Anda di halaman 1dari 18

BAB I

DASAR TEORI

1.1 Pengertian Peta Geologi


Peta geologi adalah peta yang dibuat dengan tujuan untuk menunjukkan kenampakan
geologis. Satuan batuan dan strata geologis ditunjukkan dengan warna atau lambang untuk
menunjukkan letaknya di permukaan. Kenampakan struktural seperti patahan dan lipatan
ditandai dengan lambang strike dan dip atau trend dan plunge yang memberi orientasi tiga
dimensi. (Wikipedia.org)
Peta geologi biasanya dibuat diatas suatu peta dasar atau peta topografi dengan cara memplot
singkapan-singkapan batuan beserta unsur struktur geologinya diatas peta tersebut. Dengan
menggunakan kompas geologi dapat dilakukan pengukuran kedudukan batuan dan unsur struktur
geologi. Kemudian dengan menerapkan hukum-hukum geologi dapat ditarik batas dan sebaran
batuan serta unsur-unsur strukturnya sehingga menghasilkan suatu peta geologi yang lengkap.
Seorang ahli geologi juga harus mengetahui susunan dan komposisi batuan serta struktur geologi
dan melakukan penafsiran geologi, baik secara induksi dan deduksi yang disajikan diatas peta
dengan menggunakan simbol atau warna.

1.1.1 Jenis-jenis Peta Geologi


Menurut Andi Anwno (2010), Ada beberapa macam bagian peta geologi yang sering
digunakan baik dalam studi kelapangan atau dalam dalam misi untuk mengetahui kandungan
mineral di dalamnya. Jenis-jenis peta geologi tersebut diantaranya:
A. Peta geologi permukaan (surface geological map)
Peta ini didefinisikan sebagai peta yang memberikan berbagai informasi geologi yang
langsung terletak dibawah permukaan. Peta ini berfungsi untuk menentukan lokasi bahan
bangunan, drainase, pembuatan jalan.
B. Peta Singkapan (outcrop map)

Peta yang umumnya berskala besar, mencantumkan lokasi ditemukannya batuan padat
yang dapat memberikan sejumlah keterangan beserta sifat batuan dan kondisi
strukturnya.
C. Peta Geologi Tematik
Peta Geologi tematik adalah peta yang menyajikan informasi geologi dan atau potensi
sumber daya mineral maupun energy untuk tujuan tertentu.
D. Peta Ikhtisar geologis
Peta Ikhtisar geologis adalah peta yang memberikan informasi langsung berupa formasiformasi yang telah tersingkap, maupun eksplorasi terhadap beberapa lokasi yang
formasinya masih tertutup oleh lapisan holosen.
E. Peta Topografi
Peta topografi adalah peta ketinggian titik atau kawasan yang dinyatakan dalam bentuk
angka ketinggian atau kontur ketinggian yang diukur terhadap permukaan laut rata-rata.
Seiring dengan berkembangnya teknologi informasi, aspek pemetaan geologi mengalami
perubahan. Yaitu dengan adanya tersedianya piranti lunak (software) SIG atau sistem informasi
geografi sebagai alat bantu yang memungkinkan ukuran (geometri) dan karateristik dari suatu
tubuh batuan dan kenampakan geologi lainnya disimpan secara elektronik (dalam format digital),
ditelusuri, dianalisa, dan disajikan untuk berbagai keperluan.
1.2 Metode Pemetaan Geologi Lapangan
Pemetaan geologi adalah suatu kegiatan pendataan informasi-informasi geologi permukaan
dan menghasilkan suatu bentuk laporan yang berupa peta geologi yang dapat memberikan
gambaran mengenai penyebaran dan susunan lapisan batuan, serta memuat informasi gejalagejala struktur geologi yang mungkin mempengaruhi pola penyebaran batuan pada daerah
tersebut.
Dalam melakukan pemetaan geologi kita tidak saja melakukan observasi dan pencatatan
akan tetapi juga melakukan analisa dan penafsiran di lapangan, seperti menentukan jenis sesar,
hubungan antar satuan batuan dan lain sebagainya. Pada peta dasar nantinya harus diplot hasil
pengukuran kedudukan batuan, lokasi-lokasi singkapan batuan dan unsur-unsur geologi lainnya
yang diadapat ketika melakukan pekerjaan lapangan. Ada hal-hal yang tidak dapat dikerjakan
2

