Anda di halaman 1dari 15

PENGUKURAN e/m BERDASARKAN PERCOBAAN J.J.

THOMPSON
Lestari Triandini, Nurani Azizah Madjid, Nurdwiyana Alwi, Risnawati *, Susi Susanti
Roslan, Tri Hardiyanti Wulandari
Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA
Universitas Negeri Makassar
Abstrak. Telah dilakukan eksperimen Pengukuran e/m Berdasarkan Percobaan J.J. Thompson.
Eksperimen ini bertujuan untuk memahami prinsip percobaan J.J. Thompson dan menentukan nilai
e/m untuk partikel elekron. Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini yakni: perangkat
eksperimen e//m satu buah, power supply dengan tegangan keluaran yang bervariasi 3 buah,
stabilizer 110 V 1 buah dan kabel penghubung secukupnya Pada eksperimen ini arus yang
diberikan pada perangkat untuk menentukan e/m akan mengakibatkan adanya medan magnet,
kemudian bila diberikan tegangan akan mengakibatkan munculnya berkas electron yang berbentuk
lingkaran. Berdasarkan analisis data disimpulkan bahwa prinsip percobaan yang dilakukan J.J.
Thompson, yaitu jari-jari berkas elektron berbanding terbalik dengan arus listrik, semakin besar
arus yang diberikan, maka jari-jari berkas elektron semakin kecil. Sebaliknya, jari-jari berkas
elektron sebanding dengan tegangan, semakin besar tegangan yang diberikan, maka jari-jari berkas
elektron akan semakin besar pula. Berdasarkan hasil eksperimen, nilai e/m untuk partikel elektron
adalah

e/m1=

|0 , 46 0,01| x 1011

C
kg
C
|0,71 0,01| x 1011
.
kg

|0,53 0,02| x 1011

C
,
kg

e/m4=

e/m2=

|0,47 0,01| x 1011

|0,62 0,02| x 1011

C
,
kg

C
,
kg

e/m3=
e/m5=

KATA KUNCI: berkas elektron, e/m, kuat arus, medan magnet, tegangan
PENDAHULUAN
Pada tahun 1869, Johann Wilhelm Hittorf menemukan sebuah pancaran yang
dipancarkan dari katode yang ukurannya meningkat seiring dengan menurunnya tekanan
gas. Pada tahun 1876, fisikawan Jerman Eugen Goldstein menunjukkan bahwa sinar
pancaran ini menghasilkan bayangnya, dan ia menamakannya sinar katoda.
Sinar katoda bukan makhluk yang langka lagi pada tahun 1897. Sinar ini telah
ditemukan hampir tiga puluh tahun sebelumnya. Namun demikian, karakteristiknya
belumlah diketahui secara jelas pada masa-masa awal penemuannya. Terdapat sejumlah
bukti ilmiah tentang sinar katode ini yang kelihatannya bertentangan. Beberapa peneliti
menggunakan jenis sinar ini untuk memberikan muatan pada partikel, misalnya pada ion
dalam proses elektrolisis.
Pada abad ke-19 para ahli berusaha menyelidiki partikel-partikel yang menyusun
atom. Partikel pertama yang ditemukan adalah electron. Penemuan electron berkaitan erat
dengan penemuan sinar katoda [1]. Sinar katoda sudah ditemukan sejak tahun
1859.Meskipun demikian baru tiga puluh delapan tahun kemudian muatan spesifik sinar
katoda diperoleh. J.J Thomson (1856-1940) yang pertama kali melakukan eksperimen
untuk menentukan muatan sinar katoda.

