Anda di halaman 1dari 13

PENATALAKSANAAN BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL

VERTIGO (BPPV)
Tugas Refrat
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter Stase
Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing:
dr. Eddy Rahardjo, Sp.S
dr. Listyo Asist Pujarini, M.Sc, Sp.S

Diajukan Oleh:
Intani Mundiartasari, S. Ked
J500100112
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

PENATALAKSANAAN BENIGN PAROXYSMAL POSITIONAL


VERTIGO (BPPV)
Refrat
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Program Profesi Dokter
Stase Ilmu Penyakit Saraf Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Surakarta
Oleh:
Intani Mundiartasari, S. Ked
J500100112

Telah diajukan dan disahkan oleh Bagian Program Pendidikan Profesi


Fakultas

Kedokteran

Universitas

Muhammadiyah

Surakarta

pada

hari ....................... tanggal ........... Mei 2014.


Pembimbing

dr. Eddy Rahardjo, Sp.S

dr. Listyo Asist Pujarini, M.Sc, Sp.S

Mengetahui
Kepala Program Profesi
FK UMS

dr. D. Dewi Nirlawati

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Benign paroxysmal positional vertigo (BPPV) merupakan kasus
terbanyak dari gangguan keseimbangan (dizziness), yaitu sebanyak 20%
kasus.1 BBPV bukan suatu penyakit melainkan suatu sindroma sebagai gejala
sisa dari penyakit pada telinga dalam. 2 BPPV muncul dengan gejala rasa
pusing berputar diikuti mual muntah dan keringat dingin, yang dipicu oleh
perubahan posisi kepala terhadap gaya gravitasi tanpa adanya keterlibatan lesi
di susunan saraf pusat.3,4
Usia rata-rata penderita BPPV adalah 54 tahun dengan rentang usia 1184 tahun.2 Studi yang dilakukan oleh Barton (2011) menunjukkan bahwa
prevalensi terjadinya BPPV akan meningkat setiap tahunnya berkaitan dengan
meningkatnya usia sebesar tujuh kali pada seseorang yang berusia di atas 60
tahun dibandingkan dengan usia 18-39 tahun. Dalam penelitian tersebut juga
disebutkan bahwa pada prevalensi terjadinya BPPV pada wanita lebih sering
daripada laki-laki di semua umur. Keterlambatan dalam penatalaksanaan
BPPV masih sering terjadi sehingga mengakibatkan biaya yang cukup tinggi
dan menurunkan kualitas hidup penderita.5,6
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dikemukakan sebelumnya,
maka didapatkan rumusan masalah Bagaimana penatalaksaan yang tepat
pada BPPV?
C. Tujuan
Untuk mengetahui penatalaksaan yang tepat pada BPPV.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi

BPPV didefinisikan sebagai gangguan yang terjadi pada telinga dalam


dengan gejala sensasi berputar yang disebabkan oleh perubahan posisi kepala.7
Karakteristik dari BPPV adalah serangan vertigo tipe perifer, berlangsung
singkat dan berulang, sering berkaitan dengan perubahan posisi kepala dari
tidur melihat ke atas kemudian memutar kepala.8,9
B. Etiologi
BPPV terjadi saat otokonia terperangkap dalam endolimfe labirin
vestibular, dan masuk dalam salah satu kanalis semisirkularis. Penyebab
BPPV dibagi menjadi dua yaitu:
1. Idiopatik
Sekitar 50% penderita BPPV tidak diketahui penyebabnya.
2. Simptomatik
Penyebab simptomatik terdiri dari pasca trauma, pasca-labirinitis
virus,

insufisiensi

vertebrobasilaris,

Meniere,

pasca-operasi,

ototoksisitas, dan mastoiditis kronik.5


C. Patofisiologi
Patofisiologi yang menjelaskan terjadinya BPPV terdiri dari dua jenis
teori yakni hipotesa kupulolitiasis dan hipotesis kanalitiasis.5,8
Hipotesis kupulolitiasis menjelaskan bahwa terdapat debris yang
menempel pada permukaan kupula kanalis semisirkularis posterior yang
letaknya paling bawah. Debris tersebut berisi kalsium karbonat dari fragmen
otokonia yang terlepas dari makula utrikulus dan berdegenerasi. Penyebab
lepasnya debris pada makula belum diketahui secara pasti. Diduga terjadi
karena pasca trauma atau infeksi. Pada penderita usia tua, diduga BPPV terjadi
berkaitan dengan timbulnya osteopenia dan osteoporosis, sehingga debris
mudah terlepas.5,8
Hipotesis kanalitiasis menunjukkan bahwa debris otokonia tidak
melekat pada kupula, melainkan mengambang pada endolimfe kanalis
posterior. Pada perubahan posisi kepala, debris tersebut akan bergerak ke
posisi paling bawah, endolimfe bergerak menjauhi anpula dan merangsang
nervus ampularis.2
D. Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis yang muncul pada penderita dapat membantu dalam


