Disusun Oleh :
Satria Adji Hady Prabowo
030.10.247
Pembimbing :
dr. Daniel Effendi, Sp. A
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
PERIODE 1 FEBRUARI 2015 9 APRIL 2016
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BUDHI ASIH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Presentasi kasus dengan judul Gastroenteritis akut ini diajukan untuk memenuhi
persyaratan dalam mengikuti dan menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
Periode 1 Februari 9 April 2016
Oleh:
Nama: Satria Adji Hady Prabowo
NIM: 030.10.247
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas segala nikmat, rahmat,
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul
Gastroenteritis akut dengan baik dan tepat waktu.
Laporan kasus ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti di Rumah Sakit Umum Daerah
Budhi Asih periode 1 Februari 9 April 2016. Di samping itu, laporan kasus ini ditujukan
untuk menambah pengetahuan bagi kita semua tentang pasien yang datang dengan keluhan
kejang.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada dr. Daniel Effendi, Sp. A selaku pembimbing dalam penyusunan laporan kasus ini,
serta kepada dokterdokter pembimbing lain yang telah membimbing penulis selama di
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih. Penulis
juga mengucapkan terimakasih kepada rekanrekan anggota Kepaniteraan Klinik Ilmu
1
Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih serta berbagai pihak yang telah
memberi dukungan dan bantuan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan tidak luput
dari kesalahan. Oleh karena itu, penulis sangat berharap adanya masukan, kritik maupun
saran yang membangun. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya,
semoga tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.
Jakarta, 4 Maret 2016
Penulis
DAFTAR ISI
LembarPengesahan ... 1
Kata Pengantar. 2
Daftar Isi.
BAB I Pendahuluan........................................................................................................ 4
BAB II Laporan Kasus........................................................................................................ 5
BAB III TinjauanPustaka...................................................................................................
19
BAB I
PENDAHULUAN
Sampai saat ini penyakit diare atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan
masalah masyarakat di Indonesia. Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/ balai
pengobatan, hampir selalu termasuk dalam kelompok 3 penyebab utama ke puskesmas.
Angka kesakitannya adalah sekitar 200-400 kejadian diare diantara 1000 penduduk setiap
tahunnya. Dengan demikian di Indonesia diperkirakan ditemukan penderita diare sekitar 60
juta kejadian setiap tahunnya, sebagian besar (70-80%) dari penderita ini adalah anak
dibawah 5 tahun ( 40 juta kejadian). Kelompok ini setiap tahunnya mengalami lebih dari
satu kejadian diare. Sebagian dari penderita (1-2%) akan jatuh ke dalam dehidrasi dan kalau
tidak segera ditolong 50-60% diantaranya dapat meninggal.1
Pada pencatatan dan pelaporan yang ada, baru sekitar 1,5-2 juta penderita penyakit
diare yang berobat rawat jalan ke sarana kesehatan pemerintah. Jumlah ini adalah sekitar 10%
dari jumlah penderita yang datang berobat untuk seluruh penyakit sedangkan jika ditinjau
dari hasil survey rumah tangga (LRKN 1972) diantara 8 penyakit utama, ternyata prosentase
penyakit diare yang berobat sangat tinggi, yaitu 72% dibandingkan 56% untuk rata-rata
penderita seluruh penyakit yang memperoleh pengobatan.1
BAB II
PRESENTASI KASUS
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
RS PENDIDIKAN : RSUD BUDHI ASIH
STATUS PASIEN KASUS I
Nama Mahasiswa : Satria Adji Hady PrabowoPembimbing : dr. Daniel, SpA
NIM
: 030.10.247
Tanda tangan :
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. R
Umur
: 5 Bulan, 21 hari
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 3 September 2015
Alamat
: Jl.Muara RT/RW 02/01, Jatinegara
pasien lupa nama obatnya, namun tidak ada perbaikan hingga keesokan harinya. Pada tanggal
23 Februari 2016 pagi, ibu pasien mengatakan pasien mengalami demam tinggi, tetapi hanya
diukur dengan perabaan tangan, kemudian orang tua pasien memberikan obat penurun panas
di apotek terdekat. Demam turun saat diberikan obat, namun untuk keluhan mencret dan
muntahnya masih belum teratasi. Nafsu makan pasien menurun karena mual dan muntah
tersebut. Sehingga pada sore harinya orangtua pasien memutuskan untuk membawa pasien ke
IGD RSUD Budhi Asih. Selama sakit pasien terlihat gelisah, rewel, lebih cepat haus, ingin
minum terus dan menangis terus. Berat badan pasien menurun selama sakit, dari 9,4kg
menjadi 8,8 kg. Ibu pasien juga mengatakan pasien sering mules dan sakit saat Buang air
besar, setelah buang air besar pasien lebih tenang.
KEHAMILAN
Perawatan antenatal
Tempat persalinan
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Bidan
Spontan pervaginam
Tengkurap
: Umur 3 bulan
Duduk
: -
Berdiri
: -
Berjalan
: -
(Normal: 13 bulan)
Bicara
: -
Perkembangan pubertas
Rambut pubis
:Payudara
:Menarche
:Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan : baik sesuai usia.
E. RIWAYAT MAKANAN
Tabel 3. Riwayat MakananUsia 0 6 Bulan
Umur
ASI/SUSU
(bulan)
FORMULA
02
ASI
SUSU
24
46
Buah / Biskuit
Bubur Susu
Nasi Tim
FORMULA
SUSU
FORMULA
Kesimpulan riwayat makanan: Pasien mendapatkan ASI hanya selama 1 minggu dan
dilanjutkan dengan meminum susu formula karena setiap diberikan ASI pasien menolak.
F. RIWAYAT IMUNISASI
Tabel 4. Riwayat Imunisasi
Vaksin
BCG
DPT / PT
2 bulan
2 bulan
Dasar ( umur )
X
X
4 bulan
-
Ulangan ( umur )
Polio
0 bulan
2 bulan
4 bulan
Campak
Hepatitis B 0 bulan
X
1 bulan
Tanggal lahir
Jenis
(umur)
kelamin
5 bulan, 21 hari
Laki-laki
Hidup
+
Lahir
mati
-
Abortus
-
Mati
Keterangan
(sebab)
kesehatan
Pasien
6
Nama
Perkawinan keUmur saat menikah
Pendidikan terakhir
Agama
Suku bangsa
Keadaan kesehatan
Kosanguinitas
Penyakit, bila ada
Ibu / Wali
Ny. F
1
27 tahun
SMK
Islam
Jawa
Sehat
-
Umur
(-)
Penyakit
Difteria
Umur
(-)
Penyakit
Penyakit
Umur
(-)
jantung
Cacingan
(-)
Diare
(-)
Penyakit ginjal (-)
DBD
(-)
Kejang
(-)
Radang paru
(-)
Otitis
(-)
Morbili
(-)
TBC
(-)
Parotitis
(-)
Operasi
(-)
Lain-lain
(-)
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita : Pasien belum pernah sakit seperti
ini sebelumnya.
I. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal bersama ayah dan ibu di rumah milik sendiri. Rumah memiliki ventilasi yang
cukup, jendela dibuka tiap pagi agar udara dan sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah.
Sumber air bersih menggunakan air PAM. Tempat pembuangan sampah didepan rumah dan
setiap hari diangkut oleh petugas kebersihan. Daerah tempat tinggal adalah perumahan padat
penduduk.
Kesimpulan keadaan lingkungan: Lingkungan perumahan cukup baik, tetapi padat
penduduk.
J.
Ptosis
Lagofthalmus
Cekung
Kornea jernih
Lensa jernih
Pupil
Refleks cahaya
: langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk
: normotia
Tuli
: -/Nyeri tarik aurikula : -/Nyeri tekan tragus
: -/Liang telinga
: lapang +/+
Membran timpani
: sulit dinilai
Serumen
: -/Refleks cahaya
: sulit dinilai
Cairan
: -/HIDUNG :
Bentuk
: simetris
Napas cuping hidung: -/Sekret
: -/Deviasi septum
:Mukosa hiperemis
: -/Konka eutrofi
:+/+
BIBIR
: mukosa berwarna merah muda, kering (+),sianosis (-)
MULUT
: trismus(-),oral hygiene baik, tumbuh gigi (+), mukosa gusi dan pipi
berwarna merah muda.
LIDAH
: Normoglosia, mukosa merah muda (-), atrofi papil (-), tremor (-),
coated tongue (-)
TENGGOROKAN : Arkus faring simetris, hiperemis (-), uvula ditengah
LEHER
: Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid
maupun KGB, tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran
THORAKS
JANTUNG
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
PARU
Inspeksi
:Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan
yang tertinggal, pernapasan abdomino-torakal, retraksi suprastrenal (-),
benjolan, roseola spot (-), kulit keriput (-), gerakan peristaltik (-)
Palpasi : supel,nyeri tekan (-), turgor menurun. Hepar dan lien tidak teraba.
Perkusi : timpani pada seluruh lapang perut
Auskultasi :bising usus (+), frekuensi 10x / menit
GENITALIA: Jenis kelamin laki-laki, fimosis (-), parafimosis (-), hipospadia (-), epispadia
(-), tanda radang (-)
KGB :
Preaurikuler
Postaurikuler
Submandibula
Supraclavicula
Axilla
Inguinal
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas
Kekuatan motorik
Postur
Tonus
STATUS NEUROLOGIS
Reflex fisiologis
: normal
Refleks Patologis
: (-)
diperiksa
0
Keadaan umum
Sehat
yang ditemukan
1
Gelisah, cengang,
2
Mengigau, koma atau
10
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/ menit
apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat < 120
syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering dan sianosis
Lebih dari 140
:1
:1
:0
:1
:1
:1 +
5 (dehidrasi sedang)
Hasil
Nilai Normal
Leukosit
8,9 ribu/L
6-17,5
Eritrosit
4,5 jt/L
3,6 5,2
Hemoglobin
11 g/dL
10,1 - 12,9
Hematokrit
33 %
32-44
Trombosit
240 ribu/L
217-497
MCV
73,3 fL
73 109
MCH
24,4 pg
21 33
33,3 g/dL
26 34
13,8%
<14
93 mg/dL
50 80
Natrium
138 mmol/L
135 155
Kalium
3,1 mmol/L
3,6 5,5
Klorida
108 mmol/L
98 109
MCHC
RDW
Kimia klinik
Metabolisme
Karohidrat
GDS
Elektrolit
11
IV. RESUME
Pasien anak, laki-laki usia 5 bulan, 21 hari datang ke IGD RSUD BA dengan keluhan
mencret sejak 2 hari Sebelum masuk rumah sakit. Mencret >10 kali/hari, banyaknya gelas
aqua, cair, ada ampas, warna kuning, tidak berbau, tidak ada lendir dan darah. Muntah 5-8x/
hari, muntah cair berisi lendir bercampur susu, sebanyak gelas aqua. Ada demam dan
penurunan nafsu makan dan berat badan dari 9,4 kg menjadi 8,8 kg. Selama sakit pasien
gelisah, rewel dan menangis terus, lebih haus ingin minum terus, mules dan sakit saat buang
air besar, setelah buang air besar pasien lebih tenang. Dari pemeriksaan didapatkan keadaan
umum tampak sakit sedang, composmentis, kesan gizi baik, nadi 124 x/ menit, suhu 38,5C,
frekuensi napas 40 x/ menit, mata cekung +/+, bibir kering +, bising usus meningkat
(10x/menit), turgor menurun, CRT > 3 detik, skor Maurice king 5. Pada pemeriksaan
laboratories didapatkan kalium menurun (3,1 mmol/L).
V. DIAGNOSIS BANDING
Gastroenteritis akut et causa infeksi virus dengan dehidrasi sedang
Gastroenteritis akut et causa infeksi bakteri dengan dehidrasi sedang
Gastroenteritis akut et causa infeksi parasit dengan dehidrasi sedang
VI. DIAGNOSIS KERJA
- Gastroenteritis akut et causa infeksi virus dengan dehidrasi sedang
- Hipokalemia
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
Feses Rutin
VIII. PENATALAKSANAAN
A. Non-medikamentosa
1. Komunikasi, informasi, edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan
pasien.
2. Memberikan nutrisi yang cukup sesuai usia.
3. Memperhatikan kebersihan seperti mencuci tangan, menyaring dan memasak air
terlebih dahulu sebelum digunakan, merebus botol dan peralatan makan setiap
hari.
4. Gunakan air bersih dan matang untuk minum.
5. Kebiasaan mencuci tangan terutama sebelum menyiapkan dan memberi makanan.
12
B. Medikamentosa
1. IVFD KAEN 3B 5cc/kgBB/jam.
2. Probiotik 1 x 1 sachet
3. Zinkid 1 x 10 mg p.o
4. Pedialit 100 cc/diare
5. Paracetamol 100 mg jika suhu 38C.
IV. PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Functionam
Ad Sanationam
: Ad Bonam
: Ad Bonam
: Dubia ad Bonam
13
2016
cair, kuning
H+1
kecoklatan - Muntah (-) - Anak sudah lebih
tenang
- Demam (-)
-
Gastroenteriti
s akut et
causa infeksi
virus dengan
dehidrasi
sedang
perbaikan
Hipokalemia
-IVFD
KAEN
3B
5cc/kgBB/jam.
-Probiotik 1 x 1 sachet
-Zinkid 1 x 10 mg p.o
-Pedialit 100 cc/diare
-Paracetamol 100 mg jika
suhu 38C.
menurun
- Ekstremitas: hangat +, CRT >
3 detik
- Skor Maurice King: 3
Pemeriksaan feses pada tanggal
24 Februari 2016:
Makroskopik:
Warna
Kuning
Konsistensi
Lunak
Lendir
Negatif
Darah
Negatif
Mikroskopik:
Leukosit
Negatif
Eritrosit
Negatif
Amoeba coli
Negatif
Amoeba
hystolitica
Negatif
Telur cacing
Negatif
Pencernaan:
Lemak
Positif
Amilum
Negatif
Serat
Negatif
Sel ragi
Negatif
Gastroenteriti -IVFD
KAEN
s akut et
5cc/kgBB/jam.
causa infeksi
14
3B
16.00
kecoklatan
- Muntah (-)
- Demam (-)
R: 36 x/menit
Normosefali
Mata: ca -/-, si -/-, cekung -/Mulut: sianosis -, kering +
Thoraks: SNV, w -/-. R -/-; BJ
virus dengan
dehidrasi
ringan
perbaikan
Hipokalemia
perbaikan
-Probiotik 1 x 1 sachet
Gastroenteriti
s akut et
causa infeksi
virus dengan
dehidrasi
ringan
perbaikan
Hipokalemia
perbaikan
-IVFD
-Zinkid 1 x 10 mg p.o
-Pedialit 100 cc/diare
-Paracetamol 100 mg jika
suhu 38C.
baik
- Ekstremitas: hangat +, CRT 2
detik
Skor Maurice King: 1
27/2/ - BAB 1x,
2016
kuning
Jam
kecoklatan
16.00
- Muntah (-)
- Demam (-)
- BAK (+)
banyak
KAEN
3B
5cc/kgBB/jam.
-Probiotik 1 x 1 sachet
-Zinkid 1 x 10 mg p.o
-Pedialit 100 cc/diare
-Paracetamol 100 mg jika
suhu 38C.
-Boleh pulang
detik
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Infeksi saluran pencernaan disebabkan oleh berbagai enteropatogen termasuk bacteria, virus
dan parasit. Kebanyakan penularan infeksinya berasal dari makanan. Manifestasi terbanyak
adalah diare dan muntah, yang mungkin juga berhubungan dengan gejala sistemik, seperti
nyeri dan demam.2
Diare akut adalah perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan
air di dalam tinja melebihi normal (10 ml/kg/hari), menyebabkan peningkatan frekuensi
defekasi lebih dari 3 kali sehari, dengan atau tanpa lendir dan /atau darah. Peningkatan
kandungan air dalam tinja terjadi akibat ketidakseimbangan fungsi usus halus dan usus besar
15
dalam memproses absorpsi substrat organic dan air. Diare akut biasanya berlangsung selama
7 hari, dan biasanya sembuh sendiri, hanya 10% yang berlanjut sampai 14 hari.1,3.4
B. EPIDEMIOLOGI
Diare adalah penyebab utama kesakitan dan kematian pada anak di Negara berkembang,
dengan perkiraan 1,3 milyar episode dan 3,2 juta kematian setiap tahun pada balita. Secara
keseluruhan anak-anak ini mengalami 3.3 episod diare per tahun, tetapi di beberapa tempat
dapat mengalami 9 episode per tahun. Kasus diare yang ditangani di praktek sehari-hari
berkisar 20% dari total kunjungan untuk usia dibawah 2 tahun dan 10% untuk usia dibawah 3
yahun. Sekitar 80% kematian yang berhubungan dengan diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Penyebab kematian utama adalah dehidrasi sebagai akibat kehilanagan cairan dan
elektrolit melalui tinjanya. Penyebab kematian lain yang penting adalah disentri, kekurangan
gizi dan infeksi yang serius seperti pneumonia.4
Diare adalah penyebab penting kekurangan gizi. Ini disebabkan adanya anoreksia
pada penderita, sehingga makan lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap
makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan sari makanan meningkat karena adanya infeksi.
Jika episode berkepanjangan akan berdampak pada pertumbuhan.4
C. ETIOLOGI
Penyebab diare pada anak yang tersering adalah infeksi. Penelitian multisenter selama 1
tahun di beberapa Negara Eropa menunjukkan bahwa 65.6% dari 287 anak terinfeksi oleh
pathogen dan yang terbanyak karena Rotavirus (35.1%). Rotavirus sebagai pathogen
penyebab tersering pada usia 6 24 bulan. Infeksi oleh bakteri lebih sering terjadi pada
beberapa bulan awal kehidupan dan pada anak usia sekolah.3
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor:
1. Faktor infeksi
a.
Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare
pada anak. Infeksi enteral meliputi:
Tabel 11. Agen-agen penyebab gastroenteritis.5
Infeksi bakteri
Infeksi virus
1. Vibrio
2. E.coli
3. Salmonella
4. Shigella
5. Campylobacter
6. Yersinia
7. Aeromonas
1.
Infeksi parasit
Enteroovirus
ECHO,
Poliomyelitis)
2. Adenovirus
3. Rotavirus
4. Astrovirus
(virus 1.
Cacing
Coxsackie, Trichiuris,
(Ascaris,
Oxyuris,
Strongyloides)
2. Protozoa (Entamoeba
histolytica,
lamblia,
Giardia
Trichomonas
16
Infeksi parenteral yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan, seperti Otitis
media akut (OMA), Tonsilofaringitis, Bronkopneumonia, Ensefalitis, dan sebagainya.
Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah 2 tahun.5
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa). Pada
bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorbsi protein.5
3. Faktor makanan: makanan basi, beracun, laergi terhadap makanan.
4. factor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare
terutama pada anak yang lebih besar.5
Table 12. kuman pathogen penyebab diare.4
Virus
Bakteri
Protozoa
Tidak terdapat
pathogen
Kuman pathogen
Rotavirus
E. coli enterotoksigenik
% kasus
15 25
Shigella
Salmonella (non-typoid)
10 20
5 15
10 15
5 10
15
15
Tidak ada
Trimethroprim-sulfamethoxazole
Tidak ada
Tetrasiklin
Tidak ada
Tidak ada
E. coli eteropatogenik
Cryptosporidium
5 15
Tidak ada
20 30
Tidak ada
Champylobacter jejuni
Vibrio cholera
D. FAKTOR RESIKO
Kuman penyebab diare biasanya menyebar melalui mulut (orofecal) antara lain melalui
makanan/minuman yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja pasien. Beberapa
prilaku khusus dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan resiko
terjadinya diare, antara lain:
17
Selain itu, beberapa factor penjamu dapat meningkatkan insiden, beratnya penyakit
dan lamanya diare, seperti:
Tidak memberi ASI sampai 2 tahun. ASI memiliki immunoglobulin yang melindungi
kita dari berbagai kuman penyebab diare, seperti Shigella dan V. cholera.4
Kurang gizi. Resiko kematian meningkat pada anak kurang gizi.
Campak. Diare dan disentri lebih sering terjadi pada anak dengan campak atau yang
menderita campak dalam 4 minggu terakhir. Hal ini akibat dari penurunan imun
pasien.2,4
Imunodefisiensi. Mungkin hanya sementara misalnya sesudah infeksi virus, atau
berlangsung lama seperti penderita AIDS.2,4
Umur. Kebanyakan terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan dan golongan tertinggi
pada usia 6 11 bulan, pada masa diberikan makanan pendamping.4
Penggunaan
antibiotik
jangka
panjang
dapat
mengganggu
18
bakteri dalam usus dan ikut mempercepat pengeluaran bakteri bersama tinja.1
Filtrasi hepar
Sel Kupfer dapat bertindak sebagai filtrasi terhadap bahan-bahan yang berbahaya
yang diabsorpsi oleh usus dan mencegah bajan-bahan berbahaya tadi masuk ke
kuman,
natural
antibody
dapat
menghambat
ileum.1
Imunoglobulin lain
IgG terdapat dalam jumlah kecil dalam usus dan mudah rusak dalam lumen usus.
Hanya bila mukosa usus mengalami peradangan IgG bersama-sama dengan sel
plasma terdapat dalam jumlah yang banyak dalam usus dan merupakan proteksi
19
temporer. IgM dapat menggantikan fungsi IgA bila karena suatus ebab terjadi
defisiensi IgA.1
F. MEKANISME DIARE
Mekanisme diare akut dapat dibagi dalam 2:
1. Diare sekretorik
Diare sekretorik disebakan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal ini
terjadi bila absorpso natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan
kehilangan air dan elektrolit tubuh sebagai tija cair. Hal ini menyebabkan dehidrasi. Pada
diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh
toksin bakteri seperti toksin Escherichia coli dan Vibrio cholera atau virus (rotavirus). 4
Penyebab diare sekretorik:
a. Infeksi virus, kuman-kuman pathogen dan apatogen.
b. Hiperperistaltik usu halus yang dapat disebabkam oleh bahan-bahan kimia,
makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu asam),
gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan
sebagainya.
c. Defisensi imun terutama SIgA (secretory Immunoglobulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipatgandanya bakteri/ flora usus dan jamur, terutama candida.5
2. Diare osmotik
Mukosa usus halus adalah epitel berpori, yang dapat dilewati air dan elektrolit dengan
cepat untuk mempertahankan tekanan osmotik antara isi usus dengan cairan ekstraseluler.
Dalam keadaan ini, diare dapat terjadi apabila suatu bahan yang secara osmotic aktif dan
sulit diserap. Jika bahan semacam itu berupa larutan isotonic, air dan bahan yang larut
didalamnya akan lewat tanpa diabsorpsi sehingga terjadi diare.4 Penyebab diare osmotik:
a. Malabsorpsi makanan.
b. KKP (kekurangan kalori protein).
c. BBLR (bayi berat badan lahir rendah) dan bayi baru lahir.
Patogenesis diare akut.
1. Masuknya jasad renik yang masih hidup ke dalam usus halus setelah berhasil
melewati rintangan asam lambung.
2. Jasad renik tersebut berkembang biak di dalam usus halus.
3. Oleh jasad renik dikeluarkan toksin (toksin diaregenik).
4. Akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare.5
G. MANIFESTASI KLINIS
Gejala gastrointestinal bisa berupa diare, kram perut dan muntah. Sedangkan manifestasi
sistemik
bervariasi
tergantung
pada
penyebabnya.Penderita
dengan diare
cair
mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium, klorida, dan bikarbonat.
Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan kehilangan air juga
20
meningkat bila ada panas. Hal ini dapat menyebabkan dehidrasi, asidosis metabolik dan
hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang paling berbahaya karena dapat
menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler dan kematian bila tidak diobati dengan
tepat. Dehidrasi yang terjadi menurut tonisitas plasma dapat berupa dehidrasi isotonik,
dehidrasi hipertonik (hipernatremik) atau dehidrasi hipotonik. Menurut derajat
dehidrasinya bisa tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan, dehidrasi sedang atau dehidrasi berat.
Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat dehidrasi. Panas
badan umum terjadi pada penderita dengan inflammatory diare. Nyeri perut yang lebih
hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rektum menunjukkan
terkenanya usus besar. Karena seringnya defekasi, anus dan sekitarnya menjadi lecet
karena tinja makin lama makin asam akibat banyaknya asam laktat akibat pemecahan
laktosa yang tidak dapat diabsorbsi usus. Mual dan muntah adalah simptom yang non
spesifik akan tetapi muntah mungkin disebabkan oleh karena organisme yang
menginfeksi saluran cerna bagian atas atau pada non inflammatory diare. Nafsu makan
dapat berkurang atau tidak ada.1,6
Tabel 13. Simtom, gejala klinis dan sifat tinja penderita diare akut karena infeksi virus.1
Simtom
& Rotavirus
Gejala
E.coli
E.
coli Salmonel
Shigella
V.
enterotoksig
enteroinvasif
la
Jarang
Jarang
cholerae
enik
Mual
& Dari
muntah
permulaan
Panas
Sakit
Tenesmus
Kadang-
Tenesmus,
Tenesmu
Tenesmus,
Kolik
kadang
kolik
s,
Gejala lain
kolik, kolik,
pusing
pusing
Bakterie
Dapat ada
distensi
mia,
kejang
abdomen
toksemia
Sering
Hipotensi
sistemik
Sifat tinja
Volume
Sedang
Banyak
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Sangat
banyak
21
Frekuensi
10x
Sering
Sering
Sering
Seing
Hamper
sekali
terus
menerus
Konsistensi
Berair
Berair
Kental
Berlendir
Kental
Berair
Mukus
Jarang
Sering
Flacks
Darah
Kadang-
Sering
kadang
Bau
Warna
Leukosit
Sifat lain
Bau tinja
Hijau,
Tidak
kuning
berwarna
Tidak
spesifik
busuk
berbau
Hijau
Hijau
Hijau
Anyir
Tinja
seperti air
cucian
beras
H. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan hal-hal sebagai berikut: lama diare, frekuensi, volume,
konsistensi tinja, warna, bau, ada/tidak lendir dan darah. Bila disertai muntah: volume dan
frekuensinya. Kencing: warna, banyaknya, kapan terakhir kencing (dalam 6 8 jam
terakhir). Makanan dan minuman yang diberikan selama diare, bentuk, dan banyaknya.
Adakah panas atau penyakit lain yang menyertai seperti: demam, batuk, pilek, otitis
media, campak, kejang.Tindakan yang telah dilakukan ibu selama anak diare: memberi
oralit, membawa berobat ke Puskesmas atau ke Rumah Sakit dan obat-obatan yang
diberikan serta riwayat imunisasinya. Penderita diare disekitar rumah dan berat badan
sebelum sakit (bila diketahui).1,3,6,7
2. Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung
dan pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi:
kesadaran, rasa haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubunubun besar cekung atau tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata,
22
bibir,
mukosa
mulut
dan
lidah
kering
atau
basah.
Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang
lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena
perfusi dan capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian
beratnya atau derajat dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan
membandingkan berat badan sebelum dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan
kriteria Skor Maurice King dan lain-lain.1,4
Derajat dehidrasi ditentukan berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan.
- Dehidrasi ringan: bila terjadi penurunan berat badan 2 - 5%.
- Dehidrasi sedang: bila terjadi penurunan berat badan 5-10%.
- Dehidrasi berat: bila terjadi penurunan berat badan > 10%.1
b. Skor Maurice King
kemudan dilepas.
Jika kulit kembali normal dalam waktu:
* 2 5 detik: turgor agak kurang
* 5 10 detik: turgor kurang
* > 10 detik: turgor sangat kurang.1
Berdasarkan skor yang ditemukan pada penderita, dapat ditemukan derajat
dehidrasinya:
* skor 0 2: dehidrasi ringan
* skor 3 6: dehidrasi sedang
* skor> 7: dehidrasi berat.1
c. Menurut tonisitas:
- Dehidrasi isotonik, bila kadar natrium dalam plasma antara 131-150 mEq/L.
- Dehidrasi hipotonik, bila kadar natrium < 130 mEq/L.
- Dehidrasi hipertonik, bila kadar natrium >150 mEq/L.
23
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak diperlukan,
hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab dasarnya tidak
diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada penderita dengan dehidrasi
berat dan pada diare yang tidak sembuh dalam 5-7 hari. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada diare akut :
a. Pemeriksaan darah.
Darah lengkap.
Pemeriksaan elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kadar ureum, kultur dan
tes kepekaan terhadap antibiotika.1,6
b. Pemeriksaan tinja :
- Pemeriksaan makroskopik:
Pemeriksaan makroskopik tinja perlu dilakukan pada semua penderita
dengan diare meskipun pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan. Diperiksa
konsistensi, warna, bau, adakah lendir, darah.
Pemeriksaan mikroskopik:
Pemeriksaan mikroskopik untuk mencari adanya lekosit dapat memberikan
informasi tentang penyebab diare, letak anatomis serta adanya proses peradangan
mukosa. Lekosit dalam tinja diproduksi sebagai respon terhadap bakteri yang
menyerang mukosa kolon. Lekosit yang positif pada pemeriksaan tinja
menunjukkan adanya kuman invasif atau kuman yang memproduksi sitotoksin.
Normalnya tidak diperlukan pemeriksaan untuk mencari telur atau parasit
kecuali terdapat riwayat baru saja bepergian kedaerah resiko tinggi, kultur tinja
negatif untuk enteropatogen, diare lebih dari 1 minggu atau pada pasien
-
immunocompromised.
Selain itu, mungkin dibutuhkan kultur, tes resistensi antibiotik, dan pemeriksaan
24
Rehidrasi dengan oralit baru, dapat mengurangi rasa mual dan muntah.Berikan segera bila
anak diare, untuk mencegah dan mengatasi dehidrasi.Oralit baru ini adalah oralit dengan
osmolaritas yang rendah, mendekati plasma. Keamanan oralit ini sama dengan oralit yang
selama ini digunakan, namun efektivitasnya lebih baik daripada oralit formula lama.
Oralit baru dengan low osmolaritas ini juga menurunkan kebutuhan suplementasi
intravena dan mampu mengurangi pengeluaran tinja hingga 20% serta mengurangi
kejadian muntah hingga 30%.Ketentuan pemberian oralit formula baru:
Beri ibu 2 bungkus oralit formula baru
Larutkan 1 bungkus oralit formula baru dalam 1 liter air matang, untuk
persediaan 24 jam
Berikan larutan oralit pada anak setiap kali buang air besar, dengan ketentuan
sebagai berikut:
o Untuk anak berumur < 2 tahun : berikan 50-100 ml tiap kali BAB
o Untuk anak 2 tahun atau lebih : berikan 100-200 ml tiap BAB
Jika dalam waktu 24 jam persediaan larutan oralit masih tersisa, maka sisa
mempertahankan pertumbuhan yang normal. Berikan ekstra makanan pada saat anak
26
merasa lapar, pada keadaan semacam ini biasanya anak dapat menghabiskan tambahan
50% atau lebih kalori dari biasanya.4,6
4. Pengobatan
a. Pengobatan kausal
Pengobatan yang tepat terhadap kausa diare diberikan setelah kita mengetahui
penyebab yang pasti. Jika kausa dini penyakit parentearl, diberikan antibiotic
sistemik. Jika tidak terdapat infeksi parenteral, antibiotic baru boleh diberikan kalau
pada pemeriksaan laboratorium ditemukan bakteri pathogen. Di Indonesia
diperkirakan kasus diare yang disebabkan oleh infeksi (termasuk virus) kira-kira 5070%. Karena menemukan bakteri pada pemeriksaan mikroskopik umumnya sulit,
maka dipakai pegangan: bila pada pemeriksaan tija ditemukan leukosit 10-20/LP
(dengan menggunakan pembesaran 200x), maka penyebab diare tersebut dapat
dianggap infeksi enteral. Juga antibiotik dapat dipertimbangkan diberikan dengan
memperhatikan umur penderita, perjalanan penyakit, sifat tinja, dsb. Pemberian
antibiotik yang tidak rasional justru akan memperpanjang lamanya diare karena akan
mengganggu keseimbangan flora usus dan Clostridium difficile yang akan tumbuh
dan menyebabkan diare sulit disembuhkan. Selain itu, pemberian antibiotik yang tidak
rasional akan mempercepat resistensi kuman terhadap antibiotik, serta menambah
biaya pengobatan yang tidak perlu. Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, pada
penderita diare antibiotic hanya boleh diberikan kalau:
Ditemukan bakteri pathogen pada pemeriksaan mikroskopik dan/biakan.