Heinrich Hertz menemukan bahwa ternyata jenis sinar tersebut tidak dapat
dipengaruhi oleh medan listrik dan medan magnet sebagaimana yang seharusnya jika
sinar tersebut merupakan muatan-muatan yang bergerak. Hertz kemudian
menggolongkannya sebagai gelombang elektromagnetik. Tahun 1897, Joseph John
Thompson, beserta Wiechert dan Kaufmann, dengan eksperimen masing-masing,
menemukan bahwa sinar katode sesungguhnya adalah partikel bermuatan yang memiliki
sifat aneh. Keanehan ini terletak pada fakta bahwa rasio massa terhadap muatannya
memiliki orde 1000 kali lebih kecil dibandingkan ion yang paling ringan, ion hydrogen.
Di antara ketiga fisikawan ini, Thompson, yang merupakan profesor eksperimen
fisika di Universitas Cambridge menyajikan hasil eksperimen yang paling lengkap dalam
menguraikan sifat sinar katode tersebut.
Pengukuran nilai muatan elektron dapat diketahui setelah eksperimen yang
dilakukan oleh J. J. Thompson yaitu dengan menggunakan peralatan tabung vakum
(tabung sinar katoda) dan kumparan Helmholtz. Eksperimen ini berdasarkan pada
eksperimen Thompson tersebut, yaitu penentuan nilai perbandingan elektron (e) dan
massa elektron (m) yang secara teoretis bernilai

1.758803 x 1011

C
.Hal ini diperoleh
kg

dengan mendapatkan kombinasi antara medan listrik dan medan magnet pada lintasan
sinar katoda.
Setelah elektron ditemukan oleh Thomson, dan diketahui sifat-sifatnya, banyak
ditemukan dan dikembangkan alat-alat yang menggunakan dasar emisi atau pemancaran
elektron, misalnya lampu-lampu reklame, lampu neon, televisi, dan lain-lain. Berawal
dari sinilah eksperimen Pengukuran e/m Berdasarkan Percobaan J.J. Thompson perlu
dilakukan.
Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui prinsip percobaan J.J. Thompson (1879)
dan menentukan nilai e/m untuk partikel elektron. Eksperimen ini dilakukan dengan
mempercepat berkas elektron melalui sebuah potensial yang besarnya diketahui.
Sepasang kumparan Helmholtz digunakan untuk menghasilkan medan magnet seragam
pada arah tegak lurus dengan berkas electron sehingga medan magnet ini
menyimpangkan berkas elektron secara melingkar [3].
TEORI
Pada tahun 1895 Jean Perrin seorang sarjana Prancis menemukan sifat lain dalam
percobaannya, yaitu bahwa sinar katoda terdiri atas arus muatan negative yang keluar dari
katoda. Hal ini didapatkan dengan menganalisis arah pembelokan sinar katoda saat
didekatkan sebuah kutub magnet. Dengan demikian, sinar katoda juga dibelokkan oleh
medan listrik. Penelitian tentang sinar katoda yangdirintis oleh Perrin dilanjutkan oleh
beberapa orang sarjana antara lain William Crookes dan Joseph Thompson. Thompson
berhasil menunjukkan bahwa partikel-partikel sinar katoda jauh lebih ringan daripada
atom dan berada di semua bentuk benda [2] .
Salah satu eksperimen yang penting dalam fisika pada akhir abad 19, J.J Thompson
(1856-1940) menggunakan pemikiran yang baru sajadijelaskan untuk mengukur rasio

dari muatan terhadap massa untuk elektron. Thomson menggunakan peralatan sebuah
tabung yang pringsip kerjanya sm dengan tabung sinar katoda [4].

GAMBAR 1. Tabung Sinar Katoda


Dalam eksperimen ini, berkas elektron dipengaruhi oleh gaya magnetik F m. Gaya
magnetik tersebutberperan sebagai gaya sentrifugal F s. Oleh karena itu dengan
menyamakan kedua gaya tersebut kita dapat menuliskan persamaan,

e
v

m Br

(0.1)
di mana v= kecepatan elektron (m/s), B= rapat fluks magnet (T) dan r = jejari berkas
elektron (m) [3]. .
Elektron dipercepat melalui potensial pemercepat V, dengan demikian energi kinetik
elektron adalah,

eV

1 2
mv
2

(0.2)

Kecepatan elektron menjadi,

2eV
v

1/2

(0.3)

