Anda di halaman 1dari 120

PEDOMAN PENYELENGGARAAN KONTRAK

JASA PELAKSANAAN KONSTRUKSI


(PEMBORONGAN)

Diperbanyak oleh :
Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah

BAB I
KETENTUAN UMUM

A.

PENDAHULUAN
Dengan berlakunya
1. UU No.18/1999
2. PP No.28/2000
3. PP No.29/2000
4. PP No.30/2000
5. Keppres 80/2003
Dipandang
perlu
untuk
membuat
Pedoman
Penyelenggaraan Kontrak Jasa Pelaksanaan Konstruksi
(Pemborongan)
sebagai
panduan
pengendalian
pelaksanaan kontrak bagi para penyelenggara proyek.
Meliputi:
1. Proses penyiapan dokumen pengadaan
2. Metoda pemilihan penyedia jasa
3. Metoda penyampaian dokumen penawaran
4. Metoda evaluasi penawaran
5. Penetapan penyedia jasa
6. Kegiatan yang harus dilakukan dlm pelaksanaan
kontrak sd kontrak selesai.
Diharapkan penyelenggara proyek dapat melaksanakan
tugas-nya
secara
profesional
dengan
tidak
menyimpang dari per-aturan dan ketentuan yang
berlaku, agar diperoleh hasil proyek yang tepat mutu,
tepat waktu, dan tepat biaya.

B.

ISTILAH
1. Jasa pelaksanaan konstruksi (pemborongan)

2. Pengguna jasa
3. Penyedia jasa
4. Kepala kantor/satuan kerja
5. Pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek
6. Panitia pengadaan
7. Dokumen pengadaan
8. Estimasi perencanaan (Engineers Estimate/EE)
9. Harga Perkiraan sendiri (HPS)
10. Kontrak harga satuan
11. Kontrak lump sum
12. Harga Satuan Pekerjaan (HSP)
13. Pekerjaan utama
14. Mata pembayaran utama
15. Daftar kuantitas dan harga
16. Peserta lelang
17. Dokumen penawaran
18. Substansi penawaran
19. Personal inti
20. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan
21. Analisa harga satuan pekerjaan
22. Klarifikasi
23. Konfirmasi
24. Surat jaminan
25. Kontrak
26. Dokumen kontrak
27. Harga kontrak
28. Direksi pekerjaan
29. Direksi teknis
30. Panitia peneliti pelaksanaan kontrak
31. Panitia penerima pekerjaan
32. Tanggal mulai kerja
33. Amandemen kontrak

34. Masa pemeliharaan


35. Tanggal penyelesaian pekerjaan
36. Mediator
37. Konsiliator
38. Arbiter
39. Kegagalan bangunan
C.

DASAR HUKUM
1. Keputusan Presiden R.I. No. 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
2. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah No. 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peng-adaan Jasa Konstruksi oleh
Instansi Pemerintah.
3. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan
Pedoman Peng-adaan Jasa Konstruksi.
4. Guidelines dari negara pemberi pinjaman antara
lain World Bank/IBRD, ADB dan JBIC.

D.

TUJUAN
Memberikan panduan kepada pengguna jasa dalam
pengen-dalian
pelaksanaan
kontrak
agar
tidak
menyimpang dari peraturan dan ketentuan yang
berlaku, sehingga diperoleh hasil proyek yang tepat
mutu, tepat waktu, dan tepat biaya.

E.

RUANG LINGKUP
Untuk
kontrak jasa pelaksanaan
konstruksi yang
dibiayai dengan dana APBN rupiah murni, dan yang
sebagian atau seluruhnya dibiayai dari Pinjaman/Hibah

Luar Negeri (PHLN) sepanjang tidak bertentangan


dengan ketentuan dari pemberi PHLN.

F.

KEWAJIBAN
MEMATUHI
PERATURAN
PERUNDANG
UNDANGAN
Dokumen lelang dan dokumen kontrak harus mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila
terdapat ketentuan dalam dokumen lelang dan
dokumen kontrak yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, maka dokumen tersebut dapat
dinyatakan tidak sah.

BAB II
PENGGUNA JASA, PANITIA PENGADAAN,
PEMAKETAN PEKERJAAN DAN METODA
PEMILIHAN

A. PENGGUNA JASA
1. Persyaratan Pengguna Jasa
a. Memiliki integritas moral
b. Memiliki disiplin tinggi
c. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis
serta manajerial untuk melaksanakan tugasnya
d. Memiliki
kemampuan
untuk
mengambil
keputusan, bertindak tegas dan keteladanan
dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah
terlibat KKN
e. Memiliki
sertifikat
keahlian
pengadaan
barang/jasa pemerintah paling lambat tgl 1
Januari 2006, sebelum-nya dapat berlaku tanda
bukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan
barang/jasa pemerintah
2. Pengangkatan Pengguna Jasa
Berdasarkan usulan pimpinan unit kerja yang
bersangkutan, diangkat dengan surat keputusan
Menteri atau pejabat yang diberi kuasa.
3. Tugas Pokok Pengguna Jasa
a. Menyusun perencanaan pengadaan jasa
b. Mengangkat panitia pengadaan
c. Menetapkan paket-paket pekerjaan disertai
ketentuan mengenai peningkatan penggunaan

d.

e.

f.

g.
h.
i.
j.
k.

produksi dalam negeri dan


peningkatan
pemberian
kesempatan
bagi
usaha
kecil
termasuk
koperasi kecil, serta kelompok
masyarakat
Menetapkan
dan
mengesahkan
dokumen
pengadaan, harga perkiraan sendiri (HPS), jadual,
tata cara pelaksanaan dan lokasi pengadaan
yang disusun panitia pengadaan
Menetapkan dan mengesahkan hasil pengadaan
sesuai kewenangannya berdasarkan usulan
panitia pengadaan
Menetapkan besaran uang muka yang menjadi
hak penyedia jasa sesuai dengan ketentuan yang
berlaku
Menyiapkan
dan
melaksanakan
perjanjian/kontrak dengan pihak penyedia jasa
Melaporkan
pelaksanaan/penyelesaian
pengadaan jasa kepada pimpinan instansinya
Mengendalikan pelaksanaan perjanjian/kontrak
Menyerahkan aset hasil pengadaan jasa kepada
Menteri dengan berita acara penyerahan
Menandatangani
pakta
integritas
sebelum
pelaksanaan pengadaan jasa dimulai, yaitu
sebelum dilakukan pengumuman pelelangan
umum/prakualifikasi.

B. PANITIA PENGADAAN
1. Pembentukan Panitia Pengadaan
a. Wajib dibentuk untuk nilai di atas Rp.50 juta s.d.
nilai Rp.50 juta dapat dilaksanakan oleh panitia
pengadaan atau pejabat pengadaan.

b. Anggota panitia berasal dari pegawai negeri, dari


instansi sendiri maupun instansi teknis lainnya.
Ber-jumlah gasal sekurang-kurangnya
1) 3 orang, untuk pengadaan sampai dengan
nilai Rp.500 juta
2) 5 orang, untuk pengadaan di atas Rp.500 juta
c. Terdiri dari unsur-unsur yang memahami
1) Tata cara pengadaan
2) Substansi pekerjaan yang bersangkutan
3) Hukum-hukum perjanjian/kontrak
d. Pejabat pengadaan hanya 1 (satu) orang
memahami tata
cara pengadaan, substansi
pekerjaan/kegiatan ybs dan bidang lain yang
diperlukan, baik dari unsur-unsur di dalam
maupun dari luar instansi ybs
e. Dilarang diangkat sebagai panitia pengadaan
1) Pengguna jasa dan bendaharawan
2) Pegawai Badan Pengawasan Keuangan dan
Pem-bangunan (BPKP)/Inspektorat Jenderal
Departemen.
2. Persyaratan Panitia Pengadaan
a. Memiliki integritas moral, disiplin dan tanggung
jawab dalam melaksanakan tugas
b. Memahami
seluruh
pekerjaan
yang
akan
diadakan
c. Memahami jenis pekerjaan tertentu yang menjadi
tugas panitia pengadaan yang bersangkutan
d. Memahami isi dokumen pengadaan/metoda dan
prosedur pengadaan berdasarkan ketentuan yang
berlaku

e. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan


pengguna jasa
f. Memiliki
sertifikat
keahlian
pengadaan
barang/jasa pemerintah paling lambat tgl 1
Januari 2006, sebelumnya dapat berlaku tanda
bukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan
barang/jasa pemerintah.
3. Tugas, Wewenang, dan Tanggungjawab Panitia
Pengadaan
a. Menyusun
jadual
dan
menetapkan
cara
pelaksanaan serta lokasi pengadaan
b. Menyiapkan dokumen pengadaan
c. Menyusun dan menyiapkan harga perkiraan
sendiri (HPS)
d. Mengumumkan pengadaan jasa melalui media
cetak dan papan pengumuman resmi untuk
penerangan umum, dan jika memungkinkan
melalui media elektronik
e. Menilai kualifikasi penyedia jasa melalui pasca
kualifikasi atau prakualifikasi
f. Melakukan evaluasi terhadap penawaran yang
masuk
g. Mengusulkan calon pemenang
h. Membuat laporan mengenai proses dan hasil
pengadaan kepada pengguna jasa
i. Menandatangani
pakta
integritas
sebelum
pelaksanaan pengadaan jasa dimulai, yaitu
sebelum dilakukan pengumuman pelelangan
umum/prakualifikasi

Masa kerja panitia berakhir setelah penyedia jasa


ditetapkan oleh pengguna jasa atau sesuai dengan
masa penugasan-nya.
Catatan : Honorarium dan biaya kegiatan panitia
harus dialokasikan dalam anggaran proyek yang
akan dilelangkan.
C. PEMAKETAN PEKERJAAN
1. Nilai paket pekerjaan s.d. Rp.1 miliar bagi usaha
kecil/ koperasi kecil, kecuali paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat
dipenuhi oleh usaha kecil/koperasi kecil.
2. Sampai dengan tgl 31 Desember 2005, nilai paket
pekerjaan di atas Rp.1 miliar s.d. Rp. 3 miliar bagi
usaha menengah, kecuali paket pekerjaan yang
menuntut kompetensi teknis yang tidak dapat
dipenuhi oleh usaha menengah.
3. Perusahaan asing dapat ikut serta di dalam
pengadaan jasa pemborongan dengan nilai > Rp.50
miliar.
D. METODA PEMILIHAN PENGADAAN
1. Pelelangan Umum
Adalah metoda pemilihan penyedia jasa yang
dilakukan secara terbuka dengan
pengumuman
secara luas melalui media masa dan papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum
sehingga masyarakat luas dunia usaha yang
berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya.
Pada
prinsipnya
semua
pemilihan

pengadaan jasa
pemborongan dilakukan dengan
pelelangan umum.
2. Pelelangan Terbatas
Adalah metoda pemilihan penyedia jasa dalam hal
jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan
diyakini terbatas, yaitu untuk pekerjaan yang
kompleks dan diumumkan secara luas melalui media
masa dan papan pengumuman resmi dengan
mencantumkan penyedia jasa yang telah diyakini
mampu,
guna
memberi
kesempatan
kepada
penyedia jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
3. Pemilihan Langsung
Adalah metoda pemilihan penyedia jasa dalam hal
metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas
dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, yaitu
pemilihan penyedia jasa yang dilakukan dengan
membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran,
sekurang-kurangnya 3
penawaran dari penyedia
jasa yang telah lulus prakualfikasi serta dilakukan
negosiasi baik teknis maupun biaya, serta harus
diumumkan minimal melalui papan pengumuman
resmi
untuk
penerangan
umum
dan
bila
memungkinkan melalui internet. Dapat dilaksanakan
untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan
Rp.100 juta.
4. Penunjukan Langsung
Adalah metoda pemilihan penyedia
jasa
untuk
pekerjaan yang memenuhi kriteria keadaan tertentu
dan keadaan khusus, dengan cara penunjukan

langsung terhadap 1 penyedia jasa yang telah lulus


prakualifikasi serta dilakukan negosiasi baik teknis
maupun biaya, serta harus diumumkan minimal
melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui
internet.
a. Keadaan tertentu
1) Penanganan
darurat
untuk
pertahanan
negara,
keamanan
dan
keselamatan
masyarakat yang pelaksanaan pekerjaannya
tidak dapat ditunda, atau harus dilakukan
segera, termasuk penanganan darurat akibat
bencana alam; dan/atau
2) Pekerjaan yang perlu dirahasiakan yang
menyangkut pertahanan dan keamanan
negara yang ditetapkan oleh Presiden;
dan/atau
3) Pekerjaan yang berskala kecil dengan nilai
maksimum Rp.50 juta dengan ketentuan:
a) Untuk keperluan sendiri; dan/atau
b) Teknologi sederhana; dan/atau
c) Resiko kecil; dan/atau
d) Dilaksanakan oleh penyedia jasa badan
usaha kecil/ koperasi kecil.
b. Keadaan khusus
1) Pekerjaan berdasarkan tarif resmi yang
ditetapkan pemerintah; atau
2) Pekerjaan
spesifik
yang
hanya
dapat
dilaksanakan oleh 1 penyedia jasa;

3) Pekerjaan kompleks yang hanya dapat


dilaksanakan dengan penggunaan teknologi
khusus dan/atau hanya ada 1 penyedia jasa
yang mampu mengaplikasikannya;
4) Pekerjaan lanjutan yang secara teknis
merupakan kesatuan konstruksi yang sifat
pertanggungannya
terhadap kegagalan
bangunan tidak dapat dipecah-pecah dari
pekerjaan
yang
sudah
dilaksanakan
sebelumnya, dengan persetujuan Menteri.

BAB III
PRAKUALIFIKASI DAN PASCA KUALIFIKASI

A. PRAKUALIFIKASI
1. Proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha
serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari
penyedia jasa sebelum memasukkan penawaran.
2. Wajib
dilaksanakan
untuk
pengadaan
jasa
pemborongan
yang
menggunakan
metoda
pelelangan terbatas, metoda pemilihan langsung dan
metoda penunjukan langsung.
3. Panitia pengadaan dapat melakukan prakualifikasi
untuk
pelelangan
umum
pengadaan
jasa
pemborongan untuk pekerjaan yang bersifat
kompleks.
4. Dalam proses prakualifikasi panitia pengadaan
dilarang menambah persyaratan prakualifikasi di luar
yang telah ditetapkan dalam ketentuan dan
peraturan perundang-undangan.
5. Persyaratan prakualifikasi yang ditetapkan harus
merupakan persyaratan minimal yang dibutuhkan
untuk
pelaksanaan
kegiatan
agar
terwujud
persaingan yang sehat secara luas.
6. Pengguna jasa wajib menyederhanakan proses
prakualifikasi
dengan tidak meminta seluruh
dokumen yang disyaratkan, melainkan
cukup
dengan formulir isian kualifikasi penyedia jasa.
7. Penyedia
jasa
wajib
menandatangani
surat
pernyataan pada materai bahwa semua informasi
yang disampaikan dalam formulir isian kualifikasi
adalah
benar,
dan
apabila
diketemukan

penipuan/pemalsuan
atas
informasi
yang
disampaikan, terhadap yang bersangkutan dikenakan
sanksi pembatalan sebagai calon pemenang,
dimasukkan dalam daftar hitam sekurang-kurangnya
2 tahun, dan tidak boleh mengikuti pengadaan untuk
2 tahun berikutnya, serta di-ancam dituntut secara
perdata dan pidana.
8. Panitia
pengadaan
tidak
boleh
melarang,
menghambat, dan membatasi keikutsertaan calon
peserta
pengadaan
jasa
dari
luar
propinsi/kabupaten/kota lokasi pengadaan jasa.
9. Departemen
dilarang
melakukan
prakualifikasi
massal yang berlaku untuk pengadaan dalam kurun
waktu tertentu.
10. Pada setiap tahapan proses pemilihan penyedia jasa,
pengguna
jasa/panitia
pengadaan
dilarang
membebani atau memungut biaya apapun kepada
penyedia jasa, kecuali biaya penggandaan dokumen
pengadaan.
11. Proses prakualifikasi secara umum meliputi:
a. Pengumuman
prakualifikasi
oleh
panitia
pengadaan;
b. Pendaftaran
dan
pengambilan
dokumen
prakualifikasi oleh penyedia jasa;
c. Penyampaian
dokumen
prakualifikasi
oleh
penyedia jasa;
d. Evaluasi dokumen prakualifikasi oleh panitia
pengadaan;
e. Penetapan daftar penyedia jasa yang lulus
prakualifikasi oleh panitia pengadaan;
f. Pengesahan hasil prakualifikasi oleh pengguna
jasa;

g. Pengumuman hasil prakualifikasi oleh panitia


pengadaan;
h. Masa sanggah;
B. PASCA KUALIFIKASI
1. Proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha
serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari
penyedia jasa setelah memasukkan penawaran.
2. Wajib
dilaksanakan
untuk
pengadaan
jasa
pemborongan
yang
menggunakan
metoda
pelelangan umum secara adil, transparan, dan
mendorong terjadinya persaingan yang sehat dengan
mengikutsertakan sebanyak-banyaknya pe-nyedia
jasa.
3. Dalam proses pasca kualifikasi panitia pengadaan
dilarang menambah persyaratan kualifikasi di luar
yang telah ditetapkan dalam ketentuan dan
peraturan perundang-undangan.
4. Persyaratan yang ditetapkan harus merupakan
persyaratan minimal yang dibutuhkan untuk
pelaksanaan kegiatan agar terwujud persaingan yang
sehat secara luas.
5. Pengguna jasa wajib menyederhanakan proses pasca
kualifikasi dengan tidak meminta seluruh dokumen
yang disyaratkan melainkan cukup dengan formulir
isian kualifikasi penyedia jasa.
6. Penyedia
jasa
wajib
menandatangani
surat
pernyataan pada materai bahwa semua informasi
yang disampaikan dalam formulir isian kualifikasi
adalah
benar,
dan
apabila
diketemukan
penipuan/pemalsuan
atas
informasi
yang
disampaikan, terhadap yang bersangkutan dikenakan

sanksi pembatalan sbg calon pemenang, dimasukkan


dalam daftar hitam sekurang-kurangnya 2 tahun, dan
tidak boleh mengikuti pengadaan untuk 2 tahun
berikutnya, serta diancam dituntut secara perdata
dan pidana.
7. Dalam proses pasca kualifikasi panitia pengadaan
tidak boleh melarang, menghambat, dan membatasi
keikutsertaan calon peserta pengadaan jasa dari luar
propinsi/kabupaten/kota lokasi pengadaan jasa.
8. Pada setiap tahapan proses pemilihan penyedia jasa,
pengguna
jasa/panitia
pengadaan
dilarang
membebani atau memungut biaya apapun kepada
penyedia jasa, kecuali biaya penggandaan dokumen
pengadaan.
9. Proses pasca kualifikasi secara umum meliputi:
a. Pengumuman pelelangan umum dengan pasca
kualifikasi oleh panitia pengadaan;
b. Pengambilan dokumen kualifikasi bersamaan
dengan dokumen lelang oleh penyedia jasa;
c. Penyampaian
dokumen
pasca
kualifikasi
bersamaan (menjadi satu) dengan dokumen
penawaran oleh penyedia jasa;
d. Evaluasi dokumen kualifikasi oleh panitia
pengadaan;
e. Pembuktian kualifikasi oleh panitia pengadaan.
C. DOKUMEN KUALIFIKASI
Panitia pengadaan menyusun dokumen kualifikasi dan
ditetapkan oleh pengguna jasa.
Dokumen kualifikasi berisi:

1. Penjelasan singkat mengenai paket pekerjaan yang


akan dilaksanakan (scope of works), perkiraan nilai
paket pekerjaan, sumber dana, dan jadual proses
pengadaan.
2. Formulir isian kualifikasi yang terdiri dari:
a. Surat
Pernyataan
Minat
untuk
Mengikuti
Pelelangan;
b. Surat Pernyataan tentang:
1) Secara
hukum
mempunyai
kapasitas
mendatangani kontrak;
2) Tidak sedang dinyatakan pailit atau kegiatan
usahanya tidak sedang dihentikan atau tidak
sedang menjalani sanksi pidana atau sedang
dalam pengawasan pengadilan;
3) Tidak pernah dihukum;
4) Data administrasi;
5) Ijin usaha;
6) Landasan hukum pendirian perusahaan;
7) Pengurus perusahaan;
8) Data keuangan perusahaan;
9) Data personalia;
10) Data peralatan;
11) Data pengalaman perusahaan;
12) Data pekerjaan yang sedang dilaksanakan;
13) Dukungan Bank;
14) Kebenaran
data
yang
disampaikan,
kesanggupan dikenakan sanksi administrasi,
perdata, pidana sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
D. PERSYARATAN KUALIFIKASI PENYEDIA JASA
1. Memiliki ijin usaha jasa konstruksi;

2. Memiliki sertifikat badan usaha;


3. Memiliki sertifikat tenaga ahli/terampil;
4. Secara
hukum
mempunyai
kapasitas
menandatangani kontrak;
5. Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak bangkrut,
kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan/atau
tidak sedang menjalani sanksi pidana;
6. Dalam hal penyedia jasa akan melaksanakan
kemitraan, wajib mempunyai perjanjian kerjasama
operasi/ kemitraan yang memuat persentase
kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan;
7. Telah melunasi kewajiban pajak tahun terakhir
(SPT/PPh) serta memiliki laporan bulanan PPh pasal
25 atau pasal 21/pasal 23 atau PPN sekurangkurangnya 3 bulan yang lalu;
8. Selama
4
tahun
terakhir
pernah
memiliki
pengalaman
menyediakan
jasa
pelaksanaan
konstruksi baik di lingkungan pemerintah atau
swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali
penyedia jasa yang baru berdiri kurang dari 3 tahun;
9. Memiliki kinerja baik dan tidak masuk dalam daftar
sanksi atau daftar hitam di suatu instansi;
10. Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang
sesuai untuk usaha kecil/koperasi kecil;
11. Memiliki kemampuan pd bidang dan subbidang
pekerjaan yang sesuai utk bukan usaha kecil,
memenuhi KD = 2NPt (KD: Kemampuan Dasar, NPt :
Nilai
Pengalaman
tertinggi)
pada
subbidang
pekerjaan yang sesuai dalam kurun waktu 7 tahun
terakhir;
12. Dalam hal bermitra yang diperhitungkan adalah KD
dari perusahaan yang mewakili kemitraan (lead firm);

13. Untuk
pekerjaan
khusus/spesifik/teknologi
tinggi/kompleks
Pejabat
Eselon
I
dapat
menambahkan persyaratan lain seperti peralatan
khusus, tenaga ahli spesialis yang diperlukan,
pengalaman tertentu, atau memiliki sertifikat
manajemen mutu ISO;
14. Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari
bank pemerintah/swasta untuk mengikuti pengadaan
jasa pelaksanaan konstruksi sekurang-kurangnya
10% dari nilai paket pekerjaan, kecuali utk penyedia
jasa usaha kecil/ koperasi kecil;
15. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan
peralatan serta personil yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan;
16. Termasuk dalam penyedia jasa yang sesuai dengan
nilai paket pekerjaan;
17. Menyampaikan daftar perolehan pekerjaan yang
sedang dilaksanakan;
18. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang
kompetensi dan kemampuan usaha yang dimilikinya;
19. Memiliki sisa kemampuan keuangan (SKK) yang
cukup dan sisa kemampuan paket (SKP).
E. PENGAMBILAN, PENJELASAN, PEMASUKAN DOKUMEN
KUALIFIKASI
1. Pengambilan Dokumen Kualifikasi
a. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi
dilakukan bersamaan dengan dokumen lelang.
Pelelangan umum dengan prakualifikasi dilakukan
sebelum pengambilan dokumen lelang.
b. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi
pengambilan dokumen kualifikasi dimulai 1 hari

kerja setelah pengumuman pelelangan sampai


dengan 1 hari kerja sebelum batas akhir
pemasukan dokumen penawaran.
c. Pelelangan
umum
dengan
prakualifikasi
pengambilan dokumen kualifikasi dimulai sejak
tanggal pengumuman prakualifikasi sampai
dengan 1
hari
kerja sebelum batas akhir
pemasukan dokumen kualifikasi.
Sebelum pengambilan dokumen kualifikasi, penyedia
jasa harus menandatangani pakta integritas dan
menunjukkan sertifikat badan usaha (SBU) untuk
kesesuaian kompetensi dan kemampuan usaha serta
nilai paket pekerjaan.
Tenggang
waktu
antara
hari
pengumuman
prakualifikasi dengan batas akhir hari pengambilan
dokumen kualifikasi sekurang-kurangnya 7
hari
kerja.
2. Penjelasan Dokumen Kualifikasi
a. Dilakukan oleh panitia pengadaan di tempat dan
pada waktu yang telah ditentukan, dihadiri oleh
peserta lelang yang telah mengambil dokumen
kualifikasi.
Untuk pelelangan umum dengan pasca kualifikasi
penjelasan
dilakukan
bersamaan
dengan
penjelasan dokumen lelang.
b. Dalam acara penjelasan disampaikan penjelasan
meliputi:
1) Metoda dan tata cara penyelenggaraan pasca
kualifi-kasi/prakualifikasi;

2) Persyaratan penyedia jasa;


3) Dokumen yang harus dilampirkan;
4) Metoda evaluasi;
5) Pembuktian kualifikasi;
6) Hal-hal yang menggugurkan.
c. Pertanyaan
peserta
dan
jawaban
panitia
pengadaan serta keterangan lain dituangkan
dalam BAP dan ditandatangani oleh panitia
pengadaan. Dalam hal terjadi perubahan
dokumen kualifikasi, maka panitia pengadaan
harus menuangkan dalam adendum dokumen
kualifikasi dan disahkan oleh pengguna jasa.
d. Panitia pengadaan harus menetapkan batas
waktu penyampaian adendum beserta BAP
dokumen kualifikasi dan disampaikan dalam
waktu bersamaan kepada semua peserta
kualifikasi.
3. Pemasukan Dokumen Kualifikasi
a. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi
dilakukan
bersamaan
dengan
dokumen
penawaran, dimulai 1 hari kerja setelah
penjelasan lelang. Batas akhir pemasukan
dokumen penawaran sekurang-kurang-nya 7 hari
kerja setelah penerbitan adendum dokumen
lelang terakhir.
b. Pelelangan umum dengan prakualifikasi batas
akhir
pemasukan
dokumen
prakualifikasi
sekurang-kurangnya
3
hari
kerja
setelah
berakhirnya
penayangan
pengumuman
prakualifikasi dan sekurang-kurangnya 7 hari

F.

kerja setelah penerbitan adendum dokumen


kualifikasi terakhir.
PENILAIAN DOKUMEN KUALIFIKASI DAN PEMBUKTIAN
KUALIFIKASI
1. Penilaian Dokumen Kualifikasi
a. Pasca kualifikasi
dilakukan setelah evaluasi
dokumen penawaran. Prakualifikasi dilakukan
sebelum pemasukan dokumen penawaran.
b. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan dalam
dokumen kualifikasi sesuai dengan Kepmen
Kimpraswil
No. 257/KPTS/M/2004 tentang
Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi,
mengenai
Pedoman
Penilaian
Kualifikasi
Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa Pelaksanaan
Konstruksi (Pemborongan).
2. Pembuktian Kualifikasi
a. Terhadap penyedia jasa yang akan diusulkan sbg
pemenang dan pemenang cadangan, dilakukan
verifikasi thd semua data dan informasi yang ada
dalam formulir isian kualifikasi dengan meminta
rekaman atau asli dokumen yang sah dan bila
diperlukan dilakukan konfirmasi kepada instansi
terkait.
b. Apabila ditemui hal-hal yang tidak benar/palsu,
maka penyedia jasa dinyatakan gugur dan
dikenakan sanksi administrasi yaitu dimasukkan
daftar hitam perusahaan dalam jangka waktu
selama 2 tahun dan sanksi perdata dan pidana
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

G. PENYUSUNAN DAFTAR PESERTA LELANG, PENGUMUMAN


HASIL KUALIFIKASI DAN SANGGAHAN
1. Penyusunan Daftar Peserta Lelang
Untuk pelelangan umum dengan prakualifikasi,
penyedia jasa yang lulus kualifikasi dimasukkan
dalam daftar peserta lelang dan disahkan oleh
pengguna jasa. Semua penyedia jasa yang tercatat
dalam daftar peserta lelang harus diundang untuk
mengambil dokumen lelang.
2. Pengumuman Hasil Kualifikasi
a. Untuk pelelangan umum dengan prakualifikasi,
hasil penilaian kualifikasi setelah ditetapkan oleh
pengguna jasa disampaikan kepada seluruh
peserta prakualifikasi dan diumumkan melalui
papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum dan/atau internet.
b. Pengumuman
hasil
kualifikasi
sekurangkurangnya memuat:
1. Nama dan perkiraan nilai pekerjaan serta
sumber dananya;
2. Nama dan alamat penyedia jasa dan nama
pimpinan yang berhak menandatangani
kontrak
pekerjaan
untuk
setiap
calon
penyedia jasa;
3. Nama dan nilai paket tertinggi pengalaman
pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk
usaha kecil/koperasi kecil dan subbidang
pekerjaan yang sesuai untuk bukan usaha
kecil dalam kurun waktu 7 tahun terakhir;
4. Keputusan lulus tidaknya calon penyedia jasa.

3. Sanggahan
a. Peserta prakualifikasi yang keberatan atas
penetapan hasil kualifikasi dapat mengajukan
sanggahan secara tertulis selambat-lambatnya
dalam waktu 5 hari kerja setelah tanggal
pengumuman hasil kualifikasi.
b. Surat sanggahan diajukan kepada pengguna jasa
disertai bukti-bukti terjadinya penyimpangan,
dengan tembusan kepada unit pengawasan
internal. Surat sanggahan yang disampaikan
kepada bukan pengguna jasa dianggap sebagai
pengaduan dan tetap harus ditindaklanjuti.
c. Pengguna jasa wajib memberikan jawaban
tertulis selambat-lambatnya dalam 5 hari kerja
secara pro-porsional sesuai dengan masalahnya.
Untuk memberikan jawaban terhadap sanggahan,
maka pengguna jasa dapat meminta bukti isian
formulir kualifikasi yang dipermasalahkan.
d. Apabila peserta prakualifikasi yang menyanggah
tidak dapat menerima jawaban atas sanggahan
dari pengguna jasa, maka dapat mengajukan
sanggahan banding kepada Menteri, selambatlambatnya 5 hari kerja sejak diterimanya jawaban
sanggahan tersebut.
e. Menteri wajib memberikan jawaban selambatlambatnya 15 hari kerja sejak surat sanggahan
banding diterima.
f. Proses pelelangan umum dapat dilanjutkan tanpa
harus menunggu jawaban dari Menteri.
g. Apabila sanggahan banding ternyata benar, maka
dilakukan penilaian kualifikasi kembali atau
dilakukan pengumuman prakualifikasi ulang.

BAB IV
PROSES PENGADAAN

A. PELELANGAN UMUM
1. Pengumuman
a. Panitia pengadaan harus mengumumkan secara
luas pelelangan umum dengan pasca kualifikasi
atau prakualifikasi melalui media cetak, papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum
serta media elektronik (bila memungkinkan).
b. Isi pengumuman sekurang-kurangnya:
1) Nama dan alamat pengguna jasa;
2) Uraian singkat pekerjaan;
3) Perkiraan nilai pekerjaan;
4) Syarat-syarat penyedia jasa;
5) Tempat, tanggal, hari dan waktu pengambilan
dokumen lelang/kualifikasi.
c. Agar pengumuman dapat mencapai sasaran
secara luas, efisien dan tepat sesuai dengan
jangkauan masyarakat pengusaha yang dituju,
maka diatur sebagai berikut:
1) Pengumuman yang ditujukan kepada usaha
kecil/ koperasi kecil, menggunakan surat
kabar
dan
siaran
radio
pemerintah
daerah/swasta yang mempunyai jangkauan
pembaca dan pendengar sekurang-kurangnya
di seluruh kabupaten/kota yang bersangkutan, serta dipasang pada pengumuman
resmi untuk penerangan umum dan pada
papan peng-umuman pengguna jasa.

Dalam hal di kabupaten/kota ybs tidak


memiliki surat kabar harus diumumkan di
surat kabar terbitan ibukota propinsi ybs;
2) Pengumuman
yang
ditujukan
kepada
perusahaan/ koperasi bukan usaha kecil
menggunakan surat kabar yang mempunyai
jangkauan propinsi dan nasional, serta
dipasang pada papan pengumuman resmi
untuk
penerangan
umum
dan
papan
pengumuman pengguna jasa.
d. Calon peserta lelang dari propinsi/kabupaten/kota
lain tidak boleh dihalangi/dilarang mengikuti
proses lelang di propinsi/ kabupaten/kota lokasi
pelelangan.
e. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi,
apabila penyedia jasa yang memasukkan
dokumen penawaran kurang dari 3, dilakukan
pengumuman lelang ulang.
f. Pelelangan umum dengan prakualifikasi, apabila
penyedia jasa yang lulus prakualifikasi kurang
dari 3, dilakukan pengumuman prakualifikasi
ulang.
Penyedia
jasa
yang
telah
lulus
prakualifikasi tidak perlu dilakukan prakualifikasi
ulang.
g. Apabila terbukti terjadi kecurangan dalam
pengumuman
lelang/
prakualifikasi,
maka
kepada:
1) Panitia
pengadaan
dikenakan
sanksi
administrasi, ganti rugi dan/atau pidana
sesuai ketentuan yang berlaku;

2) Penyedia jasa yang terlibat dikenakan sanksi


daftar hitam 2 tahun dan sanksi pidana sesuai
ketentuan yang berlaku.
2. Dokumen lelang
a. Panitia pengadaan menyiapkan tepat pada
waktunya.
Harus dicantumkan secara jelas dan terinci
semua persyaratan yang diperlukan, administratif
maupun teknis, penggunaan barang/jasa produksi
dalam negeri dan preferensi harga, unsur-unsur
yang dinilai, kriteria dan formula evaluasi yang
akan digunakan, dan jenis kontrak yang dipilih,
contoh-contoh formulir yang perlu diisi.
b. Dokumen lelang terdiri dari:
1) Pengumuman lelang/undangan lelang;
2) Instruksi kepada peserta lelang;
3) Data lelang;
4) Bentuk surat penawaran, lampiran, surat
penunjukan dan surat perjanjian;
5) Syarat-syarat umum kontrak;
6) Syarat-syarat khusus kontrak;
7) Spesifikasi teknis;
8) Gambar-gambar;
9) Daftar kuantitas, analisa harga satuan dan
metoda pelaksanaan;
10) Bentuk-bentuk jaminan.
c. Diwajibkan memberikan preferensi harga untuk
penyedia jasa pemborongan nasional yaitu 7,5%
di atas harga penawaran terendah dari penyedia
jasa pemborongan asing.
d. Harus disahkan oleh pengguna jasa.

3. Dokumen Kualifikasi
a. Panitia pengadaan harus menyiapkan dokumen
kualifikasi berupa:
1) Formulir
isian
yang
memuat
data
administrasi, keuangan, personil, peralatan,
dan pengalaman kerja;
2) Penilaian kualifikasi sesuai dengan Kepmen
Kimpraswil No. 257/KPTS/ M/2004.
b. Dalam hal pelelangan umum dilakukan dengan
prakualifikasi, panitia pengadaan mengumumkan
prakualifikasi yang memuat:
1) Lingkup pekerjaan;
2) Persyaratan peserta;
3) Waktu
dan
tempat
pengambilan
dan
pemasukan dokumen kualifikasi;
4) Penanggungjawab prakualifikasi.
4. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
a. Pengguna jasa
wajib memiliki HPS
yang
dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan
data yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. HPS disusun oleh panitia pengadaan dan
ditetapkan oleh pengguna jasa.
c. HPS digunakan sebagai alat untuk menilai
kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya
dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai
jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai
terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar
untuk mengugurkan penawaran.

d. Nilai total HPS terbuka/tidak bersifat rahasia dan


diumumkan pada waktu penjelasan dokumen
lelang, sedangkan rincian HPS bersifat rahasia.
e. Perhitungan HPS harus dilakukan dengan cermat
berdasarkan ketentuan dokumen lelang, dengan
menggunakan
data
dasar
dan
mempertimbangkan:
1) Analisis harga satuan pekerjaan yang
bersangkutan;
2) Perkiraan perhitungan biaya oleh konsultan/
engineers estimate (EE);
3) Harga
pasar
setempat
pada
waktu
penyusunan HPS;
4) Harga kontrak/Surat Perintah Kerja (SPK)
untuk pekerjaan sejenis setempat yang
pernah dilaksanakan;
5) Informasi harga satuan yang dipublikasikan
secara resmi oleh Badan Pusat Statistik (BPS),
badan/ instansi lainnya dan media cetak yang
datanya dapat dipertanggungjawabkan;
6) Harga/tarif barang/jasa yang dikeluarkan oleh
pabrikan/agen
tunggal
atau
lembaga
independen;
7) Daftar
harga
standar/tarif
biaya
yang
dikeluarkan oleh instansi yang berwenang;
8) Kondisi lapangan/lingkungan:
a) Kemungkinan penggunaan alat-alat berat;
b) Fasilitas untuk mobilisasi peralatan;
c) Keharusan menggunakan cara manual
karena kendala lingkungan;
d) Ketersediaan tenaga kerja;
e) Ketersediaan bahan bangunan;

f) Hal-hal lainnya yang dianggap perlu.


9) Informasi
lain
yang
dapat
dipertanggungjawabkan
f. HPS telah memperhitungkan:
1) Pajak Pertambahan Nilai (PPN);
2) Biaya umum dan keuntungan (overhead cost
and profit) yang wajar bagi penyedia jasa.
g. HPS tidak boleh memperhitungkan biaya tak
terduga, biaya lain-lain dan Pajak Penghasilan
(PPh) penyedia jasa.
h. Penyusun HPS harus mempunyai kualifikasi
sebagai berikut:
1) Memahami dokumen lelang dan seluruh
tahapan pekerjaan yang akan dilaksanakan;
2) Menguasai informasi/kondisi lapangan dan
lingkungan di lokasi pekerjaan;
3) Memahami dan menguasai berbagai metoda
pelaksanaan dan mengetahui metoda mana
yang paling efisien;
4) Tidak pernah terlibat pelanggaran kode etik
profesi;
5) Diutamakan yang telah mendapat penataran
mengenai pengadaan barang/jasa termasuk
penyusunan HPS.
5. Persyaratan Peserta Lelang
a. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi
1) Harus mempunyai Sertifikat Badan Usaha
(SBU) yang sesuai dengan pekerjaan yang
akan dilelangkan.
2) Harus menandatangani pakta integritas
sebelum mengambil dokumen lelang.

