Anda di halaman 1dari 19

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN TINDAK PIDANA

PERJUDIAN BOLA
(Studi Kasus Di Wilayah Kota Surakarta dan Sragen)

NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

Oleh :
NOVIANDHIKA ANGGRA SETIAWAN
NIM: C. 100 080 003

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2013

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diterirna dan disahkan oleh


Dewan Penguji Skripsi Fakutas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada

Hari

Kamis

Tanggal

3 Januari 2013

Dewan penguji

Ketua

Dr. Natangsa Sur-bakti, S. H.,M.

Sekretaris

Kuswardani, S. H.,M. Hum.

Anggota

Sudaryono, S. H.,M. Hum.

Mengetahui
Dekan Fakultas Hukum

Universitas Muhammadiyah Surakarta

'(Muchamad Iksan S. H., M. H.)

ll1

SURAT PERNYATAAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Bismillahirrahmanirrahim.
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya:
Nama

: Noviandhika Anggra Setiawan

NIM

: C100 080 003

Fakultas/Jurusan

: Hukum

Jenis

: Skripsi

Judul

: UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN


TINDAK PIDANA PERJUDIAN BOLA (Studi Kasus
Wilayah Kota Surakarta Dan Sragen)

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:


1. Memberikan hak bebas royalti kepada perusahaan UMS atas penulisan
karya ilmiah saya, demi pengembangan ilmu pengetahuan.
2. Memberikan hak menyimpan, mengalihmediakan/mengalihformatkan,
mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), mendistribusikanya,
serta menampilkanya dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis
kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu minta ijin dari saya selama tetap
menampilkan nama saya, sebagai penulis/pencipta.
3. Bersedia dan menjamin untuk menanggung secara pribadi tanpa
melibatkan pihak perpustakaan UMS, dari semua bentuk tuntutan hukum
yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya ilmiah ini.
Demikian peryataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat
digunakan sebagaimana semestinya.

Surakarta, 3 Januari 2013


Yang menyatakan,

Noviandhika Anggra setiawan

iii

ABSTRAK
Upaya Kepolisian Dalam Penanganan Tindak Pidana Perjudian Bola (Studi Kasus
Wilayah Kota Surakarta Dan Sragen). Noviandhika Anggra Setiawan, Fakultas
Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Penelitian hukum ini bertujuan untuk mengetahui tentang bagaimana Upaya
Kepolisian Dalam Penanganan Tindak Pidana perjudian Bola apakah sudah
optimal dan sesuai peraturan Perundang-undangan atau belum, penelitian ini
merupakan penelitian yang bersifat normatif-empiris dengan mengidentifikasi
kajian normatif mengenai peran Kepolisian di Kota Surakarta dan Sragen dalam
penanganan tindak pidana perjudian bola. Berdasarkan pembahasan dihasilkan
kesimpulan bahwa upaya yang telah dilakukan kepolisian dalam penanganan
tindak pidana perjudian bola hasilnya belum cukup optimal hal ini dapat diketahui
dari masih seringnya ditemukan tindakan perjudian khususnya perjudian bola di
masyarakat. Hal itu juga karena Kepolisian mendapat kendala atau hambatan baik
itu dari faktor penegak hukum sendiri, masyarakat, maupun Undang-undang nya
sehingga upaya kepolisian dalam menangani tindak pidana perjudian bola tidak
dapat maksimal.
Kata kunci: upaya kepolisian dalam penanganan tindak pidana perjudian bola.
ABSTRACT
Police Action In Handling Doing An Injustice Gambling of Football ( Regional
Case Study in Surakarta And Sragen). Noviandhika Anggra Setiawan, Faculty Of
Law University of Muhammadiyah Surakarta.
Research of this law aim to to know about how to Police action In Handling of
Doing An Injustice gambling of football what have optimal and according to law
and regulation or not yet, this research is research having the character of
normatif-empiris identified study of normatif concerning role of Police in Town of
Surakarta and of Sragen in handling of doing an injustice gambling of football.
Pursuant to solution yielded conclusion that effort which have been conducted by
police in handling of doing an injustice gambling of football result of him not yet
optimal enough of this matter can know from still often him found by gambling
action specially gambling of football in society.
That thing also because Police get that good resistance or constraint from
enforcer factor punish by xself, society, and regulation of so that strive police in
handling doing an injustice gambling of football cannot maximal.
Keyword: Police Action In Handling Doing An Injustice Gambling of Football.

