasanya bertangkai,
seringkali bilateral, dan dapat menjadi besar. Dinding kista tipis berisi cairan jernih
yang serosa dan berwarna kuning. Penatalaksanaan dengan pengangkatan kista
dengan reseksi ovarium (Wiknjosastro, 2005).

b. Kistadenoma Ovarii Musinosum


Bentuk kista multilokular dan biasanya unilateral, dapat tumbuh menjadi
sangat besar. Gambaran klinis terdapat perdarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perleketan kista dengan omentum, usus-usus, dan
peritoneum parietal. Selain itu, bisa terjadi ileus karena perleketan dan produksi
musin yang terus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei. Penatalaksanaan
dengan pengangkatan kista in vitro tanpa pungsi terlebih dulu dengan atau tanpa
salpingo-ooforektomi tergantung besarnya kista (Wiknjosastro, 2005).

c. Kistadenoma Ovarii Serosum


Kista ini berasal dari epitel germinativum. Bentuk kista umumnya unilokular,
tapi jika multilokular perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar,
tetapi tidak sebesar kista musinosum. Selain teraba massa intraabdominal juga dapat
timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama dengan kistadenoma ovarii
musinosum (Wiknjosastro, 2005).

d. Kista Dermoid
Kista dermoid adalah teratoma kistik jinak dengan struktur ektodermal
berdiferensiasi sempurna dan lebih menonjol dari pada mesoderm dan entoderm.
Bentuk cairan kista ini seperti mentega. Kandungannya tidak hanya berupa cairan tapi
juga ada partikel lain seperti rambut, gigi, tulang, atau sisa-sisa kulit. Dinding kista
keabu-abuan dan agak tipis, konsistensi sebagian kistik kenyal dan sebagian lagi
padat. Dapat menjadi ganas, seperti karsinoma epidermoid. Kista ini diduga berasal
dari sel telur melalui proses parthenogenesis. Gambaran klinis adalah nyeri mendadak
di perut bagian bawah karena torsi tangkai kista dermoid. Dinding kista dapat ruptur
sehingga isi kista keluar di rongga peritoneum. Penatalaksanaan dengan pengangkatan
kista dermoid bersama seluruh ovarium (Wiknjosastro, 2005).
Kista ovarium non neoplastik diantaranya :
a. Kista Folikel
Kista ini berasal dari Folikel de Graaf yang tidak sampai berovulasi, namun
tumbuh terus menjadi kista folikel, atau dari beberapa folikel primer yang setelah
tumbuh di bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim,
melainkan membesar menjadi kista. Bisa didapati satu kista atau lebih, dan besarnya
biasanya dengan diameter 1 1,5 cm. Kista folikel ini bisa menjadi sebesar jeruk
nipis. Bagian dalam dinding kista yang tipis yang terdiri atas beberapa lapisan sel
granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam kista, maka terjadilah atrofi pada
lapisan ini. Cairan dalam kista berwarna jernih dan sering kali mengandung estrogen.
Oleh sebab itu, kista kadang-kadang dapat menyebabkan gangguan haid. Kista folikel
lambat laun dapat mengecil dan menghilang spontan, atau bisa terjadi ruptur dan kista
pun menghilang. Umumnya, jika diameter kista tidak lebih dari 5 cm, maka dapat
ditunggu dahulu karena kista folikel biasanya dalam waktu 2 bulan akan menghilang
sendiri (Wiknjosastro, 2005).