Medan magnet yang dihasilkan di sekitar sumbu sepasang kumparan Helmholtz diberikan
oleh persamaan,

N o I
3

5
a
4

(0.4)

Substitusi persamaan (0.3) dan persamaan (0.4)


memperoleh,

ke dalam persamaan (2.1) untuk

5
2V a 2
e
v
4

2
m Br
N o Ir

(0.5)

Jadi nilai kuat medan magnet B diberikan, maka dapat pula digunakan persamaan,

e
2V
2 2
m Br

(0.6)

Dengan,
V = Potensial pemercepat (v),
B = Kuat medan magnet = 7,80 x 10-4 x I (Wb/m2),
a = Jejari kumparan Helmholtz (m),
N=Jumlah lilitan pada setiap kumparan Helmholtz (130),
o= Konstanta permeabilitas = 4 x 10-7, I = Arus kumparan Helmholtz (A), dan
r = jejari berkas elektron (m) [1] .
Hasil yang didapat dari percobaan J.J. Thompson, yaitu:

e
1,7589 x1011 C / kg
m
Dengan mengambil harga satuan muatan yang diperoleh Milikan, yaitu:

e 1,6019 x10 19 C / kg
maka diperoleh massa electron tersebut:

m 9,1x10 31 kg

[1].

METODE EKSPERIMEN
Percobaan ini bertujuan untuk memahami prinsip percobaan J.J Thompson (1897)
dan menentukan nilai e/m untuk partikel elektron. Untuk melakukan percobaan tersebut
agar sesuai dengan tujuan dari percobaan digunakan alat dan bahan yaitu perangkat e/m
EM-1N, power supply dengan tegangan keluaran yang bervariasi 3 buah, stabilizer 110 V
1 buah dan kabel penghubungsecukupnya. Padapercobaanini, Pertama-tama pastikan
peralatan yang digunakan sudah terangkai dengan baik kemudian nyalakan stabilizer dan
nyalakan power supply pertama untuk tegangan filamen,kemudianmenyalakan power
supply untuk tegangan pemercepat serta power supply untuk arus kumparan. Selanjutnya,
mengatur tegangan filamen dimana batas maksimal tegangan yang diberikan tidak lebih
dari 40 volt, dan mengatur tegangan pemercepat dimana batas maksimal tegangan
pemercepat yaitu tidak lebih dari 3000 volt atau 3 kv.
Selanjutnya yaitu melakukan pengamatan dengan mengubah arus kumparan pada
power supply yang ketiga sampai terlihat filamen menyala hingga tampak berkas elektron
keluar dari penembak elekron dan akan melengkung membentuk lingkaran
denganjejarilingkaran menunjukkan angka 4,5 cm pada mistar yang berada pada tabung
berkas elektron. Penunjukkan jejari lingkaran berdasarkan pengamatan yang dimana jarak

sisi kiri dan jarak sisi kanan garis terluar lingkaran dari angka 0 sama. Kemudian
mencatat arus kumparan yang ditunjukkan amperemeter pada tabel hasil pengamatan..

HASIL EKSPERIMEN DAN ANALISA DATA

Hasil Pengamatan
Jari-jari kumparan Helmholtz, a=15 102 m
Tabel 1.Hubungan antara tegangan Pemercepat (V), Arus Kumparan (I), dan jarijariberkas r (m)
No. Tegangan Pemercepat V
Arus Kumparan,
Jejari Berkas,
I (A)
r(m)
(Volt)

|40,0 0,1|

|40,0 0,1|
|40,0 0,1|

|40,0 0,1|
|40,0 0,1|

|1,19 0,01|
|1,30 0.01|

|1,42 0,01|
|1,53 0,01|

|1,74 0,01|
|2,50 0,05|102
|2,00 0,05|102
|3,50 0,05| 102
|3,00 0,05| 102
|2,50 0,05|102
1
2
3
4
5.
Analisis Data

