Anda di halaman 1dari 11

Agonis 2

Salbutamol (Ventolin, Asmacare)

Digunakan sebagai pilihan pertama obat asma.


Efek samping: tremor, sakit kepala, kram otot, mulut kering, serta aritmia.
Biasanya diberikan dalam bentuk MDI (metered dose inhaler), atau nebulizer supaya efeknya
lebih cepat. Dapat pula diberikan per oral dan juga intra vena.

Fenoterol (Berotec)

Efek samping meliputi tremor ringan pada otot rangka, palpitasi, takikardi, sakit kepala, batuk,

berkeringat.
Diberikan dalam bentuk MDI atau juga cairan untuk inhalasi (dihirup lewat nebulizer).

Terbutaline (Bricasma)

Efek samping hampir sama dg efek samping fenoterol.

Dapat diberikan dalam bentuk tablet, infus, respule, atau juga turbuhaler.
Orciprenaline/metaproterenol (Alupent)

Efek samping: palpitasi, tremor di jari.

Dapat diberikan dalam bentuk tablet, dan MDI.


Salmeterol (Seretide, kombinasi salmeterol dg fluticasone)

Tergolong LABA (long acting beta adrenoceptor agonist)

Waktu kerja lebih lama (12 jam) daripada salbutamol (4-6 jam)

Hanya digunakan utk kasus severe persistent asthma yg sebelumnya pernah diterapi dg

salbutamol.
Biasanya salmeterol dikombinasikan dg kortikosteroid.

Formoterol

(Symbicort,

suatu

kombinasi

budesonide

(golongan

kortikosteroid)

dg

formoterol)

Tergolong LABA (long acting beta adrenoceptor agonist)

Lebih cepat mula kerjanya dan lebih manjur dibanding salmeterol


Antikolinergik
Ipatropium bromida (Atrovent)

Mekanisme kerja: menghambat

mAChR

(reseptor

asetilkolin

muskarinik),

shg

terjadi

bronkodilasi.
Efek samping: mengantuk, mulut kering.
Biasanya diberikan dalam bentuk MDI, atau juga larutan inhalasi (hirup) utk nebulizer.

Tiotropium bromida (Spiriva)

Digunakan untuk terapi pemeliharaan (maintenance) pasien dg penyakit paru obstruktif

kronik.
Mekanisme kerja sama dg ipatropium bromida, juga memiliki efek samping yang sama.

Glukokortikoid
Budesonide (Pulmicort)

Tidak digunakan pada pasien dg TBC

Efek samping: candidiasis (tumbuhnya jamur candida) di mulut/tenggorokan, perubahan


sensasi indra pembau dan pengecap.

Tidak seperti steroid lainnya, budesonide memiliki efek sedikit pada poros hipotalamikpituitari-adrenal, hal ini menyebabkan budesonide tidak begitu memerlukan tapering of
(dikurangi perlahan) dosisnya sebelum dihentikan.

Deksametason

Kontraindikasi: infeksi parah, ulkus gastrointestinal, osteoporosis, sistemik TBC.

Efek samping: gastritis, osteoporosis

Tersedia dalam bentuk tablet dan injeksi


Metilprednisolon
Prednison
Antagonis Leukotriene

Nama lain Leukast

Mekanisme kerja: menghambat leukotriene, yg merupakan senyawa yg diproduksi sistem

kekebalan tubuh. Leukotriene menyebabkan inflamasi pada asma dan bronkitis, serta mengecilkan
jalan pernafasan.
Antagonis leukotriene kurang efektif dibandingkan kortikosteroid dlm menangani asma, shg
kurang disukai.

