Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
HIDROLOGI
PEMODELAN HIDROLOGI
Oleh:
Niken Sri Wahyuningsih
A1H014028
I.
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
II.
TINJAUAN PUSTAKA
sederhana,
DAS
dianggap
sebagai
suatu
sistem
yang
memperkenalkan struktur Tank Model terdiri atas beberapa tank sederhana yang
tersusun secara vertikal. Struktur Tank Model terdiri dari 4 tank yang tersusun seri
secara vertikal yang kemudian disebut sebagai Standard Tank Model. Namun,
dalam
Aplikasi Tank Model adalah sebuah model hidrologi yang dapat digunakan
untuk mengetahui karakteristik dari sebuah Sub-DAS atau DAS. Model ini dapat
memberikan informasi mengenai kualitas air dan untuk memprediksi banjir.
Model ini menerima masukan data harian hujan, evapotranspirasi dan debit sungai
dalam satuan mm/hari sebagai parameter Tank Model. Tank Model adalah salah
satu model hidrologi yang digunakan untuk menganalisis karakteristik aliran
sungai. Model ini dapat memberikan informasi mengenai kualitas air dan untuk
memprediksi banjir. Model ini menerima masukan
evapotranspirasi dan debit sungai dalam satuan mm/hari sebagai parameter Tank
Model. Tank Model tersusun atas 4 reservoir vertikal, dimana bagian atas
mempresentasikan surface reservoir, di bawahnya intermediate reservoir,
kemudian sub-base reservoir dan paling bawah base reservoir. Dalam konsep
Tank Model ini air dapat mengisi reservoir dibawahnya dan bias terjadi sebaliknya
apabila evapotranspirasi sedemikian berpengaruh. Tank Model yang telah
divalidasi dan telah diuji keabsahannya dengan tolok ukur koefisien determinasi
(R2) dapat dilanjutkan untuk analisis hidrologi salah satunya adalah simulasi
perubahan tataguna lahan dan kaitannya terhadap ketersediaan air atau debit
sungai. (Sahayana, 2011)
Menurut Setiawan et al (2003), secara global persamaan kesetimbangan air
ditulis sebagai berikut:
dH
=P ( t )ET ( t )Y (t)
dt
dH 1
=H 1 b+ P ( t )ET (t )Y a ( t )Y b ( t )Y c ( t )
dt
dH 1
=H 1 b+Y a ( t ) Y d ( t )
dt
Y a=a . H 1
Y b=b(H 1H b )
Y c =c (H 1H c )
Y d =d . H 2
Keterangan:
P
:Presipitasi
ET
:Evapotranspirasi
Yc
:Debit
a, b, c, dan d
H1b
H2b
III.
METODOLOGI
P (mm)
19.10
6.37
122.03
0.00
56.26
7.93
6.37
3.18
3.82
3.51
Qobservasi (m3jam)
0.88
0.72
1.96
0.97
1.17
0.89
0.80
0.57
0.70
0.71
Qmodel (m3/jam)
Error
IV.
T
(hari
)
1
2
P
(mm)
Qobs
(m3/jam)
19,1
6,37
0,88
0,72
Yc=Q model
(m3/jam)
0,862565384
0,931653128
error
0,000304
0,044797
Ya
13,78548989
14,78104073
3
4
5
6
7
8
9
10
122,03
0
56,26
7,93
6,37
3,18
3,82
3,51
Yb
12,30755412
13,2933358
11,32610621
27,26471504
6,610427719
19,81641849
9,727880792
12,31317034
11,17287677
11,57373886
a
b
c
d
Hb
Hc
H1
H1
b
H2
H2
b
0,134
4
0,133
1
0,009
3
0,1
10,08
8
10,08
8
102,5
6
117,8
2
0,1
0,1
1,96
0,97
1,17
0,89
0,8
0,57
0,7
0,71
Yd
1,38854899
1,48810407
1,28943158
2,89908773
0,81319046
2,14687676
1,12802518
1,38911618
1,27395678
1,31444025
0,793781368
1,910826404
0,463286699
1,388818318
0,681770979
0,862958992
0,783042401
0,81113651
H1
109,9648906
95,18447033
214,9362967
59,75408131
158,974881
83,17649558
102,6005964
94,0332089
97,04501303
95,90122216
1,360066
0,885154
0,499444
0,24882
0,013978
0,085825
0,006896
0,010229
H2
12,4969409
13,39293666
11,60488419
26,09178953
7,318714134
19,32189084
10,15222665
12,50204559
11,46561103
11,82996222
12,79431576
28,89087725
8,031904593
21,3687676
11,18025183
13,79116177
12,63956781
13,04440247
ET
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
Qobs
Qmodel
1
0.5
0
0
10
12
waktu(hari)
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan unit alam berupa kawasan yang
dibatasi oleh pemisah topografis berupa punggung-punggung bukit yang
menampung, menyimpan dan mengalirkan curah hujan yang jatuh diatasnya ke
sungai utama dan kemudian menyalurkannya ke laut. Wilayah daratan tersebut
dinamakan Daerah Tangkapan Air (DTA atau catchment area) yang merupakan
suatu ekosistem dengan unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam (tanah, air,
dan vegetasi) dan sumberdaya manusia sebagai pemanfaat sumberdaya alam.
