Oleh:
SUMIYATI ASTUTI
109104000039
RIWAYAT HIDUP
Nama
: Sumiyati Astuti
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Status
: Belum Menikah
Alamat
Telepon/Hp
: 087876771564
: sumiyati.astuti@gmail.com
Riwayat Pendidikan:
1. SDN Sukapura 02 Pagi Jakarta (1997-2003)
2. SMP Negeri 30 Jakarta (2003-2006)
3. SMAN 75 Jakarta (2006-2009)
4. S1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2009-2013)
ABSTRAK
Upaya
Pencegahan
vi
Penyakit
Tuberkulosis,
September 2013
ABSTRACT
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya. Shalawat serta salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
Selama proses penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak mendapat
bantuan berupa bimbingan dan dukungan dari semua pihak. Untuk itu penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K Tadjudin, Sp. And sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM dan Ns. Eni Nuraini Agustini, S.
Kep, M. Sc, selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan
(PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ns. Waras Budi Utomo, S. Kep, MKM, selaku pembimbing pertama yang
telah membimbing dengan sabar dan memberikan motivasi kepada
penulis.
4. Ns. Puspita Palupi, S. Kep, M. Kep, Sp. Kep. Mat, selaku pembimbing
kedua yang telah membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis.
5. Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, yang telah
memberikan doa dan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti
perkuliahan.
viii
ix
Sumiyati Astuti
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
PERNYATAAN PERSETUJUAN ..........................................................
ii
iv
ABSTRAK ................................................................................................
vi
ABSTRACT ..............................................................................................
vii
viii
xi
xvi
xvii
xviii
xix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
10
11
xi
12
1. Pengertian ................................................................................
12
2. Klasifikasi ................................................................................
13
14
15
16
B. Sikap ...............................................................................................
18
1. Pengertian ................................................................................
18
19
20
21
C. Tuberkulosis ...................................................................................
23
23
2. Etiologi ....................................................................................
24
3. Penularan .................................................................................
25
25
5. Komplikasi ..............................................................................
27
28
7. Pencegahan ..............................................................................
34
37
39
42
xii
BAB
III
KERANGKA
KONSEP,
HIPOTESIS
DAN
DEFINISI
OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep ...........................................................................
43
44
44
48
48
49
49
49
52
52
52
56
58
59
60
61
64
65
xiii
65
66
66
67
67
68
69
69
70
70
71
BAB VI PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat ...........................................................................
73
73
77
80
xiv
81
81
83
85
87
B. Saran ...............................................................................................
88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
No. Tabel
Halaman
Tabel
3.1
45
Tabel
5.1
65
Tabel
5.2
66
Tabel
5.3
66
Tabel
5.4
67
Tabel
5.5
Tabel
5.6
Tabel
5.7
5.8
5.9
69
Tabel
69
Tabel
68
70
xvi
71
DAFTAR BAGAN
No. Bagan
Halaman
Bagan
2.1
19
Bagan
2.2
42
Bagan
3.1
43
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
xviii
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN
Amiloidosis
Apeks paru-paru
BCG
Bronkitis kronis
Depkes
: Departemen Kesehatan
DOTS
Directly
Observed
Treatment,
Shorcourse
chemotherapy
Efusi pleura
Empiema
Hemoptisis
Karsinoma paru
Kor pulmonale
Laringitis
MDGs
Meninges
Morbiditas
: Kesakitan
xix
Parenkim paru
Pleuritis
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC) masih menjadi masalah kesehatan global. Sepertiga
dari populasi dunia sudah tertular dengan TBC dimana sebagian besar
penderita TBC adalah usia produktif (15-55 tahun). Hal ini menyebabkan
kesehatan yang buruk di antara jutaan orang setiap tahun dan menjadi
penyebab utama kedua kematian dari penyakit menular diseluruh dunia,
setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV)/AIDS (Acquired Immune
Deficiency Syndrome). Pada tahun 2011 terdapat 9 juta kasus baru dan 1,4
juta kematian akibat penyakit TBC dan HIV. World Health Organization
(WHO) menyatakan TBC sebagai global darurat kesehatan masyarakat pada
tahun 1993 (WHO, 2012).
Di Indonesia, TBC merupakan masalah kesehatan yang harus
ditanggulangi oleh pemerintah. Data WHO (2008) mencatat bahwa Indonesia
berada pada peringkat 5 dunia penderita TBC terbanyak setelah India, China,
Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat ini mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TBC
terbanyak setelah India dan China (Depkes, 2012).
Angka kematian dan kesakitan akibat kuman
Mycobacterium
perempuan dan 6,1 juta laki-laki. Kasus TBC lebih banyak diderita oleh lakilaki dibandingkan perempuan. Tahun 2010 Indonesia telah berhasil
menurunkan insidens, prevalensi, dan angka kematian. Insidens berhasil
diturunkan sebesar 45% yaitu 343 menjadi 189 per 100.000 penduduk,
prevalensi dapat diturunkan sebesar 35% yaitu 443 menjadi 289 per 100.000
penduduk dan angka kematian diturunkan sebesar 71% yaitu 92 menjadi 27
per 100.000 penduduk. TBC masih merupakan masalah kesehatan penting di
dunia dan di Indonesia. TBC juga merupakan salah satu indikator
keberhasilan MDGs yang harus dicapai oleh Indonesia, yaitu menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian menjadi setengahnya di tahun 2015
(Depkes, 2011).
Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional pada tahun 2007 menunjukkan
prevalensi TBC paru cenderung meningkat sesuai bertambahnya umur dan
prevalensi tertinggi pada usia lebih dari 65 tahun. Prevalensi TBC paru 20%
lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan perempuan, tiga kali lebih tinggi di
pedesaan dibandingkan perkotaan dan empat kali lebih tinggi pada
pendidikan rendah dibandingkan pendidikan tinggi. Sebanyak 17 provinsi
mempunyai prevalensi Tuberkulosis Paru diatas prevalensi nasional, yaitu
Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, Riau, DKI Jakarta, Jawa
Tengah, DI Yogyakarta, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara
Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Papua Barat, dan Papua (Depkes,
2008).
terkait
tentang tuberkulosis
sudah
banyak
B. Perumusan Masalah
TBC masih menjadi masalah kesehatan global. Pada tahun 2011
terdapat 9 juta kasus baru dan 1,4 juta kematian akibat penyakit TBC dan
HIV (WHO, 2012). Angka kematian dan kesakitan akibat kuman
Mycobacterium tuberculosis di Indonesia sangat tinggi sebesar 1,7 juta orang
meninggal karena TBC (Depkes, 2011).