Zafirlukast (Accolate

Tersedia dalam bentuk tablet Zileuton

Montelukast
ANTIHISTAMIN

Antihistamin adalah obat dengan efek antagonis terhadap histamin. Di pasaran banyak

dijumpai berbagai jenis antihistamin dengan berbagai macam indikasinya. Antihistamin terutama
dipergunakan untuk terapi simtomatik terhadap reaksi alergi atau keadaan lain yang disertai
pelepasan histamin berlebih. Penggunaan antihistamin secara rasional perlu dipelajari untuk lebih
menjelaskan perannya dalam terapi karena pada saat ini banyak antihistamin generasi baru yang
diajukan sebagai obat yang banyak menjanjikan keuntungan.
Pada garis besarnya antihistamin dibagi dalam 2 golongan besar, yang menghambat reseptor

H1 dan yang menghambat reseptor H2. Yang lazim disebut antihistamin adalah antagonis reseptor
histamin H1 (AH1). Semua kelas antihistamin H1 struktur kimianya menyerupai histamin.
Antihistamin H1 dikelompokkan dalam AH1 tradisional atau konvensional (generasi I), dan AH1
non-sedatif (generasi I). Mereka dibagi dalam beberapa subkelas.
EtilendiaminAntazolin, tripelanamin, pirilamin.
EtanolaminKarbinoksamin, difenhidramin, doksilamin.
AlkilaminKlorfeniramin, deksklorfeniramin, dimetinden, feniramin.
PiperazinSetirizin, homoklorsiklizin, hidroksizin, oksatomid.
PiperidinSiproheptadin.
FenotiasinPrometasin.
Lain-LainAkrivastin, astemizol, azatadin, klemastin, levokobastin, loratadin, mebhidrolin,

terfenadin, ketotifen.
Yang termasuk golongan antihistamin generasi baru adalah setirizin, akrivastin, astemizol,

levokobastin, loratadin, dan terfenadin.


Farmakokinetik Absorbsi AH1 berjalan sangat cepat setelah pemberian secara oral
menyebabkan efek sistemik dalam waktu kurang dari 30 menit. Hepar merupakan tempat
metabolisme utama (70-90%), dengan sedikit obat yang diekskresi dalam urin dalam bentuk yang
tidak berubah.

Mekanisme kerja Antihistamin bekerja dengan cara kompetisi dengan histamin untuk suatu

reseptor yang spesifik pada permukaan sel. Hampir semua AH1 mempunyai kemampuan yang
sama dalam memblok histamin. Pemilihan antihistamin terutama adalah berkenaan dengan efek
sampingnya. Antihistamin juga lebih baik sebagai pengobatan profilaksis daripada untuk
mengatasi serangan. Mula kerja AH1 nonsedatif relatif lebih lambat; afinitas terhadap reseptor AH1
lebih kuat dan masa kerjanya lebih lama. Astemizol, loratadin dan setirizin merupakan preparat
dengan masa kerja lama sehingga cukup diberi 1 kali sehari. Beberapa jenis AH1 golongan baru
dan ketotifen dapat menstabilkan sel mast sehingga dapat mencegah pelepasan histamin dan
mediator kimia lainnya; juga ada yang menunjukkan penghambatan terhadap ekspresi molekul
adhesi (ICAM-1) dan penghambatan adhesi antara eosinofil dan neutrofil pada sel endotel. Oleh
karena dapat mencegah pelepasan mediator kimia dari sel mast, maka ketotifen dan beberapa
jenis AH1 generasi baru dapat digunakan sebagai terapi profilaksis yang lebih kuat untuk reaksi
alergi yang bersifat kronik.
Penggunaan klinis Antihistamin adalah obat yang paling banyak dipakai sebagai terapi
simtomatik untuk reaksi alergi yang terjadi. Semua jenis antihistamin sangat mirip aktivitas
farmakologinya. Pemilihan antihistamin terutama terhadap efek sampingnya dan bersifat
individual. Pada seorang pasien yang memberikan hasil kurang memuaskan dengan satu jenis
antihistamin dapat ditukar dengan jenis lain, terutama dari subkelas yang berbeda

Efek yang tidak diinginkan

Mengantuk Antihistamin termasuk dalam golongan obat yang sangat aman pemakaiannya.

