Pedoman Jasa Pemborongan
Pedoman Jasa Pemborongan
Diperbanyak oleh :
Dinas PSDA Propinsi Jawa Tengah
BAB I
KETENTUAN UMUM
A.
PENDAHULUAN
Dengan berlakunya
1. UU No.18/1999
2. PP No.28/2000
3. PP No.29/2000
4. PP No.30/2000
5. Keppres 80/2003
Dipandang
perlu
untuk
membuat
Pedoman
Penyelenggaraan Kontrak Jasa Pelaksanaan Konstruksi
(Pemborongan)
sebagai
panduan
pengendalian
pelaksanaan kontrak bagi para penyelenggara proyek.
Meliputi:
1. Proses penyiapan dokumen pengadaan
2. Metoda pemilihan penyedia jasa
3. Metoda penyampaian dokumen penawaran
4. Metoda evaluasi penawaran
5. Penetapan penyedia jasa
6. Kegiatan yang harus dilakukan dlm pelaksanaan
kontrak sd kontrak selesai.
Diharapkan penyelenggara proyek dapat melaksanakan
tugas-nya
secara
profesional
dengan
tidak
menyimpang dari per-aturan dan ketentuan yang
berlaku, agar diperoleh hasil proyek yang tepat mutu,
tepat waktu, dan tepat biaya.
B.
ISTILAH
1. Jasa pelaksanaan konstruksi (pemborongan)
2. Pengguna jasa
3. Penyedia jasa
4. Kepala kantor/satuan kerja
5. Pemimpin proyek/pemimpin bagian proyek
6. Panitia pengadaan
7. Dokumen pengadaan
8. Estimasi perencanaan (Engineers Estimate/EE)
9. Harga Perkiraan sendiri (HPS)
10. Kontrak harga satuan
11. Kontrak lump sum
12. Harga Satuan Pekerjaan (HSP)
13. Pekerjaan utama
14. Mata pembayaran utama
15. Daftar kuantitas dan harga
16. Peserta lelang
17. Dokumen penawaran
18. Substansi penawaran
19. Personal inti
20. Bagian pekerjaan yang disubkontrakkan
21. Analisa harga satuan pekerjaan
22. Klarifikasi
23. Konfirmasi
24. Surat jaminan
25. Kontrak
26. Dokumen kontrak
27. Harga kontrak
28. Direksi pekerjaan
29. Direksi teknis
30. Panitia peneliti pelaksanaan kontrak
31. Panitia penerima pekerjaan
32. Tanggal mulai kerja
33. Amandemen kontrak
DASAR HUKUM
1. Keputusan Presiden R.I. No. 80 Tahun 2003 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah.
2. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah No. 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Peng-adaan Jasa Konstruksi oleh
Instansi Pemerintah.
3. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana
Wilayah No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar dan
Pedoman Peng-adaan Jasa Konstruksi.
4. Guidelines dari negara pemberi pinjaman antara
lain World Bank/IBRD, ADB dan JBIC.
D.
TUJUAN
Memberikan panduan kepada pengguna jasa dalam
pengen-dalian
pelaksanaan
kontrak
agar
tidak
menyimpang dari peraturan dan ketentuan yang
berlaku, sehingga diperoleh hasil proyek yang tepat
mutu, tepat waktu, dan tepat biaya.
E.
RUANG LINGKUP
Untuk
kontrak jasa pelaksanaan
konstruksi yang
dibiayai dengan dana APBN rupiah murni, dan yang
sebagian atau seluruhnya dibiayai dari Pinjaman/Hibah
F.
KEWAJIBAN
MEMATUHI
PERATURAN
PERUNDANG
UNDANGAN
Dokumen lelang dan dokumen kontrak harus mematuhi
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Apabila
terdapat ketentuan dalam dokumen lelang dan
dokumen kontrak yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan, maka dokumen tersebut dapat
dinyatakan tidak sah.
BAB II
PENGGUNA JASA, PANITIA PENGADAAN,
PEMAKETAN PEKERJAAN DAN METODA
PEMILIHAN
A. PENGGUNA JASA
1. Persyaratan Pengguna Jasa
a. Memiliki integritas moral
b. Memiliki disiplin tinggi
c. Memiliki tanggung jawab dan kualifikasi teknis
serta manajerial untuk melaksanakan tugasnya
d. Memiliki
kemampuan
untuk
mengambil
keputusan, bertindak tegas dan keteladanan
dalam sikap dan perilaku serta tidak pernah
terlibat KKN
e. Memiliki
sertifikat
keahlian
pengadaan
barang/jasa pemerintah paling lambat tgl 1
Januari 2006, sebelum-nya dapat berlaku tanda
bukti keikutsertaan dalam pelatihan pengadaan
barang/jasa pemerintah
2. Pengangkatan Pengguna Jasa
Berdasarkan usulan pimpinan unit kerja yang
bersangkutan, diangkat dengan surat keputusan
Menteri atau pejabat yang diberi kuasa.
3. Tugas Pokok Pengguna Jasa
a. Menyusun perencanaan pengadaan jasa
b. Mengangkat panitia pengadaan
c. Menetapkan paket-paket pekerjaan disertai
ketentuan mengenai peningkatan penggunaan
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
B. PANITIA PENGADAAN
1. Pembentukan Panitia Pengadaan
a. Wajib dibentuk untuk nilai di atas Rp.50 juta s.d.
nilai Rp.50 juta dapat dilaksanakan oleh panitia
pengadaan atau pejabat pengadaan.
pengadaan jasa
pemborongan dilakukan dengan
pelelangan umum.