Kasus penyakit tuberkulosis di wilayah kecamatan Koja cukup tinggi.
Data kasus penyakit tuberkulosis yang tercatat di Puskesmas Kecamatan Koja
menunjukkan tahun 2010 sebanyak 147 kasus, tahun 2011 sebanyak 142
kasus dan tahun 2012 sebanyak 129 kasus. Dari semua kelurahan yang ada di
kecamatan koja, yang memiliki kasus tuberkulosis terbanyak yaitu kelurahan
Lagoa sebanyak 52 kasus tahun 2010, 58 kasus tahun 2011, dan 67 kasus
tahun 2012.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di wilayah RW 04 Kelurahan
lagoa didapatkan masih banyaknya warga yang tidak mengetahui tentang
penyakit TBC dan pencegahannya, serta sikap warga Kelurahan Lagoa tidak
terlalu memperhatikan tentang tindakan pencegahan penyakit TBC.
Berdasarkan latar belakang di atas peneliti merumuskan Hubungan
Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Upaya Pencegahan
Penyakit TBC pada Masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
C. Pertanyaan penelitian
1. Bagaimana tingkat pengetahuan tentang upaya pencegahan penyakit TBC
pada masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
2. Bagaimana sikap tentang upaya pencegahan penyakit TBC pada
masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
3. Bagaimana upaya pencegahan penyakit TBC pada masyarakat di RW 04
kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
4. Bagaimana hubungan tingkat pengetahuan terhadap upaya pencegahan
penyakit TBC pada masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
5. Bagaimana hubungan sikap terhadap upaya pencegahan penyakit TBC
pada masyarakat di RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara?
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan umum :
Diketahuinya hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap upaya
pencegahan penyakit TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa
Jakarta Utara.
2. Tujuan khusus :
a. Diketahuinya tingkat pengetahuan tentang upaya pencegahan
penyakit TBC pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta
Utara.
b. Diketahuinya sikap tentang upaya pencegahan penyakit TBC pada
masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
c. Diketahuinya upaya pencegahan penyakit TBC pada masyarakat
RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
10
E. Manfaat penelitian
1. Bagi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya PSIK
Secara akademik penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
mahasiswa keperawatan mengenai pengaruh tingkat pengetahuan dan
sikap terhadap upaya pencegahan penyakit TBC
2. Bagi profesi keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menambah informasi bagi perawat khususnya
mengenai penyakit TBC tentang pentingnya pengetahuan dan sikap
terhadap upaya pencegahan penyakit TBC
3. Bagi peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk penelitian
yang akan datang mengenai aspek lain tentang pencegahan penyakit TBC
11
BAB II
Tinjauan Pustaka
A. Pengetahuan
1. Pengertian
Martin dan Oxman (1988) dalam Kusrini (2009) mengungkapkan
bahwa pengetahuan merupakan kemampuan untuk membentuk model
mental
yang
menggambarkan
obyek
dengan
tepat
dan
menimbulkan
pengetahuan
yang
baru
dan
selanjutnya
12
13
2. Klasifikasi
Budiman (2013) menjelaskan bahwa jenis pengetahuan di antaranya
sebagai berikut:
a. Pengetahuan Implisit
Merupakan pengetahuan yang masih tertanam dalam bentuk
pengalaman seseorang dan berisi faktor-faktor yang tidak bersifat
nyata, seperti keyakinan pribadi, perspektif, dan prinsip.
b. Pengetahuan Eksplisit
Merupakan pengetahuan yang telah disimpan dalam wujud nyata,
bisa dalam wujud perilaku kesehatan.
14
Rogers
(1974)
dalam
Notoatmodjo
(2007)
15
diartikan
sebagai
suatu
kemampuan
untuk
menghubungkan
bagian-bagian
di
dalam
suatu
bentuk
16
(2013)
menjelaskan
mengenai
faktor-faktor
yang
17
18
B. Sikap (attitude)
1. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Newcomb menyatakan
bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan
merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Maka dari itu,
sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan
tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).
Sikap dalam hal ini merupakan sikap seseorang dalam menghadapi
penyakit tuberkulosis dan upaya pencegahannya. Sikap merupakan
kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan sesuatu dan bertindak
atas dasar hasil interpretasi yang diciptakannya. Sikap seseorang terhadap
sesuatu dibentuk oleh pengetahuan, antara lain nilai-nilai yang diyakini
dan norma-norma yang dianut. Untuk dapat mempengaruhi seseorang,
informasi perlu disampaikan secara perlahan-lahan dan berulang-ulang
dengan memperlihatkan keuntungan dan kerugiannya bila mengadopsi
informasi tersebut (Kurniasari,2008).
19
Proses
Stimulus
Reaksi
Tingkah laku
(terbuka)
Sikap
(tertutup)
Bagan 2.1 Proses Terbentuknya Sikap dan Reaksi, Skiner (1938)
20
3. Tingkatan Sikap
Notoatmodjo (2007) membagi sikap dalam berbagai tingkatan:
a. Menerima (receiving)
Menerima
diartikan
bahwa
orang
(subjek)
mau
dan
21
penghayatan
kita
terhadap
stimulus
sosial.
22
23
C. Tuberkulosis Paru
1. Pengertian
TBC adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri
Mycobacterium tuberculosis, yang paling umum mempengaruhi paru-paru.
Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui cairan dari
tenggorokan dan paru-paru seseorang dengan penyakit pernapasan aktif
(WHO, 2012).
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena
infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru mencakup
80% dari keseluruhan kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20%
selebihnya merupakan tuberkulosis ekstrapulmonar (Djojodibroto, 2009).
TBC adalah penyakit infeksius, yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberkulosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya,
termasuk meninges, ginjal, tulang, dan nodus limfe. Agens infeksius
utama, Mycobacterium tuberculosis, adalah batang aerobik tahan asam
yang tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap panas dan sinar
ultraviolet (Smeltzer, 2002).
Dari ketiga pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa TBC
merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis yang biasanya menyerang organ paru-paru, akan tetapi dapat
24
juga menyerang organ lain, seperti tulang, meninges, ginjal, dan nodus
limfe.
2. Etiologi
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk
batang berukuran panjang 1 sampai 4 mm dengan tebal 0,3 sampai 0,6
mm. Sebagian besar komponen Mycobacterium tuberculosis adalah berupa
lemak/lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat
tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah
bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena
itu, Mycobacterium tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru
yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang
kondusif untuk penyakit tuberkulosis (Somantri, 2007).
Mycobacterium tuberculosis mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat
bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga
sering disebut Basil Tahan Asam (BTA), serta tahan terhadap zat kimia
dan fisik. Bakteri ini juga tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat
dorman dan aerob (Widoyono, 2008).
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10
menit atau pada pemanasan 60oC selama 30 menit, dan dengan alkohol 7095% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara
terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan), namun
tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun 1993
melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi
bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara per jam (Widoyono, 2008).
25
3. Penularan
Penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nuklei) saat seorang pasien
TBC batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup
oleh orang lain saat bernapas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara
saat berhadapan dengan orang lain, basil tuberkulosis tersembur dan
terhisap ke dalam paru orang yang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6
bulan.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang
lainnya, sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah
17%. Hasil studi lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya
keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko dibandingkan kontak biasa
(tidak serumah) (Widoyono, 2008).
4. Manifestasi klinis
Tuberkulosis paru memiliki gejala seperti demam tingkat rendah,
keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, berkeringat malam, nyeri
dada, dan batuk menetap. Batuk pada awalnya mungkin nonproduktif,
tetapi dapat berkembang ke arah pembentukan sputum mukopurulen
dengan hemoptisis (Smeltzer, 2002).
Gejala utama pasien TBC adalah batuk berdahak selama 2 sampai 3
minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu
dahak bercampur darah, batuk darah, sesak napas, badan lemas, nafsu
makan menurun (anoreksia), berat badan menurun, malaise, berkeringat
26
malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari 1 bulan
(Depkes, 2009).
Menurut Werdhani (2007), gejala penyakit TBC dapat dibagi
menjadi gejala umum dan gejala khusus yang timbul sesuai dengan organ
yang terlibat:
Gejala sistemik/umum:
a. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah)
b. Demam yang tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya
dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang
serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
c. Penurunan nafsu makan dan berat badan
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah
Gejala khusus:
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara mengi, suara nafas melemah yang disertai
sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi
tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan
27
bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
d. Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak)
dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya
adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejangkejang.
5. Komplikasi
Ardiansyah (2012) membagi komplikasi penyakit TBC itu dalam 2
kategori yaitu:
a. Komplikasi Dini
1) Pleuritis
2) Efusi Pleura
3) Empiema
4) Laringitis
5) TB usus
b. Komplikasi Lanjut
1) Obstruksi Jalan Napas
2) Kor Pulmonale
3) Amiloidosis
4) Karsinoma Paru
5) Sindrom Gagal Napas
28
6. Faktor Risiko
Suryo (2010) menjelaskan bahwa faktor risiko yang menyebabkan
penyakit TBC adalah sebagai berikut:
a. Faktor umur
Beberapa faktor risiko penularan penyakit tuberkulosis di
Amerika yaitu umur, jenis kelamin, ras, asal negara bagian, serta
infeksi AIDS. Dari hasil penelitian yang dilaksanakan di New York
pada panti penampungan orang-orang gelandangan, menunjukkan
bahwa kemungkinan mendapat infeksi tuberkulosis aktif meningkat
secara bermakna sesuai dengan umur.
Insiden tertinggi tuberkulosis paru-paru biasanya mengenai
usia dewasa muda. Di Indonesia diperkirakan 75% penderita TBC
adalah kelompok usia produktif, yaitu 15-50 tahun.
b. Faktor Jenis Kelamin
Di benua Afrika banyak tuberkulosis, terutama menyerang
laki-laki. Pada tahun 1996 jumlah penderita TBC pada laki-laki
hampir dua kali lipat dibandingkan jumlah penderita TBC pada
wanita, yaitu 42,34% pada laki-laki dan 28,9% pada wanita. Antara
tahun 1985-1987 penderita TBC pada laki-laki cenderung meningkat
sebanyak 2,5%, sedangkan penderita TBC pada wanita menurun
0,7%.
TBC lebih banyak terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan
wanita karena laki-laki sebagian besar mempunyai kebiasaan
merokok sehingga memudahkan terjangkitnya TBC.
29
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap
pengetahuan seseorang, di antaranya mengenai rumah yang
memenuhi syarat kesehatan dan pengetahuan penyakit TBC sehingga
dengan pengetahuan yang cukup, maka seseorang akan mencoba
untuk mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat. Selain itu, tingkat
pendidikan seseorang akan berpengaruh terhadap jenis pekerjaannya.
d. Pekerjaan
Jenis pekerjaan menentukan faktor risiko apa yang harus
dihadapi setiap individu. Bila pekerja bekerja di lingkungan yang
berdebu, paparan partikel debu di daerah terpapar akan memengaruhi
terjadinya gangguan pada saluran pernapasan. Paparan kronis udara
yang tercemar dapat meningkatkan morbiditas, terutama terjadinya
gejala penyakit saluran pernapasan dan umumnya TBC.
Jenis pekerjaan seseorang juga memengaruhi pendapatan
keluarga yang akan mempunyai dampak terhadap pola hidup seharihari di antara konsumsi makanan, pemeliharaan kesehatan. Selain
itu, akan memengaruhi kepemilikan rumah (konstruksi rumah).
Kepala keluarga yang mempunyai pendapatan di bawah UMR
akan mengonsumsi makanan dengan kadar gizi yang tidak sesuai
dengan kebutuhan bagi setiap anggota keluarga sehingga mempunyai
status gizi yang kurang dan akan memudahkan untuk terkena
penyakit infeksi, di antaranya penyakit TBC. Dalam hal jenis
konstruksi rumah dengan mempunyai pendapatan yang kurang,
30
diketahui
mempunyai
hubungan
dengan
31
32
33
media
yang
baik
bagi
berkembangbiaknya
kuman
Mycobacterium tuberculosis.
j. Kelembapan Udara
Kelembapan
udara
dalam
ruangan
untuk
memperoleh
34
menyebabkan
kekebalan
tubuh
menurun
sehingga
7. Pencegahan
Naga (2012) berpendapat bahwa tindakan yang dapat dilakukan
untuk mencegah timbulnya penyakit TBC, yaitu:
a. Bagi penderita, pencegahan penularan dapat dilakukan dengan
menutup mulut saat batuk, dan membuang dahak tidak di
sembarangan tempat.