Efek samping yang sering terjadi adalah rasa mengantuk dan gangguan kesadaran yang ringan
(somnolen).
Efek antikolinergikPada pasien yang sensitif atau kalau diberikan dalam dosis besar.

Eksitasi, kegelisahan, mulut kering, palpitasi dan retensi urin dapat terjadi. Pada pasien dengan
gangguan saraf pusat dapat terjadi kejang.
DiskrasiaMeskipun efek samping ini jarang, tetapi kadang-kadang dapat menimbulkan

diskrasia darah, panas dan neuropati.


SensitisasiPada pemakaian topikal sensitisasi dapat terjadi dan menimbulkan urtikaria, eksim
dan petekie.

OBAT ADRENERGIK
Obat ini disebut juga golongan simpatomimetik amin. Efeknya paling sedikit melalui 2 sistem yang berbeda. Reseptor
adrenergik berperan dalam konstriksi otot polos arteri, vena, bronkus, sfingter kandung kencing serta relaksasi otot
usus halus. Reseptor adrenergik berperan sebaliknya dalam relasaksi otot polos bronkus, uterus, dan pembuluh
darah. Konsep adrenergik telah membedakan agonis 1 yang menimbulkan lipolisis dan stimulasi jantung serta
agonis 2 yang berperan pada bronkodilatasi, vasodilatasi, inhibisi pelepasan histamin, tremor otot rangka.

Agonis Adrenergik Obat ini terutama dipakai sebagai dekongestan hidung karena efek
vasokonstriksinya pada arteriol mukosa hidung yang melebar sehinga memperbaiki ventilasi nasal
dan jalan sinus. Dekongestan hidung hanya memperbaiki gejala sementara pada rinitis alergik,
vasomotor atau infeksi. Efeknya dapat membantu kerja antibiotik pada otitis media. Indikasi lain
adalah pada otitis media serosa untuk menghilangkan obstruksi pada ostia tuba Eustachii. Pada
waktu akut diberikan dalam bentuk dekongestan topikal (uap, semprotan, atau tetes); lebih efektif
darpada preparat oral. Diberikan tidak lebih dari lima hari. Pada keadaan yang kronis diberikan
preparat oral, karena pemberian topikal lebih dari lima hari sel menimbulkan efek kebalikan.

Agonis Adrenergik Banyak dipakai pada pengobatan asma karena kemampuannya


menimbulkan bronkodilatasi melalui reseptor beta adrenergik di paru.Mengaktifkan kompleks
reseptor -adenil siklase yang mengkatalisasi produksi adenosine monofosfat (AMP) dari
adenosine trifosfat (ATP), hingga mengakibatkan peningkatan kadar cAMP dalam sel yang
menyebabkan relaksasi otot polos bronkus. Efek ini menyebabkan stabilisasi sel mast sehingga
dapat mencegah pelepasan mediator kimia. Katekolamin seperti epinefrin, selproterenol dan
isoetarin tidak efektif diberikan peroral oleh karena perusakan yang sangat cepat di saluran cerna.
Nonkatekolamin sebaliknya dari katekolamin, jenis ini efektif bila diberikan peroral dan dapat
bekerja lebih lama oleh karena lebih tahan terhadap enzim yang ada di saluran cerna. Contohnya
metaproterenol, terbutalin, fenoterol. Efek yang tidak diinginkanObat agonis sel
menimbulkan takikardia, palpitasi, gelisah, tremor, nausea. dan muntah; kadang pusing, lemas,
keringat dingin, dan sakit prekordial. Jangan dipakai berlebihan terutama dalam bentuk inhalasi.
Hindari pemakaian adrenergik nonselektif pada pasien dengan hipertensi, tirotoksikosis, dan
penyakit jantung. Dalam hal tersebut pakailah agonis selektif 2 dan lebih baik lagi secara
inhalasi. Agonis adrenergik 2 secara inhalasi dapat menimbulkan efek samping yang kurang
dibandingkan dengan pemakaian sistemik yang sering menimbulkan tremor dan palpitasi. Untuk
mengatasi serangan asma akut dan mencegah exercise induced asthma.

