Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
I.I
I.II
TUJUAN
Pemerintah melakukan beberapa kebijakan privatisasi kepada beberapa BUMN,
dengan acuan beberapa tujan yang hendak dicapainya. Pertama, pemerintah
mengharapkan agar tercapai efisiensi perusahaan. Perusahaan yang semula
kinerjanyan di anggap kurang optimal dan produktif, diharapkan dapat berkinerja
lebih efisien dengan perubahan struktur kepemilikannya menjadi swasta. Jika
manajemen perusahaan dikelola oleh pihak swasta, diharapkan akan dapat merubah
iklim perusahaan menjadi lebih kondusif, dengan adanya perbaharuan penerapan
program kerja dan teknologi.
Kedua, dengan privatisasi diharapkan dapat mengurangi beban anggaran
pemerintah. Selama ini pemerintah menganggap bahwa ada beberapa BUMN yang
kinerjanya di bawah garis bats kelayakan usaha. Dengan demikian anggaran
pemerintah terpotong untuk perbaikan kinerja perusahaan tersebut, dengan melakukan
privatisasi diharapkan dapat mengurangi beban anggaran yang semula digunakan
untuk perbaikan kinerja perusahaan itu dapat dialihkan untuk program lain yang lebih
bermanfaat bagi masyarakat.
BAB II
ISI
II.I
dalam
melakukan
usaha,
investasi,
dan
inovasi,
maka
Kenaikan
harga
minyak
dunia,
subsidi
yang
semakin
II. II
rakyat
Indonesia,
pertumbuhan
tanpa
pemerataan
telah
swastanisasi ini dengan cara yang lebih mudah dan murah yaitu dengan
melakukan restrukturisasi secara progresif dan reformatif.
II.III
II.IV
diiklankan
bahwa
privatisasi
akan
menghasilkan
keuntungan-keuntungan, namun privatisasi sebenarnya menimbulkan eksesekses berbahaya yang akhirnya menafikan dan menghapus keuntungan yang
diperoleh. Bahaya atau kerugian yang paling menonjol adalah:
II.V
mampu menerapkan
terutama dengan metode strategic sale kepada investor dari luar negeri,
diharapkan BUMN memiliki partner yang mempunyai akses yang lebih baik
di pasar global. Kebijakan privatisasi seperti ini diharapkan dapat mendorong
BUMN untuk mengembangkan jangkauan pasarnya di pasar luar negeri.
Disadari bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang.
Pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi baru dalam proses produksi
menghasilkan produk dalam tempo yang lebih cepat, dengan kualitas yang
lebih baik, serta harga pokok yang lebih kompetitif. Dibidang pemasaran
teknologi baru, khususnya teknologi informasi, dapat dipakai sebagai sarana
strategis untuk menjalin hubungan yang lebih baik dan berkualitas dengan
customer serta para supplier.
Privatisasi diharapkan dapat memperkenalkan ilmu pengetahuan dan
teknologi baru kepada BUMN, sehingga BUMN akan mampu memberikan
sarana kepada para karyawan untuk terus melakukan pembelajaran dan terus
mengembangkan
diri,
sehingga
mampu
menghasilkan
produk
yang
II.VI
baru
tidak
memiliki
kekuatan
untuk
memaksakan
BAB III
PENUTUP
III.I
KESIMPULAN
BUMN yang ada haruslah diselamatkan dan dikelola secara
professional, sehingga mampu menjadi pilar dan pendorong perekonomian
Nasional dan penciptaan lapangan kerja baru. BUMN dengan asset seluruhnya
kurang lebih Rp. 1.000 triliun, seharusnya mampu meringankan beban Negara
dengan memberikan dividen dalam jumlah yang memadai, minimal 5% dari
total asset, atau kurang lebih Rp. 50 triliun. Ditambah lagi pendapatan dari
pajak dan program divestasi secara selective dan transparan, sehingga dapat
memberikan kontribusi yang significant kepada RAPBN.
Proses Privatisasi BUMN hendaknya dilakukan secara cermat, dan
bermanfaat dengan memperhatikan timing yang tepat dengan kriteria yang
jelas BUMN mana saja yang boleh di privatisasi. Privatisasi hendaknya
diarahkan dengan cara menjual saham baru dan Pemerintah dapat ikut ?
membonceng? menjual saham lama . Dengan cara ini, pemerintah dan
perusahaan sama-sama mendapatkan dana segar yang bermanfaat untuk
menggerakkan ekonomi.
Penjualan kepada single majority tidak selayaknya dilakukan karena
dalam jangka panjang dapat menimbulkan resiko bagi negara dalam
mengelola hajad hidup orang banyak yang harus ditangani oleh BUMN.
Variasi investor yang membeli saham diprioritaskan berasal dari karyawan,
rakyat banyak melalui investment fund, public, institutional investor, financial
investor, dan strategic investor. Dengan variasi investor ini memungkinkan
saham pemerintah terdilusi tetapi masih menjadi mayoritas.
Apabila BUMN setelah privatisasi ataupun berubah status menjadi
Perseroan Terbuka dan kepemilikan pemerintah kurang dari 50%, maka
mulailah berubah menjadi perusahaan swasta, namun pengendaliannya masih
tetap dapat dilakukan oleh pemerintah. asalkan saham seri A (prefered stock)
masih tetap menjadi milik Pemerintah.