35
36
37
38
39
D. Penelitian Terkait
1. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Nanin Kurniasari dengan judul
Hubungan Pengetahuan dan Sikap Penderita TBC Dengan Keteraturan
Dalam Pengobatan TBC Di UPTD Puskesmas Cibogo Kabupaten
Subang Tahun 2007. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah
kuantitatif dengan desain penelitian cross-sectional. Teknik analisa
dalam penelitian adalah korelasi pearson moment (produk). Sampel
dalam penelitian sebesar 25 orang dari populasi penderita TBC yang
diterapi di Puskesmas Cibogo (Sampling Jenuh). Hasil dari uji
pengetahuan penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC
di peroleh nilai P = 0, 590 tidak ada hubungan yang signifikan antara
pengetahuan penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC,
sikap penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC di
dapatkan nilai P = 0,180 tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap
penderita TBC dengan keteraturan dalam pengobatan TBC.
2. Penelitian terkait yang dilakukan oleh Bagas Wirasti Tahun 2010 dengan
judul Hubungan Antara Karakteristik dan Pengetahuan Tentang
Tuberkulosis Paru Dengan Perilaku Penularan Tuberkulosis Paru Di
Puskesmas Sawangan Kota Depok Tahun 2010. Jenis penelitian ini
adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel
adalah penderita TBC yang tercatat di Puskesmas Sawangan Depok yang
40
41
tentang
42
E. Kerangka Teori
Stimulus
Organisme
(Informasi)
- Perhatian
- Perasaan
- Penerimaan
Respon Tertutup:
- Pengetahuan
- Sikap
Respon Terbuka:
Penyakit TBC dapat
dicegah/tidak terjadi
Upaya pencegahan
penyakit TBC
BAB III
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan antara konsepkonsep atau variabel-variabel yang akan diamati (diukur) melalui
penelitian yang dimaksud (Notoatmodjo, 2010). Sesuai dengan tujuan
penelitian yang bersifat kuantitatif yaitu untuk mengidentifikasi adanya
hubungan tingkat pengetahuan dan sikap terhadap upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis. Dimana upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
sebagai variabel dependen sedangkan tingkat pengetahuan dan sikap
sebagai variabel independen.
VARIABEL INDEPENDEN
VARIABEL DEPENDEN
Upaya
Pencegahan
Penyakit TBC
Pengetahuan
Sikap
43
44
B. Hipotesis Penelitian
Nursalam (2008) menjelaskan bahwa hipotesis adalah jawaban
sementara dari rumusan masalah atau pertanyaan penelitian. Maka
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis pada masyarakat RW 04
kelurahan Lagoa Jakarta Utara.
2. Ada hubungan antara sikap terhadap upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis pada masyarakat RW 04 kelurahan Lagoa Jakarta
Utara.
C. Definisi Operasional
Definisi
operasional
adalah
mendefinisikan
variabel
secara
45
No.
1.
2.
Variabel
Penelitian
Pengetahuan.
Sikap
Definisi Operasional
Adalah segala sesuatu
yang diketahui
responden mengenai
penyakit tuberkulosis
paru meliputi
pengertian, gejala,
penyebab, cara
penularan, komplikasi,
faktor risiko dan
tindakan pencegahan.
Adalah penilaian,
persepsi responden
terhadap upaya
Alat Ukur
Kuesioner
Kuesioner
Cara Ukur
Meminta responden
untuk mengisi
pernyataan pada
kuesioner B, yang
berisi tentang
pengetahuan terhadap
upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis
menggunakan skala
Guttman dan skoring.
Pertanyaan terdiri dari
pernyataan positif dan
negatif.
- Pernyataan positif,
pada responden
menjawab benar
diberi nilai 1, dan
jika salah diberi
nilai 0
- Pernyataan negatif,
pada responden
menjawab benar
diberi nilai 0, dan
jika salah diberi
nilai 1
Meminta responden
untuk mengisi
pernyataan pada
Hasil Ukur
Dinyatakan dalam tingkatan:
Skala
Ordinal
1. Pengetahuan kurang
Apabila skor tingkat
pengetahuan responden < 55%
atau < 10 pernyataan yang
benar.
2. Pengetahuan cukup
Apabila skor tingkat
pengetahuan responden antara
56-74% atau 11-14 pernyataan
yang benar.
3. Pengetahuan baik
Apabila skor tingkat
pengetahuan responden 75%
atau 15 pernyataan yang
benar.
(Arikunto, 2010)
Ordinal
46
pencegahan penyakit
TBC yang dilakukan
pada kehidupan seharihari.
3.
Upaya
Pencegahan
penyakit
TBC
Merupakan tindakan
yang pernah dilakukan
responden dalam
mencegah penyakit
tuberkulosis paru.
Kuesioner
kuesioner C, yang
berisi tentang sikap
terhadap upaya
pencegahan penyakit
tuberkulosis
menggunakan skala
Likert dan skoring.
Pertanyaan terdiri dari
pernyataan positif dan
negatif dengan pilihan
jawaban; sangat setuju
(SS), setuju (S), tidak
setuju (TS), sangat
tidak setuju (STS).
- Pernyataan positif di
beri nilai SS: 4, S: 3,
TS: 2, STS: 1
- Pernyataan negatif
di beri nilai STS: 4,
TS: 3, S: 2, SS: 1.
Meminta responden
untuk mengisi
pernyataan pada
kuesioner D, yang
berisi tentang
pelaksanaan upaya
pencegahan penyakit
tuberkulosis
menggunakan skala
(Azwar, 2013)
1. Kurang
Apabila skor responden < 55%
2. Cukup
Apabila skor responden antara
56-74%
3. Baik
Apabila skor responden 75%
Ordinal
47
(Budiman, 2013)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan
menggunakan rancangan penelitian analitik dan desain cross sectional
(potong lintang). Desain penelitian ini digunakan untuk meneliti suatu
kejadian pada waktu yang bersamaan (sekali waktu). Sehingga variabel
dependen dan variabel independen diteliti secara bersamaan (Notoatmodjo,
2010). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan
dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit tuberkulosis, dan
variabel dependen dalam penelitian ini adalah upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis. Tujuannya untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan
dan sikap terhadap upaya pencegahan penyakit tuberkulosis. Variabel dalam
penelitian ini adalah bivariat yaitu pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap upaya pencegahan penyakit tuberkulosis.
48
49
50
Kriteria eksklusi:
1) Tidak dapat membaca, menulis dan mendengar
2) Tempat tinggal tidak permanen
b. Jumlah Sampel
Perhitungan sampel menggunakan rumus uji hipotesis beda
dua proporsi menurut Budiarto (2003) yaitu:
(
))
( (
))
( (
))
]
Keterangan :
n
)
(
=
)
= 0,267
51
))
( (
))
( (
))
]
))
))
))
RT 002 =
RT 008 =
RT 004 =
RT 010 =
RT 006 =
RT 012 =
52
53
negatif berjumlah 7 point, yaitu pada point B1, B3, B5, B8, B10, B14,
B17 dan pernyataan positif berjumlah 15 point, yang terdiri dari point B2,
B4, B6, B7, B9, B11, B12, B13, B15, B16, B18, B19 dan B20.
Bagian C berisi 24 pernyataan tentang sikap tentang upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis dalam bentuk pernyataan tertutup.
Pernyataan positif berjumlah 11 point, yang terdiri dari point C1, C3, C5,
C6, C10, C16, C17, C18, C19, C20, C22 dan pernyataan negatif
berjumlah 13 point, yang terdiri dari point C2, C4, C7, C8, C9, C11, C12,
C13, C14, C15, C21, C23 dan C24.
Bagian D berisi 18 pertanyaan tentang upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis yang telah dilakukan oleh warga dalam bentuk pertanyaan
tertutup. Pertanyaan positif berjumlah 9 point, yang terdiri dari point D1,
D3, D6, D7, D8, D9, D11, D13, D14 dan pertanyaan negatif berjumlah 9
point, yang terdiri dari point D2, D4, D5, D10, D12, D15, D16, D17 dan
D18.
Skala pengukuran pengetahuan tentang pencegahan penyakit
tuberkulosis menggunakan skala Guttman, skala yang bersifat tegas dan
konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari
pernyataan: benar dan salah atau ya dan tidak. Skala Guttman dapat
dibuat dalam bentuk pilihan ganda atau dalam bentuk check list. Skor
penilaiannya jika jawaban pernyataan benar maka nilainya 1, sedangkan
jika jawaban pernyataan salah maka nilainya 0 (Hidayat, 2007).
Skala pengukuran sikap tentang upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis menggunakan skala Likert. Dalam penilaian atau skor
54
:4
Setuju
:3
Tidak setuju
:2
:1
:4
Tidak setuju
:3
Setuju
:2
Sangat setuju
:1
:5
Sering
:4
Kadang-kadang
:3
Jarang
:2
Tidak pernah
:1
55
:5
Jarang
:4
Kadang-kadang
:3
Sering
:2
Selalu
:1
56
Interpretasi Tingkat
Pengetahuan
Baik
Cukup
Kurang
57
58
3.
59
F. Pengolahan Data
Pada pengolahan data, penulis menggunakan alat perangkat lunak.
Setiadi (2007) membagi 5 tahapan pengolahan data yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang
diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan sendiri oleh
peneliti di tempat penelitian agar apabila jika ada kekurangan data
dapat segera dilengkapi.
2. Coding
Coding merupakan pemberian kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini sangat penting
bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer.
3. Scoring (Penetapan skor)
Setelah data terkumpul dan kelengkapannya diperiksa kemudian
dilakukan tabulasi dan diberi skor sesuai dengan kategori dari data
serta jumlah item pertanyaan dari setiap variabel.
4. Entry Data
Entry data adalah kegiatan memasukan data dari kuisioner kedalam
paket program komputer agar dapat dianalisis, kemudian membuat
60
61
sikap
masyarakat
terhadap
upaya
pencegahan
penyakit
Parameter
Untuk
melihat
Nilai
0,00-0,199
0,20-0,399
0,40-0,599
0,60-0,799
0,80-1,000
kemaknaan
Interpretasi
Sangat lemah
Lemah
Sedang
Kuat
Sangat kuat
perhitungan
sistem
dengan
H. Etika Penelitian
Hidayat (2007) menjelaskan bahwa dalam melakukan penelitian
menekankan masalah etika penelitian yang meliputi:
1. Lembar persetujuan (Informed Consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
62
3. Kerahasiaan (Confidentially)
Etika penelitian bertujuan untuk menjamin kerahasiaan identitas
responden, melindungi dan menghormati hak responden dengan
mengajukan surat pernyataan persetujuan (informed consent).
Sebelum menandatangani surat persetujuan, peneliti menjelaskan
judul
penelitian,
tujuan
penelitian,
manfaat
penelitian
dan
BAB V
HASIL PENELITIAN
Bab ini akan memaparkan secara lengkap, hasil penelitian hubungan tingkat
pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan penyakit
tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara. Penelitian ini dilaksanakan
selama satu minggu dari tanggal 23 Juni sampai 29 Juni 2013. Pembagian
kuesioner dilakukan di enam RT yang ada di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta
Utara.
b. Sebelah Selatan
c. Sebelah Barat
d. Sebelah Timur
64
65
1. Karakteristik Usia
Tabel 5.1
Distribusi Statistik Deskriptif Umur Responden
Di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013
Umur
Mean
33,43
Median
30
Modus
30
Min-Mak
17-61
66
Tabel 5.2
Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
Laki-Laki
40
66.7
Perempuan
20
33.3
Total
60
100.0
3. Karakteristik Pendidikan
Tabel 5.3
Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013
Pendidikan Terakhir
Jumlah
Persentase (%)
Dasar
15
25.0
Menengah
39
65.0
Tinggi
10.0
Total
60
100.0
67
4. Karakteristik Pekerjaan
Tabel 5.4
Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan
Di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013
Jenis Pekerjaan
Jumlah
Persentase (%)
Buruh
13
21.7
Guru
1.7
IRT
15.0
Karyawan Swasta
24
40.0
Mahasiswa
1.7
Pelajar
3.3
Wiraswasta
10
16.7
Total
60
100.0
C. Analisis Univariat
Analisis univariat adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Pada
umumnya analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap
variabel.
68
Tabel 5.5
Distribusi Responden Menurut Pengetahuan Terhadap Upaya
Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Pada Masyarakat Di RW 04
Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013
Pengetahuan
Jumlah
Persentase (%)
Baik
43
71.7
Cukup
16
26.7
Kurang
1.7
Total
60
100.0
penyakit
yang
tuberkulosis
cukup
sebanyak
mengenai
upaya
43
orang
(71,7%),
pencegahan
penyakit
69
Tabel 5.6
Distribusi Responden Menurut Sikap Masyarakat Terhadap
Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Di RW 04 Kelurahan
Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013
Sikap
Jumlah
Persentase (%)
Positif
33
55.0
Negatif
27
45.0
Total
60
100.0
Tabel 5.7
Distribusi Responden Menurut Upaya Pencegahan Penyakit
Tuberkulosis Pada Masyarakat Di RW 04 Kelurahan Lagoa
Jakarta Utara Tahun 2013
Upaya Pencegahan
Jumlah
Persentase (%)
Baik
40
66.7
Cukup
20
33.3
Kurang
Total
60
100.0
70
D. Analisis Bivariat
Berdasarkan kerangka konsep, analisis bivariat telah menguji hubungan
satu persatu antara variabel bebas dengan variabel terikat. Variabel bebas
adalah tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis. Uji bivariat ini menggunakan uji Correlation Spearman
dengan menggunakan = 5%.
Tabel 5.8
Distribusi Responden Menurut Proporsi Pengetahuan Terhadap
Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Pada Masyarakat
Di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013
Upaya Pencegahan
Pengetahuan
Baik
Cukup Kurang
N % N %
N %
36 83.7 7 16.3 0
0
Baik
4 25.0 12 75.0 0
0
Cukup
0
0
1 100.0 0
0
Kurang
Total
40 66.7 20 33.3 0
0
Tabel
5.8
menunjukkan
bahwa
Total
N
43
16
1
60
%
100.0
100.0
100.0
100.0
responden
Nilai r p value
0.541
0.000
yang
memiliki
71
Tabel 5.9
Distribusi Responden Menurut Sikap Masyarakat Terhadap
Upaya Pencegahan Penyakit Tuberkulosis Di RW 04 Kelurahan
Lagoa Jakarta Utara Tahun 2013
Upaya Pencegahan
Sikap
Baik
N
Cukup Kurang
n
Total
Positif
23 69.7 10 30.3 0
33
100.0
Negatif
17 63.0 10 37.0 0
27
100.0
Total
40 66.7 20 33.3 0
60
100.0
Nilai r p value
0.378
0.003
72
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Pengetahuan tentang Penyakit Tuberkulosis dan Upaya
Pencegahan Penyakit Tuberkulosis
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan
telinga. Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan dalam menimbulkan
rasa percaya diri maupun sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk
terbentuknya
tindakan
seseorang
(Notoatmodjo,
2007).
73
74
penyakit
tuberkulosis
yang
baik
sebesar
71,1%,
75
76
responden
tentang
penyakit
TBC
dan
perilaku
tinggi
pendidikan
seseorang
akan
semakin
baik
77
rangsangan,
seperti
pengetahuan
masyarakat
tentang
78
Djannah
(2009),
sikap
responden
tentang
perilaku
79
dapat juga disebabkan oleh pengaruh orang lain atau kebudayaan dalam
pengambilan sikap dari responden.
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Fibriana
(2011), responden yang memiliki sikap negatif tentang pencegahan
penyakit menular tuberkulosis sebanyak 54,5%. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu pengalaman pribadi, faktor emosional, faktor
dukungan keluarga, dan usia, dimana sebagian usia responden dalam
penelitian berusia <36 tahun yang mempunyai emosi yang terkadangkadang (malas) untuk pergi berobat. Sampel yang diambil oleh Fibriana
adalah keluarga penderita tuberkulosis yang ada di Puskesmas
Wringinanom Gresik.
Sikap masyarakat RW 04 Kelurahan Lagoa sebagian besar
memiliki sikap positif terhadap upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
yang artinya sebagian besar masyarakat RW 04 mendukung atau
menerima tentang upaya untuk mencegahan penyakit TBC. Dengan
sikap positif yang dimiliki warga RW 04 dapat menurunkan angka
kejadian penyakit TBC di Kelurahan Lagoa. Kasus penyakit
tuberkulosis di Kelurahan Lagoa pada tahun 2012 sebesar 67 kasus
dimana sikap penderita rata-rata kurang mendukung dalam pengobatan,
seperti tidak rutin meminum obat anti tuberkulosis di Puskesmas.
Salah satu faktor yang mempengaruhi sikap seseorang adalah
pengetahuan yang dimilikinya. Semakin tinggi pengetahuan yang
dimiliki akan memberikan kontribusi terhadap terbentuknya sikap yang
baik. Pembentukan sikap tidak dapat dilepaskan dari adanya faktor-
80
81
B. Analisis Bivariat
1. Hubungan tingkat pengetahuan masyarakat terhadap upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis
Berdasarkan
hasil
pengolahan
data
yang
menggunakan
82
yang memiliki
dengan
perilaku
pencegahan
penularan
penyakit
coefficient corelation
yang
83
hasil
analisa
mengenai
hubungan
tingkat
84
terdapat
69,7%
memiliki
upaya
pencegahan
penyakit
85
penunjang
dalam
melakukan
perilaku
sehat
(Notoatmodjo,2007).
C. Keterbatasan Penelitian
Adapun keterbatasan dalam penelitian ini meliputi :
1. Ketika mencari responden dalam penelitian ini yang sesuai dengan
kriteria inklusi dan ekslusi merupakan suatu tantangan karena peneliti
harus mendatangi setiap rumah dan tidak mengetahui secara lengkap
data dari responden.
2. Kebanyakan responden merupakan warga pendatang yang kebanyakan
dari suku Jawa sehingga responden kurang bervariasi.
3. Banyak
responden
menganggap
bahwa
penyakit
tuberkulosis
86
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan mengenai
hubungan tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa Jakarta Utara
tahun 2013, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Pada masyarakat RW 04 Kelurahan Lagoa sebagian besar memiliki
pengetahuan yang baik tentang upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
sebesar 71,7%.
2. Pada masyarakat RW 04 Kelurahan Lagoa sebagian besar memiliki sikap
positif terhadap upaya pencegahan penyakit tuberkulosis sebesar 55 %.
3. Pada masyarakat RW 04 Kelurahan Lagoa sebagian besar memiliki
upaya pencegahan penyakit tuberkulosis yang baik sebesar 66,7%.
4. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan masyarakat
dengan upaya pencegahan penyakit tuberkulosis di RW 04 Kelurahan
Lagoa dengan nilai p sebesar 0,000 serta memiliki hubungan positif yang
sedang dengan nilai r sebesar 0,541 artinya semakin baik tingkat
pengetahuan maka semakin baik upaya pencegahan penyakit tuberkulosis
pada masyarakat RW 04 Kelurahan Lagoa.
5. Terdapat hubungan yang bermakna antara sikap masyarakat dengan
upaya pencegahan penyakit tuberkulosis di RW 04 Kelurahan Lagoa
dengan nilai p sebesar 0,003 serta memiliki hubungan yang lemah
87
88
B. Saran
1. Bagi Pelayanan Keperawatan
a. Promosi kesehatan tentang penyakit TBC dan pencegahan penyakit
TBC agar ditingkatkan kembali, supaya dapat menumbuhkan
kesadaran kepada masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan
penyakit TBC.
b. Petugas kesehatan tetap memberikan dorongan/motivasi kepada
masyarakat untuk melakukan pengobatan secara teratur bagi penderita
TBC.
