Oleh :
Moh. Ghaiz Abriansyah
1209005052
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inseminasi buatan (IB) merupakan teknologi reproduksi untuk mengontrol dan
mengembangkan kualitas reproduksi dan genetik. Inseminasi buatan secara luas sudah
digunakan oleh dokter hewan pada hewan domestik maupun satwa liar. Inseminasi buatan
digunakan untuk meningkatkan conception rate pada hewan yang memiliki masalah
fertilitas. Selain pada sapi atau hewan produksi, IB juga dapat diterapkan pada hewan
kesayangan seperti anjing dan kucing. Inseminasi buatan pada anjing telah dipraktekkan
secara rutin di banyak negara terutama untuk menghindari beberapa kesulitan perkawinan
dan untuk penggunaan semen impor (Wicaksono et al., 2009).
Semakin banyaknya peminat hewan kesayangan terutama anjing, pengembangbiak
atau breeder akan berusaha untuk menghasilkan offspring atau anakan dari spesifik pejantan
yang berkualitas tinggi. Keterbatasan pejantan yang diinginkan menjadikan IB salah satu cara
untuk menghasilkan keturunan dari pejantan berkualitas tinggi. Transportasi atau shipping
semen beku untuk IB wilayah nasional maupun internasional lebih rendah resikonya
dibandingkan dengan transportasi hewan hidup untuk perkawinan. Pada hewan produksi
seperti sapi, IB digunakan untuk meningkatkan produksi dan kualitas reproduksi, sedangkan
pada anjing IB digunakan dengan tujuan mempertahankan kemurnian ras (pedigree) dan
kualitas performance. Alasan lain dilakukan IB adalah untuk mencegah penyakit menular
melalui perkawinan, untuk anjing dengan defek kongenital (abnormalitas vagina), untuk
anjing
betina
yang
tidak
dapat
menerima
pejantan,
ketika
pejantan
tidak
dapat mounting karena masalah fisik seperti gangguan pada vertebrae, kelainan pada kaki
belakang, brachycephalic, serta untuk efisiensi waktu.
Laporan pertama tentang IB pada anjing terjadi ditahun 1700-an, dan merupakan IB
yang pertama, diikuti penyimpanan semen anjing yang dilaporkan pada tahun 1950. Dalam
50 tahun berikutnya, sudah ada perkembangan besar dalam biologi reproduksi dan
bioteknologi memungkinkan penggunaan, dan potensi penyalahgunaan IB (England et al,.
2008). Pada tahun 1899 di Rusia, Ivanov juga mempraktekan IB pada anjing dan juga
mengembangkan semen extender. Awal tahun 1900, Danish menemukan straw untuk
pengemasan semen beku, dan pada tahun 1914 mulai diperkenalkannya vagina buatan untuk
anjing (Heise, 2012).
Dalam melakukan inseminasi buatan pada anjing perlu dilakukan koleksi semen
terlebih dahulu. Terdapat berbagai macam cara atau teknik dalam melakukan koleksi semen
pada anjing. Salah satu teknik koleksi semen yang umum digunakan adalah menggunakan
vagina buatan. Teknik ini banyak dipilih karena dianggap mudah dan praktis, selain itu juga
relatif murah karena terbuat dari bahan-bahan yang mudah didapatkan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Koleksi Semen Anjing
Semen anjing secara umum dapat dikoleksi dengan cara menstimulasi bulbus penis atau
dengan alat digital seperti elektroejakulator. Lingkungan yang tenang dan keberadaan anjing
betina yang sedang estrus dibutuhkan untuk mengoleksi semen dari pejantan yang belum
berpengalaman (Rijsselaere, et al., 2011).