3) Memenuhi persyaratan yang ditentukan


dalam dokumen kualifikasi.
b. Pelelangan umum dengan prakualifikasi
1) Harus mempunyai SBU yang sesuai dengan
pekerjaan yang akan dilelangkan.
2) Harus menandatangani pakta integritas
sebelum mengambil dokumen prakualifikasi.
3) Memenuhi persyaratan yang ditentukan
dalam dokumen kualifikasi.
4) Harus lulus prakualifikasi yang diadakan untuk
pekerjaan dimaksud dan tercantum dalam
daftar peserta lelang yang akan diundang.
6. Pengambilan Dokumen dan Penjelasan Lelang
a. Pengambilan dokumen lelang
1) Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi.
a) Bersamaan dengan dokumen kualifikasi 1
hari
kerja
setelah
pengumuman
pelelangan s.d. 1
hari kerja sebelum
batas
akhir
pemasukan
dokumen
penawaran.
b) Sebelum mengambil dokumen lelang,
peserta lelang harus menunjukkan SBU
kepada panitia pengadaan untuk diteliti
apakah sesuai dengan kompetensi dan
kemampuan usaha serta nilai paket
pekerjaan.
c) Peserta lelang harus menandatangani
pakta integritas oleh pemimpin/direktur
utama per-usahaan atau penerima kuasa
dari direktur utama yang nama penerima
kuasanya ter-cantum dalam akta pendirian

atau per-ubahannya, atau kepala cabang


perusahaan yang diangkat oleh kantor
pusat yang dibuktikan dengan dokumen
otentik, atau pejabat yang menurut
perjanjian kerjasama adalah yang berhak
mewakili perusahaan bekerjasama.
2) Pelelangan umum dengan prakualifikasi
a) Yang lulus prakualifikasi dimasukkan
dalam daftar peserta lelang dan disahkan
pengguna jasa. Seluruh penyedia jasa
yang tercatat dlm daftar peserta lelang
harus
diundang
untuk
mengambil
dokumen lelang.
b) Bila penyedia jasa yang lulus prakualifikasi
kurang dari 3, dilakukan pengumuman
pra-kualifikasi dan proses prakulifikasi bagi
penyedia jasa baru. Apabila setelah
pengumuman prakualifikasi diulang, tidak
ada
tambahan
calon
baru
atau
keseluruhan calon peserta lelang masih
kurang dari 3, maka panitia pengadaan
melanjutkan proses pelelangan dengan
metoda
seperti
pemilihan
langsung
apabila yang lulus 2 peserta, atau metoda
seperti penunjukan langsung apabila yang
lulus hanya 1 peserta.
c) Peserta yang diundang berhak mengambil
dokumen lelang. Pengambilan dilakukan 1
hari
kerja
setelah
dikeluarkannya
undangan lelang s.d. 1 hari kerja sebelum
pemasukan dokumen penawaran.

d) Surat undangan lelang memuat antara


lain:
(1) Nama proyek yang mengadakan
pelelangan;
(2) Uraian singkat mengenai pekerjaan
yang akan dilelangkan;
(3) Syarat peserta lelang;
(4) Tempat dan waktu untuk pengambilan
dokumen
lelang
dan
keterangan
lainnya.
(5) Tempat dan waktu penyampaian dan
pembukaan dokumen penawaran.
b. Penjelasan lelang (Aanwijzing)
1) Dilakukan paling cepat 7 hari kerja sejak tgl
pengumuman pelelangan/pengumuman hasil
kualifikasi.
2) Dilakukan di tempat dan pada waktu yang
ditentukan, dihadiri oleh para penyedia jasa.
Penyedia jasa yang tidak hadir pada saat
penjelasan lelang tidak dapat dijadikan dasar
untuk menolak/ menggugurkan penawaran.
3) Dalam acara penjelasan lelang, harus
dijelaskan kepada peserta lelang mengenai:
a) Metoda penyelenggaraan pengadaan;
b) Cara penyampaian penawaran;
c) Dokumen yang harus dilampirkan dalam
dokumen penawaran;
d) Acara pembukaan dokumen penawaran;
e) Metoda evaluasi;
f) Hal-hal yang menggugurkan penawaran;
g) Jenis kontrak yang akan digunakan;

4)
5)

6)

7)

h) Ketentuan dan cara evaluasi berkenaan


dengan preferensi harga atas penggunaan
produksi dalam negeri;
i) Ketentuan dan cara sub kontrak sebagian
pekerjaan kepada usaha kecil/koperasi
kecil;
j) Besaran, masa berlaku dan penjamin yang
dapat mengeluarkan jaminan penawaran;
k) Tata cara perhitungan penyesuaian harga
untuk kontrak jangka panjang (lebih dari
12 bulan).
Diumumkan nilai total HPS, rincian HPS tidak
boleh dibuka dan bersifat rahasia.
Apabila dipandang perlu, panitia pengadaan
dapat
memberikan
penjelasan
lanjutan
dengan melakukan peninjauan lapangan.
Peserta lelang dengan risiko dan biaya sendiri
dianjurkan untuk meninjau lapangan dengan
saksama
untuk memperoleh data dan
informasi yang diperlukan guna menyiapkan
penawaran.
Pertanyaan peserta lelang dan jawaban
panitia pengadaan serta keterangan lain
termasuk per-ubahannya dan hasil peninjauan
lapangan, harus dituangkan dalam Berita
Acara Penjelasan (BAP).
BAP ditandatangani oleh panitia pengadaan
dan minimal 1 wakil peserta yang hadir, dan
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
dokumen lelang.
Apabila dalam BAP terdapat hal-hal/ketentuan
baru atau perubahan penting yang perlu

ditampung, maka panitia pengadaan harus


menuangkan ke dalam adendum dokumen
lelang yang menjadi bagian tak terpisahkan
dari dokumen lelang dan harus disampaikan
dalam waktu bersamaan kepada semua
peserta secara tertulis setelah disahkan
pengguna jasa.
Bila ketentuan baru atau
perubahan penting tersebut tidak dituangkan
dalam adendum dokumen lelang, maka bukan
merupakan bagian dokumen lelang dan yang
berlaku adalah dokumen lelang awal (asli).
7. Penyampaian dan Pembukaan Dokumen Penawaran
a. Penyampaian dokumen penawaran
1) Metoda penyampaian dokumen penawaran
harus mengikuti ketentuan dokumen lelang.
2) Metoda penyampaian dokumen penawaran
yang akan digunakan dengan sistem satu
sampul dan harus dijelaskan pada waktu
acara penjelasan lelang.
3) Yang
berhak
menyampaikan
dokumen
penawaran adalah yang telah mengambil
dokumen lelang pada pelelangan umum
dengan pasca kualifikasi, atau yang lulus
prakualifikasi dan masuk dalam daftar peserta
lelang yang diundang.
4) Dimulai 1 hari setelah penjelasan lelang.
Batas akhir penyampaian sekurang-kurangnya
7 hari kerja setelah penjelasan lelang.
Penyampaian dokumen penawaran dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Langsung

(1) Secara
langsung
menyampaikan
dokumen penawarannya ke dalam
kotak/tempat pemasukan dokumen
penawaran yang telah disediakan
panitia pengadaan.
(2) Batas waktu paling lambat harus
sesuai dengan ketentuan
dalam
dokumen lelang yaitu sebelum batas
waktu
penutupan
pemasukan
dokumen penawaran.
(3) Pada batas waktu penyampaian
dokumen penawaran berakhir, panitia
pengadaan
menyatakan
penyampaian dokumen penawaran
ditutup,
menolak
dokumen
penawaran yang terlambat, dan
menolak
penambahan
dokumen
penawaran.
b) Melalui
pos
atau
layanan
hantaran/expedisi
(1) Menggunakan sampul dalam dan
sampul luar. Panitia pengadaan
mencatat tgl dan jam penerimaan
pada sampul luar.
(2) Batas waktu paling lambat harus
sesuai dengan ketentuan dokumen
lelang, yaitu sebelum batas waktu
penutupan pemasuk-an dokumen
penawaran.
(3) Panitia pengadaan membuat berita
acara
penerimaan
dokumen

penawaran yang sampul luarnya


masih dalam keadaan tertutup,
kemudian dokumen penawaran tsb
dimasukkan
kotak/tempat
pemasukan
dokumen
penawaran.
(4) Panitia pengadaan menolak dokumen
penawaran yang terlambat. Sampul
luar dibuka untuk mengetahui alamat
penawar dan dikembalikan kepada
penawar setelah pada sampul luarnya
diberi catatan tanggal dan jam
penerimaan. Nama, alamat penawar,
serta sampul luar disimpan panitia
pengadaan.
c) Peserta
lelang
harus
memasukkan
dokumen penawaran asli dan rekamannya
pada masing-masing sampul dalam,
menutup dan merekat-nya. Sampul dalam
harus ditandai ASLI untuk dokumen
penawaran asli dan REKAMAN untuk
dokumen penawaran rekaman serta ditulis
nama dan alamat penawar. Sampulsampul dalam tersebut dimasukkan ke
dalam satu sampul luar kemudian sampul
luar ditutup dan direkat.
d) Pada sampul luar hanya ditulis:
(1) Alamat pengguna jasa;
(2) Nama
paket
pekerjaan
yang
dilelangkan di sudut kiri atas sampul;

(3) Pada sudut kanan atas sampul ditulis


TIDAK BOLEH DIBUKA SEBELUM
SAAT PEMBUKAAN PENAWARAN.
e) Apabila sampul luar tidak direkat, panitia
pengadaan tidak bertanggungjawab atas
isi sampul penawaran. Penawaran yang
tidak direkat dan atau terdapat kesalahan
penulisan
pada
sampul
dokumen
penawaran tidak dapat menggugurkan
penawaran.
5) Penarikan, pengubahan, penggantian dan
penambahan dokumen penawaran
a) Dokumen
penawaran
yang
telah
dimasukkan
ke
dalam
kotak/tempat
pemasukan dokumen penawaran tidak
dapatdiambil oleh penawar.
b) Apabila
penawar
akan
menarik/
mengubah/
mengganti/
menambah
dokumen
penawaran
yang
sudah
dimasukkan
ke
dalam
kotak/tempat
pemasukan dokumen penawaran, harus
dilakukan sebelum waktu penutupan
pemasukan dokumen penawaran.
c) Dokumen
penarikan/pengubahan/penggantian/
penambahan
dimasukkan
ke
dalam
sampul ter-tutup dan diberi tanda sesuai
butir 4)d) dan ditambah dengan tanda
PENARIKAN/PENGUBAHAN/PENGGANTIAN/PENAMBAHAN
.

d) Dokumen butir 5)c) dimasukkan ke dalam


kotak/tempat
pemasukan
dokumen
penawaran.
e) Tidak ada dokumen susulan yang dapat
diterima oleh panitia pengadaan setelah
batas waktu penyampaian dokumen
penawaran berakhir/ ditutup.
b. Pembukaan dokumen penawaran
1) Penawar atau wakil penawar yang hadir harus
memperlihatkan
identitas
atau
surat
keterangan/ penugasan dari perusahaan
untuk menghadiri pem-bukaan dokumen
penawaran dan menandatangani daftar hadir
sebagai
bukti
kehadirannya.
Panitia
pengadaan meminta kesediaan 2 orang wakil
dari yang hadir sbg saksi. Apabila tidak
terdapat wakil penawar yang hadir panitia
menunda pembukaan s.d. batas waktu yang
ditentukan panitia pengadaan sekurangkurangnya 2 jam.
2) Setelah batas waktu yang ditentukan tidak
ada penawar yang hadir, maka pembukaan
penawaran dilaksanakan dengan disaksikan 2
saksi yang bukan anggota panitia pengadaan,
yang ditunjuk secara tertulis oleh panitia
pengadaan.
3) Panitia pengadaan membuka dan meneliti isi
kotak/tempat
pemasukan
dokumen
penawaran dan menghitung jumlah sampul
penawaran yang masuk (tidak dihitung surat
pengunduran diri) dan bila penawaran yang

4)

5)

6)

7)

8)

masuk kurang dari 3, pelelangan tidak dapat


dilanjutkan dan harus diulang.
Selanjutnya panitia pengadaan membuka
sampul luar penawaran, termasuk dokumen
penarikan/
pengubahan/
penggantian/
penambahan (bila ada), di hadapan para
penawar atau para wakil penawar yang hadir
pada jam, hari, tanggal dan tempat
sebagaimana telah ditentukan oleh panitia
pengadaan.
Sampul
bertanda
PENGUBAHAN
atau
PENGGANTIAN atau PENAMBAHAN harus
dibuka dan dibaca terlebih dahulu. Sampul
bertanda PENARIKAN tidak dibuka.
Hal-hal yang harus diperiksa, ditunjukkan dan
dibacakan dihadapan para peserta pelelangan
mengenai kelengkapan dokumen penawaran
terdiri dari:
a) Nama Peserta Lelang;
b) Surat Penawaran;
c) Jaminan Penawaran Asli;
d) Daftar Kuantitas dan Harga ;
e) Dokumen lain yang dipersyaratkan dalam
dokumen lelang.
Pada saat pembukaan penawaran panitia
hanya mencatat semua kejadian pada saat
acara pembukaan penawaran, tidak dilakukan
evaluasi
atau pengguguran penawaran
kecuali untuk penawaran yang terlambat.
Semua anggota panitia pengadaan yang hadir
dan saksi yang ditunjuk (kecuali peserta
lelang tidak hadir) harus membubuhkan paraf

pada
surat
penawaran
asli
beserta
pengubahan/ penggantian/ penambahan yang
asli (bila ada), juga pada setiap lembar daftar
kuantitas dan harga.
9) Sebelum panitia pengadaan menutup rapat
pembukaan penawaran dan membuat berita
acara pembukaan penawaran (BAPP), panitia
pengadaan membacakan nilai total HPS yang
telah ditetapkan pengguna jasa.
10) Panitia pengadaan harus membuat BAPP,
yang berisikan hal-hal dan data-data pokok
yang penting termasuk informasi yang
diperoleh pada saat pembukaan penawaran.
BAPP memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Nama-nama
peserta
pelelangan,
nilai
penawaran-nya,
termasuk
penawaran
alternatif
(bila
ada),
rabat,
penarikan/pengubahan/ penggantian/ penambahan penawaran (bila ada), ada tidaknya
jaminan penawaran;
b) Alasan bila terjadi penundaan pembukaan
penawaran;
c) Keberatan dari peserta (bila ada);
d) Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh panitia
pengadaan.
BAPP
ditandatangani oleh panitia pengadaan
yang hadir dan para saksi, kemudian dibagikan
kepada peserta lelang yang hadir.
8. Evaluasi Dokumen Penawaran

a. Dilakukan oleh panitia pengadaan dengan


tahapan sebagai berikut:
1) Koreksi aritmatik (untuk kontrak harga
satuan);
2) Evaluasi administrasi;
3) Evaluasi teknis;
4) Evaluasi kewajaran harga.
b. Dilakukan berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan dalam dokumen lelang sesuai dengan
Keputusan
Menteri
Kimpraswil
No.
257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Jasa Konstruksi, mengenai Pedoman
Evaluasi
Penawaran
Pelelangan
Nasional
Pekerjaan
Jasa
Pelaksanaan
Konstruksi
(Pemborongan)
untuk
Kontrak
Harga
Satuan/Lump Sum.
9. Penilaian dan Pembuktian Kualifikasi
a. Untuk
pelelangan
umum
dengan
pasca
kualifikasi, ter-hadap 3 penawaran terendah yang
memenuhi per-syaratan dilakukan penilaian
kualifikasi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan dalam dokumen lelang sesuai dengan
Kepmen Kimpraswil No. 257/ KPTS/ M/ 2004
tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa
Konstruksi,
mengenai
Pedoman
Penilaian
Kualifikasi Pelelangan Nasional Pekerjaan Jasa
Pelaksanaan Konstruksi (Pemborongan).
b. Terhadap yang akan diusulkan sebagai pemenang
dan pemenang cadangan, dilakukan pembuktian
kualifikasi dengan melakukan verifikasi thd
semua data dan informasi yang ada dalam

formulir isian kualifikasi dengan meminta


rekaman atau asli dokumen yang sah dan bila
diperlukan dilakukan konfirmasi dengan instansi
terkait.
10. Pembuatan Berita Acara Hasil Pelelangan (BAHP)
a. Panitia pengadaan membuat kesimpulan dari
hasil evaluasi administrasi, teknis dan harga yang
dituangkan dalam BAHP. BAHP memuat hasil
pelaksanaan
pelelangan,
termasuk
cara
penilaian, rumus-rumus yang digunakan, s.d.
penetapan urutan pemenang berupa daftar
peserta pelelangan yang dimulai dari harga
penawaran terendah. BAHP ditandatangani oleh
ketua dan semua anggota panitia pengadaan
atau sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah anggota
panitia pengadaan.
b. BAHP bersifat rahasia sampai dengan saat
penanda-tanganan kontrak.
c. BAHP harus memuat hal-hal sebagai berikut:
1) Nama semua peserta lelang dan harga
penawaran
dan/atau
harga
penawaran
terkoreksi, dari masing-masing peserta lelang;
2) Metoda evaluasi yang digunakan;
3) Unsur-unsur yang dievaluasi;
4) Rumus yang dipergunakan;
5) Keterangan-keterangan lain yang dianggap
perlu mengenai hal ikhwal pelaksanaan
pelelangan;
6) Tanggal dibuatnya berita acara serta jumlah
peserta yang lulus dan tidak lulus pada setiap
tahapan evaluasi;