Pada pemeriksaan makroskopik dan / mikroskopik ditemukan darah pada tinja.
Secara klinik terdapat tanda-tanda yang menyokong adanya infeksi parenteral.
Di daerah endemic kolera (diberikan tetrasiklin).
Pada neonates jika diduga terjadi infeksi nosokomial.1,6
b. Pengobatan simtomatik.
Obat antidiare.
Obat yang berkhasiat yang menghentikan diare secara cepat seperti
anntispasmodik/spasmolitik
atau
opium
(papaverin,
ekstraktum
belladonna,
loperamid, kodein, dsb) justru akan memperburuk keadaan karena akan menyebabkan
terkumpulnya cairan dilumen usus dan akan menyebabkan terjadinya bakteri berlipat
ganda (overgrowth), gangguan digesti dan absorpsi. Obat-oabt ini hanya berkasiat
untuk menghentikan peristaltic, akibatnya diare tampaknya ada perbaikan, tetapi perut
akan bertambah gembung dan dehidrasi bertambah berat yang dapat berakibat fatal
untuk penderita.1
Adsorbent.
Obat adsorbent seperti kaolin, pectin, arang aktif (charcoal), bismuth
subbikarbonat, dsb. Telah terbukti tidak ada manfaatnya. 1
27
Stimulans.
Obat stimulans seperti adrenalin, niketamid, dsb, tidak akan memperbaiki
renjatan atau dehidrasi karena penyebab dehidrasi ini adalah kehilangan cairan
(hipovolemik syok) sehingga pengobatan yang paling tepat adalah pemberian cairan
secepatnya.1
Antiemetik.
Obat antiemetik seperti klorpromazin (largaktil) terbukti selain mencegah
muntah juga mengurangi sekresi san kehilangan cairan bersama tinja. Pemberian
dalam dosis adekuat (sampai dengan 1 mg/kgbb/hari) kiranya cukup bermanfaat,
tetapi juga perlu diingat efek samping dari obat ini. Penderita menjadi ngantuk
sehingga intake cairan berkurang.1
Antipiretika.
Obat antipiretika seperti preparat salisilat (asetasol, aspirin) dalam dosis
rendah (25 mg/tahun/kali) ternyata selain berguna untuk menurunkan panas sebagai
akibat dehidrasi atau panas karena infeksi, juga mengurangi sekresi cairan yang keluar
bersama tinja.1
c. Pengobatan diitetik.
Memuasakan penderita diare (hanya member air the) sudah tidak dilakukan lagi
karena memperbesar kemungkinan terjadinya hipoglikemia dan/ KKP. Sebagai
pegangan dalam melaksanakan pengobatan diitetik, dipakai singkatan O-B-E-S-E
sebagai singkatan Oralit, Breast feeding, Early Feeding Stimultaneouslt with
Education.
Cara pemberian makanan.
- Pada bayi dengan ASI.
Asi dilanjutkan bersama-sama dengan oralit, selang-seling.
Pada bayi berumur > 4 bulan (sudah mendapat buah-buahan, makanan tambahan
I dan II) dilanjutkan dengan fase readaptasi, sedikit demi sedikit makanan
diberikan kembali seperti sebelum sakit.1,6
- Pada bayi dengan susu formula.
Diberikan oralit, selang-seling dengan susu formula.
Jika bayi telat mendapat makanan tambahan (umur > 4 bulan), makanan
tambahan untuk sementara dihentikan, diberikan sedikit demi sedikit mulai hari
ke 3.1.6
- Anak-anak berumur lebih dari 1 tahun.
Dengan gizi jelek (berat badan < 7kg), realimentasi sama dengan bayi.
Dengan gizi baik, realimentasi diberikan sbb:
Hari 1: Oralit + bubur tanpa sayur + pisang.
Hari 2: Bubur dengan sayur.
Hari 3: Makanan biasa.1,6
d. Terapi cairan
28
Tujuan dalam mengelola dehidrasi yang disebabkan diare adalah untuk mengoreksi
kekurangan cairan dan elektrolit secara cepat (terapi rehidrasi) dan kemudian menggantu
cairan yang hilang sampai diarenya berhenti (terapi rumatan). Kehilangan cairan dapat
diganti secara oral atau intravena.4
1. Upaya rehidrasi oral (URO)
URO berdasarkan prinsip bahwa absorbs natrium usus (dan juga elektrolit lain dan air)
dilakukan oleh absorbs aktif molekul makanan tertentu seperti glukosa (yang
dihasilkan dari pemecahan sukrosa atau tepung yang dimasak) atau L asam amino
(yang dihasilkan dari pemecahan protein dan peptida). Untungnya proses ini terus
berlangsung normal selama diare sekretorik, meskipun jalur lain absorbsi natrium oleh
usus rusak. Jika penderita diare sekretorik minum larutan garam isotonic yang tidak
mengandung sumber glukosa atau asam amino, natrium tidak akan diabsorbsi dan
cairan tetap berada di usus, ditambahkan ke volume tinja penderita. Namun, jika diberi
cairan isotonic yang seimbang antara glukosa dan garamnya, absorbs ikatan glukosa
natrium akan terjadi dan hal ini akan diikuti dengan absorbs air dan elektrolit yang
lain. Proses ini dapat mengoreksi kehilangan air dan elektrolit yang ada dan mengganti
kehilangan tinja selanjutnya pada kebanyakan penderita diare sekretorik, tidak
tergantung pada penyebab diare atau umur penderita. URO dapat diberikan berupa
cairan oralit dan cairan rumah tangga.4
2. Cairan intravena
Cairan intravena dibutuhkan pad penderita dengan dehidrasi berat dan hanya untuk
mengembalikan dengan cepat volume darahnya serta memperbaiki syok hipovolemik.
Cairan yang lebih disukai adalah ringer laktat (Hartmann) yang mengandung
konsentrasi natrium yang tepat dan cukup laktat yang akan dimetabolisme menjadi
bikarbonat untuk memperbaiki asidosis metabolic. Namun demikian konsentrasi
kaliumnya rendah dan larutan ini tidak mengandung glukosa untuk mencegah
hipoglikemi. Pemberian oralit dan makanan dini akan memberikan jumlah kalium dan
glukosa yang dibutuhkan.4,8
Bila ringer laktat tidak tersedia, maka dapat digunakan NaCl 0,9%, cairan D
Gana atau NaCl 0,45%, tetapi cairan ini kurang tepat bila diperhatikan kandungan
natrium, kalium atau prekusor basa. Dekstrosa tidak dapat digunakan karena cairan ini
hanya mengandung air dan glukosa, tidak mengandung elektrolit, sehingga tidak dapat
mengganti kehilangan elektrolit atau memperbaiki asidosis.4,8
Terapi diare tanpa dehidrasi
29
Anak yang menderita diare tetapi tidak mengalami dehidrasi harus mendapatkan cairan
tambahan di rumah guna mencegah terjadinya dehidrasi. Anak harus terus
mendapatkan diet yang sesuai dengan umur mereka, termasuk meneruskan pemberian
ASI. Tatalaksananya:
- Anak dirawat jalan
- Ajari ibu mengenai 4 aturan untuk perawatan di rumah:
beri cairan tambahan
beri tablet Zinc
lanjutkan pemberian makan
nasihati kapan harus kembali
Beri cairan tambahan, sebagai berikut:
Jika anak masih mendapat ASI, nasihati ibu untuk menyusui anaknya lebih
sering dan lebih lama pada setiap pemberian ASI. Jika anak mendapat ASI
eksklusif, beri larutan oralit atau air matang sebagai tambahan ASI dengan
menggunakan sendok. Setelah diare berhenti, lanjutkan kembali ASI eksklusif
BAB.
Ajari ibu untuk memberi minum anak sedikit demi sedikit dengan menggunakan
cangkir. Jika anak muntah, tunggu 10 menit dan berikan kembali dengan lebih
lambat. Ibu harus terus memberi cairan tambahan sampai diare anak berhenti.
Ajari ibu untuk menyiapkan larutan oralit dan beri 6 bungkus oralit (200 ml)
untuk dibawa pulang.
Beri tablet zinc
Ajari ibu berapa banyak zinc yang harus diberikan kepada anaknya:
Di bawah umur 6 bulan : tablet (10 mg) per hari selama 10 hari
Umur 6 bulan ke atas : 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.8
Ajari ibu cara memberi tablet zinc:
Pada bayi: larutkan tablet zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI
perah atau larutan oralit.