iv

UPAYA KEPOLISIAN DALAM PENANGANAN TINDAK PIDANA


PERJUDIAN BOLA
(Studi Kasus Wilayah Kota Surakarta dan Sragen)

PENDAHULUAN
Perjudian adalah permainan dimana pemain bertaruh untuk memilih satu
pilihan diantara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan
menjadi pemenang, pemain yang kalah taruhan akan memberikan taruhannya
kepada sipemenang, pertaruhan dan jumlah taruhan ditentukan sebelum
pertandingan dimulai.1
Dalam KUHP Pasal 303 ayat (3) perjudian adalah tiap-tiap permainan,
dimana pada umumnya kemungkinan mendapat untung tergantung pada
peruntungan belaka juga karena pemainnya lebih terlatih atau lebih mahir.
Perjudian selain bertentangan dengan norma hukum bertentangan pula
dengan norma sosial yang lain seperti norma kesusilaan dan norma agama.2 Islam
melarang perjudian dan secara tegas Allah telah memperingatkan kita tentang
keburukan judi karena judi merupakan perbuatan keji dan perbuatan syaitan,
merugikan, menimbulkan permusuhan dan kebencian, dan menghalangi untuk
ingat kepada Allah, sebagaimana dalam firman Allah SWT : (Q.S. Al`Maidah: 9091)
Dalam perspektif hukum, perjudian merupakan salah satu tindak pidana
yang meresahkan masyarakat sehubungan dengan itu dalam pasal 1 UU No. 7

M. Sudradjat Bassar, 1986, Tindak-tindak Pidana Tertentu, Remadja Karya, Bandung, Hal. 179.
Ahmad Mustafa Al-Maraghi, 1993, Tafsir Al-Maraghi Jilid 2, Karya Toha Putra, Semarang, Hal:
239.

Tahun 1974 tentang penertiban perjudian dinyatakan bahwa semua tindak pidana
perjudian sebagai kejahatan.3
RUMUSAN MASALAH
Perumusan masalah yang hendak dikemukakan adalah sebagai berikut: satu,
Bagaimana profil peraturan bagi kepolisian dalam penanganan tindak pidana
perjudian bola, dua, Mengapa masyarakat (pecinta bola) melakukan perbuatan
perjudian bola, tiga, Bagaimana mekanisme tindakan yang dilakukan Kepolisian
dalam menangani tindak pidana perjudian bola.
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian sebagai berikut: (1) Untuk mengidentifikasi dan melakukan
sinkronisasi tentang dasar hukum yang mengatur kegiatan yang dilakukan
Kepolisian dalam menangani tindak pidana perjudian bola, (2) Untuk menjelaskan
alasan masyarakat kenapa melakukan perjudian bola, (3) Untuk mengetahui
tentang mekanisme atau cara yang dilakukan Kepolisian dalam menangani tindak
pidana perjudian bola.
MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian: (1) Memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum
terutama yang berhubungan dengan tindak pidana perjudian, khususnya perjudian
bola, (2) Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang alasan mengapa
masyarakat (pecinta bola) melakukan tindak pidana perjudian bola, (3) Hasil
penelitian ini juga dapat memberi gambaran tentang mekanisme yang dilakukan
Kepolisian dalam menangani tindak pidana perjudian bola.
KERANGKA PEMIKIRAN

Chawasi Adami, 2006, Pelajaran Hukum Pidana I, Raja Grafindo Persada, Jakarta, Hal.79.