METILXANTIN

Teofilin merupakan salah satu obat utama untuk pengobatan asma akut maupun kronik.

Bekerja dengan menghalangi kerja enzim fosfodiesterase sehingga menghindari perusakan cAMP
dalam sel, antagonis adenosin, stimulasi pelepasan katekolamin dari medula adrenal, mengurang;
konsentrasi Ca bebas di otot polos, menghalangi pembentukan prostaglandin, dan memperbaiki
kontraktilitas diafragma. Preparat cair diserap kurang lebih l/2 sampai 1 jam, tablet yang tak
berlapis 2 jam, dan preparat lepas lambat 4 sampai 6 jam.Teofilin dieliminasi dalam hati dan
disekresi dalam urin. Terdapat variasi individual dalam eliminasi teofilin. Harus diperhatikan umur
dan gemuknya seseorang.
Dosis oral. Oleh karena terdapat variasi antara setiap individu maka dosis harus disesuaikan

dengan melihat perbaikan klinis, efek samping, dan kadar pemeliharaan dalam darah antara 10-20
g/ml. Dosis permulaan yang umum antara 10-16 mg/kgBB/hari, bilamana dosis akan ditingkatkan
maka perlu monitorkadar teofilin dalam plasma. Untuk preparat lepas lambat dosis seharinya lebih
rendah dari preparat biasa Bila tampak tanda intoksikasi maka dosis harus segera diturunkan.
Dosis intravena. Tujuan utama pemberian teofilin intravena adalah untuk secara cepat

mendapatkan kadar dalam plasma antara 10-20 sel/ml. Bila pasien belum mendapat teofilin
sebelumnya, diberikan loading dose 6 mg/kgBB selama 20-30 menit melaui infus, selanjutnya
diteruskan dengan dosis pemeliharaan.
Terdapat beberapa jenis preparat teofilin, yaitu dalam bentuk sirop yang bekerja cepat, tablet,

kapsul, tablet lepas lambat, dan kombinasi teofilin dengan obat lainnya. Dalam memilih preparat
yang akan dipakai, pertimbangkan hal seperti berikut. Adanya alkohol dalam sirop dapat
mengakibatkan efek samping bila dipakai terus-menerus, jadi preparat ini sebaiknya hanya dipakai
sebagai terapi permulaan untuk mengatasi keadaan akut. Hindari kombinasi teofilin dengan obat
lain dalam satu preparat karena preparat jenis ini sering terjadi efek samping. Preparat lepas
lambat sangat berguna untuk pengobatan asma kronik sebab dapat diberikan dosis dua kali sehari
sehingga meningkatkan kepatuhan pasien.
Reaksi yang merugikan mulai timbul bila dosis teofilin dalam darah telah melebihi 15 g/ml.
Efek samping yang sering terjadi adalah muntah dan gangguan saraf pusat.

NATRIUM KROMOLAT

Obat ini mampu menghambat pelepasan mediator dari sel mast dan basofil sehingga alergen

yang masuk ke dalam badan tidak lagi menimbulkan reaksi alergi. Diperlukan waktu 2-3 bulan
untuk evaluasi efek natrium kromolat. Telah dilaporkan bahwa pada waktu penghirupan obat ini
dapat terjadi bronkokonstriksi, oleh karena itu dianjurkan untuk memakai inhalasi 2 terlebih
dahulu sebelum penggunaan obat ini.
Indikasi adalah untuk asma, rinitis alergik, konjungtivitis alergik, alergi makanan, ulserasi
mukosa (protokolitis, sariawan). Untuk rinitis alergik diberikan dalam bentuk tetes hidung, untuk
konyungtivitis alergik dalam bentuk tetes mata, dan untuk alergi makanan diberikan peroral 30
menit sebelum makan.

OBAT ANTIKOLINERGIK

Asetilkolin berperan dalam bronkospasme. Atropin sulfat, beladona, dan skopolamin efektif

untuk mencegah bronkospame oleh metakolin, tetapi tidak untuk bronkospasme oleh histamin.
Pada mulanya pemakaian aerosol atropin sangat terbatas oleh karena efek samping seperti
peninggian viskositas dan menurunnya jumlah sputum, orofaring jadi kering, denyut jantung
meningkat, sedasi, dan gangguan visus. Tetapi dengan preparat baru (ipratropium bromide) yang
dapat mengurangi efek samping tersebut maka obat ini mulai banyak lagi dipakai, terutama untuk
orang dewasa yang menderita asma intrinsik atau asma bronkitis yang bronkospasmenya
dipengaruhi oleh asetilkolin.

KORTIKOSTEROID

Kortikosteroid dikenal mempunyai efek yang kuat sebagai anti-inflamasi pada penyakit artritis

reumatoid, asma berat, asma kronik, penyakit inflamasi kronik dan berbagai kelainan imunologik.
Oleh karena efek anti inflamasi dan sebagai immunoregulator, kortikosteroid memegang peranan
penting pada pengobatan medikamentosa penyakit alergi baik yang akut maupun kronik. Tetapi di
samping manfaatnya, karena efek sampingnya yang banyak juga menyebabkan penggunaan
kortikosteroid ini harus tepat guna dan tepat cara.
Kortikosteroid alamiah dan buatan secara garis besar terbagi dalam mineralokortikoid dan

glukokortikoid. Walaupun pada saat ini pada preparat yang baru semakin diusahakan untuk hanya
mempunyai efek glukokortikoid, tetap masih mempunyai efek minerelokortikoid walaupun sedikit.
Walaupun tampaknya ada bermacam efek pada fungsi fisiologik, kortikosteroid tampaknya

mempengaruhi produksi protein tertentu dari sel. Molekul steroid memasuki sel dan berikatan
dengan protein spesifik dalam sitoplasma. Kompleks yang terjadi dibawa ke dalam nukleus, lalu
menimbulkan terbentuknya mRNA yang kemudian dikembalikan ke dalam sitoplasma untuk
membantu pembentukan protein baru, terutama enzim, sehingga melalui jalan ini kortikosteroid
dapat mempengaruhi berbagai proses. Kortikosteroid juga mempunyai efek terhadap eosinofil,
mengurangi jumlah dan menghalangi terhadap stimulus. Pada pemakaian topikal juga dapat
mengurangi jumlah sel mast di mukosa. Kortikosteroid juga bekerja sinergistik dengan agonis 2
dalam menaikkan kadar cAMP dalam sel.
Indikasi utama adalah untuk reaksi alergi akut berat yang dapat membahayakan kehidupan,
seperti status asmatikus, anafilaksis, dan dermalitis exfoliativa. Selain itu, juga untuk reaksi alergi
berat yang tidak membahayakan kehidupan tetapi sangat mengganggu, misalnya dermatitis
kontak berat, serum sickness, dan asma akut yang berat. Indikasi lain adalah untuk penyakit alergi
kronik berat sambil menunggu hasil pengobatan konvensional, atau untuk mengatasi keadaan
eksaserbasi akut pada pasien yang memakai kortikosteroid dosis rendah jangka panjang, harus
dinaikkan dosisnya bila terjadi eksaserbasi.

TBC

Oral antihistamin
Antihistamin diklasifikasikan dalam beberapa cara, termasuk penenang dan
nonsedating, lebih baru dan lebih tua, dan pertama-dan antihistamin
generasi kedua (paling banyak diterima klasifikasi). Antihistamin generasi
pertama terutama atas meja dan termasuk dalam produk kombinasi banyak
batuk, pilek, dan alergi. Ini termasuk brompheniramine, chlorpheniramine

(Chlor-Trimeton), dan diphenhydramine (Benadryl), fexofenadine (Allegra),


loratadine (Claritin) dan cetirizine (Zyrtec) sekarang tersedia over-thecounter (OTC) tanpa resep. Antihistamin generasi kedua termasuk
desloratadine (Clarinex), dan dihidroklorida levocetirizine (XYZAL), yang
memerlukan resep.

Cetirizine (Zyrtec) Antihistamin generasi kedua obat dengan efek


samping yang lebih sedikit daripada generasi pertama obat. Selektif
menghambat reseptor perifer histamin H1. Tersedia sebagai syr (5 mg / 5
mL) dan 5 atau 10-mg tab.

Levocetirizine (Xyzal) Histamin H1-reseptor antagonis. Aktif


enansiomer dari cetirizine. Puncak kadar plasma dicapai dalam waktu 1
jam, dan setengah-hidup adalah sekitar 8 jam. Tersedia sebagai tab 5
mg-(mencetak gol) pecah.

Loratadin (Claritin) Antihistamin Nonsedating generasi kedua


Sedikit efek samping dibandingkan dengan generasi pertama obat.
Selektif menghambat reseptor perifer histamin H1. Tersedia sebagai tab,
tab hancur (Reditab), syr (5 mg / 5 mL), atau dikombinasikan dengan
pseudoefedrin dalam 12 atau 24-jam persiapan. Satu-satunya yang
saat ini tersedia tanpa resep

Desloratadine (Clarinex) Antihistamin nonsedating generasi


kedua Sedikit efek samping dibandingkan dengan generasi pertama
antihistamin. Selektif menghambat reseptor perifer histamin H1.
Meredakan hidung tersumbat dan efek sistemik alergi musiman. Longacting antagonis histamin trisiklik selektif untuk reseptor H1-. Mayor
metabolit loratadin, yang, setelah konsumsi, secara luas dimetabolisme
menjadi metabolit aktif 3-hydroxydesloratadine. Tersedia sebagai tab, syr
(0,5 mg / mL), atau Reditabs PO disintegrasi (2,5 dan 5 mg).

Fexofenadine (Allegra) Nonsedating generasi kedua obat dengan


efek samping yang lebih sedikit daripada generasi pertama obat.
Bersaing dengan histamin untuk reseptor H1 di saluran pencernaan,
pembuluh darah, dan saluran pernafasan, mengurangi reaksi
hipersensitivitas. Tersedia OTC di qd dan persiapan tender. Juga tersedia
OTC dikombinasikan dengan pseudoefedrin.

Intranasal antihistamin Agen ini merupakan alternatif untuk antihistamin


oral untuk mengobati rhinitis alergi. Saat ini, azelastine dan olopatadine
adalah agen hanya tersedia di Amerika Serikat.

Azelastine (Astelin) Antihistamin yang efektif disampaikan melalui


rute intranasal. Mekanisme ini mirip dengan antihistamin PO. Penyerapan
sistemik terjadi dan dapat menyebabkan sedasi, sakit kepala, hidung dan
pembakaran.

Olopatadine intranasal (Patanase)


Antihistamin intranasal diindikasikan untuk rhinitis alergi musiman.
Tersedia sebagai solusi intranasal 6% (665 mcg memberikan / spray).

Intranasal kortikosteroid Golongan ini paling efektif. Kortikosteroid


intranasal yang ampuh agen anti-inflamasi terbukti menurunkan gejala
rhinitis alergi pada lebih dari 90% dari pasien. Saat ini, 9 obat yang tersedia
di kelas ini, dan semua pada dasarnya sama dalam keberhasilan, meskipun
hanya sedikit head-to-head penelitian telah dilakukan. Mometasone
(NASONEX) dan flutikason furoate (Veramyst) telah terbukti memiliki onset
agak lebih cepat tindakan, namun, setelah satu minggu, tidak ada
perbedaan yang ditemukan antara obat. Sebagian besar dapat digunakan
pada setiap sekali sehari, dan semua memiliki profil keamanan yang serupa.
NASONEX adalah obat-satunya yang tidak menunjukkan pengaruh pada
pertumbuhan pada satu tahun. Veramyst tidak menunjukkan efek
pertumbuhan dalam studi 2-minggu yang dirancang untuk mengevaluasi
pertumbuhan mempengaruhi. Sebuah studi lagi dimulai pada akhir 2007.

Beklometason (Beconase AQ, QNASL)


Dapat menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel inflamasi, yang
mengakibatkan peradangan hidung menurun. QNASL tersedia sebagai
bubuk kering intranasal.

Budesonide dihirup (Rhinocort Aqua)


Dapat menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel inflamasi, yang
mengakibatkan peradangan hidung menurun.

Ciclesonide (Omnaris)
Kortikosteroid nasal spray diindikasikan untuk AR. Prodrug yang
dihidrolisis secara enzimatik farmakologis metabolit aktif aplikasi C21-

desisobutyryl-ciclesonide intranasal berikut. Kortikosteroid memiliki


berbagai efek pada beberapa jenis sel (misalnya, sel mast, eosinofil,
neutrofil, makrofag, limfosit) dan mediator (misalnya, histamines,
eikosanoid, leukotrien, sitokin) yang terlibat dalam peradangan alergi.
Semprot Masing-masing memberikan 50 mcg.

Flunisolide (AeroBid)
Dapat menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel inflamasi, yang
mengakibatkan peradangan hidung menurun.

Flutikason propionat (Flonase)


Dapat menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel inflamasi, yang
mengakibatkan peradangan hidung menurun.

Flutikason furoate (Veramyst)


Intranasal kortikosteroid. Diindikasikan untuk rhinitis alergi musiman dan
abadi. Meredakan gejala hidung berhubungan dengan alergi rhinitis. Juga
telah menunjukkan perbaikan dalam gejala alergi mata. Berisi 27,5 mcg /
spray.

Mometasone (NASONEX)
Dapat menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel inflamasi, yang
mengakibatkan peradangan hidung menurun. Menunjukkan tidak ada,
mineralokortikoid androgenik, aktivitas antiandrogenic, atau estrogenik
dalam uji praklinis. Mengurangi rhinovirus-diinduksi up-regulasi pada sel
epitel pernapasan dan memodulasi mekanisme pretranscriptional.
Mengurangi eosinofilia intraepithelial dan infiltrasi sel inflamasi
(misalnya, eosinofil, limfosit, monosit, neutrofil, sel plasma).

Triamcinolone dihirup (Nasacort AQ)


Dapat menurunkan jumlah dan aktivitas sel-sel inflamasi, yang
mengakibatkan peradangan hidung menurun.

Intranasal dekongestan
Dekongestan yang efektif untuk jangka pendek kontrol gejala. Mereka
menurunkan debit hidung dan kemacetan dan tersedia tanpa resep. The 2
obat dalam kelompok ini adalah hidroklorida oxymetazoline (Afrin) dan
ipratropium bromide (Atrovent). Hidroklorida oxymetazoline adalah obat
adiktif yang efektif dalam menyusut membran hidung dan tidak

direkomendasikan untuk penggunaan jangka panjang. Penggunaan


hidroklorida oxymetazoline selama lebih dari 7-10 d adalah kebiasaan
membentuk. Pasien dapat kecanduan selama bertahun-tahun pada suatu
waktu. Kecanduan disebut medicamentosa rhinitis. Ipratropium bromida
dapat digunakan untuk jangka waktu lama.

Bromida 0,03% atau 0,06% ipratropium (Atrovent)


Antikolinergik digunakan untuk mengurangi rhinorrhea pada pasien
dengan AR atau rhinitis vasomotor. Sebuah obat yang sangat baik untuk
mengurangi rhinitis. Nonaddictive dan berlangsung selama 12 jam. Tidak
segan-segan mukosa hidung, tetapi menghambat sekresi yang
menyebabkan rhinitis. Digunakan sendiri atau bersama dengan obat lain.