2. Pelelangan Terbatas
Adalah metoda pemilihan penyedia jasa dalam hal
jumlah penyedia jasa yang mampu melaksanakan
diyakini terbatas, yaitu untuk pekerjaan yang
kompleks dan diumumkan secara luas melalui media
masa dan papan pengumuman resmi dengan
mencantumkan penyedia jasa yang telah diyakini
mampu,
guna
memberi
kesempatan
kepada
penyedia jasa lainnya yang memenuhi kualifikasi.
3. Pemilihan Langsung
Adalah metoda pemilihan penyedia jasa dalam hal
metoda pelelangan umum atau pelelangan terbatas
dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, yaitu
pemilihan penyedia jasa yang dilakukan dengan
membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran,
sekurang-kurangnya 3
penawaran dari penyedia
jasa yang telah lulus prakualfikasi serta dilakukan
negosiasi baik teknis maupun biaya, serta harus
diumumkan minimal melalui papan pengumuman
resmi
untuk
penerangan
umum
dan
bila
memungkinkan melalui internet. Dapat dilaksanakan
untuk pengadaan yang bernilai sampai dengan
Rp.100 juta.
4. Penunjukan Langsung
Adalah metoda pemilihan penyedia
jasa
untuk
pekerjaan yang memenuhi kriteria keadaan tertentu
dan keadaan khusus, dengan cara penunjukan
BAB III
PRAKUALIFIKASI DAN PASCA KUALIFIKASI
A. PRAKUALIFIKASI
1. Proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha
serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari
penyedia jasa sebelum memasukkan penawaran.
2. Wajib
dilaksanakan
untuk
pengadaan
jasa
pemborongan
yang
menggunakan
metoda
pelelangan terbatas, metoda pemilihan langsung dan
metoda penunjukan langsung.
3. Panitia pengadaan dapat melakukan prakualifikasi
untuk
pelelangan
umum
pengadaan
jasa
pemborongan untuk pekerjaan yang bersifat
kompleks.
4. Dalam proses prakualifikasi panitia pengadaan
dilarang menambah persyaratan prakualifikasi di luar
yang telah ditetapkan dalam ketentuan dan
peraturan perundang-undangan.
5. Persyaratan prakualifikasi yang ditetapkan harus
merupakan persyaratan minimal yang dibutuhkan
untuk
pelaksanaan
kegiatan
agar
terwujud
persaingan yang sehat secara luas.
6. Pengguna jasa wajib menyederhanakan proses
prakualifikasi
dengan tidak meminta seluruh
dokumen yang disyaratkan, melainkan
cukup
dengan formulir isian kualifikasi penyedia jasa.
7. Penyedia
jasa
wajib
menandatangani
surat
pernyataan pada materai bahwa semua informasi
yang disampaikan dalam formulir isian kualifikasi
adalah
benar,
dan
apabila
diketemukan
penipuan/pemalsuan
atas
informasi
yang
disampaikan, terhadap yang bersangkutan dikenakan
sanksi pembatalan sebagai calon pemenang,
dimasukkan dalam daftar hitam sekurang-kurangnya
2 tahun, dan tidak boleh mengikuti pengadaan untuk
2 tahun berikutnya, serta di-ancam dituntut secara
perdata dan pidana.
8. Panitia
pengadaan
tidak
boleh
melarang,
menghambat, dan membatasi keikutsertaan calon
peserta
pengadaan
jasa
dari
luar
propinsi/kabupaten/kota lokasi pengadaan jasa.
9. Departemen
dilarang
melakukan
prakualifikasi
massal yang berlaku untuk pengadaan dalam kurun
waktu tertentu.
10. Pada setiap tahapan proses pemilihan penyedia jasa,
pengguna
jasa/panitia
pengadaan
dilarang
membebani atau memungut biaya apapun kepada
penyedia jasa, kecuali biaya penggandaan dokumen
pengadaan.
11. Proses prakualifikasi secara umum meliputi:
a. Pengumuman
prakualifikasi
oleh
panitia
pengadaan;
b. Pendaftaran
dan
pengambilan
dokumen
prakualifikasi oleh penyedia jasa;
c. Penyampaian
dokumen
prakualifikasi
oleh
penyedia jasa;
d. Evaluasi dokumen prakualifikasi oleh panitia
pengadaan;
e. Penetapan daftar penyedia jasa yang lulus
prakualifikasi oleh panitia pengadaan;
f. Pengesahan hasil prakualifikasi oleh pengguna
jasa;
13. Untuk
pekerjaan
khusus/spesifik/teknologi
tinggi/kompleks
Pejabat
Eselon
I
dapat
menambahkan persyaratan lain seperti peralatan
khusus, tenaga ahli spesialis yang diperlukan,
pengalaman tertentu, atau memiliki sertifikat
manajemen mutu ISO;
14. Memiliki surat keterangan dukungan keuangan dari
bank pemerintah/swasta untuk mengikuti pengadaan
jasa pelaksanaan konstruksi sekurang-kurangnya
10% dari nilai paket pekerjaan, kecuali utk penyedia
jasa usaha kecil/ koperasi kecil;
15. Memiliki kemampuan menyediakan fasilitas dan
peralatan serta personil yang diperlukan untuk
pelaksanaan pekerjaan;
16. Termasuk dalam penyedia jasa yang sesuai dengan
nilai paket pekerjaan;
17. Menyampaikan daftar perolehan pekerjaan yang
sedang dilaksanakan;
18. Tidak membuat pernyataan yang tidak benar tentang
kompetensi dan kemampuan usaha yang dimilikinya;
19. Memiliki sisa kemampuan keuangan (SKK) yang
cukup dan sisa kemampuan paket (SKP).