(Asdak, 1995)
Undang-undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
menyebutkan bahwa DAS adalah suatu bentang lahan yang dibatasi oleh
pengelolaan sungai, waduk, dan danau. DAS bagian hilir didasarkan pada fungsi
pemanfaatan air sungai yang dikelola untuk dapat memberikan manfaat sosial dan
ekonomi, yang diindikasikan melalui kuantitas dan kualitas air, kemampuan
menyalurkan air, ketinggian curah hujan, dan terkait untuk kebutuhan pertanian,
air bersih, serta pengelolaan air limbah. (Effendi, 2008)
Manfaat mengumpulkan data aliran sungai: Diperolehnya data karakteristik
DAS dan estimasi kondisi, potensi, dan perilaku/watak yang diperlakukan dalam
rangka pengembangan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia serta
kelembagaan secara optimal. Diperolehnya data dan informasi mengenai
perlakuan-perlakuan yang mungkin terjadi di dalam DAS dan selanjutnya untuk
dijadikan sebagai dasar dalam perumusan pemecahan permasalahan DAS yang
akan dilakukan secara terintegrasi (terpadu) antara sektor (lintas sektoral) dalam
rangka pengelolaan DAS terpadu.
Data curah hujan diperlukan sebagai input utama model, baik pada model
hidrologi maupun model erosi. Data curah hujan yang diperlukan pada model
hidrologi adalah berupa curah hujan bulanan dan pada model erosi berupa jumlah
hujan harian dan bulanan, hujan maksimum dan intensitas hujan. Data/informasi
kondisi penutupan lahan yang diperlukan dalam penggunaan lahan adalah
gambaran rapat tidaknya penutupan lahan sehingga memberikan pengaruh
langsung terhadap intersepsi dan aliran permukaan serta evapotranspirasi. Data
evapotranspirasi diperlukan pada model hidrologi berupa evapotranspirasi
bulanan. Data debit aliaran sungai yang diperlukan adalah berupa data debit
bulanan yang dikonversi menjadi tebal limpasan. Data kondisi topografi yang
diperlukan dalam model erosi adalah panjang dan kemiringan lereng sebagai
faktor yang menentukan laju erosi. Data sedimen suspensi sungai diketahui
melalui pengambilan contoh air yang selanjutnya dianalisis dengan persamaan
hubungan untuk memperoleh data seri bulanan. Seri data suspensi ini diperlukan
pada model sedimentasi. (Soemarno, 2011)
Model dalam hidrologi mengandung pengertian bermacam-macam, dalam
Sri Harto (2000), Clarke (1973) menyebutkan bahwa model sebagai simplifikasi
dari satu sistem yang kompleks,
lingkungan
akibat
tingkat
perilaku
manusia
yang
berubah/meningkat.
g) Penelitian dasar dalam proses hidrologi.
Model hidrologi diklasifikasikan menjadi dalam beberapa macam. Menurut
Harto (1993) mengemukakan bahwa secara umum model dapat dibagi dalam tiga
kategori, yaitu :
a) Model fisik yang menerangkan model dengan skala tertentu untuk menirukan
prototipenya.
b) Model analog yang disusun dengan menggunakan rangkaian resistorkapasitor untuk memecah persamaan-persamaan diferensial yang mewakili
proses hidrologi.
c) Model matematik yang menyajikan sistem dalam rangkaian persamaan dan
kadang-kadang dengan ungkapan-ungkapan yang menyajikan hubungan antar
variabel dan parameter.