Pada anak-anak yang lebih besar: tablet dapat dikunyah atau dilarutkan
Ingatkan ibu untuk memberi tablet zinc kepada anaknya selama 10 hari penuh.
Tindak lanjut
Nasihati ibu untuk membawa anaknya kembali jika anaknya bertambah parah,
atau tidak bisa minum atau menyusu, atau malas minum, atau timbul demam,
atau ada darah dalam tinja. Jika anak tidak menunjukkan salah satu tanda ini
namun tetap tidak menunjukkan perbaikan, nasihati ibu untuk kunjungan ulang
-
Pada umumnya, anak-anak dengan dehidrasi sedang/ringan harus diberi larutan oralit,
dalam waktu 3 jam pertama di klinik saat anak berada dalam pemantauan dan ibunya
diajari cara menyiapkan dan memberi larutan oralit.Tatalaksananya sebagai berikut:
Pada 3 jam pertama, beri anak larutan oralit dengan perkiraan jumlah sesuai dengan
berat badan anak (atau umur anak jika berat badan anak tidak diketahui), seperti yang
ditunjukkan dalam bagan berikut ini. Namun demikian, jika anak ingin minum lebih
banyak, beri minum lebih banyak.8
Tunjukkan pada ibu cara memberi larutan oralit pada anak, satu sendok teh setiap 1
2 menit jika anak berumur di bawah 2 tahun; dan pada anak yang lebih besar, berikan
minuman oralit lebih sering dengan menggunakan cangkir.
Lakukan pemeriksaan rutin jika timbul masalah
o
Jika anak muntah, tunggu selama 10 menit; lalu beri larutan oralit lebih lambat
menyiapkan larutan oralit dan beri beberapa bungkus oralit secukupnya kepada ibu
agar bisa menyelesaikan rehidrasi di rumah ditambah untuk rehidrasi dua hari
berikutnya.8
Nilai kembali anak setelah 3 jam untuk memeriksa tanda dehidrasi yang terlihat
sebelumnya (Catatan: periksa kembali anak sebelum 3 jam bila anak tidak bisa
o
o
o
cara: beri cairan intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat
atau Ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi
sebagai berikut :
UMUR
5 jam
2,5 jam
pedoman
33
Bujuk anak untuk makan dengan memberikan makanan setidaknya 6 kali sehari.
Beri makanan yang sama setelah diare berhenti dan beri makanan tambahan per harinya
selama 2 minggu.8
34
Anak yang menderita dehidrasi berat memerlukan rehidrasi intravena secara cepat dengan
pengawasan yang ketat dan dilanjutkan dengan rehidrasi oral segera setelah anak
membaik. Pada daerah yang sedang mengalami KLB kolera, berikan pengobatan
antibiotik yang efektif terhadap kolera. Pada saat infus disiapkan, beri larutan oralit jika
anak bisa minum. Beri 100 ml/kg larutan yang dipilih dan dibagi sesuai Tabel 18 berikut
ini.8
Tabel 15. Pemberian Cairan Intravena bagi anak dengan Dehidrasi Berat.8
Pertama, berikan 30 ml/kg Selanjutnya,
Umur < 12 bulan
Umur 12 bulan
dalam:
1 jam
30 Menit
berikan
70
ml/kg dalam:
5 jam
2 jam
Kolera
Curigai kolera pada anak umur di atas 2 tahun yang menderita diare cair akut dan
menunjukkan tanda dehidrasi berat, jika kolera berjangkit di daerah tempat tinggal
-
anak.
Nilai dan tangani dehidrasi seperti penanganan diare akut lainnya. Beri pengobatan
antibiotik oral yang sensitif untuk strain Vibrio cholerae, di daerah tersebut. Pilihan
36
Nilai kembali anak setiap 15 30 menit hingga denyut nadi radial anak teraba. Jika
hidrasi tidak mengalami perbaikan, beri tetesan infus lebih cepat. Selanjutnya, nilai
kembali anak dengan memeriksa turgor, tingkat kesadaran dan kemampuan anak untuk
minum, sedikitnya setiap jam, untuk memastikan bahwa telah terjadi perbaikan hidrasi.
Mata yang cekung akan membaik lebih lambat dibanding tanda-tanda lainnya dan tidak
begitu bermanfaat dalam pemantauan.8
Jika jumlah cairan intravena seluruhnya telah diberikan, nilai kembali status hidrasi anak:
Jika tanda dehidrasi masih ada, ulangi pemberian cairan intravena seperti yang telah
diuraikan sebelumnya. Dehidrasi berat yang menetap (persisten) setelah pemberian
rehidrasi intravena jarang terjadi; hal ini biasanya terjadi hanya bila anak terus
-
bisa minum tanpa kesulitan (biasanya dalam waktu 34 jam untuk bayi, atau 12 jam
pada anak yang lebih besar). Hal ini memberikan basa dan kalium, yang mungkin tidak
cukup disediakan melalui cairan infus. Ketika dehidrasi berat berhasil diatasi, beri tablet
zinc.8
5. Nasihat kepada orang tua
Nasihat pada ibu atau pengasuh: Kembali segera jika demam, tinja
berdarah,berulang, makan atau minum sedikit, sangat haus, diare makin sering, atau
belum membaik dalam 3 hari.6,7
J. KOMPLIKASI
1. Gangguan Elektrolit
Hipernatremia
Penderita diare dengan natrium plasma > 150 mmol/L memerlukan pemantauan
berkala yang ketat. Tujuannya adalah menurunkan kadar natrium secara perlahanlahan. Penurunan kadar natrium plasma yang cepat sangat berbahaya oleh karena
38
dapat menimbulkan edema otak. Rehidrasi oral atau nasogastrik menggunakan oralit
adalah cara terbaik dan paling aman.1,4,6
Koreksi dengan rehidrasi intravena dapat dilakukan menggunakan cairan
0,45% saline 5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan
berat badan tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal
lanjutkan dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali
natrium plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline 5% dektrosa,
perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus
setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai
diberikan. Lanjutkan pemberian oralit 10 ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare
berhenti.6
Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya mengandung
sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L). Hiponatremi sering terjadi
pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oedema. Oralit
aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anak dengan hiponatremi. Bila tidak
berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi yaitu :
memakai Ringer Laktat atau Normal Saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125 kadar
Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh diberikan
dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak boleh
melebihi 2 mEq/L/jam. Hiperkalemia Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi
dilakukan dengan pemberian kalsium glukonas 10% 0,5 1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan
dalam 5 10 menit dengan monitor detak jantung.1,6
Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3.5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K : jika
kalium 2,5 3,5 mEq/L diberikan per-oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila < 2,5
mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam 4
jam. Dosisnya: (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan
dalam 4 jam, kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 +
1/6 x 2 mEq x BB).1,6
Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus, gangguan
fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan kalium
dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang kaya
kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.1,6
2. Kegagalan Upaya Rehidrasi Oral
39
Kegagalan upaya rehidrasi oral dapat terjadi pada keadaan tertentu misalnya pengeluaran
tinja cair yang sering dengan volume yang banyak, muntah yang menetap, tidak dapat
minum, kembung dan ileus paralitik, serta malabsorbsi glukosa. Pada keadaan-keadaan
tersebut mungkin penderita harus diberikan cairan intravena.6
3. Kejang
Pada anak yang mengalami dehidrasi, walaupun tidak selalu, dapat terjadi kejang sebelum
atau selama pengobatan rehidrasi. Kejang tersebut dapat disebabkan oleh karena :
hipoglikemi, kebanyakan terjadi pada bayi atau anak yang gizinya buruk, hiperpireksia,
kejang terjadi bila panas tinggi, misalnya melebihi 40C, hipernatremi atau hiponatremi.1,6
4. Edema
Terjadi jika pasien menerima cairan terlalu banyak. Tanda dan gejala berupa edema
kelopak mata, kejang jika edema otak, edema paru jika pada dehidrasi berat diberi larutan
garam faali. Pengobatannya adalah dengan menghentikan pemberian cairan intravena.1
5. Asidosis metabolic
Keadaan ini terjadi akibat kehilangan Na bikarbonat bersama tinja, adanya ketosis
kelaparan, adanya penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan, produk
metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan ginjal, dan
hilangnya basa cairan ekstraseluler. Sebagai kompensasi terjadi alkalosis respiratorik
dengan pernapasan Kuszmaull.1
6. Ileus paralitik
Komplikasi yang penting dan sering fatal, terutama terjadi pada anak sebagai akibat
penggunaan obat antimotilitas, dengan gejala perut kembung, muntah, peristaltic usus
berkurang atau tidak ada.1
7. Gagal ginjal akut
Dapat terjadi pada dehidrasi berat dan syok. Didiagnosis sebagai GGA bila pengeluaran
urin belum terjadi dalam waktu 12 jam setelah hidrasi cukup.1
K. PENCEGAHAN
Cara lain dibutuhkan untuk mengurangi insiden diare, yaitu intervensi yang selain
menggurangi penyebaran mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak
terhadap infeksi kuman ini. Pencegahan diare yang dilaksanakan dengan tepat, merupakan
hal yang penting seperti halnya tatalaksana.1,4 Upaya pencegahan diare dapat dilakukan
dengan cara:
1. Pemberian ASI yang benar
ASI memeberikan keuntungan seperti bayi yang mendapat ASI lebih sedikit dan lebih
ringan episode diarenya dan lebih rendah resiko kematiannya dibandingkan yang tidak
mendapat ASI. Selain itu, ada keuntungan lain, yaitu:
Pemberian ASI penuh selama 4 6 bulan sangat mengurangi resiko
diare yang fatal dan resiko infeksi yang serius.
40
Pemberian ASI adalah bersih, tidak menggunakan botol, dot, air, dan
formula yang mudah terkontaminasi dengan bakteri.
ASI mempunyai sifat imunologik terutama antibody yang melindungi
bayi terhadap infeksi terutama diare, yang ini tidak ada pada susu sapi
atau formula.
Komposisi ASI ideal untuk bayi, susu sapi atau formula mungkin
dibuat terlalu encer (yang mengurangi nilai gizi) atau terlalu pekat dan
dengan diet orang dewasa. Selama penyapihan selain susu diperkenalkan makanan
tambahan untuk mendapatkan kebutuhan gizi anak. Namun begitu ASI masih merupakan
bagian penting dari anak.4,6
Penyapihan adalah masa berbahaya pada bayi karena anak kemungkinan tidak
menerima makanan yang bernilai gizi cukup dan makanan serta minuman yang diberikan
mungkin terkontaminasi dengan mikroorganisme pathogen. Beberapa masalah yang
menyebabkan kurang gizi atau diare adalah:
Keterlambatan mulainya penyapihan yang melebihi umur 4 6 bulan
Penyapihan yang sangat mendadak
Terlalu sedikit member makanan per hari
Member makanan tambahan dengan kadar protein dan energy yang terlalu rendah.
Menyiapkan dan menyimpan makanan penyapihan dengan cara yang
-
memungkinka kontaminasi.
Memeberikan susu atau menyiapkan minuman lain dengan air atau botol yang
terkontaminasi.4
Penyapihan harus dimulai saat anak berumur 4 6 bulan. Selain ASI, ibu harus
meberikan makanan lunak seperti sereal dan sayur dua kali sehari. Ketika anak berusia 6
bulan variasi makanan harus ditingkatkan dan makanan harus diberikan paling tidak
41
empat kali sehari sebagai tambahan ASI. Setelah 1 tahun, anak harus makan segala
makanan, seperti sayur, sereal, daging dan dimask hingga makan, ditumbuk atau digiling.4
Ibu harus diajari menyiapkan, memberikan dan menyimpan makanan:
Mencuci tangan sebelum menyiapkana dan member makanan
Menyiapkan makanan pada tempat yang bersih
Memasak dan mendidihkan makanan dengan benar
Bila mungkin menyiapkan makanan sesaat sebelum makanan dimakan
Menutupi makanan yang disimpan, bila mungkin di lemari es
Jika makanan disiapkan lebih dari 2 jam, panaskan lagi sampai panas benar dan
-
Bila air tercemar, simpan terpisah dari air yang digunakan untuk
minum.
Mengambil air minum dari sumber yang paling bersih yang tersedia
Melindungi sumber air dengan menjauhkan dari binatang, dengan
4. Cuci tangan
Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air besar dan
sebelum makan. Mencuci tangan terutama efektif untuk mencegah penyebaran Shigella.
Cuci tangan yang baik membutuhkan sabun dan air yang cukup.4,6
5. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
Setiap keluarga harus mempunyai dan menggunakan jamban yang terawat dan bersih
mengikuti metode yang dianjurkan pemerintah.2,4,6
6. Membuang tinja bayi yang benar
Kumpulkan tinja, bungkus dengan daun lebar atau kertas Koran lalu ditimbun. Bantu
anak yang lebih besar agar buang air besar di jamban, lalu ceboki anak dengan bersih,
kemudian cucilah tangan anak serta tangan pencebok dengan sabun dan air.4,6
7. Imunisasi campak dan rotavirus
Adanya hubungan antara campak dan diare yang berat, dan keefektivan vaksinasi
campak, imunisasi terhadap campak merupakan cara yang efektif untuk menurunkan
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan diare. Imunisasi rotavirus dapat
42
diberikan secara oral dan vaksin hidup, pentavalen (RotaTeq). rotate diberikan pada bayi
usia 2, 4, dam 6 bulan. Rotarix diberikan dua dosis, yaitu usia 6 bulan dan 4 minggu
setelahnya. Kontraindikasinya adalah hipersensitif terhadap vaksin, malformasi
congenital saluran cerna, dan imunodefisiensi berat. 4,6,9,10
8. probiotik
Probiotik diberi batas sebagai mikroorganisme hidup dalam makanan yang difermentasi
yang menunjang kesehatan melalui terciptanya keseimbangan mikroflora intestinal yang
lebih baik. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan pemberian probiotik dalam waktu
yang panjang terutama untuk bayi yang tidak minum ASI. Probiotik harus memenuhi
beberapa criteria:
-
dalam mukosa usus belum sepenuhnya dimengerti tetapi beberapa laporan menunjukkan
adanya kompetisi untuk mengadakan perlekatan dengan enterosit (sel epitel mukosa).
Enterosit yang telah jenuh dengan bakteri probiotik tidak dapat lagi dilekati bakteri yang
lain. Jadi dengan adanya bakteri probiotik di dalam mukosa usus dapat mencegah
kolonisasi oleh bakteri pathogen. Selain itu, probiotik juga memproduksi substansi anti
bakteri.1,6
L. PROGNOSIS
Bila kita menatalaksanakan diare sesuai dengan pilar-pilar diare, sebagian besar (90%)
kasus diare pada anak akan sembuh dalam waktu kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%)
akan melanjut dan sembuh dalam kurang dari 7 hari, sebagian kecil (5%) akan menjadi
diare persisten.8
BAB IV
43
ANALISA KASUS
Pasien ini terdiagnosis Gastroenteritis akut et causa infeksi virus dengan dehidrasi sedang
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
Dari anamnesis didapatkan seorang anak laki-laki usia 5 bulan, 21 hari datang ke IGD RSUD
BA dengan keluhan mencret sejak 2 hari Sebelum masuk rumah sakit. Mencret >10 kali/hari,
banyaknya gelas aqua, cair, ada ampas, warna kuning, tidak berbau, tidak ada lendir dan
darah. Muntah 5-8x/ hari, muntah cair berisi lendir bercampur susu, sebanyak gelas aqua.
Ada demam dan penurunan nafsu makan dan berat badan dari 9,4 kg menjadi 8,8 kg.