7) Penetapan urutan dari 1 calon pemenang dan


2 calon pemenang cadangan. Apabila tidak
ada penawaran yang memenuhi syarat, BAHP
harus mencantumkan pernyataan bahwa
pelelangan dinyatakan gagal, dan harus
segera dilakukan pelelangan ulang.
Apabila peserta lelang yang memenuhi syarat
kurang dari 3, maka penyedia jasa tersebut tetap
diusulkan sebagai calon pemenang lelang.
11. Penetapan Pemenang Lelang
a. Panitia pengadaan menetapkan calon pemenang
lelang yang menguntungkan bagi negara dalam
arti:
1) Penawaran memenuhi syarat administratif
dan teknis sesuai ketentuan dokumen lelang;
2) Perhitungan harga yang ditawarkan setelah
koreksi aritmatik, adalah wajar dan dapat
dipertanggung-jawabkan;
3) Telah
memperhatikan
penggunaan
semaksimal mungkin hasil produksi dalam
negeri;
4) Penawaran tersebut adalah terendah di
antara penawaran yang memenuhi syarat
sebagaimana dimaksud dalam butir 1), 2)
dan 3).
b. Calon pemenang lelang harus sudah ditetapkan
oleh panitia pengadaan selambat-lambatnya 7
hari kerja setelah pembukaan penawaran.
c. Dalam hal terdapat 2 calon pemenang lelang
yang mengajukan harga penawaran yang sama,

maka panitia pengadaan meneliti kembali data


kualifikasi yang bersangkutan dan memilih
peserta
yang
menurut
pertimbangannya
mempunyai kemampuan yang lebih besar dan hal
ini dicatat dalam berita acara.
Kemampuan yang dinilai antara lain :
1) Kemampuan dasar (KD) untuk bukan usaha
kecil;
2) Sisa kemampuan keuangan (SKK);
3) Sisa kemampuan paket (SKP).
d. Panitia pengadaan membuat dan menyampaikan
laporan kepada pengguna jasa atau kepada
pejabat yang berwenang mengambil keputusan
untuk menetapkan pemenang lelang melalui
pengguna jasa.
Laporan tsb disertai surat usulan calon pemenang
lelang dan penjelasan atau keterangan lain yang
dianggap perlu sebagai bahan pertimbangan
untuk mengambil keputusan.
e. Usulan penetapan pemenang lelang
Usulan penetapan pemenang lelang disusun
sesuai dengan urutan calon pemenang lelang,
calon pemenang cadangan 1 dan 2 (bila ada),
dan harus memuat:
1) Nama dan alamat penyedia jasa;
2) Harga penawaran setelah dikoreksi;
3) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP).
f. Penetapan pemenang lelang
1) Pemenang lelang ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang menetapkan berdasarkan
usulan panitia pengadaan. Pejabat yang

berwenang segera me-netapkan pemenang


lelang dengan menerbitkan surat penetapan
penyedia jasa dan menyampaikan kepada
panitia pengadaan selambat-lambatnya:
a) 5 hari kerja penetapan oleh pengguna jasa
utk yang bernilai s.d. Rp.50 milar;
b) 14 hari kerja penetapan oleh Menteri utk
yang bernilai di atas Rp.50 miliar.
Ketentuan tersebut a) dan b) terhitung sejak
surat usulan penetapan pemenang lelang
tersebut
diterima
oleh
pejabat
yang
berwenang menetapkan pemenang lelang.
2) Data pendukung yang diperlukan untuk
menetapkan pemenang lelang adalah:
a) Dokumen lelang beserta adendum (bila
ada);
b) Berita acara pembukaan penawaran
(BAPP);
c) Berita acara hasil pelelangan (BAHP);
d) Ringkasan proses pelelangan dan hasil
pelelangan;
e) Rekaman dokumen penawaran dari calon
pemenang lelang dan cadangan calon
pemenang lelang yang telah diparaf
panitia pengadaan dan 2 wakil dari
peserta lelang.
3) Dalam hal pengguna jasa tidak sependapat
dengan usulan panitia pengadaan maka:

a) Untuk
penetapan
pemenang
lelang
dengan nilai s.d. Rp. 50 miliar, pengguna
jasa
membahas
dengan
panitia
pengadaan untuk mengambil keputusan:
(1) Menyetujui usulan panitia; atau
(2) Menetapkan
keputusan
yang
disepakati bersama untuk melakukan
evaluasi ulang atau lelang ulang atau
menetapkan pemenang lelang, dan
dituangkan dalam berita acara yang
memuat keberatan dan kesepakatan
masing-masing pihak; atau
(3) Bila
akhirnya
tidak
tercapai
kesepakatan, maka akan diputuskan
oleh Menteri dan bersifat final.
b) Untuk penetapan pemenang di atas Rp. 50
miliar.
Pengguna jasa membahas dengan panitia
pengadaan untuk mengambil keputusan:
(1) Menyetujui usulan panitia pengadaan
utk dimintakan persetujuan Menteri;
atau
(2) Menetapkan
keputusan
yang
disepakati bersama utk evaluasi
ulang
atau
lelang
ulang,
dan
dituangkan dalam berita acara serta
dilaporkan
kepada
Menteri;
atau
(3) Apabila
masih
belum
ada
kesepakatan,
maka
dilaporkan
kepada Menteri dengan catatan

keberatan dari pengguna jasa, untuk


diputuskan dan bersifat final.
c) Untuk pengadaan bernilai di atas Rp. 50
miliar, apabila pengguna jasa dan/atau
panitia pengadaan tidak sependapat
dengan keputusan Menteri, maka:
(1) Penetapan pemenang lelang
atau
keputusan lain diserahkan kepada
Menteri dan panitia pengadaan dan
pengguna jasa tidak perlu melakukan
perubahan berita acara evaluasi;
(2) Keputusan Menteri bersifat final.
12. Pengumuman Pemenang Lelang
Diumumkan
dan
diberitahukan
oleh
panitia
pengadaan kepada para peserta lelang selambatlambatnya 2 hari kerja setelah diterimanya surat
penetapan penyedia jasa dari pejabat yang
berwenang.

13. Sanggahan Peserta Lelang


a. Peserta lelang yang keberatan atas penetapan
pemenang lelang dapat mengajukan sanggahan
secara tertulis selambat-lambatnya dalam waktu
5 hari kerja setelah tanggal pengumuman
pemenang lelang.
b. Diajukan kepada pengguna jasa disertai buktibukti
terjadinya
penyimpangan,
dengan
tembusan kepada unit pengawasan internal.
Surat sanggahan yang disampaikan kepada

c.

d.

e.

f.
g.

bukan
pengguna
jasa
dianggap
sebagai
pengaduan dan tetap harus ditindaklanjuti.
Pengguna jasa wajib memberikan jawaban
tertulis selambat-lambatnya dalam 5 hari kerja
secara proporsional sesuai dengan masalahnya
Apabila peserta lelang tidak dapat menerima
jawaban atas sanggahan dari pengguna jasa,
dapat mengajukan sanggahan banding kepada
Menteri, selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak
diterimanya jawaban sanggahan tersebut.
Menteri wajib memberikan jawaban selambatlambatnya 15 hari kerja sejak surat sanggahan
banding diterima.
Proses pelelangan dapat dilanjutkan tanpa harus
menunggu jawaban dari Menteri.
Apabila sanggahan banding ternyata benar, maka
proses pelelangan dievaluasi kembali atau
dilakukan pelelangan ulang, atau dilakukan
pembatalan kontrak.

14. Penerbitan Surat Penunjukan Penyedia Jasa (SPPJ)


a. Rapat persiapan penunjukan penyedia jasa (Preaward meeting)
Sebelum penerbitan SPPJ, diselenggarakan rapat
persiapan penunjukan penyedia jasa yang
dihadiri oleh pengguna jasa, panitia pengadaan
dan penyedia jasa. Hasil rapat dituangkan dalam
berita acara yang merupakan bagian dari
dokumen kontrak.
Rapat persiapan penunjukan
membahas antara lain:

penyedia

jasa

1) Ketentuan mengenai bentuk, nilai,


masa
berlaku,
dan batas waktu penyerahan
jaminan pelaksanaan;
2) Jenis asuransi yang harus disiapkan sebelum
tandatangan kontrak;
3) Harga satuan timpang;
4) Ketentuan perhitungan eskalasi (bila ada);
5) Hal-hal
yang
telah
diklarifikasi
dan
dikonfirmasi pada waktu evaluasi penawaran;
6) Hal-hal lain yang dinilai perlu.
b. Pengguna jasa menerbitkan SPPJ sebagai
pelaksana pekerjaan yang dilelangkan, dengan
ketentuan:
1) Tidak ada sanggahan dari peserta lelang; atau
2) Sanggahan yang diterima pengguna jasa
dalam masa sanggah ternyata tidak benar,
atau sanggahan diterima melewati waktu
masa sanggah.
c. Peserta lelang yang ditunjuk sbg penyedia jasa
wajib menerima keputusan tsb. Apabila ybs
mengundurkan diri dan masa penawarannya
masih
berlaku,
hanya
dapat
dilakukan
berdasarkan alasan yang dpt diterima secara
obyektif oleh pengguna jasa, dengan ketentuan
jaminan penawaran ybs dicairkan dan disetorkan
Kas Negara.
d. Terhadap yang mengundurkan diri dengan alasan
yang
tidak
dapat
diterima
dan
masa
penawarannya masih berlaku, disamping jaminan
penawaran ybs dicairkan dan disetorkan Kas
Negara, juga dikenakan sanksi berupa larangan

untuk mengikuti kegiatan pengadaan jasa di


instansi pemerintah selama 2 tahun.
e. Apabila urutan pertama mengundurkan diri, maka
penetapan penyedia jasa dapat dilakukan kepada
pemenang lelang urutan kedua (bila ada) sesuai
dengan harga penawarannya, dengan ketentuan :
1) Penetapan pemenang lelang urutan kedua
harus terlebih dahulu mendapat persetujuan/
penetapan
pejabat
yang
berwenang
menetapkan pemenang lelang;
2) Masa berlakunya penawaran urutan kedua
masih berlaku atau sudah diperpanjang.
f. Apabila urutan kedua juga mengundurkan diri,
maka penetapan penyedia jasa dapat dilakukan
kepada
pemenang urutan ketiga (bila ada)
sesuai dengan harga penawarannya, dengan
ketentuan:
1) Penetapan pemenang lelang urutan ketiga
harus
terlebih
dahulu
mendapat
persetujuan/penetapan
pejabat
yang
berwenang menetapkan lelang;
2) Masa berlakunya penawaran urutan ketiga
masih berlaku atau sudah diperpanjang;
3) Jaminan penawaran pemenang lelang urutan
kedua dicairkan dan disetorkan pada Kas
Negara;
4) Bila
pemenang lelang urutan kedua
mengundurkan diri dengan alasan yang tidak
dapat
diterima,
dikenakan
sanksi
sebagaimana tersebut pada butir d. di atas.

g. Apabila
pemenang
lelang
urutan
ketiga
mengundurkan diri, dengan alasan yang tidak
dapat diterima, maka ybs dikenakan sanksi
sebagaimana tsb pada butir d. di atas. Kemudian
panitia pengadaan melakukan pelelangan ulang,
dengan ketentuan bahwa jaminan penawaran
dari pemenang lelang urutan ketiga dicairkan dan
disetorkan pada Kas Negara.
h. SPPJ`harus dibuat paling lambat 5 hari kerja
setelah pengumuman pemenang lelang dan
segera disampaikan kepada pemenang lelang.
i. Salah satu tembusan dari SPPJ disampaikan
(tanpa lampiran perjanjian/kontrak) sekurangkurangnya kepada unit pengawasan internal.
15. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang
a. Pelelangan dinyatakan gagal apabila:
1) Penyedia jasa yang tercantum dalam daftar
calon peserta lelang kurang dari 3; atau
2) Penawaran yang masuk kurang dari 3; atau
3) Tidak ada penawaran yang memenuhi syarat
sesuai ketentuan dokumen lelang; atau
4) Semua harga penawaran di atas pagu dana
yang tersedia; atau
5) Sanggahan dari peserta lelang atas kesalahan
prosedur yang tercantum dalam dokumen
lelang ternyata benar; atau
6) Sanggahan dari peserta lelang atas terjadinya
KKN dari pemenang lelang urutan 1, 2 dan 3
ternyata benar; atau

7) Pemenang lelang urutan 1, 2, dan 3


mengundurkan diri dan tidak bersedia
ditunjuk; atau
8) Pelaksanaan pelelangan tdk sesuai dengan
ketentuan dokumen lelang atau prosedur
yang berlaku; atau
9) Pengaduan masyarakat atas terjadinya KKN
dalam pelaksanaan lelang ternyata benar.
b. Pelelangan ulang
Dalam
hal
pelelangan
dinyatakan
gagal,
pengguna
jasa/ pejabat yang berwenang
memerintahkan
pelelangan
ulang
dengan
prosedur:
1) Gagal karena a.1), dan/atau a.2), dan/atau
a.5) dilakukan pelelangan ulang, dengan cara
mengumumkan kembali dan mengundang
calon peserta lelang baru selain yang telah
masuk dalam daftar calon peserta lelang;
2) Gagal karena a.3), dan/atau a.4), dan/atau
a.8) dilakukan pelelangan ulang, dengan cara
meng-undang ulang semua peserta lelang
yang tercantum dalam daftar calon peserta
lelang untuk mengajukan penawaran ulang
secara lengkap (administrasi, teknis dan
harga). Bilamana dianggap perlu, panitia
pengadaan melakukan pelelangan ulang
dengan mengundang calon peserta lelang
baru.
3) Gagal karena a.6) dan a.9) , dilakukan sbb:
a) Apabila panitia pengadaan tidak terbukti
terlibat
KKN,
panitia
pengadaan

mengundang ulang semua peserta lelang


yang tercantum dalam daftar calon
penyedia
jasa
untuk
mengajukan
penawaran
ulang
secara
lengkap
(administrasi, teknis dan harga). Bilamana
dianggap
perlu
panitia
pengadaan
melakukan pelelangan ulang dengan
mengundang calon peserta lelang baru.
Panitia pengadaan dilarang mengundang
peserta yang terlibat KKN; atau
b) Apabila
panitia
pengadaan
terbukti
terlibat KKN, maka dibentuk panitia
pengadaan
baru
untuk
melakukan
pelelangan ulang. Panitia pengadaan baru
dilarang mengikutsertakan peserta lelang
yang terbukti terlibat KKN;
4) Gagal karena a.7), dilakukan pelelangan ulang
dengan cara sbb:
a) Mengundang peserta yang memenuhi
syarat untuk menyampaikan penawaran
harga baru apabila peserta lelang yang
memenuhi syarat > 3 peserta (tidak
termasuk peserta yang meng-undurkan
diri);
b) Mengumumkan
kembali/mengundang
peserta lelang baru dan lama yang
memenuhi syarat untuk mengajukan
penawarannya apabila peserta yang
memenuhi syarat < 3
peserta (tidak
termasuk peserta yang mengundurkan
diri).

5) Apabila dalam pelelangan ulang peserta < 3:


a) Yang memenuhi syarat hanya 2, maka
proses pemilihan dilanjutkan seperti pada
proses pemilihan langsung;
b) Yang memenuhi syarat hanya 1, maka
proses pemilihan dilanjutkan seperti pada
proses penunjukan langsung.
6) Dalam hal pengguna jasa atau panitia
pengadaan menemukan indikasi kuat adanya
KKN di antara penyedia jasa, maka:
a) Panitia pengadaan meneliti kewajaran
penawaran
dengan
cara memeriksa
koefisien dan harga satuan dasar upah,
bahan, dan alat dan membandingkan
dengan harga satuan pekerjaan sejenis
terdekat;
b) Memeriksa dokumentasi yang mendukung
ada-nya KKN;
c) Apabila hasil penelitian pada a) dan b)
meng-arah kepada terjadinya KKN, maka
pengguna jasa wajib menghentikan proses
pelelangan untuk diperiksa instansi yang
berwenang.
7) Apabila dalam pelaksanaan pelelangan ulang
ter-jadi KKN, maka pengguna jasa wajib
meng-hentikan proses pelelangan dan pejabat
yang berwenang mengusulkan pemindahan
alokasi dana untuk pekerjaan lainnya.
B. PELELANGAN TERBATAS
1. Pada prinsipnya sama dengan proses pelelangan
umum
dengan
prakualifikasi,
kecuali
dalam

pengumuman pra-kualifikasi dicantumkan kriteria


peserta lelang dan nama-nama penyedia jasa yang
akan diundang.
2. Apabila setelah diumumkan ternyata ada penyedia
jasa yang tidak tercantum dalam pengumuman dan
berminat serta memenuhi kualifikasi, maka wajib
untuk diikutsertakan dalam pelelangan terbatas.
C. PEMILIHAN LANGSUNG
1. Penetapan Calon Peserta
a. Panitia
pengadaan
wajib
melakukan
prakualifikasi.
b. Prakualifikasi harus diumumkan minimal melalui
papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum dan bila memungkinkan melalui internet.
2. Undangan, Permintaan Penawaran dan Evaluasi
a. Panitia pengadaan mengundang sebanyakbanyaknya
calon
peserta
yang
lulus
prakualifikasi.
b. Apabila penyedia jasa yang lulus prakualifikasi <
3, maka dilakukan pengumuman prakualifikasi
ulang.
c. Apabila setelah pengumuman prakualifikasi
ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 2, maka
proses pemilihan langsung dilanjutkan.
d. Apabila setelah pengumuman prakualifikasi
ulang, yang lulus prakualifikasi hanya 1, maka
dilakukan proses penunjukan langsung.
e. Atas dasar pengajuan penawaran yang dilakukan
secara terpisah dari masing-masing peserta
pemilihan
lang-sung,
panitia
pengadaan
melakukan
koreksi
aritmatik,
evaluasi

administrasi, evaluasi teknis dan evaluasi


kewajaran harga thd semua penawaran yang
masuk serta menyusun urutan penawaran sbg
dasar utk melakukan klarifikasi dan negosiasi
selanjutnya.
3. Klarifikasi dan Negosiasi
a. Sebelum dilakukan klarifikasi dan negosiasi,
panitia pengadaan membuat pedoman klarifikasi
dan
negosiasi
teknis
dan
harga
yang
mencantumkan hal-hal teknis dan jenis pekerjaan
yang akan diklarifikasi dan dinegosiasi, tetapi tdk
boleh mencantumkan rincian HPS.
b. Dilakukan kepada peserta pemilihan langsung
yang menawarkan harga terendah setelah
dilakukan koreksi aritmatik sampai terjadi
kesepakatan. Klarifikasi dan negosiasi tidak boleh
dihadiri oleh peserta pemilihan langsung lainnya.
c. Dilakukan untuk mendapatkan jasa yang sesuai
atau lebih tinggi dengan spesifikasi yang
tercantum dalam dokumen pemilihan penyedia
jasa.
d. Untuk kontrak harga satuan, panitia pengadaan
melakukan klarifikasi dan negosiasi terutama thd
harga satuan jenis-jenis pekerjaan yang harga
satuan penawarannya lebih tinggi dari harga
satuan HPS.
e. Untuk kontrak lump sum, panitia pengadaan
melakukan negosiasi hanya pada harga total saja.
f. Setelah
klarifikasi
dan
negosiasi
panitia
pengadaan meminta peserta pemilihan langsung
yang akan diusulkan utk menandatangani BA
hasil klarifikasi dan negosiasi. Apabila tidak

terjadi kesepakatan dengan urutan pertama,


maka klarifikasi dan negosiasi dilakukan kepada
urutan penawar terendah berikutnya.
g. Berdasarkan BA tersebut, panitia pengadaan
membuat surat usulan penetapan penyedia jasa
kepada pejabat yang berwenang menetapkan.
4. Penetapan Pemenang
a. Berdasarkan usulan dari panitia pengadaan,
pejabat yang berwenang menetapkan pemenang
pemilihan langsung.
b. Dalam hal terjadi perbedaan pendapat antara
panitia pengadaan dengan pengguna jasa
dilakukan
proses
sesuai
ketentuan
yang
tercantum dalam butir A.11.f.3).
c. Hasil penetapan pemenang pemilihan langsung
diumumkan dan disampaikan kepada seluruh
peserta pemilihan langsung.
5. Sanggahan dan Pengaduan
Mekanisme dan prosedur sanggahan dan pengaduan
mengikuti ketentuan seperti pada proses pelelangan
umum butir A.13.
6. Surat Penunjukan Penyedia Jasa
Pengguna jasa menerbitkan surat penunjukan
penyedia jasa untuk melaksanakan pekerjaan.

