Laporan Praktikum E
Laporan Praktikum E
PENDAHULUAN
berperan penting
konduktifitas
panas
dan
listrik
yang
baik,
mudah
adalah
dengan
anodisasi.
Anodisasi
merupakan
proses
BAB II
TEORI DASAR
jernih dapat meningkatkan derajat kilap. Selain itu, wujud akhir dari benda
kerja yang telah dianodisasi dapat berupa wujud murni ataupun wujud
yang
berpola.
Kebanyakan
alumunium
yang
digunakan
dalam
NO
ANODISASI
1 Anoda : benda kerja
Katoda : karbon, platina, stainless steel
(larutan inert)
2
3
ELECTROPLATING
Anoda : bahan pelapis
Katoda : benda kerja
Dari skema proses dapat diketahui bahwa terdapat 4 hal yang sangat penting dan
perlu diperhatikan dalam proses anodisasi, yaitu:
Anoda dihubungkan dengan kutub positif power supply
Katoda dihubungkan dengan kutub negatif power supply
Larutan elektrolit.
Power supply
Pada dasarnya, suatu alumunium dengan sendirinya memiliki lapisan
oksida yang
sangat tipis akibat bereaksi dengan lingkungan(udara). Tetapi dilakukanlah
proses anodisasi untuk didapatkan ketebalan dan kekerasan lapisan oksida yang
diinginkan.
Pada anoda, logam alumunium mengalami reaksi oksidasi menjadi Al3+.
Pada katoda H terreduksi menjadi H2. Selain itu, saat logam alumunium yang
sudah teroksidasi tersebut bereaksi dengan O2- hasil penguraian air (H2O) pada
larutan elektrolit, maka akan dihasilkan Al2O3 yang merupakan lapisan oksida
alumunium. Skemanya:
Gambar 2.2. Skema yang terjadi pada reaksi antar alumunium dan larutan
elektrolit
Struktur dasar lapisan oksida yang dihasilkan berupa sel- sel hexagonal
dengan pori pada tengahnya. Struktur hexagonal ini sangatlah baik karena
merupakan struktur stabil yang memiliki energi terendah. Kekerasan lapisan
semakin tinggi akibat struktur hexagonal yang sangat rapat ini sehingga pori yang
terdapat pada tengah tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil uji kekerasan karena
bentuknya yang sangat kecil.
Chromic Anodizing
Menggunakan larutan elektrolit dari asam krom pada suhu sekitar 100 F
dan memiliki kerapatan sekitar 1.5 to 4.5 A/ft 2. Proses yang dilakukan
kurang lebih 40- 60 menit ini biasanya menghasilkan lapisan berwarna
abu- abu terang dan memiliki ketebalan 2 m (tergantung paduan dan
proses sealingnya). Ketebalan tersebut merupakan perbanding dari seluruh
lapisan, maksudnya 2 m tersebut merupakan 1/3 yang menempel pada
permukaan dan 2/3 nya berpenetrasi. Anodisasi jenis ini sangat berguna
untuk diaplikasikan pada benda kerja yang kompleks dan susah di rinse.
Selain itu, sangat baik diaplikasikan untuk benda- benda dengan toleransi
dimensi yang ketat(tidak boleh merubah dimensi). Contoh aplikasi:
komponen penyambungan/pengelasan, komponen pesawat terbang.
Sulfuric anodizing
Menggunakan larutan asam sulfur pada temperatur ruang sebagai larutan
elektrolit. Kerapatannya berkisar 15 - 22 A/ft2. Proses yang dilakukan
sekitar 30 60 menit ini akan menghasilkan lapisan yang sangat jernih
pada permukaan dan memiliki tebal 8m(tergantung paduan dan proses
sealing). Semakin sedikit logam paduan maka semakin jernih lapisan.
Anodisasi ini bertujuan meningkatkan ketahanan korosi dan ketahanan
aus, insolator yang baik, dan sangat baik digunakan untuk menghasilkan
warna- warna yang beragam.
Selain itu, anodisasi jenis ini mengeluarkan biaya yang lebih murah
dibanding chromic. Contohnya: senjata militer, komponen optik, dll.