dan dilakukan di lapangan, seperti misalnya analisa paleontologi, analisa petrografi, maupun
analisa sedimentologi, sehingga diperlukan pengambilan contoh batuan guna keperluan analisis
di laboratorium.
Ketika melakukan pemetaan geologi lapangan diperlukan beberapa peralatan yang dapat
membantu yaitu; buku catatan lapangan yang berguna untuk menulis segala hal yang kita dapat
di lapangan. Palu geologi yang digunakan untuk mengambil sampel batuan. Kompas geologi
digunakan untuk mengukur arah (azimuth) pada suatu titik ataupun kelurusan struktur, mengukur
kemiringan lereng, maupun mengukur jurus ataupun kedudukan perlapisan dan kemiringan
lapisan batuan. Peta Lokasi penelitian yang berguna sebagai alat untuk merekam data selama
pengambilan data lapangan berlangsung. Lensa stereoskop yang berguna untuk mempermudah
dalam melakukan determinasi lapangan terhadap contoh litologi atau tanah yang dijumpai di
lapangan. Dan peralatan GPS untuk penentuan koordinat secara otomatis.
Pada pemetaan geologi lapangan hasil yang didapat yaitu suatu peta geologi beserta penampang
geologinya yang berisi uraian dan penjelasan dari bentuk bentang alam atau satuan
geomorfologinya, susunan batuan atau stratigrafinya, struktur geologi yang berkembang beserta
gaya yang bekerja dan pembentukannya serta sejarah geologinya.
1.3 Batuan
Mempelajari batuan merupakan pengetahuan dasar untuk mempelajari geologi. Dengan
mempelajari batuan dapat kita ketahui sifat dan sejarah bumi kita. Dalam batuan terekam prosesproses geologi yang telah terjadi pada masa pembentukan batuan tersebut. Kita dapat menjumpai
disekeliling kita berbagai macam batuan. Dilihat dari segi fisiknya saja mereka sangat beragam,
baik warna, kekerasan, kekompakan, maupun material pembentuknya. Untuk memudahkan
membedakannya dibuatlah pengelompokkan berdasaran kejadiannya atau cara terbentuknya
menjadi tiga kelompok utama yaitu ; Batuan beku, Batuan Sedimen, dan Batuan metamorfosa.
Dalam buku Geologi dasar (2011) dijelaskan bagaimana daur batuan terjadi. Batuan
pertama adalah batuan beku (Igneous Rock) terjadi akibat magma yang mendingin dan
memadat atau membeku. Saat bumi mulai terbentuk, kulit luarnya masih berupa material yang
meleleh yang kemudian mendingin dan membeku secara bertahap dan membentuk kerak bumi
pertama yang terdiri dari batuan beku. Batuan beku di permukaan bumi bersentuhan langsung
dengan atmosfir setiap saat, maka perlahan-lahan ia terdisintegrasi dan terdekomposisi
3

mengalami penyesuaian untuk mencapai keseimbangan dengan lingkungan baru, atmosfir.


Proses ini disebut proses pelapukan (weathering). Material hasil rombakan ini, yang terlepas dari
induknya, ditransport oleh berbagai media seperti gravitasi, aliran air,angina, gletsyer dan
diendapkan sebagai sedimen atau endapan, di tempat yang rendah sebagai lapisan-lapisan
mendatar. Melalui proses litifikasi, yang artinya berubah menjadi batuan, sedimen ini terubah
menjadi batuan sedimen. Jika batuan sedimen suatu saat berada jauh di bawah permukaan bumi
atau terlibat dalam dinamika pembentukan pegunungan (orogenesa), ia akan dipengaruhi oleh
tekanan yang besar dan suhu yang tinggi. Akibatnya batuan sedimen ini akan bereaksi dan
berubah menjadi batuan metamorfosa atau batuan malihan. Dan bila batuan metamorfosa berada
pada tekanan dan suhu tinggi ia akan melebur dan menjadi magma.
Perulangan atau daur tersebut tidaklah selalu demikian, akan tetapi ada penyimpanganpenyimpangan. Misalnya batuan beku disamping tersingkap di permukaan, dapat juga
dipengaruhi oleh panas dan tekanan tinggi jauh di bawah permukaan bumi, akan menjadi batuan
metamorfosa, bahkan dapat melebur kembali menjadi magma. Sebaliknya batuan sedimen dan
batuan metamorfosa bila berada di atas permukaan bumi akan mengalami proses pelapukan dan
erosi, seperti pada diagram daur batuan dibawah ini

Gambar 1.3 Daur Batuan (Siklus Batuan)


Sumber : Djauhari Noor, 2009
4

Baik batuan beku, batuan sedimen maupun batuan metamorf pada kondisi tekanan dan suhu
yang tinggi akan melebur menjadi magma. Demikianlah daur ini akan berulang sepanjang masa,
dalam satuan waktu jutaan tahun.