D. PENUNJUKAN LANGSUNG
1. Penetapan Peserta
a. Panitia pengadaan wajib melakukan prakualifikasi
terhadap penyedia jasa yang akan
ditunjuk
untuk pekerjaan kompleks.
b. Prakualifikasi harus diumumkan minimal melalui
papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum dan bila memungkinkan melalui internet.
2. Permintaan Penawaran dan Negosiasi Teknis dan
Harga
a. Panitia pengadaan mengundang penyedia jasa
yang telah lulus prakualifikasi untuk mengajukan
penawaran.
b. Panitia pengadaan melakukan koreksi aritmatik,
evaluasi penawaran, klarifikasi dan negosiasi
teknis dan harga thd penawaran yang diajukan
berdasarkan dokumen penunjukan langsung.
c. Panitia pengadaan membuat BA hasil evaluasi,
klarifikasi dan negosiasi.
3. Penetapan Penyedia Jasa
Panitia pengadaan mengusulkan penetapan penyedia
jasa kepada pejabat yang berwenang berdasarkan
BA hasil evaluasi, klarifikasi dan negosiasi.
4. Penunjukan Penyedia Jasa
Berdasarkan
surat
penetapan
pejabat
yang
berwenang, panitia pengadaan mengumumkan di
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum
atas penetapan penyedia jasa yang ditunjuk dan
kemudian
pengguna
jasa
menerbitkan
surat
penunjukan penyedia jasa.
5. Pengaduan

Masyarakat dapat menyampaikan pengaduan apabila


dalam proses penunjukan langsung dipandang tidak
transparan, tidak adil dan terdapat indikasi KKN.

BAB V
KONTRAK
A. DOKUMEN KONTRAK
1. Dibuat dalam bahasa
Indonesia serta
tunduk
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia.
2. Harus diinterpretasikan dalam urutan kekuatan
hukum yang terdiri dari:
a. Surat perjanjian;
b. Surat penunjukan penyedia jasa;
c. Surat penawaran;
d. Adendum dokumen lelang (bila ada);
e. Syarat-syarat khusus kontrak;
f. Syarat-syarat umum kontrak;
g. Spesifikasi teknis;
h. Gambar-gambar;
i. Daftar kuantitas dan harga;
j. Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran
kontrak.
Instruksi kepada peserta lelang dan analisa harga
satuan mata pembayaran utama tidak menjadi
bagian dari dokumen kontrak.
3. Surat Perjanjian
Kerangka surat perjanjian terdiri dari:
a. Pembukaan (Komparisi), meliputi:
1) Judul kontrak;
2) Nomor kontrak;
3) Tanggal kontrak;
4) Kalimat pembuka;

5)
6)
b. Isi,
1)

Para pihak dalam kontrak;


Penandatanganan kontrak.
meliputi:
Pernyataan bahwa para pihak sepakat untuk
mengadakan kontrak;
2) Pernyataan bahwa para pihak menyetujui
besarnya harga kontrak;
3) Pernyataan bahwa ungkapan-ungkapan dalam
perjanjian harus mempunyai arti dan makna
yang sama seperti yang tercantum dalam
kontrak;
4) Pernyataan bahwa kontrak meliputi beberapa
dokumen dan merupakan satu kesatuan
kontrak;
5) Pernyataan
bahwa
apabila
terjadi
pertentangan antara ketentuan yang ada
dalam dokumen kontrak, yang dipakai
dokumen urutannya lebih dulu;
6) Pernyataan mengenai persetujuan para pihak
untuk melaksanakan kewajiban masingmasing;
7) Pernyataan
mengenai
jangka
waktu
pelaksanaan pekerjaan, kapan dimulai dan
diakhirinya pekerjaan tersebut;
8) Pernyataan mengenai kapan mulai efektif
berlakunya kontrak.
c. Penutup, meliputi:
1) Pernyataan
bahwa
para
pihak
dalam
perjanjian
ini
telah
menyetujui
untuk
melaksanakan perjanjian sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku

di
Indonesia
pada
hari
dan
tanggal
penandatanganan perjanjian tersebut;
2) Tandatangan
para
pihak
dalam
surat
perjanjian bermeterai dan tanggal pada
materai.
C. HARGA KONTRAK DAN SUMBER DANA
1. Rincian harga kontrak sesuai yang tercantum dalam
dokumen kontrak (Daftar Kuantitas dan Harga).
2. Dibiayai
dengan
sumber
dana
APBN
Murni/sebagian atau seluruhnya dibiayai dari
PHLN.
D. PENANDATANGANAN KONTRAK
Setelah SPPJ diterbitkan, pengguna jasa menyiapkan dan
menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan apabila
dananya telah cukup tersedia dalam dokumen anggaran,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penandatanganan kontrak dilakukan paling lambat
14 hari setelah SPPJ dan setelah penyedia jasa
menyerahkan
jaminan
pelaksanaan
dengan
ketentuan sbb:
a. Nilai jaminan dalam bentuk jaminan bank atau
surety bond sesuai ketentuan dokumen kontrak;
b. Masa berlakunya jaminan sekurang-kurangnya
sejak tanggal penandatanganan kontrak s.d. 14
hari setelah tanggal masa pemeliharaan berakhir
sesuai ketentuan dokumen kontrak.
2. Apabila penyedia jasa yang ditunjuk menolak/
mengundurkan diri
dg alasan yang tidak dpt
diterima atau gagal untuk menandatangani kontrak,

maka pengguna jasa membatalkan SPPJ, mencairkan


jaminan penawaran dan penyedia jasa dikenakan
sanksi dilarang mengikuti pengadaan jasa di instansi
pemerintah selama 2 (dua) tahun.
3. Pengguna
jasa
dan
penyedia
jasa
tidak
diperkenankan mengubah dokumen pengadaan
secara sepihak s.d. penandatanganan kontrak.
4. Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib memeriksa
konsep surat perjanjian, meliputi substansi, bahasa/
redaksional, angka, dan huruf serta membubuhkan
paraf pada lembar demi lembar surat perjanjian.
5. Banyak rangkap kontrak sesuai kebutuhan:
a. Sekurang-kurangnya 2 kontrak asli dibubuhi
materai;
b. Rangkap kontrak lainnya tanpa dibubuhi materai.
6. Kontrak di atas Rp.50 miliar
ditandatangani
pengguna jasa setelah memperoleh pendapat ahli
hukum kontrak yang profesional atau ditetapkan
dengan keputusan Menteri.

BAB VI
PELAKSANAAN KONTRAK

A. DIREKSI PEKERJAAN, DIREKSI TEKNIS, WAKIL PENYEDIA


JASA, PANITIA PENELITI PELAKSANAAN KONTRAK DAN
PANITIA PENERIMA PEKERJAAN
1. Direksi pekerjaan pada umumnya dijabat oleh
pengguna jasa, namun dapat dijabat oleh orang lain
yg
ditetapkan
oleh
pengguna
jasa
untuk
mengendalikan pelaksanaan pekerjaan. Direksi
pekerjaan dapat mendelegasikan sebagian tugas dan
tanggungjawabnya kepada direksi teknis dan dapat
membatalkan
pendelegasian
tersebut
setelah
memberitahukan kepada penyedia jasa.
2. Direksi teknis ditetapkan oleh pengguna jasa, yang
terdiri dari konsultan pengawas (supervisi), atau
petugas kantor/satuan kerja/proyek/bagian proyek
untuk mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
3. Penyedia jasa wajib menunjuk personil sebagai
wakilnya yang bertanggungjawab atas pelaksanaan
pekerjaan dan diberikan wewenang penuh untuk
bertindak atas nama penyedia jasa serta berdomisili
di lokasi pekerjaan.
4. Panitia peneliti pelaksanaan kontrak dapat dibentuk
oleh pengguna jasa setelah kontrak ditandatangani,
terdiri dari unsur-unsur:
a. Perencanaan teknis;
b. Pelaksanaan lapangan;

c. Pengawasan lapangan;
d. Administrasi kontrak;
e. Terkait lainnya yang dipandang perlu (misalnya:
keuangan, pengujian, dan atasan langsung).
5. Tugas panitia peneliti pelaksanaan kontrak :
a. Meneliti apabila terjadi perubahan kontrak yang
sifatnya mendasar antara lain seperti: disain dan
spesifikasi, kuantitas, biaya, waktu pelaksanaan,
dan lain- lain yang dipandang perlu;
b. Membuat berita acara hasil penelitian;
c. Mengusulkan saran dan tindak lanjut yang perlu
dilakukan kepada pengguna jasa atas penelitian
tersebut butir a.
Panitia peneliti pelaksanaan kontrak bekerja atas
permintaan pengguna jasa dan tugasnya berakhir
setelah serah terima akhir pekerjaan.
6. Panitia penerima pekerjaan diangkat oleh pengguna
jasa terdiri dari unsur kantor/satuan kerja/proyek/
bagian proyek, direksi teknis dan atasan langsung,
untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan
yang telah diselesaikan penyedia jasa.
Panitia penerima pekerjaan bekerja pada waktu
penyerahan pertama pekerjaan dan penyerahan
akhir pekerjaan.
B. WEWENANG DAN KEPUTUSAN PENGGUNA JASA

Pengguna jasa memutuskan hal-hal yang bersifat


kontraktual antara pengguna jasa dan penyedia jasa
dalam kapasitas sebagai pemilik pekerjaan.

C. HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK


1. Hak dan Kewajiban Pengguna Jasa
a. Mengawasi
dan
memeriksa pekerjaan
yg
dilaksanakan penyedia jasa.
b. Meminta
laporan-laporan
secara
periodik
mengenai pelaksanaan pekerjaan penyedia jasa.
c. Melakukan perubahan kontrak.
d. Menangguhkan pembayaran.
e. Mengenakan denda keterlambatan.
f. Membayar uang muka, hasil pekerjaan dan uang
retensi.
g. Menyerahkan seluruh/sebagian lapangan.
h. Memberikan instruksi sesuai jadual.
i. Membayar ganti rugi, melindungi dan membela
penyedia jasa terhadap tuntutan hukum, tuntutan
lainnya dan tanggungan yang timbul karena
kesalahan, kecerobohan dan pelanggaran kontrak
yg dilakukan pengguna jasa.
2. Hak dan Kewajiban Penyedia Jasa
a. Menerima pembayaran uang muka, hasil
pekerjaan, dan uang retensi.
b. Menerima pembayaran ganti rugi/kompensasi
(bila ada).
c. Melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan
sesuai dengan jadual pelaksanaan pekerjaan
yang telah ditetapkan dalam kontrak.
d. Melaporkan
pelaksanaan
pekerjaan
secara
periodik (laporan harian, mingguan dan bulanan)
kepada pengguna jasa.

e. Memberikan peringatan dini dan keteranganketerangan yang diperlukan untuk pemeriksaan


pelaksanaan yang dilakukan pengguna jasa.
f. Menyerahkan hasil pekerjaan sesuai dengan
jadual
penyerahan
pekerjaan
yang
telah
ditetapkan dalam kontrak.
g. Mengambil langkah-langkah yang memadai untuk
melindungi lingkungan baik di dalam maupun di
luar tempat kerja dan membatasi perusakan dan
pengaruh/gangguan kepada masyarakat maupun
miliknya, sebagai akibat polusi, kebisingan dan
kerusakan lain yang disebabkan kegiatan
penyedia jasa.
D. RESIKO PENGGUNA JASA DAN PENYEDIA JASA
1. Pengguna jasa dan penyedia jasa bertanggungjawab
atas resiko yang dinyatakan dalam kontrak sebagai
resiko pengguna jasa dan penyedia jasa.
2. Resiko pengguna jasa
a. Resiko kecelakaan, kematian, kerusakan atau
kehilangan harta benda (di luar pekerjaan,
peralatan, instalasi dan bahan untuk pelaksanaan
pekerjaan) yang disebabkan oleh:
1) Penggunaan atau penguasaan lapangan
dalam rangka pelaksanaan pekerjaan yang
tidak
dapat
dihindari
sebagai
akibat
pekerjaan tersebut; atau
2) Keteledoran, pengabaian kewajiban dan
tanggungjawab, gangguan terhadap hak
yang legal oleh pengguna jasa atau orang
yang dipekerjakannya, kecuali disebabkan
oleh penyedia jasa.

b. Resiko kerusakan terhadap pekerjaan, peralatan,


instalasi, dan bahan yang disebabkan karena
disain atau disebabkan oleh kesalahan pengguna
jasa,
keadaan
kahar
dan
pencemaran/terkontaminasi
limbah
radio
aktif/nuklir.
c. Resiko yang terkait dengan kerugian atau
kerusakan dari pekerjaan, peralatan, instalasi dan
bahan sejak saat pekerjaan selesai sampai
berakhirnya masa pemeliharaan, kecuali apabila:
1) Kerusakan
yang
terjadi
pada
masa
pemeliharaan; atau
2) Kejadian
sebelum
tanggal
penyerahan
pertama
pekerjaan
yang
bukan
tanggunggjawab pengguna jasa.
3. Resiko penyedia jasa
Kecuali resiko-resiko pengguna jasa, maka penyedia
jasa bertanggungjawab atas setiap cidera atau
kematian dan semua kerugian atau kerusakan atas
pekerjaan, peralatan, instalasi, bahan dan harta
benda yang mungkin terjadi selama pelaksanaan
kontrak.
E. JAMINAN
1. Jaminan Pelaksanaan
Penyedia jasa wajib menyerahkan kepada pengguna
jasa selambat-lambatnya 14 hari kerja setelah
diterbitkannya SPPJ sebelum penandatanganan
kontrak.

Besarnya sesuai dengan ketentuan dokumen


kontrak. Masa berlakunya sekurang-kurangnya sejak
tanggal penanda-tanganan kontrak sampai dengan
14 hari setelah tanggal penyerahan akhir pekerjaan.
2. Jaminan Uang Muka
Pengguna jasa wajib membayar uang muka kepada
penyedia jasa sejumlah tertentu sesuai ketentuan
dokumen
kontrak,
setelah
penyedia
jasa
menyerahkan jaminan uang muka yang bernilai
sekurang-kurangnya sama dengan uang muka. Masa
berlakunya
sekurang-kurangnya
sejak
tanggal
permohonan pembayaran uang muka sampai dengan
14 hari setelah tanggal penyerahan pertama
pekerjaan.
3. Jaminan Pemeliharaan
Penyedia
jasa
dapat
menyerahkan
jaminan
pemeliharaan kepada pengguna jasa setelah
pekerjaan dinyatakan selesai 100% dan pengguna
jasa wajib mengembalikan uang retensi. Besarnya
jaminan pemeliharaan sesuai ketentuan dokumen
kontrak. Masa berlakunya jaminan pemeliharaan
sekurang-kurangnya sejak tanggal penyerahan
pertama pekerjaan sampai dengan 14 hari setelah
tanggal penyerahan akhir pekerjaan.
4. Jaminan pelaksanan, jaminan uang muka dan
jaminan pemeliharaan dapat diserahkan oleh
penyedia jasa dalam bentuk jaminan bank atau
surety bond kepada pengguna jasa. Bentuk jaminan

harus menggunakan bentuk yang tercantum dalam


dokumen kontrak.
F.

ASURANSI
1. Penyedia jasa harus menyediakan atas nama
pengguna jasa dan penyedia jasa, asuransi yang
mencakup dari saat mulai pelaksanaan pekerjaan
sampai dengan akhir masa pemeliharaan, yaitu:
a. Semua barang dan peralatan yang mempunyai
resiko tinggi terjadi kecelakaan, pelaksanaan
pekerjaan, serta personil untuk pelaksanaan
pekerjaan atas segala resiko yaitu kecelakaan,
kerusakan-kerusakan, kehilangan, serta resiko
lain yang tidak dapat diduga;
b. Pihak ketiga sebagai akibat kecelakaan di tempat
kerja;
c. Perlindungan terhadap kegagalan bangunan.
2. Besarnya masing-masing asuransi sesuai ketentuan
dokumen kontrak.

G. PERPAJAKAN
1. Penyedia jasa harus mengetahui, memahami dan
patuh terhadap semua peraturan perundangundangan tentang pajak yang berlaku di Indonesia
dan sudah diperhitungkan dalam penawaran.
2. Perubahan peraturan perundang-undangan tentang
pajak yang terjadi setelah pembukaan penawaran
harus dilakukan penyesuaian.
H. PEMBAYARAN
1. Uang Muka

a. Setelah kontrak ditandatangani, penyedia jasa


dapat mengajukan permintaan pembayaran uang
muka dengan nilai sesuai yang ditetapkan dalam
dokumen kontrak, disertai rencana penggunaan
uang muka untuk melaksanakan pekerjaan sesuai
kontrak.
b. Uang muka dapat diberikan setinggi-tingginya
30%
dari
nilai
kontrak
kepada
usaha
kecil/koperasi kecil dan setinggi-tingginya 20%
dari nilai kontrak kepada selain usaha kecil.
c. Pengguna
jasa
harus
mengajukan
surat
permintaan pembayaran untuk pembayaran uang
muka paling lambat 7 hari setelah jaminan uang
muka diterima dari penyedia jasa.
d. Bentuk surat jaminan uang muka harus sesuai
dengan ketentuan dokumen kontrak dan harus
diterbitkan oleh bank umum atau perusahaan
asuransi yang mempunyai program asuransi
kerugian
(surety
bond)
yang
harus
direasuransikan sesuai dengan ketentuan Menteri
Keuangan.
e. Besarnya jaminan uang muka harus bernilai
sekurang-kurangnya sama dengan jumlah uang
muka yang diminta.
f. Pengembalian uang muka harus diperhitungkan
berangsur-angsur secara proporsional pada
setiap pembayaran prestasi pekerjaan dan paling
lambat harus lunas pada saat pembayaran
pekerjaan mencapai prestasi 100%.
g. Untuk kontrak tahun jamak (multy years) nilai
jaminan uang muka secara bertahap dapat

dikurangi sesuai dengan pencapaian prestasi


pekerjaan.
2. Prestasi Pekerjaan
a. Sistem pembayaran prestasi hasil pekerjaan
sesuai
ketentuan
dokumen
kontrak
(angsuran/termijn
atau
bulanan/monthly
certificate).
b. Sistem sertifikat angsuran
1) Setelah kemajuan hasil pekerjaan mencapai
nilai prosentase tertentu sesuai ketentuan
dokumen kontrak, penyedia jasa mengajukan
laporan kemajuan hasil pekerjaan kepada
direksi
teknis
dengan
lampiran
data
pendukung.
2) Kemajuan hasil pekerjaan harus mendapat
penetapan direksi teknis selambat-lambatnya
5 hari setelah diterimanya laporan tsb berikut
kelengkapan data pendukungnya.

c. Sistem sertifikat bulanan


1) Setiap tanggal 25 bulan yang bersangkutan,
penyedia jasa mengajukan sertifikat bulanan
kepada direksi teknis dengan lampiran data
pendukung.
2) Direksi teknis harus menetapkan selambatlambat-nya 5 hari setelah diterimanya
sertifikat
bulanan
tersebut
berikut
kelengkapan data pendukungnya.
d. Pembayaran prestasi pekerjaan yang disepakati
dilakukan oleh pengguna jasa apabila penyedia
jasa telah mengajukan tagihan disertai laporan
kemajuan hasil pekerjaan yang telah disetujui
oleh direksi teknis. Pengguna jasa dalam kurun
waktu 7 hari harus sudah mengajukan surat
permintaan pembayaran.
e. Pembayaran prestasi hasil pekerjaan hanya dapat
dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang,
tidak termasuk bahan-bahan, alat-alat yang ada
di lapangan.
f. Bila terjadi ketidaksesuaian dalam perhitungan
prestasi hasil pekerjaan, tidak akan menjadi
alasan untuk menunda pembayaran . Pengguna
jasa dapat meminta penyedia jasa untuk
menyampaikan perhitungan prestasi sementara
dengan mengesampingkan hal-hal yang sedang
menjadi perselisihan dan besarnya tagihan yang
dapat disetujui untuk dibayar setinggi-tingginya
sebesar 80% dari jumlah nilai tagihan.
g. Pembayaran prestasi pekerjaan yang disepakati
dilakukan oleh pengguna jasa apabila penyedia
jasa telah mengajukan tagihan disertai laporan

kemajuan hasil pekerjaan yang telah disetujui


oleh direksi teknis. Pengguna jasa dalam kurun
waktu 7 hari harus sudah mengajukan surat
permintaan pembayaran.
h. Pembayaran prestasi hasil pekerjaan hanya dapat
dilakukan senilai pekerjaan yang telah terpasang,
tidak termasuk bahan-bahan, alat-alat yang ada
di lapangan.
i. Bila terjadi ketidaksesuaian dalam perhitungan
prestasi hasil pekerjaan, tidak akan menjadi
alasan untuk menunda pembayaran . Pengguna
jasa dapat meminta penyedia jasa untuk
menyampaikan perhitungan prestasi sementara
dengan mengesampingkan hal-hal yang sedang
menjadi perselisihan dan besarnya tagihan yang
dapat disetujui untuk dibayar setinggi-tingginya
sebesar 80% dari jumlah nilai tagihan.
3. Penyesuaian Harga
a. Hasil perhitungan penyesuaian harga
(untuk
kontrak jangka panjang lebih dari 12 bulan) harus
dituangkan dalam amandemen kontrak yang
dibuat secara berkala selambat-lambatnya setiap
6 bulan.
b. Pembayaran penyesuaian harga dilakukan oleh
pengguna jasa apabila penyedia jasa telah
mengajukan tagihan disertai perhitungan dan
data-data.
Pengguna jasa dalam kurun waktu 7 hari harus sudah
mengajukan surat permintaan pembayaran.
4. Ganti Rugi dan Kompensasi

a. Sesuai ketentuan dokumen kontrak kepada


penyedia
jasa
harus
dituangkan
dalam
amandemen kontrak.
b. Pembayaran dilakukan oleh pengguna jasa
apabila penyedia jasa telah mengajukan tagihan
disertai perhitungan dan data-data.
Pengguna jasa dalam kurun waktu 7 hari harus
sudah mengajukan surat permintaan pembayaran.
5. Pengguna jasa harus sudah membayar selambatlambatnya dalam kurun waktu 14 hari sejak penyedia
jasa mengajukan tagihan yang telah disetujui oleh
direksi teknis dan direksi pekerjaan. Apabila
pengguna
jasa
terlambat
membayar,
maka
dikenakan
bunga
keterlambatan
pembayaran
berdasarkan tingkat suku bunga yang berlaku pada
saat itu menurut ketetapan Bank Indonesia.
I.