E. PENGAMBILAN, PENJELASAN, PEMASUKAN DOKUMEN
KUALIFIKASI
1. Pengambilan Dokumen Kualifikasi
a. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi
dilakukan bersamaan dengan dokumen lelang.
Pelelangan umum dengan prakualifikasi dilakukan
sebelum pengambilan dokumen lelang.
b. Pelelangan umum dengan pasca kualifikasi
pengambilan dokumen kualifikasi dimulai 1 hari
F.
3. Sanggahan
a. Peserta prakualifikasi yang keberatan atas
penetapan hasil kualifikasi dapat mengajukan
sanggahan secara tertulis selambat-lambatnya
dalam waktu 5 hari kerja setelah tanggal
pengumuman hasil kualifikasi.
b. Surat sanggahan diajukan kepada pengguna jasa
disertai bukti-bukti terjadinya penyimpangan,
dengan tembusan kepada unit pengawasan
internal. Surat sanggahan yang disampaikan
kepada bukan pengguna jasa dianggap sebagai
pengaduan dan tetap harus ditindaklanjuti.
c. Pengguna jasa wajib memberikan jawaban
tertulis selambat-lambatnya dalam 5 hari kerja
secara pro-porsional sesuai dengan masalahnya.
Untuk memberikan jawaban terhadap sanggahan,
maka pengguna jasa dapat meminta bukti isian
formulir kualifikasi yang dipermasalahkan.
d. Apabila peserta prakualifikasi yang menyanggah
tidak dapat menerima jawaban atas sanggahan
dari pengguna jasa, maka dapat mengajukan
sanggahan banding kepada Menteri, selambatlambatnya 5 hari kerja sejak diterimanya jawaban
sanggahan tersebut.
e. Menteri wajib memberikan jawaban selambatlambatnya 15 hari kerja sejak surat sanggahan
banding diterima.
f. Proses pelelangan umum dapat dilanjutkan tanpa
harus menunggu jawaban dari Menteri.
g. Apabila sanggahan banding ternyata benar, maka
dilakukan penilaian kualifikasi kembali atau
dilakukan pengumuman prakualifikasi ulang.
BAB IV
PROSES PENGADAAN
A. PELELANGAN UMUM
1. Pengumuman
a. Panitia pengadaan harus mengumumkan secara
luas pelelangan umum dengan pasca kualifikasi
atau prakualifikasi melalui media cetak, papan
pengumuman resmi untuk penerangan umum
serta media elektronik (bila memungkinkan).
b. Isi pengumuman sekurang-kurangnya:
1) Nama dan alamat pengguna jasa;
2) Uraian singkat pekerjaan;
3) Perkiraan nilai pekerjaan;
4) Syarat-syarat penyedia jasa;
5) Tempat, tanggal, hari dan waktu pengambilan
dokumen lelang/kualifikasi.
c. Agar pengumuman dapat mencapai sasaran
secara luas, efisien dan tepat sesuai dengan
jangkauan masyarakat pengusaha yang dituju,
maka diatur sebagai berikut:
1) Pengumuman yang ditujukan kepada usaha
kecil/ koperasi kecil, menggunakan surat
kabar
dan
siaran
radio
pemerintah
daerah/swasta yang mempunyai jangkauan
pembaca dan pendengar sekurang-kurangnya
di seluruh kabupaten/kota yang bersangkutan, serta dipasang pada pengumuman
resmi untuk penerangan umum dan pada
papan peng-umuman pengguna jasa.
3. Dokumen Kualifikasi
a. Panitia pengadaan harus menyiapkan dokumen
kualifikasi berupa:
1) Formulir
isian
yang
memuat
data
administrasi, keuangan, personil, peralatan,
dan pengalaman kerja;
2) Penilaian kualifikasi sesuai dengan Kepmen
Kimpraswil No. 257/KPTS/ M/2004.
b. Dalam hal pelelangan umum dilakukan dengan
prakualifikasi, panitia pengadaan mengumumkan
prakualifikasi yang memuat:
1) Lingkup pekerjaan;
2) Persyaratan peserta;
3) Waktu
dan
tempat
pengambilan
dan
pemasukan dokumen kualifikasi;
4) Penanggungjawab prakualifikasi.
4. Harga Perkiraan Sendiri (HPS)
a. Pengguna jasa
wajib memiliki HPS
yang
dikalkulasikan secara keahlian dan berdasarkan
data yang dapat dipertanggungjawabkan.
b. HPS disusun oleh panitia pengadaan dan
ditetapkan oleh pengguna jasa.
c. HPS digunakan sebagai alat untuk menilai
kewajaran harga penawaran termasuk rinciannya
dan untuk menetapkan besaran tambahan nilai
jaminan pelaksanaan bagi penawaran yang dinilai
terlalu rendah, tetapi tidak dapat dijadikan dasar
untuk mengugurkan penawaran.
4)
5)
6)
7)
(1) Secara
langsung
menyampaikan
dokumen penawarannya ke dalam
kotak/tempat pemasukan dokumen
penawaran yang telah disediakan
panitia pengadaan.