b. Kista Korpus Luteum


Dalam keadaan normal korpus luteum lambat laun mengecil dan menjadi
korpus albikans. Kadang-kadang korpus luteum mempertahankan diri (korpus luteum
persistens), perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan terjadinya kista,
berisi cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua. Frekuensi kista korpus
luteum lebih jarang dari pada kista folikel. Dinding kista terdiri atas lapisan berwarna

kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari sel-sel teka. Kista korpus luteum
dapat menimbulkan gangguan haid, berupa amenorea diikuti oleh perdarahan tidak
teratur. Adanya kista dapat pula menyebabkan rasa berat di perut bagian bawah dan
perdarahan yang berulang dalam kista dapat menyebabkan ruptur. Rasa nyeri di dalam
perut yang mendadak dengan adanya amenorea sering menimbulkan kesulitan dalam
diagnosis diferensial dengan kehamilan ektopik yang terganggu. Jika dilakukan
operasi, gambaran yang khas kista korpus luteum memudahkan pembuatan diagnosis.
Penanganan kista korpus luteum ialah menunggu sampai kista hilang sendiri. Dalam
hal dilakukan operasi atas dugaan kehamilan ektopik terganggu, kista korpus luteum
diangkat tanpa mengorbankan ovarium (Wiknjosastro, 2005).

c. Kista Lutein
Pada mola hidatidosa, koriokarsinoma, dan kadang-kadang tanpa adanya
kelainan tersebut, ovarium dapat membesar dan menjadi kistik. Kista biasanya
bilateral dan bisa menjadi sebesar ukuran tinju. Pada pemeriksaan mikroskopik
terlihat luteinisasi sel-sel teka. Sel-sel granulosa dapat pula menunjukkan luteinisasi,
akan tetapi seringkali sel-sel menghilang karena atresia. Tumbuhnya kista ini ialah
akibat pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan, dan dengan hilangnya
mola atau koriokarsinoma, ovarium mengecil spontan (Wiknjosastro, 2005).
V.

Manifestasi Klinik
Sebagian besar kasus kista fungsional tidak memberikan gejala, atau hanya
gejala seperti nyeri ringan yang biasanya terabaikan. Tetapi pada kista yang
berkembang cukup besar dapat menimbulkan gejala yang lebih signifikan yaitu nyeri
tajam pada abdomen bagian bawah. Namun untuk memastikan kista hanya dari
manifestasi atau gejala tidaklah cukup, karena gejala yang ditimbulkan mirip dengan
endometriosis, radang panggul, dan kehamilan ektopik atau kanker ovarium. 4
Tanda dan Gejala :
1. Tekanan, terasa penuh, atau nyeri di abdomen
2. Teraba benjolan /massa di perut bagian bawah.
3. Gangguan haid
4. Nyeri hebat saat menstruasi dan gangguan siklus menstruasi
5. Nyeri selama hubungan seksual

6. Nyeri pada daerah pelvik, disuria, konstipasi atau diare, obstruksi usus dan
asites (Wiknjosastro, 2005).
VI.

Diagnosis
Diagnosis kista ovarium dapat ditegakan melalui pemeriksaan fisik walaupun
sangat sulit. Maka untuk membantu diagnosa kista ovarium diperlukan pemeriksaan
penunjang. Pemeriksaan yang umum untuk digunakan adalah:

USG (ultrasonografi)
Alat peraba (transducer) digunakan untuk memastikan keberadaan kista,
membantu mengenali lokasinya dan menentukan apakah isi kista cairan atau
padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista berisi material padat
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Schorge, 2008).
Dari gambaran USG dapat terlihat:
a.

Akan terlihat sebagai struktur kistik yang bulat (kadang-kadang oval)


dan terlihat sangat echolucent dengan dinding yang tipis/tegas/licin, dan di
tepi belakang kista nampak bayangan echo yang lebih putih dari dinding
depannya.

b.

Kista ini dapat bersifat unillokuler (tidak bersepta) atau multilokuler


(bersepta-septa).

c.

Kadang-kadang terlihat bintik-bintik echo yang halus-halus (internal


echoes) di dalam kista yang berasal dari elemen-elemen darah di dalam
kista.

d.

kistik dengan dinding yang tipis, tegas, licin dan echolucent. Kista dapat
unilokuler atau multilokuler.

Pemeriksaan Lab
Dapat berguna untuk screening maupun diagnosis sifat kista jinak atau
ganas. Berikut adalah pemeriksaan lab untuk membantu menegakan diagnosis
kista ovarium:

Beta-HCG : Pemeriksaan ini digunakan untuk screening awal apakah


wanita tersebut hamil atau tidak. Pemeriksaan ini digunakan untuk
screening awal menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik.

Darah lengkap : Untuk penyakit keganasan dapat diperkirakan dengan


melihat LED, sedangkan HB, HT, angka leukosit lebih digunakan untuk
menilai kondisi pasien.

Urinalisis : Untuk menyingkirkan diagnosis lain seperti batu ginjal, ISK,


dan gangguan saluran kemih lainnya.

Tumor Marker : Tumor marker spesifik terhadap keganasan ovarium


adalah CA125. CEA juga dapat diperiksa, namun CEA kurang spesifik
karena marker ini juga mewakili keganasan kolorektal, uterus dan
ovarium.

Pemeriksaan Patologi Anatomi


Merupakan pemeriksaan untuk memastikan tingkat keganasan dari
tumor ovarium. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersama dengan proses
operasi, kemudian sampel difiksasi dan diperiksa dibawah mikroskop
(Schorge, 2008).

VII.

Tatalaksana
Menurut Prawirohardjo (2011), menyatakan bahwa dapat dipakai prinsip
bahwa kista ovarium neoplastik memerlukan operasi dan kista nonneoplastik
tidak. Jika menghadapi kista yang tidak memberi gejala atau keluhan pada
penderita dan yang besar kistanya tidak melebihi jeruk nipis dengan diameter
kurang dari 5 cm, kemungkinan besar kista tersebut adalah kista folikel atau kista
korpus luteum, jadi merupakan kista nonneoplastik. Tidak jarang kista-kista
tersebut mengalami pengecilan secara spontan dan menghilang, sehingga pada
pemeriksaan ulangan setelah beberapa minggu dapat ditemukan ovarium yang
kira-kira besarnya normal. Oleh sebab itu, dalam hal ini perlu menunggu selama 2
sampai 3 bulan, sementara mengadakan pemeriksaan ginekologik berulang. Jika
selama waktu observasi dilihat peningkatan dalam pertumbuhan kista tersebut,

maka dapat mengambil kesimpulan bahwa kemungkinan besar kista itu bersifat
neoplastik, dan dapat dipertimbangkan satu pengobatan operatif.
Tindakan operasi pada kista ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah
pengangkatan kista dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang
mengandung kista. Akan tetapi, jika kistanya besar atau ada komplikasi, perlu
dilakukan pengangkatan ovarium, biasanya disertai dengan pengangkatan tuba
(salpingooforektomi). Pada saat operasi kedua ovarium harus diperiksa untuk
mengetahui apakah ditemukan pada satu atau pada dua ovarium (Prawirohardjo,
2011).
Pada operasi kista ovarium yang diangkat harus segera dibuka, untuk
mengetahui apakah ada keganasan atau tidak. Jika keadaan meragukan, perlu pada
waktu operasi dilakukan pemeriksaan sediaan yang dibekukan (frozen section)
oleh seorang ahli patologi anatomik untuk mendapatkan kepastian apakah kista
ganas atau tidak. Jika terdapat keganasan, operasi yang tepat ialah histerektomi
dan salpingo-ooforektomi bilateral. Akan tetapi, wanita muda yang masih ingin
mendapat keturunan dan tingkat keganasan kista yang rendah (misalnya kista sel
granulosa), dapat dipertanggungjawabkan untuk mengambil resiko dengan
melakukan operasi yang tidak seberapa radikal (Prawirohardjo, 2011).
William (2005) menyatakan bahwa, terapi bergantung pada ukuran dan
konsistensi kista dan penampakannya pada pemeriksaan ultrasonografi. Mungkin
dapat diamati kista ovarium berdiameter kurang dari 80 mm, dan skening diulang
untuk melihat apakah kista membesar. Jika diputuskan untuk dilakukan terapi,
dapat dilakukan aspirasi kista atau kistektomi ovarium. Kista yang terdapat pada
wanita hamil, yang berukuran >80 mm dengan dinding tebal atau semisolid
memerlukan pembedahan, setelah kehamilan minggu ke 12. Kista yang dideteksi
setelah kehamilan minggu ke 30 mungkin sulit dikeluarkan lewat pembedahan dan
dapat terjadi persalinan prematur. Keputusan untuk melakukan operasi hanya
dapat dibuat setelah mendapatkan pertimbangan yang cermat dengan melibatkan
pasien dan pasangannya. Jika kista menimbulkan obstruksi jalan lahir dan tidak
dapat digerakkan secara digital, harus dilakukan seksio sesaria dan kistektomi
ovarium.