PENYERAHAN LAPANGAN
1. Pengguna jasa wajib menyerahkan seluruh/sebagian
lapangan
kepada
penyedia
jasa
sebelum
diterbitkannya SPMK.
2. Sebelum penyerahan lapangan, pengguna jasa
bersama-sama
penyedia
jasa
melakukan
pemeriksaan lapangan berikut bangunan, bangunan
pelengkap dan seluruh aset milik pengguna jasa
yang akan menjadi tanggung jawab penyedia jasa,
untuk dimanfaatkan, dijaga dan dipelihara.
3. Hasil pemeriksaan lapangan dituangkan dalam berita
acara serah terima lapangan yang ditandatangani
kedua belah pihak.
4. Keterlambatan
penyerahan
seluruh/sebagian
lapangan dapat mengakibatkan perpanjangan waktu

pelaksanaan pekerjaan
kerugian penyedia jasa.
J.

atau

kompensasi

akibat

SURAT PERINTAH MULAI KERJA (SPMK)


1. Pengguna jasa harus menerbitkan SPMK segera
setelah dilakukan serah terima lapangan, selambatlambatnya 14 hari sejak tanggal penandatanganan
kontrak.
2. Dalam hal penerbitan SPMK sebelum kontrak
ditandatangani (untuk penanganan darurat akibat
bencana alam), harus terlebih dahulu mendapat
persetujuan dari Menteri.
3. Dalam SPMK dicantumkan tanggal paling lambat
dimulainya pelaksanaan kontrak.

K. RAPAT PERSIAPAN PELAKSANAAN KONTRAK


(PRE CONSTRUCTION MEETING)
1. Diselenggarakan selambat-lambatnya 7 hari setelah
SPMK, diikuti oleh direksi pekerjaan, direksi teknis,
unsur perencanaan dan penyedia jasa.
2. Untuk
menghasilkan
kesepakatan-kesepakatan
beberapa materi yang dapat menimbulkan masalah
dalam pelaksanaan pekerjaan.
3. Membahas :
a. Pasal-pasal dalam dokumen kontrak, perihal:
1) Asuransi pekerjaan;
2) Pekerjaan tambah kurang;
3) Penyelesaian perselisihan;
4) Pemeliharaan pekerjaan;
5) Kompensasi;
6) Denda;
7) Pemutusan kontrak;

8)

Dan lain-lain yang dinilai perlu.

b. Tata cara penyelenggaraan pekerjaan, perihal:


1)
2)
3)
4)

Organisasi kerja;
Tata cara pengaturan pekerjaan;
Jadual pelaksanaan pekerjaan;
Jadual
pengadaan
bahan,
mobilisasi
peralatan dan personil;
5) Penyusunan rencana pemeriksaan lapangan;
6) Sosialisasi
kepada
masyarakat
dan
pemerintah daerah setempat mengenai
rencana kerja;
7) Penyusunan program mutu;
8) Dan lain-lain yang dinilai perlu.
4. Hasil
rapat
persiapan
pelaksanaan
kontrak
dituangkan dalam berita acara.
L. PROGRAM MUTU
1. Program mutu harus disusun oleh penyedia jasa dan
disetujui oleh direksi lapangan pada saat rapat
persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi
sesuai dengan kebutuhan.
2. Program mutu sekurang-kurangnya berisi:
a. Informasi mengenai pengadaan;
b. Organisasi proyek pengguna jasa dan penyedia
jasa;
c. Jadual pelaksanaan pekerjaan;
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. Prosedur instruksi kerja;
f. Pelaksana kerja.
3. Prosedur pelaksanaan tiap-tiap jenis pekerjaan
meliputi :
a. Standar pekerjaan,

b. Prosedur kerja;
c. Daftar inspeksi;
d. Persyaratan testing.
4. Prosedur instruksi kerja mencakup rincian minimal
tentang :
a. Urutan kegiatan pelaksanaan;
b. Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan;
c. Pemantauan proses kegiatan;
d. Pemeliharaan yang diperlukan;
e. Penilaian hasil pekerjaan sesuai spesifikasi.
M. PEMERIKSAAN LAPANGAN BERSAMA
1. Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah
penerbitan SPMK, direksi teknis bersama-sama
dengan panitia peneliti pelaksanaan kontrak dan
penyedia jasa melaksanakan pemeriksaan lapangan
bersama dengan melakukan pengukuran dan
pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk rencana
setiap kegiatan pekerjaan/mata pembayaran guna
menetapkan kuantitas awal.
2. Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan
dalam berita acara. Apabila hasil pemeriksaan
lapangan bersama mengakibatkan perubahan isi
kontrak (spesifikasi teknis, gambar, jenis pekerjaan,
mata pembayaran, kuantitas), maka perubahan
tersebut harus dituangkan dalam perintah perubahan
kontrak yang ditindaklanjuti dengan pembuatan
amandemen kontrak.
3. Selanjutnya
pemeriksaan
lapangan
bersama
terhadap
setiap
kegiatan
pekerjaan/mata
pembayaran terus dilaksanakan selama periode
waktu pelaksanaan pekerjaan untuk menetapkan

kuantitas hasil pekerjaan yang akan dibayar setiap


bulan/angsuran.
N. PERUBAHAN KEGIATAN PEKERJAAN
1. Apabila pada saat pelaksanaan pekerjaan terdapat
perbedaan
antara
kondisi
lapangan
dengan
spesifikasi teknis dan gambar yang ditetapkan dalam
dokumen kontrak, maka pengguna jasa bersama
penyedia jasa dapat melakukan perubahan kontrak
yang meliputi antara lain:
a. Menambah atau mengurangi kuantitas pekerjaan;
b. Menambah
atau
mengurangi
jenis
pekerjaan/mata pembayaran;
c. Mengubah
spesifikasi
teknis dan
gambar
pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.
2. Nilai pekerjaan tambah tidak boleh melebihi 10% dari
nilai harga kontrak awal.
3. Apabila kuantitas mata pembayaran utama yang
akan dilaksanakan berubah lebih dari 10% dari
kuantitas kontrak awal, maka harga satuan
perubahan mata pembayaran utama tersebut
disesuaikan dengan negosiasi harga.
4. Apabila diperlukan mata pembayaran baru, maka
penyedia jasa harus menyerahkan analisa harga
satuannya kepada pengguna jasa dan dilakukan
negosiasi teknis dan harga berdasarkan analisa
harga satuan dan harga satuan dasar penawaran.
5. Perintah perubahan pekerjaan harus dibuat secara
tertulis oleh pengguna jasa kepada penyedia jasa,
ditindaklanjuti dengan negosiasi teknis dan harga
dengan tetap mengacu pada ketentuan yang
tercantum dalam dokumen kontrak.

O. PEMBAYARAN UNTUK PERUBAHAN


1. Apabila diminta oleh pengguna jasa, penyedia jasa
wajib mengajukan usulan biaya untuk melaksanakan
perintah perubahan.
2. Direksi teknis wajib menilai usulan biaya dan
melaporkan kepada direksi pekerjaan tersebut
selambat-lambatnya dalam waktu 7 hari.
3. Apabila pekerjaan dalam perintah perubahan harga
satuannya terdapat dalam daftar kuantitas dan
harga,
dan apabila menurut pendapat direksi
pekerjaan bahwa kuantitas pekerjaan tidak melebihi
batas sesuai ketentuan dokumen kontrak atau waktu
pelaksanaan tidak mengakibatkan perubahan harga,
maka harga satuan yang tercantum dalam daftar
kuantitas dan harga digunakan sebagai dasar untuk
menghitung biaya perubahan.
4. Apabila harga satuan berubah atau pekerjaan dalam
perintah perubahan tidak ada harga satuannya
dalam daftar kuantitas dan harga, jika dinilai wajar,
maka usulan biaya dari penyedia jasa merupakan
harga satuan baru untuk perubahan pekerjaan yang
bersangkutan.
5. Apabila usulan biaya dinilai tidak wajar, maka
pengguna jasa mengeluarkan perintah perubahan
dengan mengubah harga kontrak
berdasarkan
harga perkiraan pengguna jasa.
6. Apabila perintah perubahan sedemikian mendesak
sehingga
pembuatan
usulan
biaya
serta
negosiasinya akan menunda pekerjaan, maka
perintah perubahan tersebut harus dilaksanakan oleh

penyedia jasa dan diberlakukan sebagai peristiwa


kompensasi sesuai ketentuan dokumen kontrak.
7. Penyedia jasa tidak berhak menerima pembayaran
tambahan untuk biaya-biaya yang sesungguhnya
dapat dihindari melalui peringatan dini.
P.

AMANDEMEN KONTRAK
1. Amandemen kontrak harus segera dibuat bila terjadi
perubahan kontrak.
Perubahan kontrak dapat terjadi apabila:
a. Perubahan pekerjaan yang disebabkan oleh
sesuatu hal yang dilakukan oleh para pihak dalam
kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan;
b. Perubahan jadual pelaksanaan pekerjaan akibat
adanya perubahan pekerjaaan;
c. Perubahan
harga
kontrak
akibat
adanya
perubahan pekerjaan.
2. Prosedur pembuatan amandemen kontrak dilakukan
sebagai berikut:
a. Pengguna jasa segera memberikan perintah
tertulis
kepada
penyedia
jasa
untuk
melaksanakan perubahan kontrak, atau penyedia
jasa mengusulkan perubahan kontrak;
b. Penyedia jasa harus memberikan tanggapan atas
perintah perubahan dari pengguna jasa dan
mengusulkan perubahan harga (bila ada)
selambat-lambatnya dalam waktu 7
hari.
Pengguna jasa harus memberikan tanggapan
atas usulan perubahan kontrak dari penyedia jasa
selambat-lambatnya dalam waktu 7 hari;

c. Atas usulan perubahan kontrak


dilakukan
negosiasi teknis dan harga dan dibuat berita
acara hasil negosiasi;
d. Berdasarkan berita acara hasil negosiasi dibuat
amandemen kontrak.
Q. MOBILISASI
1. Paling lambat harus sudah mulai dilaksanakan dalam
waktu 30 hari sejak diterbitkan SPMK.
2. Antara lain meliputi:
a. Mendatangkan peralatan-peralatan berat dan
kendaraan-kendaraan;
b. Mempersiapkan
fasilitas
lapangan
untuk
penyedia jasa meliputi kantor, rumah, gedung
laboratorium, bengkel, gudang, dan fasilitas
lainnya yang telah ditentukan dalam dokumen
kontrak;
c. Mendatangkan alat-alat laboratorium, alat-alat
ukur dan peralatan lainnya;
d. Mendatangkan personil-personil pelaksana.
3. Mobilisasi peralatan dan personil pelaksana dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
di lapangan.
R. PELAKSANAAN PEKERJAAN
Hal-hal yang perlu mendapat perhatian direksi
pekerjaan:
1. Itikad Baik
a. Para pihak bertindak berdasarkan asas saling
percaya sesuai dengan hak dan kewajiban yang
tercantum dalam dokumen kontrak.

b. Para pihak setuju untuk melaksanakan perjanjian


dengan jujur tanpa menonjolkan kepentingan
masing-masing pihak. Apabila selama kontrak
salah satu pihak merasa dirugikan maka
diupayakan
tindakan
yang
terbaik
untuk
mengatasi keadaan tersebut.
2. Penggunaan Dokumen Kontrak dan Informasi
Penyedia jasa tidak diperkenankan menggunakan
dokumen kontrak dan informasi yang ada kaitannya
dengan kontrak di luar keperluan dari pekerjaan yang
tersebut dalam kontrak, kecuali lebih dahulu
mendapat ijin tertulis dari pengguna jasa.
3. Hak Paten, Hak Cipta dan Merek
Apabila penyedia jasa menggunakan hak paten, hak
cipta dan merek dalam pelaksanaan pekerjaan, maka
menjadi tanggungjawab penyedia jasa sepenuhnya
dan pengguna jasa dibebaskan dari segala tuntutan
oleh pihak ketiga atas pelanggaran hak paten, hak
cipta dan merek.
4. Gambar Kerja
Penyedia jasa harus membuat gambar kerja sebelum
pekerjaan dilaksanakan dan harus mendapat
persetujuan direksi teknis, baik untuk pelaksanaan
pekerjaan sementara maupun permanen.
5. Personil
a. Penyedia jasa wajib menugaskan personil inti
yang tercantum dalam daftar personil inti atau
menugaskan personil lainnya yang disetujui oleh

direksi pekerjaan. Direksi pekerjaan hanya akan


menyetujui usulan penggantian personil inti
apabila
kualifikasi,
kemam-puan,
dan
pengalamannya sama atau melebihi personil inti
yang ada dalam daftar personil inti.
b. Apabila direksi pekerjaan meminta penyedia jasa
untuk memberhentikan personilnya dengan
alasan atas permintaan tersebut, maka penyedia
jasa harus menjamin bahwa personil tersebut
sudah harus meninggalkan lapangan dalam
waktu 7 hari dan harus diganti selambatlambatnya dalam waktu 14 hari.
6. Prosedur Pelaksanaan Pekerjaan
Pengguna jasa, direksi pekerjaan, direksi teknis dan
penyedia jasa harus mentaati prosedur pelaksanaan
pekerjaan yang telah disepakati dalam rapat
persiapan pelaksanaan kontrak.
7. Hari Kerja
a. Semua pekerja dibayar selama hari kerja dan
datanya disimpan oleh penyedia jasa. Daftar
pembayaran ditandatangani oleh masing-masing
pekerja dan dapat diperiksa oleh pengguna jasa.
b. Penyedia jasa harus membayar upah hari kerja
kepada tenaga kerjanya setelah formulir upah
ditandatangani.
c. Jam kerja dan waktu cuti untuk karyawan harus
dilampirkan.
d. Penyedia jasa harus memberitahukan kepada
direksi teknis sebelum bekerja di luar jam kerja.

8. Keselamatan Kerja
a. Penyedia
jasa
bertanggungjawab
atas
keselamatan kerja di lapangan sesuai ketentuan
dokumen kontrak.
b. Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak 100 orang atau lebih dan/atau
mengandung potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan
kecelakaan
kerja
wajib
menerapkan sistim manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) (Peraturan Menteri tenaga
kerja no. 05/Men/1996 tentang Sistim Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
c. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistim
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3)
yang
terintegrasi
dengan
sistim
manajemen perusahaan (UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan).
9. Instruksi Direksi Pekerjaan
Untuk keperluan pengaturan pekerjaan, direksi
pekerjaan dapat menginstruksikan kepada penyedia
jasa secara tertulis melalui surat atau buku harian.
Penyedia jasa wajib melaksanakan semua instruksi
direksi pekerjaan yang berkaitan dengan kontrak.
10. Korespondensi
a. Komunikasi antara para pihak hanya berlaku bila
dibuat secara tertulis.
b. Korespondensi dapat dikirim langsung atau
melalui pos, telex, kawat dan menggunakan
bahasa sesuai ketentuan dokumen kontrak.