Peralatan yang dibutuhkan untuk koleksi sperma antara lain vagina buatan yang terbuat dari
latex serta tabung steril 10-15 cc untuk menampung semen.
mengandung sedikit sampai tidak ada spermatozoa, volume sekitar 4-50 cc. Bagian ejakulat yang
biasanya dikoleksi untuk IB adalah bagian kedua dan ketiga. Satu kali ejakulat mengandung 2502500 x 106 spermatozoa dan untuk dosis inseminasi buatan dibutuhkan minimal 150 x
106 spermatozoa (Heise, 2012).
juga menjaga agar pH selalu stabil. Antibiotik seperti streptomisin dan penisilin juga perlu
ditambahkan ketika menggunakan kuning telur sebagai bahan dasar extender karena bakteri
berpotensi untuk tumbuh. Semen extender yang biasa digunakan adalah Tris-citric acidfructose dengan kuning telur 20%, dengan perbandingan 1:3 (1 ml semen dengan 3 ml semen
extender). Semen dingin dapat disimpan hingga 10 hari, tapi lebih cepat lebih baik untuk
segera diinseminasikan. Semen dingin dapat ditransportasikan dengan menyimpannya dalam
termos atau kotak sterofoam. Semen dingin dapat diinseminasikan kepada anjing betina pada
suhu 4C atau setelah dihangatkan kembali menjadi 37C (Rijsselaere, et al., 2011).
Conception rate dengan semen dingin adalah 65%. Semen dingin maksimal digunakan 4 hari
setelah koleksi sperma, namun sebaiknya diinseminasikan secepat mungkin (Heise, 2012).
Sedangkan semen beku dapat digunakan apabila transportasi jarak yang lebih jauh
(internasional), atau untuk menyimpan materi genetika dari anjing pejantan unggul dan
menggunakannya dimasa yang akan datang. Semen extender juga diperlukan untuk mendilusi
semen dengan Tris-citricacid-fructose-egg yolk dengan gliserol 3% sebagai cryoprotectant,
kemudian dinginkan dalam suhu 4C selama 1-2 jam. Setelah itu, kemas semen ke
dalam straw 0,5 ml dan diberi label berupa tanggal pengemasan straw, nama anjing, ras,
nomor tato, dan tempat memproses semen beku tersebut (Rijsselaere, et al., 2011). Straw
dapat disimpan dalam suhu -196C di dalam kontainer berisi nitrogen cair.
Gambar 3. Kontainer nitrogen cair untuk penyimpanan straw semen beku (Sparling, 2011).
Sebelum menginseminasikan semen beku, straw perlu di thawing terlebih dahulu dalam
water bath 37C selama 60 detik, atau dalam suhu 70C selama 6 detik (Rijsselaere, et al., 2011).
Conception rate yang dicapai apabila menggunakan semen beku adalah 52%, jika waktu IB
akurat, semen beku berkualitas baik, dan tempat deposisi semen benar.
2.3 Evaluasi Semen
Evaluasi semen terhadap kualitas sperma dilakukan setelah proses pengoleksian.
Evaluasi semen sebagai bagian dari BSE (Breeding Soundness Examination), evaluasi
fertilitas pejantan dan untuk mengetahui kemampuan semen untuk bisa diinseminasikan.
Evaluasi semen termasuk penilaian terhadap pH, warna, motilitas, morfologi, dan
konsentrasi (jumlah total sperma). pH normal semen anjing berkisar 6,6-6,8. Penilaian
terhadap warna bersifat subjektif. Semen dengan warna bening mengindikasikan tidak
terdapat spermatozoa, semen dengan warna kuning mengindikasikan kontaminasi dengan
urin, semen dengan warna kelabu atau keputih-putihan mengandung spermatozoa, semen
dengan warna kecoklatan mengandung darah yang sudah lama, sedangkan semen dengan
warna kemerahan mengindikasikan adanya darah segar. Penilaian motilitas sperma pada
semen anjing adalah 70%. Morfologi normal sperma 80%. Konsentrasi sperma
berhubungan dengan jumlah total sperma, dapat dihitung melalui hemocytometer. Jumlah
normal total sperma pada anjing adalah 100-5000 x 106 sperma/ ejakulasi, tergantung dari
jenis dan ukuran anjing tersebut (Forsberg, 2012). Evaluasi lain terhadap semen yang perlu
diketahui adalah sedimen, keberadaan sel darah putih, dan seminal plasma alkalin fosfatase
(ALP). Evaluasi sedimen secara umum tidak ada dalam semen, atau sedikit mengandung sel
epitel dari saluran reproduksi. Penghitungan bakteri 10000 CFU/ml dan harus negatif
untuk Mycoplasma dan Brucella canis. Keberadaan normal sel darah putih adalah < 2000
sel/ml, penghitungan sel darah putih dapat melalui hemocytometer. Seminal plasma alkaline
fosfatase dihasilkan di epididimis. Konsentrasi yang rendah atau ketidakadaan ALP
mengindikasikan ejakulasi yang tidak sempurna atau adanya obstruksi di epididimis atau vas
deferens.