(2) Batas waktu paling lambat harus
sesuai dengan ketentuan
dalam
dokumen lelang yaitu sebelum batas
waktu
penutupan
pemasukan
dokumen penawaran.
(3) Pada batas waktu penyampaian
dokumen penawaran berakhir, panitia
pengadaan
menyatakan
penyampaian dokumen penawaran
ditutup,
menolak
dokumen
penawaran yang terlambat, dan
menolak
penambahan
dokumen
penawaran.
b) Melalui
pos
atau
layanan
hantaran/expedisi
(1) Menggunakan sampul dalam dan
sampul luar. Panitia pengadaan
mencatat tgl dan jam penerimaan
pada sampul luar.
(2) Batas waktu paling lambat harus
sesuai dengan ketentuan dokumen
lelang, yaitu sebelum batas waktu
penutupan pemasuk-an dokumen
penawaran.
(3) Panitia pengadaan membuat berita
acara
penerimaan
dokumen
4)
5)
6)
7)
8)
pada
surat
penawaran
asli
beserta
pengubahan/ penggantian/ penambahan yang
asli (bila ada), juga pada setiap lembar daftar
kuantitas dan harga.
9) Sebelum panitia pengadaan menutup rapat
pembukaan penawaran dan membuat berita
acara pembukaan penawaran (BAPP), panitia
pengadaan membacakan nilai total HPS yang
telah ditetapkan pengguna jasa.
10) Panitia pengadaan harus membuat BAPP,
yang berisikan hal-hal dan data-data pokok
yang penting termasuk informasi yang
diperoleh pada saat pembukaan penawaran.
BAPP memuat hal-hal sebagai berikut:
a) Nama-nama
peserta
pelelangan,
nilai
penawaran-nya,
termasuk
penawaran
alternatif
(bila
ada),
rabat,
penarikan/pengubahan/ penggantian/ penambahan penawaran (bila ada), ada tidaknya
jaminan penawaran;
b) Alasan bila terjadi penundaan pembukaan
penawaran;
c) Keberatan dari peserta (bila ada);
d) Hal-hal lain yang dianggap perlu oleh panitia
pengadaan.
BAPP
ditandatangani oleh panitia pengadaan
yang hadir dan para saksi, kemudian dibagikan
kepada peserta lelang yang hadir.
8. Evaluasi Dokumen Penawaran
a) Untuk
penetapan
pemenang
lelang
dengan nilai s.d. Rp. 50 miliar, pengguna
jasa
membahas
dengan
panitia
pengadaan untuk mengambil keputusan:
(1) Menyetujui usulan panitia; atau
(2) Menetapkan
keputusan
yang
disepakati bersama untuk melakukan
evaluasi ulang atau lelang ulang atau
menetapkan pemenang lelang, dan
dituangkan dalam berita acara yang
memuat keberatan dan kesepakatan
masing-masing pihak; atau
(3) Bila
akhirnya
tidak
tercapai
kesepakatan, maka akan diputuskan
oleh Menteri dan bersifat final.
b) Untuk penetapan pemenang di atas Rp. 50
miliar.
Pengguna jasa membahas dengan panitia
pengadaan untuk mengambil keputusan:
(1) Menyetujui usulan panitia pengadaan
utk dimintakan persetujuan Menteri;
atau
(2) Menetapkan
keputusan
yang
disepakati bersama utk evaluasi
ulang
atau
lelang
ulang,
dan
dituangkan dalam berita acara serta
dilaporkan
kepada
Menteri;
atau
(3) Apabila
masih
belum
ada
kesepakatan,
maka
dilaporkan
kepada Menteri dengan catatan
c.
d.
e.
f.
g.
bukan
pengguna
jasa
dianggap
sebagai
pengaduan dan tetap harus ditindaklanjuti.
Pengguna jasa wajib memberikan jawaban
tertulis selambat-lambatnya dalam 5 hari kerja
secara proporsional sesuai dengan masalahnya
Apabila peserta lelang tidak dapat menerima
jawaban atas sanggahan dari pengguna jasa,
dapat mengajukan sanggahan banding kepada
Menteri, selambat-lambatnya 5 hari kerja sejak
diterimanya jawaban sanggahan tersebut.
Menteri wajib memberikan jawaban selambatlambatnya 15 hari kerja sejak surat sanggahan
banding diterima.
Proses pelelangan dapat dilanjutkan tanpa harus
menunggu jawaban dari Menteri.
Apabila sanggahan banding ternyata benar, maka
proses pelelangan dievaluasi kembali atau
dilakukan pelelangan ulang, atau dilakukan
pembatalan kontrak.
penyedia
jasa
g. Apabila
pemenang
lelang
urutan
ketiga
mengundurkan diri, dengan alasan yang tidak
dapat diterima, maka ybs dikenakan sanksi
sebagaimana tsb pada butir d. di atas. Kemudian
panitia pengadaan melakukan pelelangan ulang,
dengan ketentuan bahwa jaminan penawaran
dari pemenang lelang urutan ketiga dicairkan dan
disetorkan pada Kas Negara.
h. SPPJ`harus dibuat paling lambat 5 hari kerja
setelah pengumuman pemenang lelang dan
segera disampaikan kepada pemenang lelang.
i. Salah satu tembusan dari SPPJ disampaikan
(tanpa lampiran perjanjian/kontrak) sekurangkurangnya kepada unit pengawasan internal.