Hardcoat Anodizing
Anodisasi menggunakan larutan asam sulfur pada temperatur 32 F
sebagai larutan elektrolit. Kerapatannya dari 23 hingga 37 A/ft2. Proses
yang dilakukan selama 20 hingga 120 menit ini akan menghasilkan lapisan
abu-
abu
yang
gelap
dengan
ketebalan
10m
hingga
50m.
Setelah di etsa kita bersihkan kembali dengan air dan deterjen agar
permukaan lebih bersih. Setelah itu barulah dianodisasi. Tahap anodisasi ini
bertujuan untuk membentuk ikatan antar logam alumunium dan larutan
elektrolit(H2SO4) dan menghasilkan lapisan oksida yang kita ingin tinjau
sesungguhnya. Setelah tahap anodisasi ini terdapat pori- pori pada permukaan
alumunium dimana pada tahap selanjutnya yaitu dyeing pori- pori itu berguna
sebagai tempat untuk menangkap zat pewarna. Pemberian zat pewarna dinamakan
proses dyeing. Proses dyeing ini dilakukan menggunakan larutan anoxal blue
yang secukupnya. Zat pewarna tersebut memasukki pori- pori pada alumunium.
Tahap selanjutnya adalah sealing. Tahap ini dilakukan untuk menutup poripori yang tidak dan telah diberi warna agar zat warna tersebut tidak keluar. Proses
ini dilakukan menggunakan air panas pada temperatur sekitar 80oC.
Reaksi pada anoda terjadi antar lapisan metal-oxide dan lapisan oxideelektrolit, dimana metal-oxide-elektrolit diskemakan dengan gambar berikut:
BAB III
DATA PERCOBAAN
Alat
Bahan
.
1
2
3
4
5
6
Gelas Kimia
Gelas Ukur
Sel Elektrolisis
Pemanas air
Hair dryer
Jangka sorong
I (ampere)
V (Voltage)
Ketebalan
sebelum (mm)
Pelat 1
5
15
1,05
Pelat 2
5
15
1.05
Selain itu selama produser diperlukan waktu dan temperatur sebagai berikut:
Jenis
Rinsing
Etsa
Anodizing
Dyeing
Sealing
Waktu (menit)
2
3
40
15
3
Temperatur (oC)
Temperatur Ruang
Temperatur Ruang
Temperatur Ruang
60
80
Pelat 1
Pelat 2
Ketebalan sesudah
(mm)
0.95
0.7
Gambar A
Pelat alumunium A dan B
Gambar C
Larutan etsa NaOH 10%
Gambar B
Tahap Rinsing
Gambar D
Plat 1 hasil etsa
Gambar E
Larutan pada tahap anodisasi
Gambar F
Larutan anoxal
blue
H2SO4 5%
Gambar G
Pelat hasil proses dyeing
Gambar H
Pelat hasil sealing (sudah
memenuhi semua prosedur)
+ yang atas pelat 2, yang
bawah pelat 1
BAB IV
ANALISIS DATA
Parameter dan efek dari proses anodizing ingin diketahui melalui
percobaan kali ini. Prosedur percobaan dilakukan dengan menggunakan 2 plat
Alumunium (Al) dengan perlakuan yang berbeda. 1 plat Al menerima perlakuan
anodizing dengan tahapan sebagai berikut.
Rinsing > Etching > Anodizing > Dyeing > Sealing
Sedangkan untuk plat kedua tidak dilakukan proses etching. Penjelasan terhadap
tahapan- tahapan diatas adalah sebagai berikut:
a) Rinsing
Tahapan ini bertujuan untuk membersihkan permukaan spesimen dari pengotor
atau lemak yang menempel pada permukaan alumunium. Rinsing dilakukan
dengan air ditambahkan dengan deterjen.
b) Etching
Proses ini merupakan proses pembersihan lanjut yang tidak dapat dilakukan hanya
dengan air dan deterjen saja. Etsa bertujuan untuk mengkorosikan permukaan
logam karena pada permukaan alumunium sudah terbentuk lapisan oksida secara
alamiah. Pada praktikum kali ini larutan etsa yang digunakan adalah larutan
NaOH(10ml) dan air(90ml) selama 3 menit.