Selain itu, model juga dapat diklasifikasikan menjadi:
a) Model stokastik, di mana hubungan antara masukan dan keluarannya
didasarkan atas kesempatan kejadian dan probabilitas
b) Model deterministik, di mana setiap masukan dengan sifat-sifat tertentu,
selalu akan menghasilkan keluaran yang tertentu pula.
DAS mempunyai hubungan fungsional antara laju aliran permukaan dan beberapa
parameter hidrologi yang mempengaruhi aliran, seperti intensitas hujan, infiltrasi,
topografi, jenis tanah dan beberapa faktor lainnya. Laju aliran yang terjadi dapat
digunakan untuk memodelkan fenomena pindah massa, seperti erosi dan polusi
dalam wilayah DAS. Data masukan model ANSWERS dikelompokkan dalam
lima bagian,yaitu :
a) Data curah hujan, yaitu : jumlah dan intensitas hujan pada suatu kejadian
hujan.
b) Data tanah, yaitu : porositas total (TP), kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi
konstan (FC) selisih laju infiltrasi maksimum dengan laju infiltrasi konstan
(A), eksponen infiltrasi (P), kedalaman zona kontrol iniltrasi (DF),
kandungan air tanah awal (ASM), dan erodibilitas tanah (K).
c) Data penggunaan dan kondisi permukaan lahan, meliputi : volume intersepsi
potensial (PIT), persentase penutupan lahan (PER), koefisien kekasaran
permukaan (RC), tinggi kekasaran maksimum (HU), nilai koefisien
manning untuk permukaan lahan (N), faktor tanaman dan pengelolaannya
(C).
d) Data karakteristik saluran, yaitu lebar saluran (CW) dan koefisien manning
(N).
e) Data satuan individu elemen, yaitu : kemiringan lereng, arah lereng, jenis
tanah, jenis penggunaan lahan, liputan penakar hujan, kemiringan saluran,
dan elevasi elemen rata-rata.
Mekanisme model ANSWERS dapat dijelaskan sebagai berikut (de Roo 1993) :
a) Hujan yang jatuh pada suatu DAS dengan vegetasi tertentu, sebagian akan
diintersepsi oleh tajuk vegetasi (PER) sampai potensial simpanan intersepsi
(PIT) tercapai.
b) Apabila laju hujan lebih kecil dari laju intersepsi, maka air hujan tidak akan
mencapai permukaan tanah. Sebaliknya jika laju hujan lebih besar dari laju
intersepsi, maka terjadi infiltrasi.
c) Laju infiltrasi awal tersebut dipengaruhi oleh kandungan air tanah awal
(ASM = anticedent soil moisture), porositas tanah total (TP), kandungan air
tanah pada kapasitas lapang (FP), laju infiltrasi pada saat konstan (FC), laju
infiltrasi maksimum (FC+A), dan kedalaman zona kontrol infiltrasi (DF).
Laju infiltrasi akan menurun secara eksponensial dengan bertambahnya
kelembaban tanah.
d) Jika hujan terus berlanjut, maka laju hujan menjadi lebih besar dari laju
infiltrasi dan intersepsi. Pada kondisi ini air mulai mengumpul dipermukaan
tanah dalam depresi mikro (retention storage) yang dipengaruhi oleh
kekasaran permukaan tanah, yaitu RC dan HU.
e) Jika retensi permukaan melebihi kapasitas depresi mikro, maka akan terjadi
limpasan permukaan, di mana besarnya limpasan permukaan tersebut
dipengaruhi oleh kekasaran permukaan (N), kelerengan dan arah aliran.
f) Jika hujan terus berlanjut, maka akan tercapai laju infiltrasi konstan (FC).
g) Pada saat hujan reda, proses infiltrasi masih terus berlangsung sampai
simpanan depresi sudah tidak tersedia lagi.