2.4 Teknik Inseminasi Buatan
Teknik inseminasi buatan pada anjing berbeda tergantung dari tempat deposisinya.
Tempat deposisi semen pada anjing dapat dilakukan secara intravaginal maupun intrauterin.
Intravaginal dapat dilakukan dengan pipet inseminasi. Intrauterin sendiri dapat dilakukan
dengan cara transervikal intrauterin dengan kateter khusus (Norwegian kateter), endoskopi,
maupun dengan cara pembedahan (laparotomi). Tempat deposisi semen segar biasa dilakukan
di intravaginal, sedangkan semen dingin dan semen beku dapat dilakukan di intravaginal dan
intrauterin untuk hasil yang lebih baik.
Tempat deposisi di intravaginal (cranial vagina) dengan menggunakan pipet inseminasi
(Gambar 4) yang dimasukan melalui vulva dan langsung ke vagina. Saat semen sudah
terdeposisi, bagian belakang (pinggul, ekor) akan naik dalam beberapa menit untuk
memfasilitasi pergerakan sperma dari vagina ke uterus. Kontraksi vagina dapat dimanipulasi
dengan massage klitoris atau dinding vagina. Ilustrasi teknik inseminasi intravaginal dapat
dilihat pada Gambar 5.
BAB III
RANGKUMAN
Inseminasi buatan (IB) merupakan teknologi reproduksi untuk mengontrol dan
mengembangkan kualitas reproduksi dan genetik. Selain untuk menghasilkan keturunan yang
berkualitas, alasan lain dilakukan IB adalah untuk mencegah penyakit menular melalui
perkawinan, untuk anjing dengan defek kongenital (abnormalitas vagina). Semen anjing secara
umum dapat dikoleksi dengan cara menstimulasi bulbus penis atau dengan alat digital seperti
elektroejakulator. Peralatan yang dibutuhkan untuk koleksi sperma antara lain vagina buatan
yang terbuat dari latex serta tabung steril 10-15 cc untuk menampung semen. Pada anjing, semen
yang dapat digunakan untuk IB adalah semen segar, semen dingin, dan semen beku. Evaluasi
semen terhadap kualitas sperma dilakukan setelah proses pengoleksian. Evaluasi semen sebagai
bagian dari BSE (Breeding Soundness Examination), evaluasi fertilitas pejantan dan untuk
mengetahui kemampuan semen untuk bisa diinseminasikan. Evaluasi semen termasuk penilaian
terhadap pH, warna, motilitas, morfologi, dan konsentrasi (jumlah total sperma). Teknik
inseminasi buatan pada anjing berbeda tergantung dari tempat deposisinya. Tempat deposisi
semen pada anjing dapat dilakukan secara intravaginal maupun intrauterin
DAFTAR PUSTAKA
England GCW and Millar KM. 2008. The Ethics and Role of Artificial Insemination with Fresh and
Frozen Semen in Dogs. Reproduction of Domestic Animals (43): 165-171
Forsberg CL. 2012. Biology of Reproduction of the Dog and Modern Reproductive Technology.
Division of Reproduction. Faculty of Veterinary Medicine and Animal Science.University
of Agricultural Sciences. Sweden
Heise A. 2012. Artificial Insemination in Veterinary Science. A Bird's-Eye View of Veterinary Medicine,
Dr. Carlos C. Perez-Marin (Ed.), ISBN: 978-953-51-0031-7.
Rijsselaere T, Maes D, Berghe VD, dan Soom AV. 2011. Preservation and Shipment of Chilled and
Cryopreserved Dog Semen. Vlaams Diergeneeskundig Tijdschrift: 248-253
Sparling AM. 2011. Canine Semen: Collection, Frozen, Fresh Chilled, Insemination. North American
Versatile Hunting Dog Association. US
Wicaksono A dan Arifiantini RI. 2009. Uji Banding Empat Bahan Pengencer untuk Preservasi Semen
Anjing Retriever. JITV 14(1): 50-57.