1.3.1 Batuan Beku


Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan
mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi. Bila membeku dibawah permukaan bumi,
terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku dalam atau batuan beku intrusif. Sedangkan
bila magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar
atau batuan beku beku ekstrusif.
Secara umum batuan beku intrusif dan ekstrusif atau batuan beku umumnya dapat
dibedakan dari kenampakan bentuk, ukuran butir dan hubungan Kristal mineral-mineralnya atau
disebut sebagai tekstur batuan. Beberapa tekstur batuan beku yang umum adalah :
1. Gelas (glassy) tidak berbutir atau tidak mempunyai Kristal (amorf).
2. Afanitik (aphantic) berbutir sangat halus, hanya dapat dilihat dengan mikroskop.
3. Faneritik (phaneritic) berbutir cukup besar, dapat dilihat tanpa mikroskop.
4. Porfiritik (porphyritic) mempunyai dua ukuran Kristal yang dominan.
5. Piroklastik (pyroclastic) mempunyai fragmen material volkanik.

Batuan beku sangat banyak jenisnya, pengelompokkan atau klasifikasi sederhana


didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan
oleh sejarah pendinginan magma, sedangkan komposisi mineral bergantung pada kandungan
unsur kimia magma induk dan lingkungan kristalisasinya. Saat magma dengan komposisi
tertentu membeku, akan terbentuk mineral yang sama. Hanya teksturnya yang berbeda.

Felsik
(granitik)

Intermediet
(andesitik)

Mafik
(basiltik)

Ultra mafik

Intrusif (faneritik)

Granit

Diorit

Gabbro

Periodit

Ekstrusif (afanitik)

Riolit

Andesit

Basalt

Komposisi Mineral
Utama
Mineral tambahan

Kuarsa
K.feldspar
Na feldspar

Hornblende
K.feldspar
Na feldspar

Ca.Feldspar
Piroksen

Olivin
Piroksen

Muskovit
Biotit
Hornblende

Biotit
Piroksen

Olivin
Hornblende

Ca feldspar

Gambar 1.3.1 Klasifikasi sederhana batuan beku berdasarkan tekstur dan komposisi
mineral
Sumber : Geologi dasar, 2011

1.3.2 Batuan Sedimen


Batuan sedimen atau dalam bahasa latin sedimentum merupakan batuan yang terbentuk
dari sedimen yang diendapkan (di darat atau dalam air) dan setelah mengalami proses geologi
menjadi batuan sedimen. Batuan sedimen tersingkap paling banyak di daratan dibandingkan
dengan batuan lainnya, yaitu batuan beku dan metamorf, sebesar 75 persen luas daratan,
walaupun diperkirakan hanya 5 persen volume bagian terluar bumi.
Batuan sedimen termasuk dalam batuan sekunder karena material pembentuknya
merupakan hasil dari aktifitas kimia dan mekanik denudasi terhadap batuan yang sudah ada.
Diendapkan dari larutan atau suspensi dalam air atau udara pada suhu dan tekanan normal.
Endapannya adalah hasil rombakan dan hancuran batuan kerak bumi, terdiri dari fragmen batuan,
mineral dan berbagai material lainnya, ditransport oleh angina atau air dan diendapkan di
lekukan-lekukan di darat atau di laut.

1.3.2.1 Tekstur Batuan Sedimen


Salah satu cara yang mudah untuk mempelajari dan mengenali batuan sedimen adalah
dengan melihat teksturnya. Tekstur batuan sedimen seringkali merupakan karateristik yang
berkaitan dengan endapan, menyangkut besar, bentuk, tatanan dan kemasan komponenkomponenya. Dua kelompok utama dalam klasifikasi adalah material yang diendapkan dari
bahan yang ditransport sebagai zat padat dan sebagai larutan atau dalam lautan. Yang pertama
sebagai batuan sedimen klastik dan keduanya adalah batuan sedimen non klastik. Kedua batuan
ini memperlihatkan tekstur yang berbeda.
6

Tekstur batuan sedimen klastik sangat dipengaruhi oleh fragmen-fragmen pembentuknya,