Model ANSWERS juga menampilkan grafik yang berisi hyetograf hujan terpilih,
hidrograf aliran permukaan, dan sedimentasi. Dari setiap kajadian hujan dapat
dianalisis debit puncak dan waktu puncak. Debit puncak adalah nilai puncak
(tertinggi) dari suatu hidrograf aliran, dan waktu puncak adalah selang waktu
mulai dari awal terjadinya aliran permukaan sampai terjadinya debit puncak.
3. Model AGNPS
Model AGNPS (Agricultural Non Point Source Pollution model)
dikembangkan oleh USDA-ARS, North Central Soil Consrvation Service, Morris,
Minnesota yang bekerjasama dengan USDA-SCS, MPCA (Minnesota Pollution
Control Agency), LCMR (Legeslative Commission in Minnesota Resources) dan
EPA (Environmental Protection Agency) (Young et al. 1994).Model ini terus
berkembang dan telah diterapkan di beberapa negara untuk menentukan langkahlangkah kebijakan dan evaluasi dalam kegiatan konservasi, seperti di Amerika,
Canada dan negara-negara di Eropa (Yoon 1996). Model AGNPS bekerja pada
basis sel geografis (dirichlet tesselation) yang digunakan untuk menggambarkan
kondisi daratan (upland) dan saluran (channel). Dirichlet tesselation adalah proses
pembagian dan pengelompokan DAS menjadi sel (tiles) yang juga dikenal dengan
nama polygon Thiessen atau Voronoi. Seluruh karakteristik DAS dan masukan
digambarkan pada tingkatan sel. Setiap sel mempunyai resolusi 2,5 akre (1,01 ha)
hingga 40 akre (16,19 ha). Ukuran sel yang lebih kecil dari 10 akre
direkomendasikan untuk DAS dengan luas kurang dari 2000 akre (809,36 ha).
Untuk DAS yang luasnya lebih dari 2000 akre, maka ukuran seladapat berukuran
40 akre. Ketelitian hasil dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran sel, tetapi
hal ini akan membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk
menjalankan model. Nilai-nilai parameter model untuk skala sel ditetapkan
berdasarkan kondisi biofisik aktual pada masing-masing sel. Oleh sebab itu, untuk
mendapatkan satu nilai parameter yang seragam pada masing-masing sel, perlu
ditetapkan nilai tunggal parameter sel dengan menghitung nilai rata-rata
tertimbang dari berbagai kondisi bergam yang ada. Ada dua parameter masukan
dalam model AGNPS, yaitu inisial data dan data per sel (spreadseheet data entry)
(Yoon 1996). Hasil keluaran (output) dari model AGNPS dapat berupa grafik dan
tabular dengan informasi yang sangat lengkap, baik keluaran DAS (watershed
summary) maupun keluaran per sel.
4. Model SWAT
Model SWAT (soil and water assessment toll) adalah model yang
dikembangkan untuk memprediksi dampak pengelolaan lahan (land management
practices) terhadap air, sedimen dan bahan kimia pertanian yang masuk ke sungai
atau badan air pada suatu DAS yang kompleks, dengan tanah, penggunaan tanah
dan pengelolaannya yang bermacam-macam sepanjang waktu yang lama.
5. Model HEC-HMS
Seperti yang dijelaskan dalam buku Hydrologic Modeling System (HECHMS) Technical Reference Manual, program HEC-HMS ini merupakan program
komputer untuk menghitung pengalihragaman hujan dan proses routing pada
suatu sistem DAS. Dalam
software
menduga besarnya
tank
dalam
model.
Microsoft
Berdasarkan
Excel,
perhitungan
kemudian
hasil
yang
tersebut
Qobs
Qmodel
1
0.5
0
0
10
12
waktu(hari)
grafik
diatas
dijelaskan
bahwa
kenaikan
dan
V.
langkah membuat persamaan tiap tangki dalam Visual Basic (dalam Excel).
Dalam praktikum selanjutnya, diharapkan para asisten praktikum jangan terlalu
cepat dalam menjelaskan.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyowati,
Trianingtyas.
2010.
Aplikasi
Tank
Model
DalamAnalisisHidrologiBerbasis Data Spas Di Sub-sub DAS
CipedesKabupatenGarut.Skripsi.FakultasKehutananInstitutPertanian Bogor.
Tim
Asisten.
2014.
ModulPraktikumHidrologi.
StudiTeknikPertanianUniversitasJenderalSoedirman;Purwokerto.
Program