2. Bagi Pendidikan Keperawatan
a. Diharapkan dapat meningkatkan peran perawat dalam promosi
kesehatan sebagai health educator terhadap upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis.
b. Diharapkan dapat menjadi evidence based bagi perkembangan ilmu
keperawatan, khususnya mengenai pentingnya upaya pencegahan
penyakit tuberkulosis.
c. Diharapkan dapat menambah bahan literatur mengenai upaya
pencegahan penyakit tuberkulosis.
89
DAFTAR PUSTAKA
Ardiansyah, M. Medikal Bedah Untuk Mahasiswa. Jogjakarta: Diva Press. 2012
Arikunto, S. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2010
. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta. 2010
Azwar, S. Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar. 2013
Bramantyo, A. Hubungan Status Gizi Anak, Tingkat Pendidikan dan Pengetahuan
Ibu Terhadap Gizi dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Pada
Anak di Puskesmas Pisangan. Jakarta: Skripsi FK UPN Veteran. 2010
Budiarto, E. Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC. 2003
Budiman, A.R. Pengetahuan dan Sikap dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika. 2013
Dahlan, M.S. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel Dalam Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. 2010
. Langkah-Langkah Membuat Proposal Penelitian
Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Sagung Seto. 2010
Bidang
Naga, S.S. Buku Panduan Lengkap Ilmu Penyakit Dalam. Jogjakarta: DIVA
Press. 2012
Niven, N. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat & Profesional
Kesehatan Lain. Jakarta: EGC. 2000
Notoatmodjo, S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010
. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2010
. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
2007
. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. 2012
Nursalam. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan:
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta:
Salemba Medika. 2008
Perkumulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI). Buku Saku PPTI:
Jakarta. 2010
Pohan, I.S. Jaminan Mutu Layanan Kesehatan: Dasar-Dasar Pengertian dan
Penerapan. Jakarta: EGC. 2006
Potter, P.A. & Perry, A.N. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC. 2005
Putra, N.R. Hubungan Perilaku dan Kondisi Sanitasi Rumah Dengan Kejadian
TB
Paru
Di
Wilayah
Kota
Solok.
http://repository.unand.ac.id/16894/1/SKRIPSI_LENGKAP_NIKO.pdf.
Diakses tanggal 2 Desember 2012
Setiadi. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2007
Smeltzer, S.C. & Brenda, G.B. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta: EGC. 2002
Somantri, I. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pada Pasien
Dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika. 2007
Sudarso, R.R. Hubungan Karakteristik dan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang
Tuberkulosis Dengan Keberhasilan Pengobatan Tuberkulosis Paru Anak
Di Puskesmas Kelurahan Lagoa Jakarta Utara. Jakarta: Skripsi FK UPN
Veteran. 2010
Internasional.
Global
Tuberculosis
Report
2012.
http://www.who.int/tb/publications/global_report/en/. Diakses tanggal 9
November 2012
. Tuberculosis. http://www.who.int/topics/tuberculosis/en/
. Diakses tanggal 9 November 2012
Pencegahan
&
Lampiran 1
: Sumiyati Astuti
NIM
: 109104000039
Saya mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
YA / TIDAK
Tertanda
(
)
Responden
Lampiran 2
A. Karakteristik Responden
Nama
Usia
Jenis kelamin
Status pendidikan
Status pekerjaan
B. Pengetahuan
Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda chek list () pada kotak.
Benar atau Salah sesuai pilihan jawaban anda! Jika anda ingin mengganti
jawaban, silahkan mencoret jawaban kemudian menuliskan kembali tanda chek
list () pada jawaban yang baru dengan pernyataan yang sama, misalnya:
Benar Salah
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Benar Salah
Pernyataan
Benar
TBC merupakan penyakit keturunan dari orang tua
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri TBC
Penyebaran penyakit TBC dapat melalui pemakaian sabun
yang digunakan bersama-sama penderita penyakit TBC
Batuk, nyeri dada, dan demam merupakan tanda dan gejala
dari penyakit TBC
Anggota keluarga yang tidak tinggal serumah dengan
penderita TBC memiliki risiko yang besar terserang atau
tertular penyakit TBC
Sering begadang dan kurang istirahat merupakan salah satu
faktor penyebab terjangkit TBC
Pencegahan penularan TBC dengan menutup mulut saat
bersin dan batuk
TBC bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan
komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti otak, jantung,
Salah
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
dan ginjal
Cahaya yang terang dan sinar matahari yang dapat masuk ke
rumah dapat membunuh kuman TBC
TBC dapat disebut juga dengan paru-paru basah
Penderita TBC dapat mengalami kematian akibat kuman TBC
yang ada di dalam tubuhnya
Supaya tidak tertular penyakit TBC, maka sebaiknya anak
balita diberikan imunisasi BCG
Membersihkan lingkungan rumah setiap hari merupakan
tindakan efektif dalam pencegahan TBC
Perumahan yang terlalu padat dan kumuh merupakan kondisi
yang tidak dapat menyebabkan TBC
Lingkungan yang lembab merupakan kondisi yang dapat
menyebabkan TBC
Membuka jendela pada siang hari merupakan salah satu
tindakan pencegahan TBC
Upaya pencegahan yang lain yaitu dengan membuang
dahak/ludah di sembarang tempat
Meminum obat secara tekun dan teratur bagi penderita TBC
merupakan tindakan yang efektif untuk mencegah penularan
penyakit
Tidur dan istirahat yang cukup dapat mencegah tertularnya
TBC
Pencegahan TBC dapat dilakukan dengan menyediakan
makanan dengan gizi seimbang seperti nasi, lauk, sayur, dan
buah
C. Sikap
Isilah pernyataan dibawah ini dengan memberi tanda chek list () pada kotak.
SS, S, TS atau STS sesuai pilihan jawaban anda! Jika anda ingin mengganti
jawaban, silahkan mencoret jawaban kemudian menuliskan kembali tanda chek
list () pada jawaban yang baru dengan pernyataan yang sama, misalnya:
SS
TS
STS
SS
TS
STS
Keterangan :
SS
: sangat setuju
: setuju
TS
: tidak setuju
STS
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pernyataan
Untuk mencegah terserang penyakit TBC perlu
pemahaman yang baik tentang penyebaran penyakit
TBC
Menurut saya penyakit TBC dapat sembuh sendiri
Pemeriksaan kesehatan secara berkala harus
dilaksanakan sebagai langkah pencegahan
Menurut saya tidak perlu tahu masalah penyakit TBC
Saya menyadari bahwa lingkungan tempat tinggal
dapat mempengaruhi penyebaran TBC
Saya melakukan pemeriksaan ke puskesmas apabila
merasakan demam, dan batuk lebih dari 2 minggu
Menurut saya pencegahan TBC dapat dilakukan
dengan mengkonsumsi jamu
Jika saya mengalami batuk-batuk, saya lebih memilih
membeli obat di warung dari pada ke Puskesmas
Saya menganggap bahwa penyakit TBC merupakan
penyakit yang memalukan
Keluarga harus memberikan perlakuan berbeda apabila
ada salah satu keluarganya terjangkit TBC, guna
SS
TS
STS
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
Sering
Kadangkadang
Jarang
Tidak
pernah
No
Pertanyaan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Selalu
Sering
Tidak
pernah
Kadangkadang
Jarang
Tidak
pernah
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
petugas kesehatan?
Apakah saudara menyajikan makanan
sehat dan bergizi seimbang (seperti
nasi, lauk-pauk, sayur, buah-buahan,
dll) setiap hari?
Apakah saudara melakukan kerja bakti
membersihkan rumah dan lingkungan
setiap minggu?
Apakah di setiap kamar yang ada di
rumah saudara selalu dihuni oleh lebih
dari 3 orang?
Apakah saudara mengikuti penyuluhan
tentang penyakit TBC oleh petugas
kesehatan yang ada di Puskesmas?
Apakah saudara jika mengalami batuk
berdahak lebih dari 2 minggu sering
mengabaikannya/tidak berobat ke
dokter?
Apakah saudara rutin melakukan
pemeriksaan kesehatan?
Apakah saudara mencuci tangan
sebelum dan setelah melakukan
kegiatan?
Apakah saudara merokok setiap hari?
Jika sakit, apakah saudara membeli
obat di warung?
Apakah
saudara
mengucilkan
penderita TBC dalam pergaulan untuk
menghindari tertular penyakit TBC?
Apakah saudara mengkonsumsi jamu
setiap hari untuk menghindari tertular
penyakit TBC?
Lampiran 3
OUTPUT ANALISA UNIVARIAT DAN BIVARIAT
Analisa Univariat
Statistics
Usia
N
Valid
60
Missing
Mean
33.4333
Median
30.0000
Mode
30.00
Std. Deviation
12.12836
Minimum
17.00
Maximum
61.00
Sum
2006.00
Jenis kelamin
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Laki-Laki
40
66.7
66.7
66.7
Perempuan
20
33.3
33.3
100.0
Total
60
100.0
100.0
Pendidikan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Dasar
15
25.0
25.0
25.0
Menengah
39
65.0
65.0
90.0
Tinggi
10.0
10.0
100.0
Total
60
100.0
100.0
Pekerjaan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Buruh
13
21.7
21.7
21.7
Guru
1.7
1.7
23.3
IRT
15.0
15.0
38.3
24
40.0
40.0
78.3
Mahasiswa
1.7
1.7
80.0
Pelajar
3.3
3.3
83.3
Wiraswasta
10
16.7
16.7
100.0
Total
60
100.0
100.0
Karyawan Swasta
Pengetahuan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
43
71.7
71.7
71.7
Cukup
16
26.7
26.7
98.3
Kurang
1.7
1.7
100.0
60
100.0
100.0
Statistics
sikap pencegahan TBC
Valid
Missing
60
0
Mean
77.7667
Median
78.5000
Mode
Std. Deviation
83.00
6.63163
Minimum
63.00
Maximum
93.00
Sum
Percent
Baik
Total
Valid Percent
4666.00
sikap
60
60
60
Mean
15.8500
77.7667
76.5667
Std. Deviation
2.34936
6.63163
9.21194
Absolute
.188
.074
.152
Positive
.113
.065
.079
Negative
-.188
-.074
-.152
1.454
.571
1.178
.029
.900
.125
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
Sikap
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Positif
33
55.0
55.0
55.0
Negatif
27
45.0
45.0
100.0
Total
60
100.0
100.0
Upaya pencegahan
Cumulative
Frequency
Valid
Percent
Valid Percent
Percent
Baik
40
66.7
66.7
66.7
Cukup
20
33.3
33.3
100.0
kurang
60
100.0
100.0
Total
pencegahan
Analisa Bivariat
Pengetahuan
Correlations
upaya
pengetahuan
Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
Sig. (2-tailed)
Correlation Coefficient
60
60
**
1.000
.000
60
60
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
pengetahuan * pencegahan Crosstabulation
Count
Pencegahan
Baik
Pengetahuan
Baik
Cukup
36
43
Cukup
12
16
Kurang
40
20
60
Total
Nilai r
0,541
0,000
Total
Kurang
Sikap
Correlations
upaya
sikap
Spearman's rho
Sikap
Correlation Coefficient
pencegahan
1.000
Sig. (2-tailed)
N
upaya pencegahan
Correlation Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
**
.000
.541
Sig. (2-tailed)
.541
N
upaya pencegahan
pencegahan
.378
**
.003
60
60
**
1.000
.003
60
60
.378
Total
Cukup
Kurang
Nilai r
0,378
0,003
Total
negatif
17
10
27
positif
23
10
33
40
20
60
KEMBNTERIAN AGAMA
IJNWERSTTAS rSLAM NEGERT ( urN )
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKI]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
I TIL.
IIII I
Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat
15419
Nornor : Un.01lFl0/I(M.Al.2l
Ciputa!
LLA /2A13
Q luni20l3
Lampiran : -
Hal
di
Jakarat Utara
Nama
Surniyati Astuti
NIM
109104000039
Semester
VUI
Program Studi
Ilrnu Keperawatan
Fakultas
Kedokteian dan
i.l.rn.o,1l
Hidayatullah
hl1l"
d-'/-*1* t*r.ar{
.--*
/3
H /4c''l
KEMENTERIAN AGAMA
IiNTVERSTTAS ISLAM NEGERT ( UrN )
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKT]LTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Telp.
Nomor : Un.0llFl0/KM.01.2/
Lampiran
Hal
Ciputat z1 Juni2013
7V2( /2013
Sehubungan dengan
penelitian atas nama:
Nama
Sumiyati Astuti
NIM
109104000039
Semester
VtrI
Program Studi
Ilmu Keperawatan
Fakultas
melaksanakan
Hidayatullah lakarta
.ilt
Widjajakusumah, AIF., PFK
Tembusan:
l.
2.
Dekan FKIK
Ketua Rt 002,004,006,008,010,012
GIIUIA,N