Kerangka pemikiran merupakan teori atau konsep yang bersumber dari


berbagai literatur atau refrensi dan berfungsi memberikan arahan atau panduan
bagi peneliti dalam memahami masalah penelitian dan kemudian memahami
dalam menganalisis hasil penelitian.4
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teori sebagaimana yang di kaji
oleh Yahya Harahap yang berkaitan tentang fungsi dan peran kepolisian dalam
sistem peradilan pidana.5 Fungsi penegakan hukum ditinjau dari tata tertib
sosial meliputi: (1) Penegakan Hukum Secara Aktual, yang dimaksud dengan
penegakan hukum secara aktual ialah, tindakan yang dilakukan oleh kepolisian
dalam upaya penanggulangan tindak pidana perjudian bola baik melalui laporan
dari masyarakat ataupun tindakan langsung dari aparat kepolisian, (2) Efek
preventif. Penegakan hukum diharapakan mencegah orang atau anggota
masyarakat melakukan tindak pidana. Dewasa ini kehadiran dan existensi
kepolisian di tengah-tengah kehidupan masyarakat, dimaksudkan sebagai upaya
prefensi. Dengan demikian kehadiran dan keberadaan kepolisian di anggap
mengandung preventive effect yang memiliki daya cegah anggota masyarakat
melakukan tindak pidana.
METODE PENELITIAN
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan penelitian
normatif-empiris.6 Yakni dengan mengidentifikasi kajian normatif mengenai
lembaga kepolisian dan melihat keadaan riil yang terjadi mengenai peran

Absori dkk, 2010, Pedoman Penyusunan Skripsi, Fakultas Hukum UMS, Surakarta. Hal: 18.
Yahya Harahap, 2002, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Sinar Grafika:
Jakarta. Hal: 90.
6
Roni Hanjito Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia: Jakarta, Hal. 34
5

kepolisian di kota Surakarta dan Sragen dalam penanganan tindak pidana


perjudian bola.
PEMBAHASAN
A. Profil Peraturan Bagi Kepolisian Dalam Penanganan Tindak Pidana
Perjudian Bola
1. UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia
Tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah:
(a) Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat; (b) Menegakkan
hukum; (c) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan
kepada masyarakat.
Rumusan tugas pokok tersebut bukan merupakan urutan prioritas,
ketiga-tiganya sama penting, sedangkan dalam pelaksanaannya tugas nama
yang akan dikedepankan sangat tergantung pada situasi masyarakat dan
lingkungan yang dihadapi karena pada dasarnya ketiga tugas pokok
tersebut dilaksanakan secara simultan dan dapat dikombinasikan.
Selanjutnya dalam Pasal 14 mengatur tentang pelaksanaan tugas pokok
kepolisian.7
2. KUHAP Pasal 4, 5, 6 ayat (1) dan Pasal 7 sebagai operasional pelaksanaan
penanggulangan perjudian secara penal yaitu melalui peradilan pidana.
3. UU. No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian
UU ini disusun karena perjudian pada hakekatnya bertentangan dengan
Agama, Kesusilaan dan Moral Pancasila, serta membahayakan bagi
penghidupan dan kehidupan masyarakat Bangsa dan Negara. Oleh karena

Lihat isi pembahasan Pasal 14 UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

itu UU No.7 Tahun 1974 mengatur dan menyatakan semua tindak pidana
perjudian sebagai kejahatan (Pasal 1). Sehingga

perjudian

mempunyai

unsur-unsur ada yang dipertaruhkan (uang atau barang), ada permainan,


bersifat untung-untungan (karena ada yang kalah dan ada yang menang).
Dalam UU No. 7 Tahun 1974 juga mengubah ancaman hukuman
dalam Pasal 303 ayat (1) KUHP dari Hukuman penjara selama-lamanya
dua tahun delapan bulan atau denda sebanyak-banyaknya sembilan puluh
ribu rupiah menjadi hukuman penjara selama-lamanya sepuluh tahun atau
denda sebanyak-banyaknya dua puluh lima juta rupiah.8 Hal ini karena
ancaman hukuman di dalam pasal-pasal Kitab Undang-undang Hukum
Pidana