Berdasarkan tabel 16. Simtom, gejala klinis dan sifat tinja dibawah ini pasien termasuk
penderita diare akut karena infeksi virus.1
Table 16. Simtom, gejala klinis dan sifat tinja.1
Simtom
& Rotavirus
Gejala
E.coli
E.
coli Salmonel
Shigella
V.
enterotoksig
enteroinvasif
la
Jarang
Jarang
cholera
enik
Mual
muntah
& Dari
permulaa
n
Panas
Sakit
Tenesmus
Kadang-
Tenesmus,
Tenesmu
Tenesmus,
Kolik
kadang
kolik
s,
Gejala lain
kolik, kolik,
pusing
pusing
Bakterie
Dapat ada
distensi
mia,
kejang
abdomen
toksemia
Sering
Hipotensi
sistemik
Sifat tinja
Volume
Sedang
Banyak
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Sangat
banyak
Frekuensi
10x
Sering
Sering
Sering
Seing
Hamper
44
sekali
terus
menerus
Konsistensi
Berair
Berair
Kental
Berlendir
Kental
Berair
Mukus
Jarang
Sering
Flacks
Darah
Kadang-
Sering
kadang
Bau
Warna
Leukosit
Bau tinja
Hijau,
Tidak
kuning
berwarna
Tidak
spesifik
busuk
berbau
Hijau
Hijau
Hijau
Sifat lain
Anyir
Tinja
seperti air
cucian
beras
Selama sakit pasien gelisah, rewel dan menangis terus, lebih haus ingin minum terus,
mules dan sakit saat Buang air besar, setelah buang air besar pasien lebih tenang. Dari
pemeriksaan didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, composmentis, kesan gizi baik,
nadi 124 x/ menit, suhu 38,5C, frekuensi napas 40 x/ menit, mata cekung +/+, bibir kering +,
bising usus meningkat (10x/menit), turgor menurun, CRT > 3 detik, skor Maurice king 5.
Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik didapatkan pasien termasuk ke dehirasi sedang
berdasarkan skor Maurice king pada pasien yaitu 5.
diperiksa
yang ditemukan
1
2
Gelisah,
cengang, Mengigau, koma atau
Keadaan umum
0
Sehat
45
Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/ menit
Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat<120
apatis, ngantuk
Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)
syok
Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering dan sianosis
Lebih dari 140
:1
:1
:0
:1
:1
:1 +
5 (dehidrasi sedang)
Dari pemeriksaan laboratorium darah dan tinja pada pasien ini dapat membantu
menegakkan diagnosis pasien ini, yaitu diare ec virus dan dari hasil laboratorium dapat
membantu menyingkirkan penyebab lain diare.dari hasil laboratorium didapatkan kadar
kalium pasien rendah yaitu 3,1 mmol/L, hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot,
paralitik ileus, gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemi dapat dicegah dan
kekurangan kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan
yang kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.
Mekanisme diare karena virus adalah virus dapat secara langsung merusak vili usus
halus dan mempengaruhi mekanisme enzimatik. Rotavirus menghasilkan enteroksin yang
menginduksi sekresi dan menyebabkan diare cair, beberapa jenis virus seperti rotavirus,
berkembang biak dalam epitel vili usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan
pemendekan vili. Hilangnya sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorbsi dan
penggantian sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan
usus mensekresi air dan elektrolit. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan
epitel vilinya menjadi matang. Rotavirus dan virus gastroenteritis lain menyebar secara
efisien melalui fecal-oral dan wabah sering ada di rumah sakit anak dan pusat perawatan
harian. Virus dilepaskan dalam tinja pada kadar yang amat tinggi sebelum dan selama
berhari-hari sesudah penyakit klinis. Virus - virus yang menyebabkan diare pada manusia
secara selektif menginfeksi dan menghancurkan sel-sel ujung-ujung villus pada usus halus.
Biopsi usus halus menunjukkan berbagai tingkat penumpulan villus dan infiltrate sel bundar
pada lamina propia. Perubahan-perubahan patologis yang diamati tidak berkolerasi dengan
keparahan gejala-gejala klinis dan biasanya sembuh sebelum penyembuhan diare. Pada usus
halus, enterosit villus sebelah atas adalah sel-sel yang terdiferensiasi, yang mempunyai fungsi
46
pencernaan seperti hidrolisis disakharida dan fungsi penyerapan seperti transport air dan
elektrolit melalui pengangkut bersama (kontransporter) glukosa dan asam amino. Enterosit
kripta merupakan sel yang tidak terdiferensiasi, yant tidak mempunyai enzim hidrolitik tepi
bersilia dan merupakan pensekresi (secretor) air dan elektrolit. Dengan demikian infeksi virus
selektif sel-sel ujung villus usus menyebabkan ketidakseimbangan rasio penyerapan cairan
usus terhadap sekresi dan malabsorbsi karbohidrat kompleks, terutama laktosa.
Diare sekretorik disebakan karena sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Hal
ini terjadi bila absorpsi natrium oleh vili gagal sedangkan sekresi klorida di sel epitel
berlangsung terus atau meningkat. Hasil akhir adalah sekresi cairan yang mengakibatkan
kehilangan air dan elektrolit tubuh sebagai tinja cair. Hal ini menyebabkan dehidrasi. Pada
diare infeksi perubahan ini terjadi karena adanya rangsangan pada mukosa usus oleh toksin
bakteri seperti toksin Escherichia coli dan Vibrio cholera atau virus (rotavirus).
Terapi yang diberikan kepada pasien adalah IVFD KAEN 3B 5cc/kgBB/jam sebagai cairan
rehidrasi karena memiliki kadar natrium rendah dan kalium yang tinggi serta terdapat glukosa
sehingga anak tetap mendapat suplai kalori. Probiotik 1 x 1 sachet untuk menghambat
pertumbuhan virus pathogen dalam mukosa usus, memperpendek perjalanan diare, dan
menurunkan resiko terjadinya diare persisten, Zinkid 1 x 10 mg p.o untuk mengurangi lama
dan beratnya diare sehingga dapat menurunkan risiko terjadinya dehidrasi pada anak,
mengembalikan nafsu makan anak. Pemberian zinkid yang dilakukan di awal masa diare
selama 10 hari ke depan secara signifikan menurunkan morbiditas dan mortalitas pasien.
Selain itu, zinc berperan untuk pertumbuhan dan pembelahan sel, anti oksidan,
perkembangan seksual, kekebalan seluler, adaptasi gelap, pengecapan, serta nafsu makan.
Zinkid juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh dan merupakan mediator potensial
pertahanan tubuh terhadap infeksi. Pedialit 100 cc/diare atau minuman isotonik untuk bayi
dan anak yang dapat membantu mengganti cairan dan elektrolit tubuh yang hilang yang
disebabkan diare dan muntah. Pada kasus ini pasien mengalami dehidrasi yaitu kekurangan
cairan dan elektrolit akibat diare, untuk itu diberikan pedialit 100cc/diare. Paracetamol 100
mg jika
suhu 38C.
47
BAB VI1
KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien ini di diagnosis
penderita Gastroenteritis akut et causa virus dengan dehidrasi sedang. Diare akut adalah
perubahan konsistensi tinja yang terjadi tiba-tiba akibat kandungan air di dalam tinja melebihi
normal (10 ml/kg/hari), menyebabkan peningkatan frekuensi defekasi lebih dari 3 kali sehari,
dengan atau tanpa lendir dan /atau darah. Diagnosis ini ditegakkan dengan cara
menyingkirkan penyebab diare yang lain. Pengobatan disesuai dengan keadaan pasien.
48
DAFTAR PUSTAKA
1. Suraatmaja S. Diare Akut. In: Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. 2 nd ed. Jakarta:
Sagung Seto; 2007. h. 1 24.
2. Bhutta ZA. Acute Gastroenteritis in Children. In: Nelson Textbook of Pediatrics. 19 th ed.
Philadelphia: Saunders Elsevier; 2011. p. 1323 38.
3. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Penyakit Anak RSCM. Jakarta; 2007. h. 75
83.
4. Depkes RI. Buku Ajar Diare, Pegangan untuk Mahasiswa. Jakarta: Depkes RI DITJEN
PPM & PLP; 1991. h. 3-68.
5. Abdulsalam M, Aminullah A, Barlianta L, Gatot J, Marsetio M, Suyono I. Buku Ilmu
Kesehatan Anak. Jakarta: Info Medika; 2007. h. 283-94.
6. Subagyo b, Santoso NB. Diare Akut. In: Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. 3rd ed.
Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2012. p. 87 118.
7. Pudjiadi AH, Hegar B, Handryastuti S, Idris NS, Gandaputra EP, Harmoniati ED..
Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia. Jakarta: IDAI; 2009. p.58 61.
8. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI; 2008. p. 131
45.
9. NIH. National Digestive Disease information Clearinghouse: Diarrhea. NIH Publicatoin;
2011.
10. Churgay CA, Aftab Z. Gastroenteritis in Children: Part II. Prevention and Management.
Am Fam Physician. 2012;85(11):1066-1070.
49