BAB III
Pembahasan

Kista merupakan kantong berisi cairan dan dapat tumbuh dimana saja, pada
kasus ini yang terjadi adalah kista tumbuh dijaringan ovarium, sehingga disebut
dengan kista ovarium.
Pada anamnesa keluhan utama adalah muncul benjolan keras di perut yang
semakin membesar dalam 6 bulan terakhir. Benjolan teraba keras memenuhi
rongga abdomen. Dari hasil USG nampak kista multiloculare berukuran besar.
Dokter menyarankan untuk dilakukan operasi dan mengedukasi kemungkinan
terburuk apabila tumor tersebut ganas dan apabila terjadi penempelan maka rahim
harus di angkat.
Operasi salfingooforektomi direncanakan pada tanggal 29 Desember 2015
dengan antibiotic profilaksis ceftriaxone 2g IV. Setelah dilakukan laparotomi
mediana didapatkan kista ovary sinistra berukuran 40x30x20 cm, tanpa infiltrasi
di kapsul luar uterus maupun tuba dan ovarium kiri, lig latum, cavum douglas,
appendix, omentum dan hepar sehingga terkesan jinak. Jaringan di kirim ke
laboratorium PA untuk di analisis lebih lanjut.
Dari hasil USG yang menunjukkan kista multilokular kemungkinan
merupakan kistadenoma ovarii musinosum dan biasanya unilateral, dapat tumbuh
menjadi sangat besar. Tetapi tidak dijumpai perleketan kista dengan jaringan
sekitarnya seperti omentum, usus-usus, dan peritoneum. Dan tidak dijumpai
adanya ascites seperti manifestasi dari kistadenoma serosum yang apabila
dijumpai bentuk multilokular kemungkinan keganasan.
Pasien tidak memiliki riwayat keluarga dengan keluhan serupa, riwayat
tumor/ kanker maupun kista. Pasien juga tidak mengeluhkan gangguan
menstruasi, selama ini siklus teratur dan tidak ada nyeri, tetapi 1 bulan terakhir ini
siklus berubah menjadi dua kali dalam sebulan. Faktor lifestyle yang dapat di gali
adalah pasien sering mengkonsumsi mi instan.

DAFTAR PUSTAKA

F. Gary Cunningham, F. Gant N. (et al). Alih Bahasa Andry Hartono, Y. Joko
S. (et al). 2005. Obstetri William Edisi 21. Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Mas Soetomo Joedosepoetro Sutoto. 2005. Tumor Jinak pada Alat alat
Genital. In : Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Rachimhadhi T, editors. Ilmu
Kandungan. Edisi ketiga. Cetakan Ketujuh. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu

Kandungan edisi ketiga. PT. Bina

Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta


Schorge et al. 2008. Williams Gynecology [Digital E-Book] Gynecologic
Oncology Section. Ovarian Tumors and Cancer. McGraw-Hills.
Sjamsuhidayat, Buku Ajar Ilmu Beda, Edisi Revisi, EGC, 1 1027; Jakarta,
1998
Sutoto, M. S. J. 1994. Tumor Jinak pada Alat alat Genital, Ilmu Kandungan.
Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
William Helm, C. 2005. Ovarian Cysts. American College of Obstetricians
and Gynecologists. Available at http://emedicine.com
Winkjisastro H, Buku Ilmu Kandungan Edisi 2., editro: Saifudin A,B, dkk,
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 1999: 13-14

Anda mungkin juga menyukai