c) Anodizing
Proses ini dilakukan dengan elektrolit asam asam sulfat dan air. Pada anoda
ditempatkan benda kerja (alumunium) lalu disambungkan dengan kutub positif
sedangkan pada katodanya karbon disambungkan dengan kutub negatif dari
power supply. Proses ini bertujuan menghasilkan lapisan oksida yang
sesungguhnya.
d) Dyeing
Merupakan proses pewarnaan logam alumunium menggunakan anoxal blue.
e) Sealing
Pori yang telah dan tidak diberi warna ditutup melalui proses ini. Dengan
menutup poros lapisan oksidanya proses korosi pada logam dapat diperlambat
H+ + e H2
Reaksi total anodisasi
2Al + 3H2O
Al2O3 + 3H2
Reaksi pada sealing
Al2O3 + 3H2O
2AlOOH*H2O
Dapat kita lihat bahwa semakin sedikit Al(semakin tebal lapisan oksida alamiah)
maka akan semakin sulit lapisan oksida pada anodisasi terbentuk. Maka akan
semakin sulit zat pewarna karena semakin sempit ruang yang diberikan untuk zat
pewarna.
Pada pelat 1 warna yang tidak terlalu terang ini disebabkan oleh pemberian
voltase pada saat percobaan tidak stabil dan voltase yang digunakan tidak sesuai
dengan seharusnya. Kita tidak bisa menilai kestabilan arus dan voltase karena kita
tidak memiliki standar yang sudah ada. Walaupun semakin tinggi arus maka
semakin cepat reaksi itu terjadi tetapi kita tidak tahu berapa besar pengotor dan
lemak yang menjadi hambatan dalam pembentukan lapisan oksida. Seharusnya
banyaknya hambatan tersebut disesuaikan dengan besarnya arus agar kita
mengetahui berapa arus yang harus digunakan agar reaksi stabil.
Selain itu, pada percobaan ini terjadi pengurangan ketebalan dari plat
sebelum dan sesudah diberikan perlakuan. Hanya bedanya pada pelat 2 yang tidak
dilakukan etsa perubahan ketebalannya sangat besar yaitu 0.25 mm, sedangkan
pada pelat 1 hanya 0.1 mm. Pengurangan ketebalan ini bisa juga disebabkan
karena pada saat proses anodizing laju reaksi untuk membentuk Al3+ lebih cepat
dibandingkan dengan laju pembentukan Al2O3 maksudnya adalah plat Al menipis
lebih cepat/ duluan daripada lapisan oksida yang melapisi permukaanya terbentuk.
Pengurangan juga bisa disebabkan karena pembentukan Al3+ pada anoda sekitar
40% nya larut pada larutan elektrolit dan 60% sisanya berikatan dengan O 2- dan
membentukan lapisan oksida. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 40% yang larut
inilah yang menjadi lapisan yang terbuang ke larutan dan menyebabkan lapisan
mengalami penipisan. Ketebalan lapisan oksida yang kecil ini akan menyebabkan
pori juga akan menjadi lebih kecil sehingga semakin sedikit ruang yang tersedia
untuk pewarnaan sehingga warna tidak begitu nampak.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
1. Tahapan proses pewarnaan yang dilakukan dalam anodizing adalah
dimana pada tahap selanjutnya yaitu dyeing pori- pori itu berguna sebagai tempat
untuk menangkap zat pewarna. Pemberian zat pewarna dinamakan proses dyeing.
Proses dyeing ini dilakukan menggunakan larutan anoxal blue yang secukupnya.
Zat pewarna tersebut memasukki pori- pori pada alumunium.
Tahap selanjutnya adalah sealing. Tahap ini dilakukan untuk menutup pori- pori
yang tidak dan telah diberi warna agar zat warna tersebut tidak keluar. Proses ini
dilakukan menggunakan air panas pada temperatur sekitar 80oC.
I.