Dengan menggunakan persamaan

e 2V
=
m B 2 r2
dimana
4

B=7,80 x 10 I
dengan ketidakpastian kuat medan magnet (B)

B=7,80 x 104 I
B
B=
I
I
I
B=
B
I

| |
| |

dan jari-jari berkas elektron

1
r= d
2

dimana ketidakpastian jari-jari berkas elektron

|rd d|

|
r
d |

r=

dan ketidakpastian

e
m

| || || |

e
e
e

e
m
m
m
=
V +
B+
r
m V
B
r
e
2 2
3 2
2
3
=|B r V |+|V (2 B ) r B|+|V B (2 r ) r|
m
e

m V
B
r
=
+2
+2
e
V
B
r
m
I
d
B
r
e
V
I
d
e
=
+2
+2
m
V
B
r
m

| | | | | |

|| | | | | |

| || || |

e
V
I
d e
=
+2
+2
m
V
I
d m

A Analisis Perhitungan
1 Untuk data 1

( me )

2V 1
e
= 2 2
m 1 B1 r 1
2 ( 40,0 )
e
=
4
m 1 ( 7,80 x 1 0 ( 1,19 ) )2 ( 4,5 102 )2
e
80,0
=
m 1 ( 86,155524 x 108 ) ( 20,25 x 104 )
e
80,0
=
m 1 ( 1.744,65 x 1012)
e
C
=0,04585 x 1012
m 1
kg

( )
( )
( )
( )
( )
( me ) =0, 45854 x 10 kgC
e
2 Untuk data 2 ( )
m
2V
e
=
(m) B r
( 40,0 )
( me ) = ( 7,80 x 10 (21,30
) ) ( 4,0 10 )
( me ) = ( 102,82 x 1080,0)(16 x 10 )
( me ) = ( 1645,1180,0x 10 )
( me ) =0,0 48629 x 10 kgC
( me ) =0, 4862 9 x 10 kgC
e
3 Untuk data 3 ( )
m
2V
( me ) = B r
( me ) = (7,80 x 10 2(40,0)
( 1,42 ) ) ( 3,5 10 )
( me ) = (122,68 x 1080,0) ( 12,25 x 10 )
( me ) = (1502,8080,0x 10 )
11

2 2

12

12

11

12

2 2

( me ) =0,0 53234 x 10 kgC


( me ) =0,5 3234 x 10 kgC
e
4 Untuk data 4 ( )
m
2V
( me ) = B r
( 40,0 )
( me ) = (7,80 x 10 2(1,53
) ) ( 3,0 10
( me ) = (142,42 x 1080,0) (9 x 10 )
( me ) = (1281,7880,0x 10 )
( me ) =0,0 62413 x 10 kgC
( me ) =0,62413 x 10 kgC
e
5 Untuk data 5 ( )
m
2V
( me ) = B r
( 40,0 )
( me ) = (7,80 x 10 (21,74
)) ( 2,5 10
( me ) = (181,19 x 1080,0) ( 6,25 x 10 )
80,0
( me ) = (1132,438
x 10 )
( me ) =0,0706 x 10 kgC
( me ) =0,706 x 10 kgC
12

11

2 2

12

12

11

12

11

Analisis ketidakpastian
Untuk data 1

12

2 2

| || || |
|

e
V
I
d e
=
+2
+2
m
V
I
d m

(0,01) ( 0,05 102)


0,1

+2
+2
0, 45854 x 1011
2
40,0
1,19
9 x 10
10

|0,0025+0,016+ 0,01| 0,45854 10


( 0,0285 ) ( 0,45854 1011 )
0,013068 1011
e
m
KR=
100
e
m

0,013068 10 11
100
11
0 , 45854 x 10

2,85
DK =100 KR
100 2,85
97,15
e
e

m teori m eksperimen
diff =
100
e
m teori

1,76 10110,45854 x 1011


100
11
1,76 10
11
1,3 10

100
11
1,76 10
73,9

( me ) =|0,46 0,01|x 10

11

C
kg

Untuk data ke 2

| || || |
|

e
V
I
d e
=
+2
+2
m
V
I
d m
2

(0,01) ( 0,05 10 )
0,1
11 C

+2
+2
0, 48629 x 10
2
40,0
1,30
kg
8,0 10
C
|0,0025+0,0154 +0,0125|0, 48629 x 1011
kg