besar dan bentuk butir, serta hubungan antar butir. Keragaman besar butir dinyatakan dalam
pemilahan (sorting). Untuk yang besar butirnya sangat bervariasi dikatakan pemilahannya buruk
(poorly sorted), sedangkan yang hampir seragam atau hampir sama besarnya, pemilahannya baik
(well sorted). Demikian pula dengan tatanan fragmen dalam batuan sedimen klastik, dinyatakan
sebagai kemas (fabric).
Pada batuan sedimen nonklastik tekstur yang terjadi merupakan hasil pengendapan
melalui reaksi kimia. Tekstur kristalin berkemban akibat agregat Kristal-kristal yang saling
mengunci. Kristal-kristalnya dapat kecil, menengah atau besar-besar bahkan campuran berbagai
ukuran sebagai halnya batuan beku porfitrik. Kristal-kristalnya memperlihatkan bentuk-bentuk
tertentu, misalnya berdimensi sama, berserat atau scaly.
1.3.2.2 Klasifikasi Batuan Sedimen
Klasifikasi batuan sedimen yang ideal adalah berdasarkan ukuran dan bentuk butir, serta
komposisi material pembentuknya. Pengelompokkan yang sederhana dalam batuan sedimen
adalah dua kelompok besar, yaitu :
A. Batuan sedimen klastik
Batuan sedimen klastik dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis batuan atas dasar
ukuran butirannya. Butiran yang besar disebut fragmen dan diikat oleh massa butiran-butiran
yang lebih halus yang dinamakan matriks. Batu lempung adalah batuan sedimen klastik ukuran
butirnya ukuran lempung. Batu lanau adalah batuan sedimen klastik yang berukuran lanau. Batu
pasir adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya pasir, sedangkan konglomerat dan
breksi adalah batuan sedimen klastik yang ukuran butirnya mulai dari lempung hingga bongkah.
Konglomerat dan breksi dibedakan berdasarkan bentuk butirnya, dimana bentuk butir
konglomerat membundar sedangkan breksi memiliki bentuk butir yang menyudut. Klasifikasi
ukuran butir dalam pengelompokkan batuan sedimen klastik yaitu klasifikasi atau skala
Wentworth, yang dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 1.1 Skala Wentworth

B. Batuan Sedimen Nonklastik


Batuan Sedimen Nonklastik adalah batuan sedimen yang terbentuk dari proses kimiawi,
seperti batu halit yang berasal dari hasil evaporasi dan batuan rijang sebagai proses kimiawi.
Dalam keadaan tertentu, proses yang terlit sangat kompleks, dan sukar untuk dibedakan antara
bahan yang terbentuk hasil proses kimia atau proses biologi. Jadi lebih sesuai dari kedua-dua
jenis sedimen ini dimasukkan kedalam satu kelas yang sama, yaitu sedimen endapan
kimiawi/biokimia.

1.3.2.3 Struktur Batuan Sedimen


Susunan partikel-partikel dalam lapisan sedimen merupakan informasi yang penting
mengenai kondisi sedimentasi. Kebanyakan sedimen ditransport oleh arus yang akhirnya secara
bertahap akan diendapkan, sehingga ciri utama batuan sedimen adalah berlapis. Batas antara satu
lapisan dengan lapisan lainnya disebut bidang perlapisan. Bidang perlapisan dapat terjadi akibat
adanya perbedaan sifat fisik antara lapisan seperti warna, besar butir, dan atau jenis batuan antara
dua lapisan struktur sedimen lain yang umum dijumpai pada batuan sedimen adalah lapisan
bersusun, lapisan silang-siur (cross bedding), gelembur gelombang (riplemark), dan rekah kerut
(mud cracks). Terjadinya struktur-struktur sedimen tersebut disebabkan oleh adanya mekanisme
pengendapan dan kondisi serta lingkungan pengendapan tertentu.
1.3.3 Batuan Metamorf
Batuan metamorf juga disebut sebagai batuan malihan atau ubahan, demikian pula
dengan prosesnya, proses malihan. Batuan metamorf dalam geologi sendiri adalah merujuk pada
perubahan dari kelompok mineral dan tekstur batuan yang terjadi dalam suatu batuan yang

mengalami tekanan dan temperature yang berbeda dengan tekanan dan temperature saat batuan
tersebut pertama kalinya terbentuk.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari batuan asal (batuan beku, sedimen,
dan metamorf) yang mengalami perubahan temperature (T), tekanan (P), atau temperature dan
tekanan secara bersamaan yang berakibat pada pembentukan mineral-mineral baru dan tekstur
batuan yang baru.
1.3.3.1 Jenis Metamorfisme
Berdasarkan kenampakan hasil metamorfosisme pada batuan, prosesnya dapat dikelompokkan
menjadi deformasi mekanik dan rekristalisasi kimia. Deformasi mekanik cenderung
menghancurkan, menggerus dan membentuk foliasi. Rekristalisasi kimia, merupakan proses
perubahan komposisi mineral serta pembentukan mineral-mineral baru.
1. Metamorfisme kataklastik
Metamorfisme kataklastik (Cataclastic metamorphism) adalah metamorfisme yang
diakibatkan oleh deformasi mekanis, seperti yang terjadi pada dua blok batuan yang
mengalami pergeseran satu dan lainnya di sepanjang suatu zona sesar/patahan. Deformasi
ini terjadi pada batuan yang bersifat regas (britle).
2. Metamorfisme Kontak
Metamorfisme Kontak (Contact metamorphism) terjadi akibat aadanya intrusi tubuh
magma panas pada batuan yang dingin dalam kerak bumi. Akibat kenaikan suhu, maka
rekristalisasi kimia memegang peran yang utama. Sedangkan deformasi mekanik sangat
kecil, bahkan tidak ada, karena stress disekitar magma relative homogeny. Batuan yang
terkena intrusi akan mengalami pemanasan dan termetaformosa, membentuk satu lapisan
disekitar terobosan yang dinamakan aureole metamorphic. Metamorfosisme kontak
biasanya dikenal sebagai metamorfosisme yang bertekanan rendah dan temperature
ringgi dan batuan yang dihasilkan seringkali batuan berbutir halus tanpa foliasi dan
dikenal sebagai hornfels.
3. Metamorfosisme Timbunan
Metamorfosisme Timbunan (Burial metamorphism) adalah metamorfosisme yang terjadi
apabila batuan sedimen yang berada pada kedalaman tertentu dengan temperaturnya
9