mengenai

perjudian

dianggap

tidak

sesuai

lagi

dengan

perkembangan keadaan sehingga perlu diadakan perubahan ancaman


pidana dengan memperberatnya
4. UU. No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
Dalam UU No. 11 Tahun 2008 ini tepatnya dalam Pasal 27 ayat (2)
mengatur atau melarang perbuatan tentang tindak pidana bagi pihak yang
memakai media online dalam membuat alur perjudian khususnya perjudian
bola.9
Peraturan dalam UU ini digunakan oleh kepolisian untuk memberantas
tindak pidana perjudian bola melalui media online yang sekarang semakin
marak. UU No. 11 Tahun 2008 mengatur bagi para pihak baik yang bertaruh
maupun yang menjadi pengepul atau Bandar judi bola online.
Dalam Pasal 45 ayat (1) diatur pula ancaman pidana terhadap orang atau
pihak-pihak yang melanggar Pasal 27 ayat (2), dengan ancaman pidana

8
9

Lihat Pasal 2 ayat (1) UU No. 7 Tahun 1974.


Lihat Pasal 27 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik.

penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp
1.000.000.000,- (satu miliyar rupiah). Dengan ancaman pidana yang cukup
berat itu diharapkan efektif untuk memberantas perjudian bola secara online.
5. Kode Etik Profesi Kepolisian dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol.:
Skep/01/VII/2003
Kode etik ini adalah merupakan pedoman perilaku dan moral bagi anggota
polri bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, sebagai upaya
pemuliaan terhadap profesi kepolisian, yang berfungsi sebagai pembimbing
pengabdian, sekaligus menjadi pengawas hati nurani setiap anggota agar
terhindar dari perbuatan tercela dan penyalahgunaan wewenang.
B. Alasan Masyarakat (Pecinta Bola) Melakukan Perjudian Bola
Kesatu, Pemahaman masyarakat pecinta bola terhadap UU No.7 Tahun
1974 tentang Penertiban perjudian, dan UU No.11 Tahun 2008 tentang ITE
masih kurang

ini terbukti masih adanya praktek perjudian walaupun

dilakukan secara sembunyi-sembunyi, dengan menggunakan teknologi yang


modern (secara online) yang melanggar Pasal 27 ayat (2) UU No. 11 Tahun
2008 tentang ITE, secara terorganisir, secara rapi sehingga sulit untuk
diungkap oleh kepolisian. Kedua, Masyarakat pecinta bola sebagian
beranggapan bahwa taruhan dalam melihat pertandingan bola jika hanya
menonton saja itu tidak seru sehingga mereka melakukan taruhan walaupun
hanya dengan barang atau bahkan dengan uang dengan jumlah yang tidak
sedikit dan hal ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk membuka pusat

taruhan untuk memanfaatkan perilaku masyarakat pecinta bola yang suka


bertaruh.
C. Mekanisme Tindakan Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Menangani
Tindak Pidana Perjudian Bola
1. Upaya Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Perjudian Bola
a. Upaya Represif
Adalah upaya yang dilakukan oleh kepolisian untuk memberantas
kejahatan setelah kejahatan itu dilakukan, hal ini berwujud suatu
penanganan kasus yang masuk sesuai dengan aturan yang ada, antara
lain:
1) Informasi dari masyarakat
Adanya informasi dari masyarakat sangat penting dan di
perlukan oleh aparat penegak hukum untuk menangkap pelaku
perjudian karena dengan informasi tersebut aparat penegak hukum
mengetahui tentang adanya tindak pidana perjudian yang terjadi di
suatu tempat, sehingga dalam hal ini masyarakat sangat
mempunyai peran yang sangat besar dalam membantu memberikan
informasi. Ini termasuk wewenang kepolisian dan diatur dalam
Pasal 15 ayat (1) UU No. 2 Tahun 2002.
2) Penyelidikan dan Penyidikan
Melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap pelaku
perjudian apabila terbukti bersalah telah melakukan tindak pidana

perjudian dan menindaklanjuti kasus tersebut. Berdasar Pasal 16


UU No. 2 Tahun 2002.
3) Penyergapan
Setelah bukti-bukti mencukupi dan aparat penegak hukum
melihat sendiri bahwa telah terjadi tindak pidana perjudian maka
dapat

melakukan

dikhawatirkan

penyergapan

pelaku

akan

terhadap

melarikan

pelaku

diri.

karena

Tindakan

ini

berdasarkan Pasal 16 UU No.2 Tahun 2002.