( 0,0304 ) 0,48629 x 1011

C
kg

11

= 0,0148 10
e
m
KR=
100
e
m

0,0148 10 11
100
0,48629 x 10 11
= 3,04

DK =100 KR
100 3,04
96,96
e
e

m teori m eksperimen
diff =
100
e
m teo i
1,76 10110, 48629 x 1011
100
1,76 1011
1,273 10 11

100
1,76 10 11
72,37

( me ) =|0,47 0,01|x 10

11

C
kg

Untuk data ke 3

| || || |
|

e
V
I
d e
=
+2
+2
m
V
I
d m
2

(0,01) ( 0,05 10 )
0,1
C
+2
+2
0,5 3234 x 1011
2
40,0
1,42
kg
7,0 10
C
|0,0025+0,014 +0,014|53,234 x 1011
kg
C
( 0,0305 ) 0,5 3234 x 1011
kg
11
0,016 10

e
m
KR=
100
e
m
0,016 1011

100
0,53234 x 1011
3,0
DK =100 K
100 3
97
e
e

m teori m eksperimen
diff =
100
e
m teori
1,76 10110, 53234 x 10 11

100
11
1,76 10
1,22766 10 11

100
1,76 10 11
69,75

( me ) =|0,53 0,02|x 10

11

C
k

Untuk data ke 4

| || || |
|

e
V
I
d e
=
+2
+2
m
V
I
d m
2

(0,01) ( 0,05 10 )
0,1
C
+2
+2
0,62413 x 1011
2
40,0
1,53
kg
6,0 10
11 C
|0,0025+0,0131+0,017| 0,62413 x 10
kg
C
( 0,0326 ) 0,62413 x 10 11
kg
11
0,02 10
e

m
KR=
100
e
m
0,0210 11

100
11
0,62413 x 10
3,2
DK =100 KR
100 3,2

96,8
e
e

m teori m eksperimen
diff =
100
e
m teori
1,76 10110, 62413 x 1011

100
11
1,76 10
1,13587 10 11

100
11
1,76 10
64,5

( me ) =|0,62 0,02|x 10

11

C
kg

Untuk data ke 5
e
V
I
d e
=
+2
+2
m
V
I
d m

| || || |
|

(0,01) ( 0,05 10 )
0,1
11 C

+2
+2
0,706 x 10
2
40,0
1,74
kg
5,0 10
C
|0,002 5+0,011+0,02|0,706 x 1011
kg
C
( 0,0335 ) 0,706 x 10 11
kg
11
0,024 10
e

