Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
STUDI KASUS
IMPLEMENTASI GCG DAN KODE ETIK DI PT BANK MANDIRI Tbk
Disusun Oleh :
16.19.0231
16.19.0234
16.19.0237
BAB I
PENDAHULUAN
1. Teori Keagenan
Teori
keagenan
mendeskripsikan
hubungan
antara
pemegang
saham
yang optimal dari pandangan shareholders karena adanya perbedaan kepentingan yang
besar diantara mereka.
Menurut teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan
mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan saham oleh
manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yang
berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan diharapkan manajer
merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang diambilnya. Proses ini
dinamakan dengan bonding mechanism, yaitu proses untuk menyamakan kepentingan
manajemen melalui program mengikat manajemen dalam modal perusahaan.
Dalam suatu perusahaan, konflik kepentingan antara prinsipal dengan agen salah
satunya dapat timbul karena adanya kelebihan aliran kas (excess cash flow). Kelebihan
arus kas cenderung diinvestasikan dalam hal-hal yang tidak ada kaitannya dengan
kegiatan utama perusahaan. Ini menyebabkan perbedaan kepentingan karena pemegang
saham
lebih
menyukai
investasi
yang
berisiko
tinggi
yang
juga
menghasilkan return tinggi, sementara manajemen lebih memilih investasi dengan risiko
yang lebih rendah.
Menurut Bathala et al, (1994) terdapat beberapa cara yang digunakan untuk
mengurangi konflik kepentingan, yaitu : a) meningkatkan kepemilikan saham oleh
manajemen (insider ownership), b) meningkatkan rasio dividen terhadap laba bersih
(earning after tax), c) meningkatkan sumber pendanaan melalui utang, d) kepemilikan
saham oleh institusi (institutional holdings).
Sedangkan dalam penelitian Masdupi (2005) dikemukakan beberapa cara yang
dapat
dilakukan
dalam
meningkatkan insider
mengurangi
ownership.
masalah
Perusahaan
keagenan.
meningkatkan
Pertama,
bagian
dengan
kepemilikan
konflik
keagenan
2. Peran Tata Kelola dan Tata Kelola Bisnis Untuk Mengatasi Konflik Kepentingan
2.1.
Definisi dan Prinsip Dasar Tata Kelola (Good Corporate Governance)
Perilaku dan kinerja dunia usaha atau korporasi akan berdampak langsung bagi membaiknya
fundamental dan kondisi makro perekonomian Indonesia.
Kelemahan mendasar pada perekonomian di Indonesia terutama diakibatkan oleh
beberapa hal, yaitu: kinerja keuangan yang buruk, daya saing yang rendah, ketiadaan
profesionalisme, tidak responsif terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis,
pengelolaan ekonomi dan sektor usaha yang kurang efisien serta sistem perbankan yang
rapuh.
Di dalam berbagai analisis dikemukakan, ada keterkaitan antara krisis ekonomi, krisis
finansial dan krisis yang berkepanjangan di berbagai negara dengan lemahya corporate
governance.
Corporate governance adalah seperangkat tata hubungan diantara manajemen, direksi,
dewan komisaris, pemegang saham dan para pemangku kepentingan (stakeholders)
lainnya yang mengatur dan mengarahkan kegiatan perusahaan (OECD, 2004)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
1)
Penyusunan Piagam GCG yang dituangkan melalui Keputusan Dewan Komisaris No.
005/KEP/KOM/2005
2) Pelaksanaan Good Corporate Governance Self Assessment.
3) Pelaksanaan Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 8/4/PBI2006 tanggal 30 Januari 2006
tentang Pelaksanaan GCG Bagi Bank Umum sebagaimana diubah dengan PBI No.
8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 serta SE No.9/12/DPNP/tanggal 30 Mei 2007
tentang Penerapan Good Corporate Governance di Bank Umum, dan Penerapan Good
Corporate Governance di Bank Umum; dan
4) Sosialisasi GCG kepada seluruh jajaran Bank Mandiri. Menyadari bahwa implementasi
GCG memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja Bank, efisiensi dan
(1)
(2)
(3)
(4)
1)
Excellence), demikian paparan Agus pada saat penganugerahan Bank Mandir sebagai
Bank dengan Pelayanan terbaik tahun 2008.
Selain itu, dalam bidang SDM diberlakukan sistem kinerja dengan berbasis KPI
(Key Performance Indicator). Semua karyawan dari direksi sampai level terendah
diterapkan reward dan punishment yang didasarkan penilaian. Prestasi dan Kinerja
menjadi standar ukuran, dengan konsideran berupa kenaikan gaji dan
apesiasi/penghargaan yang berbeda setiap pergawainya. Di sisi lain, jika diketahui
melakukan tindakan pelanggaran, maka tindakan tegas tidak segan dilakukan.
Menjadi suatu keniscayaan bula budaya perusahaan diaktualisasikan melalui
penyusunan Standar Operasional & Prosedur (OP) dan
B ABAB III
KESIMPULAN
Bank Mandiri merupakan salah satu perusahaan yang penerapan GCG nya diakui oleh
dunia internasional.
Dalam upaya mencapai posisi sebagai bank publik terkemuka (Blue Chip Company) di
kawasan Asia Tenggara (Regional Champion Bank), Dewan Komisaris dan Direksi Bank
Mandiri memiliki untuk menegakkan sistem perbankan yang sehat dan kuat. Manajemen
berkeyakinan bahwa pencapaian tujuan di atas merupakan proses transformasi yang secara
mutlak memerlukan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) sebagai salah
satu prasyaratnya.
Bank Mandiri percaya bahwa penerapan prinsip internalisasi etika bisnis dalam budaya
perusahaan melalui praktek-praktek GCG yang konsisten akan memberikan manfaat baik bagi
Bank maupun para pemangku kepentingan lainnya. Sejak awal berdirinya, Bank Mandiri
menyadari bahwa kunci utama keberhasilan pengelolaan perusahaan terletak pada kemampuan
mengembangkan serta menumbuhkan budaya perusahaan maupun etos kerja yang baru, antara
lain melalui prudential banking practices, manajemen risiko serta penerapan GCG.