4) Memberikan hukuman atau menjatuhkan pidana
Apabila

terjadi

suatu

tindak

pidana

perjudian

dalam

masyarakat, maka dapat dipastikan akan terjadi ketidakseimbangan


dalam masyarakat, sehingga perlu adanya suatu tindakan untuk
memulihkan ketidakseimbangan tersebut, yaitu dengan jalan
memberikan hukuman terhadap pelaku tindak perjudian sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dengan demikian
diharapkan pelaku judi menyadari akan tindakan yang dilakukan
memang tidak ditoleransi oleh pemerintah sehingga dapat
memberikan efek jera kepada pelaku perjudian.
5) Pembinaan
Setiap manusia pasti pernah melakukan kesalahan namun
bukan berarti manusia tidak memiliki kesempatan untuk berubah.
Dalam kehidupan manusia hanya ada dua pilihan kesempatan,
tetap melakukan kesalahan ataukah mengubah kesalahan. Ketika

seseorang memilih untuk mengubah kesalahan, yang dibutuhkan


olehnya pertama kali adalah bantuan orang lain yaitu kita sendiri.
Mereka butuh bimbingan dari orang lain untuk dibina lagi kearah
yang benar.
b. Upaya Preventif
Upaya Preventif adalah pencegahan yang dilakukan oleh
kepolisian agar suatu kejahatan tidak terjadi, adapun upaya yang
dilakukan kepolisian dalam mencegah suatu kejahatan antara lain:
Razia dilakukan apabila polisi mencurigai tempat itu digunakan
untuk praktek perjudian, dilakukan pula penggeladahan pada barangbarang yang dianggap sebagai alat untuk melakukan transaksi misal
buku, HP, laptop, catatan-catatan yang dianggap berhubungan dengan
perjudian, dll (Pasal 14 UU No. 2 Tahun 2002).
Patroli dilakukan setiap hari baik siang maupun malam dengan
menggunakan mobil ataupun motor oleh personil kepolisian dan
dengan cara menerjunkan anggota kepolisian berpakaian preman untuk
menyamar dan melakukan mata-mata atau investigasi terhadap tindak
perjudian di suatu tempat atau daerah, dan dengan cara menyamar
inilah biasanya lebih efektif dalam mengungkap dan menangkap para
pelaku perjudian karena para pelaku tertangkap basah sedang
melakukan perjudian.(Pasal 14 UU No.2 Tahun 2002).
Penyuluhan kepada masyarakat diperlukan agar masyarakat yang
semula tidak tahu akan menjadi tahu, ini dilakukan pada semua lapisan

masyarakat karena dalam kasus tindak perjudian bola tidak hanya dari
lapisan bawah saja yang melakukannya tetapi orang yang mempunyai
pendidikan tinggipun melakukannya dengan cara yang modern dan
dengan teknologi yang maju.
2. Upaya Yang Dilakukan Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Perjudian Bola Yang Dilakukan Secara Online
Kepolisian dalam menangani tindak pidana perjudian bola secara
online tidak mudah, permasalahannya adalah, kepolisian akan menemui
kesulitan jika website atau homepage yang dijadikan sarana perjudian
tersebut pemiliknya berada di luar wilayah yurisdiksi Indonesia (seperti
facebook, google, twitter, yahoo, dll.). Meskipun saat ini kepolisian telah
bekerja sama dengan beberapa pengelola website atau homepage di luar
wilayah Indonesia, dalam praktiknya tidak mudah untuk mendapatkan IP
address seorang pelaku perjudian dan bandar yang diduga melakukan
tindak pidana perjudian bola dengan menggunakan layanan website atu
homepage tertentu. Hal ini disebabkan adanya perbedaan prosedur hukum
antar-negara. Permasalahan yurisdiksi inilah yang seringkali menjadi
penyebab tidak dapat diprosesnya atau tertundanya penyelidikan atau
penyidikan kasus-kasus cyber crime atau melalui media online.
3. Kendala Yang Dihadapi Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana
Perjudian Bola
Upaya kepolisian dalam menangani tindak perjudian bola tidak dapat
dilaksanakan secara optimal karena hal-hal tertentu yang menjadi kendala
sehingga hal ini membuat upaya yang dilakukan oleh kepolisian menjadi

10

terganggu. Adapun hal-hal yang menjadi kendala kepolisian dalam


melakukan upaya pemberantasan perjudian khususnya perjudian bola: (1)
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang perjudian dan hukum yang
mengatur perjudian, (2) Minimnya informasi atau laporan dari masyarakat
tentang adanya tindak pidana perjudian, (3) Tindak perjudian bola
dilakukan secara terselubung atau tersembunyi dan menggunakan teknologi
yang maju, (4)Adanya pihak-pihak tertentu yang menjadi beking tindak
perjudian, (5) Kurangnya peran serta masyarakat dalam membantu
kepolisian dalam mengungkap tindak pejudian, (6) Kurangnya bukti dan
saksi dalam mengungkap tindak perjudian.
4. Pendapat Masyarakat Tentang Langkah-langkah Yang Dilakukan
Kepolisian Dalam Menanggulangi Tindak Pidana Perjudian Bola
Tugas dan wewenang Polri sebagaimana yang diatur dalam berbagai
ketentuan perundang-undangan yang berlaku maka Polri dipercayakan
sebagai aparat penegak hukum, pembimbing, pembina dan pengayom
masyarakat. Menurut wawancara penulis dengan beberapa masyarakat
bahwa sebagian masyarakat berpendapat bahwa langkah-langkah kepolisian
dalam menanggulangi tindak perjudian khususnya perjudian bola belum
cukup efektif karena masih sering ditemui para penjudi bola yang sering
memasang taruhan kepada Bandar-bandar judi bola melalui pesan singkat
(SMS) yang dalam pesan itu berisi prediksi berupa angka taruhan (purpuran), dan melalui internet atau bertaruh secara online.

PENUTUP

11

Kesimpulan
Profil pengaturan atau dasar aturan bagi kepolisian dalam menanggulangi
tindak pidana perjudian bola: (a) UU No.2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia

khususnya Pasal 13 dan 14 dasar hukum

pelaksanaan

kebijakan secara penal dan Pasal 18 dasar pelaksanaan kebijakan secara non
penal, (b) KUHAP Pasal 4, 5, 6 ayat (1) dan Pasal 7 sebagai operasional
pelaksanaan penanggulangan perjudian secara penal yaitu

melalui peradilan

pidana, (c) UU. No. 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian, Pasal 1
menyatakan tentang semua perjudian adalah kejahatan

dan Pasal 2 memuat

tentang ancaman pidananya, (d) KUHP Pasal 303 ayat (3) menjelaskan tentang
pengertian perjudian dan Pasal 303 tentang ancaman pidananya, (e) UU. No. 11
Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 27 ayat (2) memuat
larangan tentang transaksi atau informasi yang mengandung muatan perjudian,
Pasal 45 ayat (1) memuat ancaman pidananya, (f) Kode Etik Profesi Kepolisian
dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep/01/VII/2003 dalam Pasal 3-16
menjadi dasar kebijakan diskresi oleh kepolisian dan Pasal 1-7 menjadi dasar
kewajiban dan wewenang kepolisian.
Alasan para pecinta bola melakukan tindak pidana perjudian bola: (a)
Pemahaman masyarakat pecinta bola terhadap UU No.7 Tahun 1974 tentang
Penertiban perjudian, dan UU No.11 Tahun 2008 tentang ITE masih kurang ini
terbukti masih adanya praktek perjudian walaupun dilakukan secara sembunyisembunyi, dengan menggunakan teknologi yang modern (secara online) yang
melanggar Pasal 27 ayat (2) UU No. 11 Tahun 2008 tentang ITE, secara

12

terorganisir, secara rapi sehingga sulit untuk diungkap oleh kepolisian, (b)
Masyarakat pecinta bola sebagian beranggapan bahwa taruhan dalam menonton
pertandingan bola jika hanya melihat saja itu tidak seru sehingga mereka
melakukan taruhan, dengan barang atau bahkan dengan uang yang jumlahnya
tidak sedikit dan hal ini dimanfaatkan oleh pihak tertentu untuk membuka pusat
taruhan untuk memanfaatkan perilaku masyarakat pecinta bola yang suka
bertaruh.
Mekanisme tindakan yang dilakukan Kepolisian dalam menangani tindak
pidana perjudian bola: Penanggulangan secara preventif dan represif oleh
kepolisian khusunya Surakarta dan Sragen tidak ada perbedaan, mengingat dasar
hukum, yang menjadi perbedaan hanya waktu dan pola tindakannya saja, (a)
Upaya penanganan secara represif berwujud suatu penanganan kasus yang masuk
ke kepolisian yaitu di wilayah Surakarta yang ada 6 (enam) kasus perjudian bola
yang masuk namun hanya 5 (lima) yang sudah diungkap dan 1 (satu) belum
terungkap karena kurangnya alat bukti, sedang di Sragen ada 4 (empat) kasus
yang masuk namun hanya 1 (satu) yang dapat diungkap dan 3 (tiga) tidak dapat
diungkap karena kurangnya alat bukti, (b) Upaya penanganan preventif yaitu
dengan melakukan razia, penyuluhan kepada masyarakat, patroli.
Faktor yang menghambat atau menjadi kendala kepolisian dalam menangani
tindak perjudian bola antara lain Kurangnya kesadaran masyarakat bahwa
perjudian bisa mengganggu kondisi ekonomi masyarakat, selain minimnya
informasi atau laporan dari masyarakat tentang adanya tindak pidana tersebut.
Perjudian di wilayah pedesaan

merupakan budaya terutama jika ada yang

13

mempunyai kerja (hajatan atau yang lain), sehingga ini dapat mengurangi
peranserta masyarakat untuk ikutserta menanggulangi tindak pidana tersebut.
Adanya pihak-pihak tertentu yang menjadi beking tindak perjudian.
Saran
Aparat kepolisian untuk lebih meningkatkan lagi upaya dalam memberantas
tindak pidana perjudian khususnya perjudian bola dengan menerjunkan lebih
banyak lagi anggotanya kedalam masyarakat untuk mencari para pelaku perjudian
bola.
Pihak akademis, hendaknya lebih banyak lagi melakukan penelitian mengenai
tindak pidana perjudian khususnya perjudian bola agar nantinya dapat
memberikan masukan yang bermanfaat dalam upaya pemberantasan tindak pidana
perjudian bola.
Masyarakat umum dan masyarakat pecinta bola, hendaknya dapat lebih ikut
serta berperan aktif dalam membantu kepolisian dan pemerintah dalam
memberantas tindak pidana perjudian bola.

14

DAFTAR PUSTAKA

Buku
Absori, dkk, Pedoman Penyusunan Skripsi, Surakarta: Fakultas Hukum UMS,
2010.
Adami, Chawasi, Pelajaran Hukum Pidana I, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2006.
Bassar, M. Sudrajat, Tindak-tindak Pidana Tertentu, Bandung: Remadja karya,
1986.
Harahap, Yahya, Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP, Jakarta:
Sinar Grafika, 2002.
Hanjito Soemitro, Roni, Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia,
1990.
Mustafa Al-Maraghi, Ahmad, Tafsir Al-Maraghi Jilid 2, Semarang: Karya Toha
Putra, 1993.
Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.
Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 Tentang Penertiban Perjudian.
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik.
Kode Etik Profesi kepolisian, SK Kapolri No. Pol: Skep/01/VII/2003.

15

Anda mungkin juga menyukai