diataas 300 C serta absennya tekanan diferensial. Pada kondisi tersebut maka mineralmineral baru akan berkembang akan tetapi batuan tampak seperti tidak mengalami
metamorfosisme. Mineral utama yang dihasilkan dalam kondisi tersebut adalah mineral
zeolite. Metamorfosa burial umumnya saling overlap dengan diagenesa dan akan berubah
menjadi metamorfosa regional seiring dengan meningkatnya tekanan dan temperature.
4. Metamorfosisme Regional
Metamorfosisme Regional adalah metamorfosa yang terjadi pada wilayah yang sangat
luas dimana tingkat deformasi yang tinggi dibawah tekanan diferensial. Metamorfosa
jenis ini biasanya akan menghasilkan batuan metamorf dengan tingkat foliasi yang sangat
kuat seperti slate, schists, dan gneisses..

10

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Geologi Daerah


Penggambaran sketsa singkapan batuan mewakili dan menyerupai kondisi singkapan
batuan pada kondisi aktualnya di lapangan. Daerah pengamatan secara keseluruhan berada di
Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar. Pada laporan ekskursi ini terdapat sembilan
stasiun singkapan batuan. Dimana setiap stasiunnya memiliki satu titik pengamatan, kecuali pada
stasiun delapan yang memiliki dua titik pengamatan.
Sketsa singkapan batuan ini kemudian digunakan untuk membantu dalam menentukan
penyebaran batuan. Hal-hal yang diamati dalam pembuatan sketsa singkapan ini antara lain:
Jurus dan Kemiringan Singkapan, batuan koordinat singkapan morfologi batuan, ciri-ciri fisiknya
panjang lintasan dan ketebalan batuan.

2.1.1 Stasiun Pengamatan 1


Lokasi pengamatan stasiun 1 berada di kaki sebuah bukit, pengamatan dilakukan pada
pukul 09.40 WIB dengan cuaca cerah. Jarak dari stasiun 1 ke kota kira kira 20 km. Stasiun ini
berada pada koordinat N 05O 31 30 , E 95O 16 5 dengan jurus N 57O E dan dip sebesar 45O.
Panjang lintasan yang diamati adalah 27 m.
Jenis batuan yang terdapat pada stasiun ini adalah batu gamping. Pada singkapannya
Terdapat rekahan dan sedikit bidang perlapisan. Lipatan antiklin juga terdapat pada singkapan
batuan. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses pelapukan dan erosi disekitar daerah
singkapan. Warna kuning batuan sedimen di lokasi penelitian juga ikut dipengaruhi oleh
pelapukan yang terjadi pada tekanan dan suhu tertentu yang berlangsung lama. Terdapat urat
kalsit dengan warna dalam batuan dominan coklat dan warna luar kuning. Ketebalan lapisan
batuan bervariasi, untuk lapisan pertama berkisar antara 28 30 cm. pada lapisan kedua 45 55
cm, dan lapisan paling bawah 55 60 cm. Untuk lebih jelasnya, sketsa singkapan batuan pada
stasiun 1 telah dilampirkan.

11

2.1.2 Stasiun Pengamatan 2


Lokasi pengamatan di stasiun 2 masih merupakan sambungan dari stasiun bukit satu,
pengamatan dilakukan pada pukul 10.40 WIB dengan cuaca cerah. Jarak dari stasiun 2 ke stasiun
1 kurang lebih 100 m dan dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Stasiun ini berada pada
koordinat N 05O 31 32 , E 95O 16 7 dengan jurus N 230O E dan dip sebesar 34O. Panjang
lintasan yang diamati adalah 21,6 m.
Batuan pada lokasi ini merupakan batuan gamping dengan struktur tidak berlembar yang
terendapkan pada waktu geologi tertentu. Terdapat rekahan dan sedikit bidang perlapisan pada
singkapannya. Lipatan antiklin juga terdapat pada singkapan batuan. Hal ini disebabkan karena
terjadinya proses pelapukan dan erosi disekitar daerah singkapan. Batuan pada stasiun ini
memiliki ciri-ciri warna kecoklatan dan juga hitam. Terdapat urat kalsit dengan warna dalam
batuan dominan coklat dan warna luar kuning. Selain itu juga terdapat perlapisan batuan hasil
dari kemenerusan pada stasiun 1. Ketebalan lapisan batuan bervariasi, untuk lapisan pertama
berkisar antara 38 42 cm. Lapisan kedua 80 85 cm, dan lapisan paling bawah 30 35 cm.
Untuk lebih jelasnya, sketsa singkapan batuan pada stasiun 2 telah dilampirkan.

2.1.3 Stasiun Pengamatan 3


Lokasi pengamatan di stasiun 3 berada di pinggir pantai yang berada di ujong pancu,
Aceh Besar. Pengamatan dilakukan pada pukul 11.15 WIB dengan cuaca cerah. Jarak dari
stasiun 3 ke stasiun 2 ditempuh kurang lebih 15 menit. Stasiun ini berada pada koordinat N 05O
32 44 , E 95O 15 1. Panjang lintasan yang diamati adalah 17 m.
Jenis batuan yang terdapat pada stasiun ini merupakan batuan pasir yang tersingkap di
pesisir pantai. Endapan ini merupakan jenis endapan alluvial. Dan juga batu pasir yang terdapat
pada stasiun ini adalah batu pasir sedimen. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses
sedimentasi yang endapannya berasal dari gunung dan rawa tepat bersebrangan dengan stasiun 3
ini. Selain itu juga disebabkan karena adanya erosi batuan kerikil. Untuk lebih jelasnya, sketsa
singkapan batuan pada stasiun 3 telah dilampirkan.

12

2.1.4 Stasiun Pengamatan 4


Lokasi pengamatan di stasiun 4 merupakan lokasi yang dekat dengan perbukitan. Jarak
dari stasiun 4 ke stasiun 3 sekitar 1 km. Pengamatan dilakukan pada pukul 11.34 WIB dengan
cuaca cerah. Stasiun ini berada pada koordinat N 05O 32 47 , E 95O 14 23 dengan jurus N
228O E dan dip sebesar 10O. Panjang lintasan yang diamati adalah 6,9 m.
Batuan pada lokasi ini merupakan sedimen silisklastik yaitu gabungan lempung dan pasir
halus. Pada singkapannya terdapat rekahan dan sedikit bidang perlapisan. Hal ini disebabkan
karena terjadinya energi pengendapan. Semakin jurusnya mengarah ke laut maka energi
pengendapan yang didapat akan semakin kecil. Batuan pada stasiun ini memiliki ciri-ciri warna
kecoklatan, namun karena pelapukan warna bagian luar batuan menjadi kehitaman. Terdapat
urat kalsit dengan warna dalam batuan dominan coklat muda dan warna dalam warna coklat tua.
Namun, ketika di reaksikan dengan senyawa HCl tidak bereaksi yang berarti dapat disimpulkan
bahwa batuan tersebut tidak mengandung karbonat. Ketebalan lapisan batuan bervariasi, untuk
lapisan pertama berkisar antara 23 - 25 cm. Lapisan kedua 58 60 cm, dan lapisan paling bawah
28 30 cm. Untuk lebih jelasnya, sketsa singkapan batuan pada stasiun 4 telah dilampirkan.

2.1.5 Stasiun Pengamatan 5


Lokasi pengamatan di stasiun 5 merupakan perbukitan yang berada dekat dengan jalan.
Jarak dari stasiun 5 ke stasiun 4 sekitar 300 m. Pengamatan dilakukan pada pukul 11.58 WIB
dengan cuaca cerah. Stasiun ini berada pada koordinat N 05O 33 10 , E 95O 14 8 dengan jurus
N 125O E dan dip sebesar 5O. Panjang lintasan yang diamati adalah 17,1 m.
Batuan pada lokasi ini merupakan sedimen klastik yaitu batuan pasir butiran halus. Pada
singkapannya terdapat rekahan dan sedikit bidang perlapisan. Lipatan antiklin juga terdapat pada
singkapan batuan. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses pelapukan dan erosi disekitar
daerah singkapan. Batuan pada stasiun ini memiliki ciri-ciri warna kecoklatan dan juga hitam.
Ketebalan lapisan batuan bervariasi, untuk lapisan pertama berkisar antara 26 cm. Lapisan kedua
34 cm, dan lapisan ketiga 47 cm, lapisan keempat 21 cm dan lapisan paling bawah 15 cm. Untuk
lebih jelasnya, sketsa singkapan batuan pada stasiun 5 telah dilampirkan.

13

2.1.6 Stasiun Pengamatan 6


Lokasi pengamatan di stasiun 6 merupakan singkapan batuan yang berada di pinggir
lautan dan dikelilingi oleh air laut. Jarak dari stasiun 6 ke stasiun 5 sekitar 500 m. Pengamatan
dilakukan pada pukul 12.20 WIB dengan cuaca cerah.. Stasiun ini berada pada koordinat N 05O
33 20 , E 95O 14 15 dengan jurus N 310O E dan dip sebesar 26O. Panjang lintasan yang
diamati adalah 10,8 m.
Batuan pada lokasi ini merupakan sedimen klastik yaitu batuan pasir. Singkapan ini
terletak di pesisir pantai dan menerus kebagian daratan sehingga nampak singkapan batuan yang
berada di air menonjol ke arah daratan. Sedimentasi yang terjadi di daerah ini diperkirakan
sangat dipengaruhi oleh air. Batuan pada stasiun ini memiliki ciri-ciri warna coklat kehitamhitaman. Terdapat urat kalsit dengan warna dalam batuan dominan coklat muda dan warna luar
yaitu abu-abu dan coklat tua. Ketebalan lapisan batuan bervariasi, untuk lapisan pertama 12 cm.
Lapisan kedua 10 cm, dan lapisan paling bawah 7 cm. Untuk lebih jelasnya, sketsa singkapan
batuan pada stasiun 6 telah dilampirkan.

2.1.7 Stasiun Pengamatan 7


Lokasi pengamatan di stasiun 7 berada di perbukitan yang cukup landau pada sebuah
perbukitan, . Jarak dari stasiun 7 ke stasiun 6 sekitar 1,5 km. Pengamatan dilakukan pada pukul
13.20 WIB dengan cuaca cerah. Stasiun ini berada pada koordinat N 05O 32 43 , E 95O 14 11
dengan jurus N 255O E dan dip sebesar 30O. Panjang lintasan yang diamati adalah 12 m.
Batuan pada lokasi ini merupakan batuan lempung. pada singkapannya terdapat rekahan
dan sedikit bidang perlapisan. Lipatan antiklin juga terdapat pada singkapan batuan. Hal ini
disebabkan karena terjadinya proses pelapukan dan erosi disekitar daerah singkapan. Pada
stasiun ini terdapat batas antara batu lempung dan batu pasir. Batuan pada stasiun ini memiliki
ciri-ciri warna kecoklatan dan juga abu-abu. Terdapat urat kalsit dengan warna dalam batuan
dominan abu-abu dan warna coklat. Ketebalan lapisan batuan bervariasi, untuk lapisan pertama
15 cm. Lapisan kedua 33 cm, dan lapisan paling bawah 20 cm. Untuk lebih jelasnya, sketsa
singkapan batuan pada stasiun 7 telah dilampirkan.

14

2.1.8 Stasiun Pengamatan 8


Lokasi pengamatan di stasiun 8 berada pada kawasan bendungan Embung Lambadeuk,
Aceh besar. Jarak dari stasiun 8 ke stasiun 7 sekitar 300 m dan dapat ditempuh dengan berjalan
kaki pengamatan dilakukan pada pukul 13.36 WIB dengan cuaca cerah. Stasiun ini berada pada
koordinat N 05O 32 32 , E 95O 14 2 dengan jurus N 255O E dan dip sebesar 30O. Panjang
lintasan yang diamati adalah 9,3 dan 11,2 m. Terdapat dua titik pengamatan pada stasiun ini.
Batuan pada lokasi ini merupakan batuan metamorf yang dikategorikan sebagai batuan
batuan metamorf derajat rendah (metasedimen). Pola batuan metamorf pada stasiun ini juga
masih acak dan sesar sudah terisi dengan mineral yang membentuk kekar. Mineral yang
mengisinya adalah mineral kalsit. Sedangkan pada titik pengamatan yang kedua batuan
sedimennya sudah tidak terlihat. Polanya juga sudah terlihat yaitu pola poliasi. Terdapat urat
kuarsa pada batuan yang biasanya terdapat pada daerah hidrotermal. Batuan pada stasiun ini
memiliki ciri-ciri warna kecoklatan dan juga hijau.. Untuk lebih jelasnya, sketsa singkapan
batuan pada stasiun 8 telah dilampirkan.

2.1.9 Stasiun Pengamatan 9


Lokasi pengamatan di stasiun 9 berada di kaki perbukitan. Jarak dari stasiun 9 ke stasiun
8 sekitar 400 m dapat ditempuh dengan berjalan kaki. Pengamatan dilakukan pada pukul 14.20
WIB dengan cuaca cerah. Stasiun ini berada pada koordinat N 05O 32 86 , E 95O 15 63.
Panjang lintasan yang diamati adalah 14,6 m.
Batuan pada lokasi ini merupakan batuan metamorf (slate) dengan sedikit keterdapatan
mineral beku. Pada stasiun ini merupakan jenis batuan metamorf filite. Batuan disini sendriri
sudah mengalami pelapukan. Singkapan batuan pada stasiun ini merupakan kemenerusan dari
singkapan batuan pada stasiun , yang membedakannya adalah pada stasiun 9 ini batuan metamorf
yang terbentuk merupakan metamorf menengah dan terdapat sedikit mineral beku. Terdapat
kandungan mika pada singkapan batuannya. Struktur geologinya berupa lembaran. Batuan pada
stasiun ini memiliki ciri-ciri warna kecoklatan dan juga hijau. Terdapat urat kalsit dengan warna
dalam batuan dominan abu-abu dan warna coklat. Untuk lebih jelasnya, sketsa singkapan batuan
pada stasiun 9 telah dilampirkan.

15

2.2 Garis Penampang Peta Geologi


Penggambaran penampang bertujuan untuk memperlihatkan bentuk topografi dalam tiap
segmen. Segmen disini diartikan sebagai titik ketinggian dan jarak. Pada ketinggian berapa
keadaan topografi berlereng landau, terjal sampai sangat terjal. Garis penampang dibuat dengan
menarik garis yang melewati garis kontur dan garis singkapan batuan. Pada laporan kali ini
dibuat minimal 3 garis penampang yaitu garis A A, garis B B dan garis C C.. Penampang
peta geologi sudah terlampir pada halaman lampiran.
2.2.1 Garis Penampang A A
Garis penampang A A memiliki panjang 10,5 cm pada peta. Hasil yang didapat pada
penampang ini terdapat jenis batu pasir, batu gamping. Dengan batu pasir yang mendominasi.
Kontur pada penampang ini berkisar dari ketinggian 50 300 m.
2.2.2 Garis Penampang B B
Garis penampang B B memiliki panjang 12,5 cm pada peta. Hasil yang didapat pada
penampang ini terdapat jenis batu pasir, batu gamping, mudstone dan batu metamorf (slate).
Dengan batu gamping yang mendominasi. Kontur pada penampang ini berkisar dari ketinggian
50 300 m.
2.2.3 Garis Penampang C C
Garis penampang C C memiliki panjang 13,5 cm pada peta. Hasil yang didapat pada
penampang ini terdapat jenis batu gamping, batu metamorf (slate), dan endapan Alluvial..
Kontur pada penampang ini berkisar dari ketinggian 50 300 m.

16

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat setelah melakukan ekskursi dan pembuatan laporan ini
adalah sebagai berikut :
1. Batuan yang terdapat pada Kecamatan Peukan Bada, Kabupaten Aceh Besar terdapat 5
jenis batuan, yaitu batu pasir, batu gamping, batu metamorf (slate). Endapan aluvial dan
mudstone
2. Pada setiap stasiun ada yang memiliki kesamaan dan juga perbedaan jenis batuan.
Contohnya untuk stasiun 1 dan 2 memiliki kesamaan karena lokasinya yang berdekatan,
jenis batuan pada stasiun ini adalah batu gamping. Sedangkan pada stasiun 3 adalah
endapat aluvial karena letaknya berdekatan dengan pesisir pantai. Pada stasiun 4, 5, 6 dan
7 juga memiliki beberapa persamaan jenis batuannya yaitu batu pasir dan lempung.
Namun pada stasiun 7 sudah terdapat batas antara batu lempung dan pasir. Pada stasiun 8
dan 9 merupakan batuan jenis metamorf yaitu slate dengan warna batuan hijau dan
terdapat banyak urat kuarsa.
3. Penyebaran batuan didominan oleh batu gamping yang terletak pada koordinat N 5O29
56 N 5O34 18 dan E 95O12 17 - E 95O16 7. Untuk batu pasir terletak pada
koordinat N 5O30 0 - 5O34 32 dan E 95O11 30 E 95O15 8. Untuk batu mudstone
terletak pada koordinat N 5O30 45 N 5O32 50 dan E 95O13 55 E 95O17 00.
Untuk endapan aluvial terletak pada koordinat N 5O32 8 N 5O33 8 dan E 95O15 3
E 95O17 00. Untuk batu metamorf (slate) terletak pada koordinat N 5O32 13 N
5O32 37 dan E 95O13 34 E 95O13 57.

3.2 Saran
Adapun saran untuk ekskursi kali yaitu :
1. Diperkecil kelompok orang untuk ekskursi lapangan agar semau mahasiswa bisa
benar-benar mengerti.
2. Untuk jadwal mungkin bisa agar tepat waktu sehingga ekskursi yang akan dilakukan
sesuai dengan yang telah dijadwalkan
17

18

Anda mungkin juga menyukai