Intranasal stabilisator sel mast


Ini adalah terapi yang efektif untuk AR pada sekitar 70-80% pasien. Mereka
menghasilkan stabilisasi sel mast dan efek antiallergic oleh degranulasi sel
mast menghambat. Mereka tidak memiliki efek anti-inflamasi atau
antihistamin langsung dan efek bronkodilator minimal. Mereka adalah efektif
untuk profilaksis. Mereka juga membersihkan antigen mekanis, mirip dengan
saline. Produk-produk ini sekarang tersedia di atas meja.

Cromolyn natrium (Nasalcrom)


Digunakan setiap hari untuk AR musiman atau abadi. Pengaruh yang
signifikan tidak dapat dilihat selama 4-7 d. Administer sebelum paparan
pada pasien dengan periode terisolasi dan dapat diprediksi dari eksposur
(misalnya, hewan alergi, alergi kerja). Umumnya kurang efektif
dibandingkan kortikosteroid hidung. Efek perlindungan berlangsung 4-8
jam, dengan demikian, dosis sering diperlukan. Jika diinginkan, dapat
digunakan dengan obat lain, termasuk obat-obatan alergi lainnya.

Antileukotrienes
Montelukast telah disetujui sebagai monoterapi untuk rhinitis alergi. Telah
terbukti paling efektif pada pasien yang signifikan kemacetan adalah keluhan
utama. Ini juga telah terbukti bekerja sebagai terapi tambahan dengan hadir
antihistamin generasi kedua untuk memberikan bantuan lebih besar dari
gejala dibandingkan antihistamin saja. Hal ini bermanfaat pada pasien
dengan gejala pada siapa antihistamin hadir tidak memadai. Sebuah studi

telah menunjukkan kombinasi dengan cetirizine sama efektifnya dengan


kortikosteroid intranasal. Antileukotriene juga dapat ditambahkan ke rencana
perawatan pada pasien yang menerima terapi antihistamin dan intranasal.

Montelukast (Singulair)
Menghambat saluran napas cysteinyl reseptor leukotriene. Karena
reseptor yang ditemukan di seluruh jalan napas, obat dapat memediasi
efek pada saluran napas atas dan bawah.

Anda mungkin juga menyukai

  • Manifestasi Klinis
    Manifestasi Klinis
    Dokumen2 halaman
    Manifestasi Klinis
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Epidemiologi
    Epidemiologi
    Dokumen3 halaman
    Epidemiologi
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Bahan
    Bahan
    Dokumen7 halaman
    Bahan
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Jawaban Kiman
    Jawaban Kiman
    Dokumen3 halaman
    Jawaban Kiman
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Etiologi
    Etiologi
    Dokumen2 halaman
    Etiologi
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Bahan
    Bahan
    Dokumen7 halaman
    Bahan
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Peralihan Meiosis Ke Mitosis
    Peralihan Meiosis Ke Mitosis
    Dokumen4 halaman
    Peralihan Meiosis Ke Mitosis
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Integrin
    Integrin
    Dokumen1 halaman
    Integrin
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Obat
    Obat
    Dokumen18 halaman
    Obat
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Fitokim Senyawa Terpenoid
    Fitokim Senyawa Terpenoid
    Dokumen9 halaman
    Fitokim Senyawa Terpenoid
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Uji KLT Berbagai Eluen 1
    Laporan Uji KLT Berbagai Eluen 1
    Dokumen10 halaman
    Laporan Uji KLT Berbagai Eluen 1
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Uji KLT Berbagai Eluen 1
    Laporan Uji KLT Berbagai Eluen 1
    Dokumen10 halaman
    Laporan Uji KLT Berbagai Eluen 1
    Anindya Savira Larasati
    Belum ada peringkat