penegakan diagnosis BPPV. Manifestasi klinis tersebut antara lain: 5,6,8,9
1. Vertigo yang timbul mendadak pada perubahan posisi, misalnya miring ke
satu sisi pada waktu berbaring, bangkit dari tidur, membungkuk atau
waktu menegakkan kembali badan, menunduk atau menengadah.
2. Serangan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya kurang dari 10-30
detik.
3. Vertigo dirasakan berputar, dapat disertai rasa mual, dan kadang-kadang
terdapat muntah. Setelah rasa berputar menghilang, pasien bisa merasa
melayang dan diikuti disekuilibrium selama beberapa hari sampai minggu.
E. Diagnosis
Diagnosis BPPV ditegakkan secara klinis berdasarkan beberapa hal di
bawah ini: 5,10,11
1. Anamnesis
Adanya vertigo yang terasa berputar, timbul mendadak pada
perubahan posisi kepala atau badan, lamanya kurang dari 30 detik. Dapat
disertai oleh rasa mual dan kadang-kadang juga muntah.
2. Pemeriksaan Fisik
Pada penderita dengan penyebab idiopatik, tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan fisik. Sedangkan pada penderita dengan
penyebab simptomatik, bisa ditemukan kelainan neurologic fokal, atau
kelainan sistemik.
3. Tes Dix Hallpike
Tes ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Sebelumnya paisen diberi penjelasan mengenai

prosedur

pemeriksaan agar tidak tegang.


Pasien duduk dekat bagian ujung meja periksa.
Dengan mata terbuka dan berkedip sedikit mungkin selama
pemeriksaan, pada posisi duduk kepala menengok ke kiri atau
kanan, lalu dengan cepat badan pasien dibaringkan sehingga kepala
tergantung pada ujung meja periksa, lalu dilihat danya nistagmus
dan keluhan vertigo. Pertahankan posisi tersebut 10-15 detik,
setelah itu pasien dengan cepat didudukkan kembali. Berikutnya
maneuver tersebut diulang dengan kepala menunjuk ke sisi lain.
Untuk melihat adanya fatigue maneuver ini diulang 2-3 kali.

Gambar

Interpretasi Tes Dix Hallpike:


a. Normal
Tidak timbul vertigo dan nistagmus dengan mata terbuka.
Kadang-kadang

dengan

mata

tertutup

bisa

terekam

dengan

elektronistagmografi adanya beberapa detak nistagmus.


b. Abnormal
Timbulnya nistagmus posisional pada BPPV mempunyai empat
cirri yaitu: ada masa laten, lamanya kurang dari 30 detik, disertai
vertigo yang lamanya sama dengan nistagmus, dan adanya fatigue
(nistagmus dan vertigo yang makin berkurang setiap kali maneuver
diulang).
F. Penatalaksanaan
Penatalaksaan dari BPPV terdiri dari : 5,6,9,12
1. Komunikasi dan Informasi
Pada BPPV, gejala yang timbul adalah vertigo hebat
sehingga pasien menjadi cemas dan khawatir akan adanya penyakit
berat seperti stroke atau tumor otak. Oleh karena itu, perlu

diberikan penjelasan bahwa BPPV bukan sesuatu yang berbahaya


dan prognosisnya baik, dapat menghilang spontan setelah beberapa
waktu, walaupun kadang-kadang berlangsung lama dan bisa
kambuh lagi.
2. Medikamentosa
Obat-obatan anti vertigo sering tidak dibutuhkan karena vertigo
berlangsung hanya sebentar. Namun, apabila terjadi disekuilibrium
pasca

BPPV,

pemberian

betahistin

akan

berguna

untuk

mempercepat kompensasi.
3. Terapi Non-Farmakologi
a. Manuver Epley
Langkah 1 dan 2 identik dengan maneuver DixHallpike. Pasien dipertahankan pada posisi kepala

menggantung ke sisi kanan selama 20-30 detik.


Langkah 3, kepala diputar 90 derajat ke depan selama

20-30 detik.
Langkah 4, memutar kepala ke sisi lain sebesar 90
derajat sehingga kepala mendekati posisi menunduk

selama 20-30 detik.


Langkah 5, pasien diangkat ke posisi duduk. Gerakan
otolit di dalam labirin digambarkan pada setiap langkah,
yang menunjukkan bagaimana otokonia bergerak dari

kanalis semisirkularis menuju vestibulum.