m
KR=
100
e
m
11
0,024 10

100
11
0,706 x 10
3,35
DK =100 KR
100 3,35
96,65
e
e

m teori m eksperi en
diff =
100
e
m teori
11
11
1,76 10 0,706 x 10

100
11
1,76 10
1,054 1011

100
1,76 1011
59,88

( me ) =|0,71 0,02|x 10 kgC


e
( 0,71+0,62+0,53+0,47+ 0,46 ) x 10
Nilai ( )=
m
5
11

11

=0,558 x 10 11

C
kg

Pembahasan
Pada eksperimen Pengukuran e/m berdasarkan Percobaan J.J. Thompson
dilakukan pengamatan mengenai hubungan antara tegangan pemercepat, kuat arus
kumparan dan diameter berkas elektron yang terbentuk. Arus yang diberikan terhadap
perangkat tersebut guna menentukan e/m mengakibatkan timbulnya medan magnet,
kemudian bila diberikan tegangan akan mengakibatkan munculnya cahaya yang tak lain
adalah berkas elektron.
Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan, pada saat tegangan (V) tetap
dan arus (I) berubah, jari-jari pada berkas elektron akan semakin mengecil seiring dengan
naiknya kuat arus. Jika semakin besar kuat arusnya maka medan magnet yang dihasilkan
pada kumparan Helmholtz semakin besar pula.
Medan magnet yang besar akan membelokkan elektron dengan kuat sehingga jarijari berkas elektronnya semakin kecil, maka jari-jari berkas elektron berbanding terbalik
dengan medan magnet, hal ini sesuai dengan persamaan (0.6) pada bagian teori.
Berdasarkan data yang telahdiperolehdidapatkannilai e/m yakni pada data 1 e/m=

|0 , 46 0,01| x 1011

C
kg

diff

dengan

praktikumsebesar73,79%,pada data 2 e/m=

antara

nilai

|0,47 0,01| x 1011

e/m

C
kg

teori

dengan

diff

dengan

antara nilai e/m teori dengan praktikum sebesar 72,73% pada data 3 e/m=

|0,53 0,02| x 1011

C
kg

sebesar 69,75% pada data 4 e/m=


e/m

teori

dengan

|0,71 0,01| x 1011

praktikum

C
kg

diff

dengan

antara nilai e/m teori dengan praktikum

|0,62 0,02| x 1011


sebesar

dengan

64,5

diff

C
kg

dengan

danpada

antara

diff

nilai

antara nilai

data

e/m

e/m=
teori

denganpraktikumsebesar59,88% .
Secara teori nilai e/m adalah

1,76 x 1011

C
. Nilai yang diperoleh berdasarkam
kg

hasil percbaan menunjukkan perbedaan yang cukup jauh, hal tersebut disebabkan karena
pengamatan pada jari-jari berkas elektron. Berkas yang nampak tidak membentuk
lingkaran sempurna sehingga sangat sulit diamati. Pembacaan skala untuk jejari berkas
elektron kurang akurat, bergantung pada posisi pembaca. Hal tersebut membuat
pengamatan pembaca berbeda, Tidak menutup kemungkinan jejari yang terukur bukan
nilai jejari yang sebenarnya.

Faktor lain yang mungkin mempengaruhi adalah keterbatasan alat. Kumparan


Helmholtz yang digunakan sudah cukup tua (kurang baik), sehingga berakibat pada
kecerahan warna filamen. Warna filament yang redup membuat berkas elektron tidak
nampak jelas.
SIMPULAN
Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
prinsip percobaan e/m yang di lakukan oleh J.J. Thompson, yaitu didapatkan nilai beda
tegangan (V) berbanding lurus dengan jari-jari lintasan berkas elektrn (r) untuk setiap
nilai arus (konstan), dimana nilai beda potensial semakin besar maka nilai radius/jari-jari
berkas elektron juga bertambah besar. Sebaliknya, jari-jari berkas elektron berbanding
terbalik dengan arus listrik, semakin besar arus yang diberikan, maka jari-jari berkas
elektron semakin kecil. Nilai e/m untuk partikel electron adalah e/m 1=

C
,
kg
C
|0,53 0,02| x 1011
kg
C
|0,71 0,01| x 1011
.
kg

|0 , 46 0,01| x 1011

C
,
kg
11 C
e/m4= |0,62 0,02| x 10
,
kg
e/m2=

|0,47 0,01| x 1011

e/m3=
e/m5=

REFERENSI
[1] Rosana, Dadan,. dkk. 2003. Konsep Dasar Fisika Modern. Yogyakarta: Jurusan Fisika
FMIPA Universitas Negeri Malang.
[2] Tim Eksperimen Fisika. 2001. Petunjuk Praktikum Eksperimen Fisika. Malang:
Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang.
[3] Subaer & A, Momang Y,. 2015. Penuntun Praktikum Eksperimen Fisika 1. Makassar:
Unit Laboratorium Fisika Modern Jurusan Fisika FMIPA UNM.
[4] Young & Freedman. 2003. Fisika Universitas jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai