Nama
NIM
: 132210101065
Plasmid
Plasmid adalah salah satu vektor yang biasa digunakan dalam proses pengklonan
gen. Vektor adalah pembawa molekul DNA di dalam proses pengklonan gen.
Plasmid adalah molekul DNA untai ganda sirkuler (tak berujung) yang berukuran
kecil yang terdapat di dalam sitoplasma, dan dapat melakukan replikasi secara
autonom. Karakteristik yang penting dari plasmid adalah dapat melakukan replikasi,
terdapat di luar kromosom, dan secara genetik dapat ditransfer dengan stabil.
Plasmid ini terdapat baik secara alami, maupun sudah mengalami modifikasi yang
disesuaikan dengan keperluan di dalam manipulasi genetik. Satu sel dapat
mengandung lebih dari satu kopi plasmid.
Plasmid berukuran 1 300 kb, sehingga dapat dibedakan dengan mudah dari
kromosom bakteri yang berukuran 3000 5000 kb. Plasmid yang terlibat dalam
proses konjugasi (plasmid F) biasanya berukuran besar. Untuk replikasi plasmid
dapat berada dalam keadaan terpisah dari kromosom (non-integratif) dan terintegrasi
dalam kromosom bakteri (episom). Plasmid terdapat di dalam sitoplasma organisme
prokaryot dan eukaryot sederhana uniseluler. Selain terdapat dalam bakteri, plasmid
juga terdapat pada Saccharomyces cerevisiae (plasmid 2 um). Plasmid dapat
dikelompokkan berdasarkan sifat yang disandi oleh gen yang dikandungnya, yaitu :
(i) Plasmid F (fertilitas) membawa gen tra, yang bertanggung jawab terhadap proses
konjugasi; (ii) Plasmid R (resistensi) mengandung gen resistensi terhadap antibiotic
atau logam berat; dan (iii) Plasmid yang mengandung gen penyandi toksin dan
bakteriosin seperti ColE1 dari E.coli; (iv) Plasmid degradatif yang mempunyai
kemampuan untuk melakukan metabolisme molekul organic seperti toluene (TOL
dari Pseudomonas putida); (v) Plasmid virulensi yang bertanggung jawab terhadap
patogenitas dari sel inang (pTi pada Agrobacterium tumefaciens).
Virus Bakteriofag
Bakteriofag adalah virus yang sel inangnya berupa bakteri. Dengan daur
hidupnya yang bersifat litik atau lisogenik bakteriofag dapat digunakan sebagai
vektor kloning pada sel inang bakteri. Ada beberapa macam bakteriofag yang
biasa digunakan sebagai vektor kloning, diantaranya adalah bakteriofag dan
M13.
Bakteriofag
Bakteriofag atau fag merupakan virus kompleks yang menginfeksi bakteri E. coli.
Berkat pengetahuan yang memadai tentang fag ini, kita dapat
memanfaatkannya sebagai vektor kloning semenjak masa-masa awal
perkembangan rekayasa genetika. DNA yang diisolasi dari partikel fag ini
mempunyai konformasi linier untai ganda dengan panjang 48,5 kb. Namun
masing-masing ujung fosfatnya barupa untai tunggal sepanjang 12 pb yang
komplementer satu sama lain sehingga memungkinkan DNA untuk berubah
konformasinya menjadi sirkuler. Dalam bentuk sirkulet, tempat bergabungnya kedua
untai tunggal sepanjang 12 pb tersebut dinamakan kos. Seluruh untai basa DNA
telah diketahui. Secara alamiah terdapat lebih dari satu tempat pengenalan
restriksi untuk setiap enzim restriksi yang biasa digunakan. Oleh karena itu, DNA
tipe alami tidak cocok untuk digunakan sebagai vektor kloning. Akan tetapi saat ini
telah banyak dikonstruksi derivat-derivat DNA yang memenuhi syarat sebagai
vektor kloning. Ada dua macam vektor kloning yang berasal dari DNA , yaitu
vektor insersional dan vektor substitusi. Vektor insersional adalah vektor yang
dnegan mudah dapat disisipi oleh fragmen DNA asing. Sedangkan vektor
substitusi adalah vektor yang untuk membawa fragmen DNA asing sebagian atau
seluruh urutan basanya yang terdapat didaerah non-esensial dan menggantinya
dengan urutan basa fragmen DNA asing tersebut.
Bakteriofag mempunyai dua fase daur hidup, yaitu fase litik dan fase
lisogenik. Pada fase litik, transfeksi sel inang (istilah trasnsformasi untuk DNA
fag) dimulai dengan masuknya DNA yang berubah konformasinya menjadi
sirkuler dan mengalami replikasi secara indenpenden atau tidak bergantung
kepada kromosom sel inang. Setelah replikasi menghasilkan sejumlah salinan
DNA sirkuler, masing-masing DNA ini akan melakukan transkripsi dan
translasim membentuk protein kapsid (kepala). Selanjutnya, tiap DNA akan
dikemas dalam kapsid sehingga menghasilkan partikel baru yang akan keluar dari
sel inang untuk menginfeksi sel inang lainnya. Sementara itu, pada fase
lisogenik DNA akan terintegrasi kedalam kromosom sel inang sehingga
LA dan ampisilin tersebut maka gen lac-Z akan terekspresikan dan -galaktosidase
dihasilkan serta menghasilkan koloni biru. Enzim ini akan memecah X-gal dan
menghasilkan senyawa berwarna biru, begitu pula sebaliknya, jika sel yang
mengandung plasmid rekombinan ditumbuhkan atau berhasil tersisipi maka pada
media LA tersebut, maka gen lac-Z tidak akan diekspresikan dan -galaktosidase
tidak akan terbentuk. Koloni akan berwarna putih (Brown 1995).
RESISTENSI OBAT OLEH BAKTERI
Resistensi bakteri dapat terjadi secara intrinsik maupun didapat. Resistensi
intrinsik terjadi secara khromosomal dan berlangsung melalui multiplikasi sel
yang akan diturunkan pada turunan berikutnya. Resistensi yang didapat dapat terjadi
akibat mutasi khromosomal atau akibat transfer DNA.
1. Resistensi akibat mutasi.
Seperti proses mutasi khromosom yang lain, mutasi yang menimbulkan
keadaan resisten terhadap antibiotik juga merupakan peristiwa spontan,
terjadi secara acak, tidak dipengaruhi frekuensinya oleh kondisi seleksi
atau antibiotik, kecuali antibiotik tersebut sendiri adalah mutagen yang
mampu meningkatkan angka mutasi. Perubahan yang terjadi pada mutasi
biasanya mengenai satu pasangan basa pada urutan nukleotida gen. Mutasi
khromosom mengakibatkan perubahan struktur sel bakteri antara lain
perubahan struktur ribosom yang berfungsi sebagai target site,
perubahan struktur dinding sel atau membran plasma menjadi
impermeabel terhadap obat, perubahan reseptor permukaan dan
hilangnya dinding sel bakteri menjadi bentuk L (L-form) atau
sferoplast. Penggunaan antibiotik secara luas dan dalam jangka waktu yang
lama merupakan proses seleksi, sehingga galur mutan akan bekembang
biak menjadi dominan di dalam populasi.
2. Resistensi dengan perantaraan plasmid.
Plasmid R ditemukan sekitar tahun 1960-an dan telah menyebar luas
pada populasi bakteri komensal maupun patogen.
Plasmid adalah
karena itu gen resistensi yang berlokasi pada plasmid dapat ditransfer dari
satu sel ke sel lain.