Gambar

b. Prosedur Semont
Langkah 1, kepala penderita diputar 45 derajat ke sisi
kiri kemudian pasien secara cepat berbaring ke sisi

kanan.
Langkah 2, setelah mempertahankan selama 30 detik
pada posisi awal ini, kemudian pasien melakukan
gerakan yang sama ke posisi yang berlawanan. Cara ini
berlawanan dengan latihan dari Brant-Droff yang
berhenti sejenak pada saat penderita duduk dan
kemudian memutar kepala bersama badan pada saat

perubahan posisi.
Gambar

c. Manuver Lampert Roll


Manuver Lampert 360 (Barbeque) derajat roll untuk
pengobatan pada BPPV kanal horizontal. Posisi kepala pasien
dengan telinga menempel pada salah satu arah misal arah ke
kanan terlebih dahulu (gambar 1), kemudian kepala diputar
cepat 90 derajat ke depan (gambar 2). Setelah itu diputar
kembali 90 derajat ke arah kiri sehingga telinga kepala dan
tilinga menempel pada meja periksa (gambar 3). Hal tersebut
dilakukan hingga pasien memutar kepalnya 360 derajat
(gambar 4,5, dan 6). Selanjutnya pasien didudukkan dan
ditunggu 15-20 detik untuk menunjukkan hasilnya (gambar 7).
Gambar

d. Metoda Brandt Darrof (Latihan untuk di rumah)


Pasien duduk tegak di tepi tempat tidur dengan kedua
tungkai tergantung. Baringkan tubuh dengan cepat ke salah satu
sisi dengan kedua mata tertutup, pertahankan selama 30 detik.
Setelah itu duduk kembali. Setelah 30 detik baringkan dengan
cepat ke sisi lain, pertahankan selama 30 detik lalu
dudukkemabli. Latihan ini dilakukan sebanyak 3 kali saat pagi
hari, siang, dan malam hari dan masing-masing diulang 5 kali.
Serta dilakukan selama 2 minggu atau 3 minggu dengan latihan
pagi dan sore hari.
Gambar

4. Terapi Bedah
Pada sebagian kecil penderita BPPV yang berkepanjangan
dan tidak sembuh dengan terapi konservatif bisa dilakukan operasi
neurektomi atau canal plugging. Tindakan operatif tersebut bisa
menimbulkan komplikasi berupa tuli sensorineural pada 10%
kasus.
G. Prognosis
Secara umum kekambuhan BPPV setelah keberhasilan terapi berkisar
40-50% dalam pengawasan 5 tahun.

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Benign

paroxysmal

positional

vertigo

(BPPV)

merupakan

gangguan keseimbangan (dizziness) sebagai gejala sisa dari penyakit pada


telinga dalam. Karakteristik gejala BPPV adalah rasa pusing berputar
diikuti mual muntah dan keringat dingin, yang dipicu oleh perubahan

posisi kepala terhadap gaya gravitasi tanpa adanya keterlibatan lesi di


susunan saraf pusat.
Penatalaksanaan BPPV meliputi komunikasi dan informasi,
medikamentosa,

terapi

non-farmakologi,

dan

terapi

bedah.

Penatalaksanaan BPPV non-farmakologi terdiri dari manuver Epley,


prosedur Semont, maneuver Lampert Roll, dan metoda Brandt Darrof.
B. Saran
Tenaga medis diharapkan mampu menegakkan

melakukan

penatalaksaan yang tepat untuk penderita BPPV agar dapat meningkatkan


kualitas hidup penderita.

DAFTAR PUSTAKA
1. Do, Y.K., Kim, J., Park, C.Y., et al., 2011. The Effect of Early Canalith
Repositioning on Benign Paroxysmal Positional Vertigo on Reccurence.
Clinical and Experimental Otorhinolaryngology 4 (3): 113-117
2. Joesoef, A.J., Kusumastuti, K., 2002. Neuro-Otologi Klinis Vertigo.
Surabaya: Airlangga University Press
3. Gananca, F.F., Gananca, C.F., Caovilla, H.H., Gananca, M.M., Albernaz,
P.L.M., 2009. Active Head Rotation in Benign Paroxysmal Positional
Vertigo. Braz J Otorhinolaryngol 75(4): 586-592.
4. Fife, T.D., Iverson D.J., Lempert, T., et al. 2008. Practice Parameter:
Therapies for Benign Paroxysmal Positional Vertigo (an evidence-based
review): Report of the Quality Standard Subcommittee of the American
Academy of Neurology. Neurology 70:2067-73

5. Andradi, S., 2002. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. In; NeuroOtologi Klinis Vertigo, Kelompok Studi Vertigo, Perdossi
6. Breven, M., Radtke, A., Leisius, F. et al,. 2007. Epidemiology of Benign
Paroxysmal Positional Vertigo: a population based study. J Neurol
Neurosurg Psychiatry 78: 710-715
7. Bhattacharyya, N., Baugh, F.R., Orvidas, L., 2007. Clinical Practice
Guideline: Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Otolaryngology-Head
and Neck Surgery. 139: S47-S81.
8. Terry, D., Fife. 2009. Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Semin Neurol
29: 500-508
9. Hain, T.C Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Vestibular Disorder
Association. http:// www.vestibular.org/
10. Bhattacharyya, N., Reginald, F. et al., 2008. Clinical practice guideline:
Benign Paroxysmal Positional Vertigo. Otolaryngology-Head and Heck
Surgery 139: S47-S81
11. Barton, J. Benign Paroxysmal Positional Vertigo, Literature review current
throught 20.3: Jan 2012

Anda mungkin juga menyukai