11. Penemuan-Penemuan
a. Semua benda yang memiliki nilai sejarah atau
kekayaan
yang
secara
tidak
sengaja
ditemukan di lapangan adalah menjadi hak
milik negara.
b. Penyedia jasa wajib memberitahukan kepada
direksi pekerjaan dan kepada pihak yang
berwenang bila menemukan benda butir a.
12. Laporan Hasil Pekerjaan
a. Laporan harian
1. Untuk
keperluan
pengendalian
dan
pengawasan
pelaksanaan
pekerjaan
di
lapangan penyedia jasa wajib membuat buku
harian. Buku harian diisi oleh penyedia jasa
dan diketahui oleh direksi teknis, mencatat
seluruh rencana dan realisasi aktivitas
pekerjaan sebagai bahan laporan harian.
2. Laporan harian dibuat oleh penyedia jasa,
diperiksa oleh direksi teknis dan disetujui oleh
direksi pekerjaan.
3. Laporan harian berisi:
a) Tugas, penempatan dan jumlah tenaga
kerja di lapangan;
b) Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
c) Jenis, kapasitas, jumlah dan kondisi
peralatan di lapangan;
d) Jenis dan kuantitas pekerjaan yang
dilaksanakan;
e) Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;

f)

Perintah
dan
persetujuan
untuk
melaksanakan pekerjaan;
g) Perubahan disain, gambar kerja dan
realisasi pekerjaan dibandingkan dengan
rencana;
h) Foto-foto hasil pelaksanaan pekerjaan;
i) Catatan lain yang dianggap perlu.
4. Dari laporan harian harus dapat diperoleh
informasi
sebab-sebab
terjadinya
keterlambatan
pelaksanaan
pekerjaan,
apakah
disebabkan
karena
kerusakan
peralatan,
penyediaan
personil/
bahan/peralatan terlambat, atau disebabkan
keadaan cuaca buruk.
5. Laporan harian dibuat sekurang-kurangnya
dalam 3 rangkap untuk didistribusikan
kepada:
a) Asli untuk direksi pekerjaan;
b) Tindasan pertama untuk penyedia jasa;
c) Tindasan kedua untuk direksi teknis.
b. Laporan mingguan
1) Laporan mingguan terdiri dari rangkuman
laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik
pekerjaan mingguan serta catatan yang
dianggap perlu.
2) Laporan mingguan dibuat oleh penyedia jasa,
diperiksa oleh direksi teknis dan disetujui oleh
direksi pekerjaan.
3) Laporan
mingguan
dibuat
sekurangkurangnya dalam 3
rangkap untuk
didistribusikan kepada:

a) Asli untuk direksi pekerjaan;


b) Tindasan pertama untuk penyedia jasa;
c) Tindasan kedua untuk direksi teknis.
c. Laporan bulanan
1) Laporan bulanan terdiri dari rangkuman
laporan mingguan dan berisi hasil kemajuan
fisik pekerjaan bulanan serta catatan yang
dianggap perlu.
2) Laporan bulanan dibuat oleh penyedia jasa,
diperiksa oleh direksi teknis dan disetujui oleh
direksi pekerjaan.
3) Laporan bulanan dibuat sekurang-kurangnya
dalam 5 rangkap untuk didistribusikan
kepada:
a) Asli untuk direksi pekerjaan;
b) Tindasan pertama untuk atasan pengguna
jasa;
c) Tindasan kedua untuk atasan langsung
pengguna jasa;
d) Tindasan ketiga untuk penyedia jasa;
e) Tindasan keempat untuk direksi teknis.
d. Laporan direksi teknis
1) Direksi teknis wajib membuat laporan bulanan
yang
akan
digunakan
sebagai
dasar
pembayaran, meliputi:
a) Hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan;
b) Hasil kualitas pekerjaan;
c) Hasil perhitungan kuantitas pekerjaan;
d) Foto-foto hasil pelaksanaan pekerjaan;
e) Laporan lain yang dianggap perlu.

2) Laporan direksi teknis dibuat sekurangkurangnya


dalam
4
rangkap
untuk
didistribusikan kepada:
a) Asli untuk pengguna jasa;
b) Tindasan pertama direksi pekerjaan;
c) Tindasan kedua untuk atasan pengguna
jasa;
d) Tindasan ketiga untuk atasan langsung
pengguna jasa.
13. Jadual Pelaksanaan Pekerjaan
a. Waktu pelaksanaan kontrak adalah jangka waktu
yang ditentukan dalam dokumen kontrak dihitung
sejak tanggal mulai kerja yang tercantum dalam
SPMK.
b. Pengguna
jasa
harus
menerbitkan
SPMK
selambat- lambatnya 14 hari sejak tanggal
penandatanganan kontrak.
c. Mobilisasi harus mulai dilaksanakan selambatlambatnya dalam waktu 30 hari sejak diterbitkan
SPMK, yaitu antara lain mendatangkan peralatan
berat, kendaraan, alat laboratorium, menyiapkan
fasilitas kantor, rumah, gedung laboratorium,
bengkel, gudang, dan mendatangkan personil.
Mobilisasi peralatan dan personil dapat dilakukan
secara bertahap sesuai dengan kebutuhan.
d. Pekerjaan dinyatakan selesai apabila penyedia
jasa telah melaksanakan pekerjaan selesai 100%
sesuai ketentuan dokumen kontrak dan telah
dinyatakan dalam berita acara penyerahan
pertama pekerjaan yang diterbitkan oleh direksi
pekerjaan.

e. Apabila penyedia jasa berpendapat tidak dapat


menyelesaikan pekerjaan sesuai jadual karena
keadaan di luar pengendaliannya dan penyedia
jasa telah melaporkan kejadian tersebut kepada
pengguna jasa, maka pengguna jasa melakukan
penjadualan kembali pelaksanaan tugas penyedia
jasa dengan amandemen kontrak
14. Pengawasan
Untuk melakukan pengawasan dan pemeriksaan
terhadap pelaksanaan pekerjaan yang sedang atau
telah dilaksanakan oleh penyedia jasa, pengguna
jasa diwakili oleh direksi teknis.
15. Pengendalian Mutu dan Cacat Mutu
a. Ada tiga tahap pengendalian mutu:
1) Pengendalian mutu bahan baku (tanah, pasir,
batu, semen, aspal, dll);
2) Pengendalian mutu bahan olahan (campuran
beton, campuran aspal, dll);
3) Pengendalian mutu pekerjaan terpasang
(timbunan tanah, pondasi beton, lapisan
hotmix, dll).
Pengendalian mutu wajib dilakukan oleh penyedia
jasa selama pelaksanaan pekerjaan sesuai
ketentuan dokumen kontrak (spesifikasi teknis).
b. Direksi teknis wajib memeriksa mutu hasil
pekerjaan dan memberitahu penyedia jasa bila
terdapat cacat mutu dalam pekerjaan. Direksi
teknis dapat memerintahkan penyedia jasa untuk
menguji hasil pekerjaan yang dianggap terdapat
cacat mutu.

c. Apabila direksi teknis memerintahkan penyedia


jasa untuk melaksanakan pengujian dan ternyata
hasil pengujian memperlihatkan adanya cacat
mutu, maka biaya pengujian dan perbaikan
menjadi tanggungjawab penyedia jasa. Apabila
dari hasil pengujian tidak ditemukan cacat mutu,
maka biaya pengujian dan per-baikan menjadi
tanggungjawab pengguna jasa.
d. Setiap kali pemberitahuan cacat mutu oleh
direksi teknis, penyedia jasa harus memperbaiki
dalam waktu sesuai yang tercantum dalam surat
pemberitahuan tersebut. Apabila penyedia jasa
tidak memperbaiki dalam waktu yang telah
ditentukan, maka direksi pekerjaan dapat
meminta pihak ketiga untuk memperbaiki cacat
mutu tersebut dengan biaya dibebankan kepada
penyedia jasa.
e. Cacat mutu harus diperbaiki sebelum penyerahan
pertama
pekerjaan
dan
selama
masa
pemeliharaan. Penyerahan pertama pekerjaan
dan masa pemeliharaan dapat diperpanjang
sampai cacat mutu selesai diperbaiki.
16. Perkiraan Arus Uang (Cash Flow Forecast)
a. Penyedia jasa wajib menyerahkan perkiraan arus
uang sesuai dengan program kerja kepada direksi
pekerjaan.
b. Apabila suatu program kerja telah dimutakhirkan,
maka penyedia jasa wajib memperbaiki perkiraan
arus uang
dan diserahkan kepada direksi
pekerjaan.

17. Penyedia Jasa Lainnya


Penyedia jasa harus bekerjasama dan menggunakan
lapangan bersama-sama dengan penyedia jasa
lainnya, petugas-petugas pemerintah, petugaspetugas utilitas dan pengguna jasa.
18. Penilaian Pekerjaan
a. Pengguna jasa harus melakukan penilaian atas
hasil pekerjaan dalam masa pelaksanaan
pekerjaan.
b. Penilaian atas hasil pekerjaan dilakukan terhadap
mutu dan kemajuan fisik pekerjaan.
19. Keterlambatan Pelaksanaan Pekerjaan
a. Apabila penyedia jasa terlambat melaksanakan
pekerjaan sesuai jadual, maka pengguna jasa
harus memberikan peringatan secara tertulis
atau dikenakan ketentuan pasal kontrak kritis
sesuai ketentuan dokumen kontrak.
b. Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
disebabkan oleh pengguna jasa, maka dikenakan
ketentuan pasal kompensasi sesuai ketentuan
dokumen kontrak.
c. Apabila keterlambatan pelaksanaan pekerjaan
disebabkan oleh keadaan kahar, maka butir a.
dan b. tidak diberlakukan.
20. Kontrak Kritis
a. Kontrak dinyatakan kritis apabila:
1) Dalam periode I (rencana fisik pelaksanaan
0% 70% dari kontrak), realisasi fisik

pelaksanaan ter-lambat lebih besar 15% dari


rencana;
2) Dalam periode II (rencana fisik pelaksanaan
70% - 100% dari kontrak), realisasi fisik
pelaksanaan ter-lambat lebih besar 10% dari
rencana.
b. Penanganan kontrak kritis
1) Rapat pembuktian (show cause meeting/SCM)
a) Pada saat kontrak dinyatakan kritis direksi
pekerjaan menerbitkan surat peringatan
kepada penyedia jasa dan selanjutnya
menyelenggara-kan SCM tingkat proyek.
b) Dalam SCM direksi pekerjaan, direksi
teknis dan penyedia jasa membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang
harus dicapai oleh penyedia jasa dalam
periode waktu tertentu (uji coba pertama)
yang dituangkan dalam berita acara SCM
tingkat proyek.
c) Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba
pertama, maka harus diselenggarakan
SCM tingkat atasan langsung yang
membahas dan menyepakati besaran
kemajuan fisik yang harus dicapai oleh
penyedia jasa dalam periode waktu
tertentu (uji coba kedua) yang dituangkan
dalam berita acara SCM tingkat atasan
langsung.
d) Apabila penyedia jasa gagal pada uji coba
kedua, maka harus diselenggarakan SCM
tingkat atasan yang membahas dan
menyepakati besaran kemajuan fisik yang

harus dicapai oleh penyedia jasa dalam


periode waktu tertentu (uji coba ketiga)
yang dituangkan dalam berita acara SCM
tingkat atasan.
e) Pada setiap uji coba yang gagal, pengguna
jasa harus menerbitkan surat peringatan
kepada penyedia jasa atas keterlambatan
realisasi fisik pelaksanaan pekerjaan.
f) Apabila pada uji coba ketiga masih gagal,
maka pengguna jasa dapat menyelesaikan
pekerjaan melalui kesepakatan tiga pihak
atau memutuskan kontrak secara sepihak
dengan mengesampingkan pasal 1266
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2) Kesepakatan tiga pihak
a) Penyedia jasa masih bertanggung jawab
atas seluruh pekerjaan sesuai ketentuan
dokumen kontrak.
b) Pengguna jasa menetapkan pihak ketiga
sebagai
penyedia
jasa
yang
akan
menyelesaikan sisa pekerjaan atau atas
usulan penyedia jasa.
c) Pihak ketiga melaksanakan pekerjaan
dengan menggunakan harga satuan
kontrak.
Dalam
hal
pihak
ketiga
mengusulkan harga satuan yang lebih
tinggi dari harga satuan kontrak, maka
selisih harga menjadi tanggungjawab
penyedia jasa.
d) Pembayaran kepada pihak ketiga dapat
dilakukan secara langsung.

e) Kesepakatan tiga pihak dituangkan dalam


berita
acara
dan
menjadi
pembuatan aman-demen kontrak.

dasar

21. Percepatan
a. Apabila pengguna jasa menginginkan agar
penyedia jasa menyelesaikan pekerjaan sebelum
rencana tanggal penyelesaian pekerjaan, maka
direksi pekerjaan akan meminta usulan biaya
yang diperlukan oleh penyedia jasa untuk
mempercepat penyelesaian pekerjaan. Bila
pengguna jasa dapat menerima usulan biaya
tersebut, maka rencana tanggal penyelesaian
pekerjaan dipercepat dan disahkan bersama oleh
direksi pekerjaan dan penyedia jasa.
b. Apabila pengguna jasa menerima usulan biaya
untuk percepatan pelaksanaan pekerjaan, maka
usulan biaya tersebut ditambahkan dalam harga
kontrak dan diperlakukan sebagai perintah
perubahan untuk diproses menjadi amandemen
kontrak.
22. Penundaan atas Perintah Pengguna Jasa
a. Pengguna jasa dapat memerintahkan penyedia
jasa untuk menunda dimulainya pelaksanaan
pekerjaan atau memperlambat kemajuan suatu
kegiatan pekerjaan.
b. Jika perintah perubahan sedemikian mendesak
sehingga
pembuatan
usulan
biaya
serta
pembahasannya akan menunda pekerjaan, maka
perintah perubahan tersebut harus dilaksanakan
oleh penyedia jasa dan perintah perubahan
diberlakukan sebagai peristiwa kompensasi.
23. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan

a. Dapat diberikan oleh pengguna jasa atas


pertimbangan yang layak dan wajar, yaitu untuk:
1) Pekerjaan tambah;
2) Perubahan disain;
3) Keterlambatan
yang
disebabkan
oleh
pengguna jasa;
4) Masalah yang timbul di luar kendali penyedia
jasa;
5) Keadaan kahar.
b. Penyedia jasa mengusulkan secara tertulis
perpanjangan waktu pelaksanaan dilengkapi
alasan dan data kepada pengguna jasa.
Pengguna jasa menugaskan panitia peneliti
pelaksanaan kontrak dan direksi teknis untuk
meneliti dan mengevaluasi usulan tersebut. Hasil
penelitian dan evaluasi dituangkan dalam berita
acara dilengkapi dengan rekomendasi dapat atau
tidaknya diberi perpanjangan waktu.
c. Berdasarkan berita acara hasil penelitian dan
evaluasi perpanjangan waktu pelaksanaan dan
rekomendasi, maka pengguna jasa dapat
menyetujui/tidak menyetujui perpanjangan waktu
pelaksanaan.
d. Apabila
perpanjangan
waktu
pelaksanaan
disetujui, maka harus dituangkan di dalam
amandemen kontrak.
e. Perhitungan penyesuaian harga sesuai ketentuan
dokumen kontrak didasarkan atas amandemen
kontrak.
24. Kerjasama antara Penyedia Jasa dan Sub Penyedia
Jasa

a. Penyedia jasa golongan non usaha kecil wajib


bekerjasama dengan penyedia jasa golongan
usaha kecil termasuk koperasi kecil, yaitu dengan
mensubkontrak-kan sebagian pekerjaan yang
bukan pekerjaan utama.
b. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan harus
disetujui oleh pengguna jasa dan tetap menjadi
tanggungjawab penyedia jasa.
c. Pengguna jasa mempunyai hak intervensi atas
pelaksanaan sub kontrak meliputi pelaksanaan
pekerjaan dan pembayaran kepada sub penyedia
jasa.
25. Penggunaan Penyedia Jasa Usaha Kecil Termasuk
Koperasi Kecil
a. Apabila penyedia jasa yang ditunjuk adalah
penyedia jasa usaha kecil/koperasi kecil, maka
pekerjaan tersebut harus dilaksanakan sendiri
oleh penyedia jasa yang ditunjuk dan dilarang
diserahkan atau disubkontrakkan kepada pihak
lain.
b. Apabila penyedia jasa yang ditunjuk adalah
penyedia jasa bukan usaha kecil/koperasi kecil,
maka:
1) Penyedia jasa wajib bekerja sama dengan
penyedia jasa usaha kecil/koperasi kecil,
dengan
mensubkontrakkan
sebagian
pekerjaan;
2) Bentuk kerjasama tersebut hanya untuk
sebagian
pekerjaan,
dilarang
mensubkontrakkan seluruh pekerjaan;

3)

Penyedia
jasa
yang
ditunjuk
tetap
bertanggung-jawab penuh atas pelaksanaan
keseluruhan pekerjaan;
4) Apabila ketentuan tersebut di atas dilanggar,
maka kontrak akan batal dan penyedia jasa
dimasukkan dalam daftar hitam selama 2
tahun.
c. Penyedia jasa bukan usaha kecil yang terbukti
menyalahgunakan fasilitas dan kesempatan yang
diperuntukkan bagi usaha kecil termasuk
koperasi kecil dikenakan sanksi sesuai ketentuan
dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 Pasal
34, Pasal 35 dan Pasal 36 yaitu sebagai berikut:
a) Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum dengan mengaku atau
memakai nama usaha kecil sehingga
memperoleh fasilitas kemudahan dana,
keringanan tarif, tempat usaha, bidang dan
kegiatan usaha, atau pengadaan barang dan
jasa
atau
pemborongan
pekerjaan
Pemerintah
yang
diperuntukkan
dan
dicadangkan bagi usaha kecil yang secara
langsung atau tidak langsung menimbulkan
kerugian bagi usaha kecil diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 2 miliar;
b) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada
butir 1) di atas adalah tindak pidana
kejahatan;
c) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada butir 1) dilakukan oleh atau atas nama

badan usaha, dapat dikenakan sanksi


administratif berupa pencabutan sementara
atau pencabutan tetap ijin usaha oleh
instansi yang berwenang.
26. Keadaan Kahar
a. Yang dimaksud keadaan kahar adalah suatu
keadaan yang terjadi di luar kehendak para pihak
sehingga kewajiban yang ditentukan dalam
dokumen kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi.
b. Yang digolongkan keadaan kahar adalah:
1. Peperangan;
2. Kerusuhan;
3. Revolusi;
4. Bencana alam: banjir, gempa bumi, badai,
gunung meletus, tanah longsor, wabah
penyakit, dan angin topan;
5. Pemogokan;
6. Kebakaran;
7. Gangguan industri lainnya.
c. Keadaan kahar ini tidak termasuk hal-hal yang
merugikan yang disebabkan oleh perbuatan atau
kelalaian para pihak.
d. Keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang
diakibatkan oleh karena terjadinya keadaan kahar
tidak dapat dikenai sanksi.
e. Tindakan
yang
diambil
untuk
mengatasi
terjadinya keadaan kahar dan yang menanggung
kerugian akibat terjadinya keadaan kahar,
ditentukan berdasar kesepakatan dari para pihak.
f. Bila terjadi keadaan kahar, maka penyedia jasa
memberitahukan
kepada
pengguna
jasa

selambat-lambatnya dalam waktu 14


hari
setelah terjadinya keadaan kahar.
g. Bila keadaan sudah pulih normal, maka secepat
mungkin penyedia jasa memberitahukan kepada
pengguna jasa bahwa keadaan telah kembali
normal dan kegiatan dapat dilanjutkan, dengan
ketentuan:
1) Jangka waktu pelaksanaan yang ditetapkan
dalam kontrak tetap mengikat. Apabila harus
diperpanjang, maka waktu perpanjangan
sama dengan waktu selama tidak dapat
melaksanakan pekerjaan akibat keadaan
kahar;
2) Selama tidak dapat melaksanakan pekerjaan
akibat keadaan kahar, penyedia jasa berhak
menerima
pembayaran
sebagaimana
ditentukan
dalam dokumen kontrak dan
mendapat penggantian biaya yang wajar
sesuai yang telah dikeluarkan selama jangka
waktu tersebut untuk melaksanakan tindakan
yang disepakati;
3) Bila sebagai akibat dari keadaan kahar
penyedia jasa tidak dapat melaksanakan
sebagian besar pekerjaan selama jangka
waktu 60 hari, maka salah satu pihak dapat
memutus kontrak dengan pemberitahuan
tertulis 30 hari sebelumnya dan setelah itu
penyedia jasa berhak atas sejumlah uang
yang harus dibayar sesuai dengan pasal
pemutusan kontrak dalam dokumen kontrak.
27. Peringatan Dini

a. Penyedia jasa wajib menyampaikan peringatan


dini kepada direksi pekerjaan melalui direksi
teknik selambat-lambatnya
14 hari
sejak
terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu atau
keadaan-keadaan yang dapat berakibat buruk
terhadap pekerjaan, kenaikan harga kontrak atau
keterlambatan tanggal penyelesaian pekerjaan.
Direksi pekerjaan melalui direksi teknik dapat
meminta penyedia jasa untuk membuat perkiraan
akibat yang akan timbul terhadap pekerjaan,
harga
kontrak
dan
tanggal
penyelesaian
pekerjaan. Perkiraan tersebut wajib diserahkan
penyedia jasa sesegera mungkin.
b. Penyedia jasa wajib bekerja sama dengan direksi
pekerjaan melalui direksi teknik dalam menyusun
dan membahas upaya-upaya untuk menghindari
atau mengurangi akibat dari kejadian atau
keadaan tersebut.
c. Penyedia
jasa
tidak
berhak
menerima
pembayaran tambahan untuk biaya-biaya yang
sesungguhnya dapat dihindari melalui peringatan
dini.
28. Rapat Pelaksanaan
a. Direksi pekerjaan, direksi teknik dan penyedia
jasa dapat meminta dilakukan rapat pelaksanaan
yang dihadiri semua pihak, untuk membahas
pelaksanaan
pekerjaan
dan
memecahkan
masalah yang timbul sehubungan dengan
peringatan dini butir 27.
b. Direksi teknik wajib membuat risalah rapat
pelaksanaan butir a.

c. Tanggung jawab masing-masing pihak atas


tindakan yang harus diambil ditetapkan oleh
direksi pekerjaan secara tertulis.
29. Penghentian dan Pemutusan Kontrak
a. Penghentian kontrak dapat dilakukan karena
pekerjaan sudah selesai.
b. Penghentian kontrak dilakukan karena terjadinya
hal-hal di luar kekuasaan (keadaan kahar) kedua
belah pihak sehingga para pihak tidak dapat
melaksanakan kewajiban yang ditentukan di
dalam dokumen kontrak.
Dalam hal kontrak dihentikan, maka pengguna
jasa wajib membayar kepada penyedia jasa
sesuai dengan kemajuan pelaksanaan pekerjaan
yang telah dicapai.
c. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana penyedia
jasa cidera janji atau tidak memenuhi kewajiban
dan tanggung jawabnya sebagaimana diatur di
dalam kontrak. Kepada penyedia jasa dikenakan
sanksi sesuai butir e.
d. Pemutusan kontrak dilakukan bilamana para
pihak terbukti melakukan kolusi, kecurangan atau
tindak korupsi baik dalam proses pelelangan
maupun pelaksanaan pekerjaan, dalam hal ini :
1) Penyedia jasa dapat dikenakan sanksi yaitu :
a. Jaminan
pelaksanaan
dicairkan
dan
disetorkan ke kas negara;
b. Sisa uang muka harus dilunasi oleh
penyedia jasa;

c. Pengenaan daftar hitam untuk jangka


waktu 2 tahun.
2) Pengguna jasa dikenakan sanksi berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980
tentang Peraturan Disipilin Pegawai Negeri
Sipil atau ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.
e. Pemutusan kontrak oleh pengguna jasa
Sekurang-kurangnya 30 hari setelah pengguna
jasa menyampaikan pemberitahuan rencana
pemutusan kontrak secara tertulis kepada
penyedia jasa untuk kejadian tersebut di bawah
ini, pengguna jasa dapat memutuskan kontrak.
Kejadian dimaksud adalah :
1) Penyedia jasa tidak mulai melaksanakan
pekerjaan berdasarkan dokumen kontrak pada
tanggal mulai kerja sesuai dengan SPMK;
2) Penyedia jasa gagal pada uji coba ketiga
dalam melaksanakan SCM;
3) Penyedia jasa tidak berhasil memperbaiki
suatu kegagalan pelaksanaan, sebagaimana
dirinci
dalam
surat
pemberitahuan
penangguhan pembayaran sesuai ketentuan
dokumen kontrak;
4) Penyedia
jasa
tidak
mampu
lagi
melaksanakan pekerjaan atau bangkrut;
5) Penyedia jasa gagal mematuhi keputusan
akhir penyelesaian perselisihan;
6) Denda keterlambatan penyelesaian pekerjaan
sudah
melampaui
besarnya
jaminan
pelaksanaan;

7) Penyedia jasa menyampaikan pernyataan


yang tidak benar kepada pengguna jasa dan
pernyataan tersebut berpengaruh besar pada
hak, kewajiban, atau kepentingan pengguna
jasa;
8) Terjadi keadaan kahar dan penyedia jasa tidak
dapat
melaksanakan
pekerjaan
sesuai
ketentuan dokumen kontrak.
Terhadap pemutusan kontrak yang timbul karena
terjadinya salah satu kejadian sebagaimana
dirinci dalam huruf 1) sampai 8) diatas, Pasal
1266 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata tidak
diberlakukan.
Atas pemutusan kontrak yang timbul karena
salah satu kejadian yang diuraikan dalam huruf 1)
sampai 7)
penyedia jasa dimasukkan dalam
daftar hitam selama 2 tahun.
f.

Pemutusan kontrak oleh penyedia jasa


Sekurang-kurangnya 30 hari setelah penyedia
jasa menyampaikan pemberitahuan rencana
pemutusan kontrak secara tertulis kepada
pengguna jasa untuk kejadian tersebut di bawah
ini, penyedia jasa dapat memutuskan kontrak.
Kejadian dimaksud adalah :
1) Sebagai akibat keadaan kahar, penyedia jasa
tidak dapat melaksanakan pekerjaan sesuai
ketentuan dokumen kontrak;
2) Pengguna jasa gagal mematuhi keputusan
akhir penyelesaian perselisihan.

g. Prosedur pemutusan kontrak


Setelah salah satu pihak menyampaikan atau
menerima pemberitahuan pemutusan kontrak,
sebelum tanggal berlakunya pemutusan tersebut
penyedia jasa harus:
1) Mengakhiri pelaksanaan pekerjaan sesuai
dengan
yang
ditetapkan
dalam
pemberitahuan pemutusan kontrak;
2) Mengalihkan hak dan menyerahkan semua
hasil pelaksanaan pekerjaan. Pengalihan hak
dan penyerahan tersebut harus dilakukan
dengan cara dan pada waktu yang ditentukan
oleh pengguna jasa;
3) Menyerahkan semua fasilitas yang dibiayai
oleh pengguna jasa.
h. Dalam hal terjadi pemutusan kontrak sesuai
dengan butir e., pengguna jasa tetap membayar
hasil pekerjaan sampai dengan batas tanggal
pemutusan, dan jika terjadi pemutusan kontrak
sesuai dengan butir f., selain
pembayaran
tersebut di atas pengguna jasa harus membayar
pengeluaran langsung yang dikeluarkan oleh
penyedia jasa sehubungan dengan pemutusan
kontrak.
i.

Sejak tanggal berlakunya pemutusan kontrak,


penyedia jasa tidak bertanggung jawab lagi atas
pelaksanaan kontrak.

30. Pemanfaatan Milik Penyedia Jasa

Semua bahan, peralatan, instalasi, pekerjaan


sementara, dan fasilitas milik penyedia jasa, dapat
dimanfaatkan oleh pengguna jasa bila terjadi
pemutusan kontrak oleh pengguna jasa.
31. Penyelesaian Perselisihan
a. Penyelesaian perselisihan dapat melalui:
1) Di luar pengadilan, yaitu dengan cara
musyawarah,
mediasi,
konsiliasi
atau
arbitrase di Indonesia;
2) Pengadilan.
b. Penyelesaian perselisihan lebih lanjut diatur
dalam ketentuan dokumen kontrak.
c. biaya
untuk
penyelesaian
perselisihan
ditanggung kedua belah pihak sesuai keputusan
akhir.
32. Penyesuaian Harga
Penyesuaian
harga
dilakukan
sesuai
dengan
ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak
sebagai berikut:
a. Persyaratan penggunaan rumus penyesuaian
harga:
1) Penyesuaian harga diberlakukan bagi kontrak
yang masa pelaksanaannya lebih dari 12
bulan dan diberlakukan mulai bulan pertama
pelaksanaan pekerjaan;
2) Penyesuaian harga satuan berlaku bagi
seluruh mata pembayaran kecuali komponen
keuntungan dan biaya umum (overhead)
sebagaimana
tercantum
dalam
daftar
kuantitas dan harga;

3) Penyesuaian harga satuan diberlakukan


sesuai dengan jadual pelaksanaan pekerjaan
yang telah disetujui oleh direksi pekerjaan.
Jenis pekerjaan yang terlambat dilaksanakan
karena kesalahan penyedia jasa, penyesuaian
harga satuan menggunakan indeks harga
sesuai jadual pelaksanaan pekerjaan.
4) Penyesuaian harga satuan bagi komponen
pekerjaan yang berasal dari luar negeri dan
dibayar dengan valuta asing menggunakan
indeks harga dari negara asal barang
tersebut.

b. Rumusan penyesuaian harga satuan:


Hn = Ho (a + b.Bn/Bo + c.Cn/Co + d.Dn/Do +
)
Hn
Ho

b, c, d

= Harga satuan pada saat pekerjaan


dilaksanakan
= Harga
satuan
pada
saat
penyusunan harga penawaran (28
hari
sebelum
pemasukan
penawaran)
= Koefisien
tetap
yang
terdiri
keuntungan dan overhead. Dalam
hal
penawaran
tidak
mencantumkan besaran komponen
keuntungan dan overhead, maka a
adalah 0,15
= Koefisien komponen harga satuan
seperti tenaga kerja, bahan, alat

Bn, Cn, Dn
Bo, Co, Do

kerja dsb. Penjumlahan a+b+c+d+


. dst. adalah 1,00
= indeks harga komponen pada
saat pekerjaan dilaksanakan
= indeks harga komponen pada
saat penyusunan harga penawaran
(28 hari sebelum pemasukan
penawaran)

Catatan :
1) Indeks harga yang digunakan bersumber dari
penerbitan Badan Pusat Statistik (BPS). Jika
indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan
BPS, maka digunakan indeks harga yang
disiapkan oleh departemen teknis.
2) Penetapan koefisien komponen harga satuan
dilakukan oleh Menteri.
c. Rumusan penyesuaian nilai kontrak:
Pn = (Hn1 x V1) + (Hn2 x V2) + (Hn3 x V3) + ...
dst
Pn
Hn

Vi

= Nilai
kontrak
setelah
dilakukan
penyesuaian harga satuan
= Harga satuan baru setelah dilakukan
penye-suaian
harga
menggunakan
rumusan penye-suaian harga satuan
= Volume pekerjaan yang dilaksanakan

33. Denda dan Ganti Rugi


a. Denda adalah sanksi finansial yang dikenakan
kepada penyedia jasa, sedangkan ganti rugi

adalah sanksi finansial yang dikenakan kepada


pengguna jasa, karena terjadinya cidera janji
terhadap ketentuan dokumen kontrak.
b. Besarnya denda kepada penyedia jasa atas
keterlambatan penyelesaian pekerjaan adalah 1
dari harga kontrak atau bagian kontrak untuk
setiap hari keterlambatan.
c. Besarnya ganti rugi yang dibayar oleh pengguna
jasa atas keterlambatan pembayaran adalah
sebesar bunga terhadap
nilai
tagihan yang
terlambat dibayar, berdasarkan tingkat suku
bunga yang berlaku pada saat itu menurut
ketetapan Bank Indonesia, atau dapat diberikan
kompensasi sesuai ketentuan dokumen kontrak.
d. Tata cara pembayaran denda dan/atau ganti rugi
sesuai ketentuan dokumen kontrak.
34. Kompensasi
a. Kompensasi dapat diberikan kepada penyedia
jasa bila dapat dibuktikan merugikan penyedia
jasa dalam hal sebagai berikut:
1) Penyedia jasa belum bisa masuk ke lokasi
pekerjaan, karena pengguna jasa tidak
menyerahkan seluruh/sebagian lapangan
kepada penyedia jasa;
2) Pengguna jasa tidak memberikan gambar,
spesifikasi, atau instruksi sesuai jadual yang
telah ditetapkan;
3) Pengguna jasa memodifikasi atau mengubah
jadual
yang
dapat
mempengaruhi
pelaksanaan pekerjaan;

4)

Pengguna
jasa
terlambat
melakukan
pembayaran;
5) Pengguna jasa menginstruksikan untuk
melakukan
pengujian
tambahan
yang
setelah dilaksanakan pengujian ternyata
tidak diketemukan kerusakan/kegagalan/
penyimpangan pekerjaan;
6) Pengguna jasa menolak sub penyedia jasa
tanpa alasan yang wajar;
7) Keadaan tanah ternyata jauh lebih buruk dari
informasi termasuk data penyelidikan tanah
(bila ada) yang diberikan kepada peserta
lelang;
8) Penyedia jasa lain, petugas pemerintah,
petugas utilitas atau pengguna jasa tidak
bekerja sesuai waktu yang ditentukan,
sehingga
mengakibatkan
keterlambatan
dan/atau biaya tambah bagi penyedia jasa.
9) Dampak yang menimpa/membebani penyedia
jasa diakibatkan oleh kejadian-kejadian yang
menjadi resiko pengguna jasa.
10) Pengguna jasa menunda
berita acara
penyerahan pertama pekerjaan dan/atau
berita acara penyerahan akhir pekerjaan.
11) Pengguna jasa memerintahkan penundaan
pekerjaan.
12) Kompensasi lain sesuai dengan yang
tercantum dalam dokumen kontrak.
b. Penyedia jasa dapat meminta kompensasi biaya
dan/atau waktu pelaksanaan.
35. Penangguhan Pembayaran

a.

Apabila penyedia jasa tidak melakukan


kewajiban sesuai ketentuan dalam dokumen
kontrak, maka dikenakan sanksi penangguhan
pembayaran
setelah
pengguna
jasa
memberitahukan
penangguhan
pembayaran
tersebut secara tertulis.
b.
Pemberitahuan penangguhan pembayaran
memuat rincian keterlambatan disertai alasanalasan yang jelas dan keharusan penyedia jasa
untuk memperbaiki dan menyelesaikan pekerjaan
dalam jangka waktu sesuai yang tercantum
dalam
surat
pemberitahuan
penang-guhan
pembayaran.
36. Serah Terima Pekerjaan
a. Pengguna jasa membentuk panitia penerima
pekerjaan yang terdiri dari unsur atasan
langsung, pengguna jasa dan direksi teknis.
b. Setelah pekerjaan selesai 100%, penyedia jasa
mengajukan permintaan secara tertulis kepada
pengguna jasa untuk penyerahan pertama
pekerjaan.
c. Pengguna jasa memerintahkan panitia penerima
pekerjaan untuk melakukan penilaian terhadap
hasil pekerjaan yang telah diselesaikan oleh
penyedia jasa selambat-lambatnya 7 hari setelah
diterimanya surat permintaan dari penyedia jasa.
Apabila terdapat kekurangan dan/atau cacat hasil
pekerjaan,
penyedia
jasa
wajib
menyelesaikan/memperbaiki, kemudian panitia
penerima pekerjaan melakukan pemeriksaan
kembali dan apabila sudah sesuai ketentuan

d.

e.

f.

g.

h.

i.

dokumen kontrak, maka dibuat berita acara


penyerahan pertama pekerjaan.
Setelah
penyerahan
pertama
pekerjaan
pengguna jasa membayar sebesar 100% dari nilai
kontrak dan penyedia jasa harus menyerahkan
jaminan pemeliharaan sebesar 5% dari nilai
kontrak.
Penyedia jasa wajib memelihara hasil pekerjaan
selama masa pemeliharaan sehingga kondisi
hasil pekerjaan tetap berada seperti pada saat
penyerahan pertama pekerjaan.
Setelah masa pemeliharaan berakhir penyedia
jasa mengajukan permintaan secara tertulis
kepada peng-guna jasa untuk penyerahan akhir
pekerjaan.
Pengguna jasa menerima penyerahan akhir
pekerjaan setelah penyedia jasa melaksanakan
semua kewajibannya selama masa pemeliharaan
dengan baik, setelah diperiksa oleh panitia
penyerahan pekerjaan dan telah dibuat berita
acara penyerahan akhir pekerjaan.
Setelah penyerahan akhir pekerjaan pengguna
jasa wajib mengembalikan jaminan pemeliharaan
dan jaminan pelaksanaan.
Apabila penyedia jasa tidak melaksanakan
kewajiban pemeliharaan sesuai kontrak, maka
pengguna jasa berhak mencairkan jaminan
pemeliharaan untuk membiayai pemeliharaan
pekerjaan dan mencairkan jaminan pelaksanaan
dan disetor pada Kas Negara, penyedia jasa
dikenakan sanksi masuk daftar hitam selama 2
tahun.

37. Perhitungan Akhir


Penyedia jasa wajib mengajukan kepada direksi
pekerjaan perhitungan terinci mengenai jumlah yang
harus dibayarkan kepadanya sesuai ketentuan
dokumen kontrak sebelum penyerahan pertama
pekerjaan. Pengguna jasa harus mengajukan surat
permintaan pembayaran untuk pembayaran akhir
paling
lambat
7
hari
setelah
perhitungan
pembayaran akhir disetujui oleh direksi teknis.
38. Penyesuaian Biaya
a. Harga kontrak dapat berubah akibat adanya
penyesuaian biaya.
b. Penyesuaian biaya harus mengikuti peraturan
yang berlaku, termasuk mata uang yang dipakai
untuk
penyesuaian
biaya
sesuai
dengan
kesepakatan para pihak.
39. Gambar Pelaksanaan
a. Penyedia jasa harus menyerahkan kepada direksi
pekerjaan gambar pelaksanaan (as built drawing)
paling lambat 14 hari sebelum penyerahan akhir
pekerjaan.
b. Apabila penyedia jasa terlambat menyerahkan
gambar pelaksanaan, maka pengguna jasa dapat
menahan sejumlah uang sesuai ketentuan
dokumen kontrak.
c. Apabila penyedia jasa tidak menyerahkan
gambar pelaksanaan, maka pengguna jasa dapat
memperhitungkan pembayaran kepada penyedia
jasa sesuai ketentuan dokumen kontrak.

40. Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan


a. Penyedia jasa wajib memberikan pedoman
kepada pengguna jasa tentang pengoperasian
dan pemeliharaan.
b. Apabila penyedia jasa tidak melakukan butir a.,
maka pengguna jasa dapat memperhitungkan
pembayaran kepada penyedia jasa sesuai
ketentuan dokumen kontrak.
41. Pengambilalihan
Pengguna jasa akan mengambil alih lokasi dan hasil
pekerjaan dalam jangka waktu 7 hari setelah
diterbitkan berita acara serah terima akhir pekerjaan.

42. Kegagalan Bangunan


a. Kegagalan
bangunan
yang
menjadi
tanggungjawab
penyedia
jasa
ditentukan
terhitung sejak penyerahan akhir pekerjaan
sesuai
dengan
umur
konstruksi
yang
direncanakan dan secara tegas dinyatakan dalam
dokumen perencanaan paling lama 10 tahun.
Jangka
waktu
pertanggungjawaban
atas
kegagalan bangunan ditetapkan dalam dokumen
kontrak.
b. Pelaksanaan ganti rugi atas kegagalan bangunan
dapat
dilakukan
melalui
mekanisme
pertanggungan (asuransi)
sesuai
ketentuan
dokumen kontrak.

Anda mungkin juga menyukai