15. Pelelangan Gagal dan Pelelangan Ulang
a. Pelelangan dinyatakan gagal apabila:
1) Penyedia jasa yang tercantum dalam daftar
calon peserta lelang kurang dari 3; atau
2) Penawaran yang masuk kurang dari 3; atau
3) Tidak ada penawaran yang memenuhi syarat
sesuai ketentuan dokumen lelang; atau
4) Semua harga penawaran di atas pagu dana
yang tersedia; atau
5) Sanggahan dari peserta lelang atas kesalahan
prosedur yang tercantum dalam dokumen
lelang ternyata benar; atau
6) Sanggahan dari peserta lelang atas terjadinya
KKN dari pemenang lelang urutan 1, 2 dan 3
ternyata benar; atau
D. PENUNJUKAN LANGSUNG
1. Penetapan Peserta
a. Panitia pengadaan wajib melakukan prakualifikasi
terhadap penyedia jasa yang akan
ditunjuk
untuk pekerjaan kompleks.
b. Prakualifikasi harus diumumkan minimal melalui
papan pengumuman resmi untuk penerangan
umum dan bila memungkinkan melalui internet.
2. Permintaan Penawaran dan Negosiasi Teknis dan
Harga
a. Panitia pengadaan mengundang penyedia jasa
yang telah lulus prakualifikasi untuk mengajukan
penawaran.
b. Panitia pengadaan melakukan koreksi aritmatik,
evaluasi penawaran, klarifikasi dan negosiasi
teknis dan harga thd penawaran yang diajukan
berdasarkan dokumen penunjukan langsung.
c. Panitia pengadaan membuat BA hasil evaluasi,
klarifikasi dan negosiasi.
3. Penetapan Penyedia Jasa
Panitia pengadaan mengusulkan penetapan penyedia
jasa kepada pejabat yang berwenang berdasarkan
BA hasil evaluasi, klarifikasi dan negosiasi.
4. Penunjukan Penyedia Jasa
Berdasarkan
surat
penetapan
pejabat
yang
berwenang, panitia pengadaan mengumumkan di
papan pengumuman resmi untuk penerangan umum
atas penetapan penyedia jasa yang ditunjuk dan
kemudian
pengguna
jasa
menerbitkan
surat
penunjukan penyedia jasa.
5. Pengaduan
BAB V
KONTRAK
A. DOKUMEN KONTRAK
1. Dibuat dalam bahasa
Indonesia serta
tunduk
kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku
di Indonesia.
2. Harus diinterpretasikan dalam urutan kekuatan
hukum yang terdiri dari:
a. Surat perjanjian;
b. Surat penunjukan penyedia jasa;
c. Surat penawaran;
d. Adendum dokumen lelang (bila ada);
e. Syarat-syarat khusus kontrak;
f. Syarat-syarat umum kontrak;
g. Spesifikasi teknis;
h. Gambar-gambar;
i. Daftar kuantitas dan harga;
j. Dokumen lain yang tercantum dalam lampiran
kontrak.
Instruksi kepada peserta lelang dan analisa harga
satuan mata pembayaran utama tidak menjadi
bagian dari dokumen kontrak.
3. Surat Perjanjian
Kerangka surat perjanjian terdiri dari:
a. Pembukaan (Komparisi), meliputi:
1) Judul kontrak;
2) Nomor kontrak;
3) Tanggal kontrak;
4) Kalimat pembuka;
5)
6)
b. Isi,
1)
di
Indonesia
pada
hari
dan
tanggal
penandatanganan perjanjian tersebut;
2) Tandatangan
para
pihak
dalam
surat
perjanjian bermeterai dan tanggal pada
materai.
C. HARGA KONTRAK DAN SUMBER DANA
1. Rincian harga kontrak sesuai yang tercantum dalam
dokumen kontrak (Daftar Kuantitas dan Harga).
2. Dibiayai
dengan
sumber
dana
APBN
Murni/sebagian atau seluruhnya dibiayai dari
PHLN.
D. PENANDATANGANAN KONTRAK
Setelah SPPJ diterbitkan, pengguna jasa menyiapkan dan
menandatangani kontrak pelaksanaan pekerjaan apabila
dananya telah cukup tersedia dalam dokumen anggaran,
dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Penandatanganan kontrak dilakukan paling lambat
14 hari setelah SPPJ dan setelah penyedia jasa
menyerahkan
jaminan
pelaksanaan
dengan
ketentuan sbb:
a. Nilai jaminan dalam bentuk jaminan bank atau
surety bond sesuai ketentuan dokumen kontrak;
b. Masa berlakunya jaminan sekurang-kurangnya
sejak tanggal penandatanganan kontrak s.d. 14
hari setelah tanggal masa pemeliharaan berakhir
sesuai ketentuan dokumen kontrak.
2. Apabila penyedia jasa yang ditunjuk menolak/
mengundurkan diri
dg alasan yang tidak dpt
diterima atau gagal untuk menandatangani kontrak,
BAB VI
PELAKSANAAN KONTRAK
c. Pengawasan lapangan;
d. Administrasi kontrak;
e. Terkait lainnya yang dipandang perlu (misalnya:
keuangan, pengujian, dan atasan langsung).
5. Tugas panitia peneliti pelaksanaan kontrak :
a. Meneliti apabila terjadi perubahan kontrak yang
sifatnya mendasar antara lain seperti: disain dan
spesifikasi, kuantitas, biaya, waktu pelaksanaan,
dan lain- lain yang dipandang perlu;
b. Membuat berita acara hasil penelitian;
c. Mengusulkan saran dan tindak lanjut yang perlu
dilakukan kepada pengguna jasa atas penelitian
tersebut butir a.
Panitia peneliti pelaksanaan kontrak bekerja atas
permintaan pengguna jasa dan tugasnya berakhir
setelah serah terima akhir pekerjaan.
6. Panitia penerima pekerjaan diangkat oleh pengguna
jasa terdiri dari unsur kantor/satuan kerja/proyek/
bagian proyek, direksi teknis dan atasan langsung,
untuk melakukan penilaian terhadap hasil pekerjaan
yang telah diselesaikan penyedia jasa.
Panitia penerima pekerjaan bekerja pada waktu
penyerahan pertama pekerjaan dan penyerahan
akhir pekerjaan.
B. WEWENANG DAN KEPUTUSAN PENGGUNA JASA
ASURANSI
1. Penyedia jasa harus menyediakan atas nama
pengguna jasa dan penyedia jasa, asuransi yang
mencakup dari saat mulai pelaksanaan pekerjaan
sampai dengan akhir masa pemeliharaan, yaitu:
a. Semua barang dan peralatan yang mempunyai
resiko tinggi terjadi kecelakaan, pelaksanaan
pekerjaan, serta personil untuk pelaksanaan
pekerjaan atas segala resiko yaitu kecelakaan,
kerusakan-kerusakan, kehilangan, serta resiko
lain yang tidak dapat diduga;
b. Pihak ketiga sebagai akibat kecelakaan di tempat
kerja;
c. Perlindungan terhadap kegagalan bangunan.
2. Besarnya masing-masing asuransi sesuai ketentuan
dokumen kontrak.
G. PERPAJAKAN
1. Penyedia jasa harus mengetahui, memahami dan
patuh terhadap semua peraturan perundangundangan tentang pajak yang berlaku di Indonesia
dan sudah diperhitungkan dalam penawaran.
2. Perubahan peraturan perundang-undangan tentang
pajak yang terjadi setelah pembukaan penawaran
harus dilakukan penyesuaian.
H. PEMBAYARAN
1. Uang Muka
PENYERAHAN LAPANGAN
1. Pengguna jasa wajib menyerahkan seluruh/sebagian
lapangan
kepada
penyedia
jasa
sebelum
diterbitkannya SPMK.
2. Sebelum penyerahan lapangan, pengguna jasa
bersama-sama
penyedia
jasa
melakukan
pemeriksaan lapangan berikut bangunan, bangunan
pelengkap dan seluruh aset milik pengguna jasa
yang akan menjadi tanggung jawab penyedia jasa,
untuk dimanfaatkan, dijaga dan dipelihara.
3. Hasil pemeriksaan lapangan dituangkan dalam berita
acara serah terima lapangan yang ditandatangani
kedua belah pihak.
4. Keterlambatan
penyerahan
seluruh/sebagian
lapangan dapat mengakibatkan perpanjangan waktu
pelaksanaan pekerjaan
kerugian penyedia jasa.
J.
atau
kompensasi
akibat
8)
Organisasi kerja;
Tata cara pengaturan pekerjaan;
Jadual pelaksanaan pekerjaan;
Jadual
pengadaan
bahan,
mobilisasi
peralatan dan personil;
5) Penyusunan rencana pemeriksaan lapangan;
6) Sosialisasi
kepada
masyarakat
dan
pemerintah daerah setempat mengenai
rencana kerja;
7) Penyusunan program mutu;
8) Dan lain-lain yang dinilai perlu.
4. Hasil
rapat
persiapan
pelaksanaan
kontrak
dituangkan dalam berita acara.
L. PROGRAM MUTU
1. Program mutu harus disusun oleh penyedia jasa dan
disetujui oleh direksi lapangan pada saat rapat
persiapan pelaksanaan kontrak dan dapat direvisi
sesuai dengan kebutuhan.
2. Program mutu sekurang-kurangnya berisi:
a. Informasi mengenai pengadaan;
b. Organisasi proyek pengguna jasa dan penyedia
jasa;
c. Jadual pelaksanaan pekerjaan;
d. Prosedur pelaksanaan pekerjaan;
e. Prosedur instruksi kerja;
f. Pelaksana kerja.
3. Prosedur pelaksanaan tiap-tiap jenis pekerjaan
meliputi :
a. Standar pekerjaan,
b. Prosedur kerja;
c. Daftar inspeksi;
d. Persyaratan testing.
4. Prosedur instruksi kerja mencakup rincian minimal
tentang :
a. Urutan kegiatan pelaksanaan;
b. Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan;
c. Pemantauan proses kegiatan;
d. Pemeliharaan yang diperlukan;
e. Penilaian hasil pekerjaan sesuai spesifikasi.
M. PEMERIKSAAN LAPANGAN BERSAMA
1. Pada tahap awal pelaksanaan kontrak, setelah
penerbitan SPMK, direksi teknis bersama-sama
dengan panitia peneliti pelaksanaan kontrak dan
penyedia jasa melaksanakan pemeriksaan lapangan
bersama dengan melakukan pengukuran dan
pemeriksaan detail kondisi lapangan untuk rencana
setiap kegiatan pekerjaan/mata pembayaran guna
menetapkan kuantitas awal.
2. Hasil pemeriksaan lapangan bersama dituangkan
dalam berita acara. Apabila hasil pemeriksaan
lapangan bersama mengakibatkan perubahan isi
kontrak (spesifikasi teknis, gambar, jenis pekerjaan,
mata pembayaran, kuantitas), maka perubahan
tersebut harus dituangkan dalam perintah perubahan
kontrak yang ditindaklanjuti dengan pembuatan
amandemen kontrak.
3. Selanjutnya
pemeriksaan
lapangan
bersama
terhadap
setiap
kegiatan
pekerjaan/mata
pembayaran terus dilaksanakan selama periode
waktu pelaksanaan pekerjaan untuk menetapkan
AMANDEMEN KONTRAK
1. Amandemen kontrak harus segera dibuat bila terjadi
perubahan kontrak.
Perubahan kontrak dapat terjadi apabila:
a. Perubahan pekerjaan yang disebabkan oleh
sesuatu hal yang dilakukan oleh para pihak dalam
kontrak sehingga mengubah lingkup pekerjaan;
b. Perubahan jadual pelaksanaan pekerjaan akibat
adanya perubahan pekerjaaan;
c. Perubahan
harga
kontrak
akibat
adanya
perubahan pekerjaan.
2. Prosedur pembuatan amandemen kontrak dilakukan
sebagai berikut:
a. Pengguna jasa segera memberikan perintah
tertulis
kepada
penyedia
jasa
untuk
melaksanakan perubahan kontrak, atau penyedia
jasa mengusulkan perubahan kontrak;
b. Penyedia jasa harus memberikan tanggapan atas
perintah perubahan dari pengguna jasa dan
mengusulkan perubahan harga (bila ada)
selambat-lambatnya dalam waktu 7
hari.
Pengguna jasa harus memberikan tanggapan
atas usulan perubahan kontrak dari penyedia jasa
selambat-lambatnya dalam waktu 7 hari;
8. Keselamatan Kerja
a. Penyedia
jasa
bertanggungjawab
atas
keselamatan kerja di lapangan sesuai ketentuan
dokumen kontrak.
b. Perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja
sebanyak 100 orang atau lebih dan/atau
mengandung potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan
kecelakaan
kerja
wajib
menerapkan sistim manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) (Peraturan Menteri tenaga
kerja no. 05/Men/1996 tentang Sistim Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
c. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistim
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja
(SMK3)
yang
terintegrasi
dengan
sistim
manajemen perusahaan (UU No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan).
9. Instruksi Direksi Pekerjaan
Untuk keperluan pengaturan pekerjaan, direksi
pekerjaan dapat menginstruksikan kepada penyedia
jasa secara tertulis melalui surat atau buku harian.
Penyedia jasa wajib melaksanakan semua instruksi
direksi pekerjaan yang berkaitan dengan kontrak.
10. Korespondensi
a. Komunikasi antara para pihak hanya berlaku bila
dibuat secara tertulis.
b. Korespondensi dapat dikirim langsung atau
melalui pos, telex, kawat dan menggunakan
bahasa sesuai ketentuan dokumen kontrak.
11. Penemuan-Penemuan
a. Semua benda yang memiliki nilai sejarah atau
kekayaan
yang
secara
tidak
sengaja
ditemukan di lapangan adalah menjadi hak
milik negara.
b. Penyedia jasa wajib memberitahukan kepada
direksi pekerjaan dan kepada pihak yang
berwenang bila menemukan benda butir a.
12. Laporan Hasil Pekerjaan
a. Laporan harian
1. Untuk
keperluan
pengendalian
dan
pengawasan
pelaksanaan
pekerjaan
di
lapangan penyedia jasa wajib membuat buku
harian. Buku harian diisi oleh penyedia jasa
dan diketahui oleh direksi teknis, mencatat
seluruh rencana dan realisasi aktivitas
pekerjaan sebagai bahan laporan harian.
2. Laporan harian dibuat oleh penyedia jasa,
diperiksa oleh direksi teknis dan disetujui oleh
direksi pekerjaan.
3. Laporan harian berisi:
a) Tugas, penempatan dan jumlah tenaga
kerja di lapangan;
b) Jenis dan kuantitas bahan di lapangan;
c) Jenis, kapasitas, jumlah dan kondisi
peralatan di lapangan;
d) Jenis dan kuantitas pekerjaan yang
dilaksanakan;
e) Cuaca dan peristiwa alam lainnya yang
mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan;
f)
Perintah
dan
persetujuan
untuk
melaksanakan pekerjaan;
g) Perubahan disain, gambar kerja dan
realisasi pekerjaan dibandingkan dengan
rencana;
h) Foto-foto hasil pelaksanaan pekerjaan;
i) Catatan lain yang dianggap perlu.
4. Dari laporan harian harus dapat diperoleh
informasi
sebab-sebab
terjadinya
keterlambatan
pelaksanaan
pekerjaan,
apakah
disebabkan
karena
kerusakan
peralatan,
penyediaan
personil/
bahan/peralatan terlambat, atau disebabkan
keadaan cuaca buruk.
5. Laporan harian dibuat sekurang-kurangnya
dalam 3 rangkap untuk didistribusikan
kepada:
a) Asli untuk direksi pekerjaan;
b) Tindasan pertama untuk penyedia jasa;
c) Tindasan kedua untuk direksi teknis.
b. Laporan mingguan
1) Laporan mingguan terdiri dari rangkuman
laporan harian dan berisi hasil kemajuan fisik
pekerjaan mingguan serta catatan yang
dianggap perlu.
2) Laporan mingguan dibuat oleh penyedia jasa,
diperiksa oleh direksi teknis dan disetujui oleh
direksi pekerjaan.
3) Laporan
mingguan
dibuat
sekurangkurangnya dalam 3
rangkap untuk
didistribusikan kepada:
dasar
21. Percepatan
a. Apabila pengguna jasa menginginkan agar
penyedia jasa menyelesaikan pekerjaan sebelum
rencana tanggal penyelesaian pekerjaan, maka
direksi pekerjaan akan meminta usulan biaya
yang diperlukan oleh penyedia jasa untuk
mempercepat penyelesaian pekerjaan. Bila
pengguna jasa dapat menerima usulan biaya
tersebut, maka rencana tanggal penyelesaian
pekerjaan dipercepat dan disahkan bersama oleh
direksi pekerjaan dan penyedia jasa.
b. Apabila pengguna jasa menerima usulan biaya
untuk percepatan pelaksanaan pekerjaan, maka
usulan biaya tersebut ditambahkan dalam harga
kontrak dan diperlakukan sebagai perintah
perubahan untuk diproses menjadi amandemen
kontrak.
22. Penundaan atas Perintah Pengguna Jasa
a. Pengguna jasa dapat memerintahkan penyedia
jasa untuk menunda dimulainya pelaksanaan
pekerjaan atau memperlambat kemajuan suatu
kegiatan pekerjaan.
b. Jika perintah perubahan sedemikian mendesak
sehingga
pembuatan
usulan
biaya
serta
pembahasannya akan menunda pekerjaan, maka
perintah perubahan tersebut harus dilaksanakan
oleh penyedia jasa dan perintah perubahan
diberlakukan sebagai peristiwa kompensasi.
23. Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
3)
Penyedia
jasa
yang
ditunjuk
tetap
bertanggung-jawab penuh atas pelaksanaan
keseluruhan pekerjaan;
4) Apabila ketentuan tersebut di atas dilanggar,
maka kontrak akan batal dan penyedia jasa
dimasukkan dalam daftar hitam selama 2
tahun.
c. Penyedia jasa bukan usaha kecil yang terbukti
menyalahgunakan fasilitas dan kesempatan yang
diperuntukkan bagi usaha kecil termasuk
koperasi kecil dikenakan sanksi sesuai ketentuan
dalam Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 Pasal
34, Pasal 35 dan Pasal 36 yaitu sebagai berikut:
a) Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara
melawan hukum dengan mengaku atau
memakai nama usaha kecil sehingga
memperoleh fasilitas kemudahan dana,
keringanan tarif, tempat usaha, bidang dan
kegiatan usaha, atau pengadaan barang dan
jasa
atau
pemborongan
pekerjaan
Pemerintah
yang
diperuntukkan
dan
dicadangkan bagi usaha kecil yang secara
langsung atau tidak langsung menimbulkan
kerugian bagi usaha kecil diancam dengan
pidana penjara paling lama lima tahun atau
pidana denda paling banyak Rp. 2 miliar;
b) Perbuatan sebagaimana dimaksud pada
butir 1) di atas adalah tindak pidana
kejahatan;
c) Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud
pada butir 1) dilakukan oleh atau atas nama
b, c, d
Bn, Cn, Dn
Bo, Co, Do
Catatan :
1) Indeks harga yang digunakan bersumber dari
penerbitan Badan Pusat Statistik (BPS). Jika
indeks harga tidak dimuat dalam penerbitan
BPS, maka digunakan indeks harga yang
disiapkan oleh departemen teknis.
2) Penetapan koefisien komponen harga satuan
dilakukan oleh Menteri.
c. Rumusan penyesuaian nilai kontrak:
Pn = (Hn1 x V1) + (Hn2 x V2) + (Hn3 x V3) + ...
dst
Pn
Hn
Vi
= Nilai
kontrak
setelah
dilakukan
penyesuaian harga satuan
= Harga satuan baru setelah dilakukan
penye-suaian
harga
menggunakan
rumusan penye-suaian harga satuan
= Volume pekerjaan yang dilaksanakan
4)
Pengguna
jasa
terlambat
melakukan
pembayaran;
5) Pengguna jasa menginstruksikan untuk
melakukan
pengujian
tambahan
yang
setelah dilaksanakan pengujian ternyata
tidak diketemukan kerusakan/kegagalan/
penyimpangan pekerjaan;
6) Pengguna jasa menolak sub penyedia jasa
tanpa alasan yang wajar;
7) Keadaan tanah ternyata jauh lebih buruk dari
informasi termasuk data penyelidikan tanah
(bila ada) yang diberikan kepada peserta
lelang;
8) Penyedia jasa lain, petugas pemerintah,
petugas utilitas atau pengguna jasa tidak
bekerja sesuai waktu yang ditentukan,
sehingga
mengakibatkan
keterlambatan
dan/atau biaya tambah bagi penyedia jasa.
9) Dampak yang menimpa/membebani penyedia
jasa diakibatkan oleh kejadian-kejadian yang
menjadi resiko pengguna jasa.
10) Pengguna jasa menunda
berita acara
penyerahan pertama pekerjaan dan/atau
berita acara penyerahan akhir pekerjaan.
11) Pengguna jasa memerintahkan penundaan
pekerjaan.
12) Kompensasi lain sesuai dengan yang
tercantum dalam dokumen kontrak.
b. Penyedia jasa dapat meminta kompensasi biaya
dan/atau waktu pelaksanaan.
35. Penangguhan Pembayaran
a.
d.
e.
f.
g.
h.
i.