Proses Rinsing
Rinsing dilakukan guna membersihkan permukaan dengan menghilangkan
baik pengotor atau lemak yang ada. Proses ini dilakukan menggunakan
deterjen dan air yang mengalir.
II. Etching
Lapisan oksida alumunium yang terbentuk secara alami dibersihkan pada
tahap ini. Tahap ini menggunakan menggunakan larutan NaOH 10ml dan
air 90 ml sebagai larutan etsa. Proses ini dilakukan selama 1-5 menit.
Lapisan oksida ini harus dihilangkan karena dinilai mengganggu proses
pembentukan oksida yang pada proses Anodisasi.
III. Anodisasi
Proses anodisasi ini harus dilakukan setelah spesimen yang sudah dietsa
dirinsing kembali agar bersih dari pengotor dan lemak. Tahap anodisasi ini
bertujuan untuk membentuk ikatan antar logam alumunium dan larutan
elektrolit(H2SO4) dan menghasilkan lapisan oksida yang kita ingin tinjau
sesungguhnya. Pada anoda ditempatkan alumunium dan karbon pada
katoda. Pada elektrolit terdapat asam sulfat dan air. Dari reaksi antar
Alat untuk memanaskan juga harus dikalibrasi kembali karena saat alat
sudah menunjukkan 80OC tapi kenyataanya saat dipegang belum sepanas
itu.
2. Ada baiknya kita mengikuti standar yang ada di modul yang mengatakan
bahwa larutan yang digunakan adalah 5% asam oksalat dan 12% asam
sulfat. Karena pada referensi yang mengikuti standar itu pori yang
terbentuk akan jauh lebih besar dibandingkan dengan pori hasil larutan
asam sulfat saja. Sehingga hal ini dapat mempermudah proses pewarnaan.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya lapisan oksida pada alumunium setelah
anodisasi perlu dilakukan uji kekerasan. Karena kita tahu sendiri bahwa
lapisan oksida sangat keras, sehingga dengan uji kekerasan kita akan tahu
apakah lapisan tersebut ada apa tidak. Karena kalau ternyata tidak ada
maka proses pewarnaan yang diinginkan pun tidak akan terjadi.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
http://www.infometrik.com/2009/08/pelapisan-logam-bagian-1/ (diakses
14 Oktober 2014 pukul 21.33)
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124747-R040816-Pengaruh
%20penambahan-Literatur.pdf (diakses 15 Oktober pukul 10.11)
BAB VII
LAMPIRAN
7.1. RANGKUMAN PRAKTIKUM
Anodisasi merupakan proses pelapisan logam dengan membentuk lapisan
oksida pada permukaannya. Pada percobaan kali ini digunakan logam
Alumunium. Logam alumunium memiliki keunikan tersendiri seperti titanium dan
magnesium dimana secara alamiah akan terbentuk lapisan oksida yang tipis pada
permukaan. Terdapat proses pelapisan yang mirip dengan anodisasi, yaitu
Electroplating.
Persamaannya: Keduanya sama- sama merupakan proses elektrokimia.
lain(electrodeposition)
Terjadi kinetisasi dari logam menjadi Terjadi kinetisasi dari bahan pelapis
oksida
Q x Ar
nxF
dimana:
M = massa(gram)
Q= jumlah listrik dalam Coloumb
pelapisan
logam
dari
Berikut adalah skema anodisasi dimana pada anoda terdapat alumunium sebagai
benda kerja.
Penjelasannya:
Saat ketebalan dan kondisi tertentu(mencapai G) maka Al 2O3 yang terbentuk
akan mengalami break down dan terurai kembali menjadi Al 3+ dan O2-, Al3+ akan
berusaha kembali menuju permukaan dan mencari O2- dari luar. Untuk
menemukan O2- maka harus menuju ke tempat dimana terdapat beda potensial
yang tinggi agar cukup untuk memenuhi syarat G yang diperoleh untuk
pembentukan kembali. Tempat dimana beda potensial tinggi adalah di lekukan
permukaan, sehingga semakin banyak Al3+ yang ingin membentuk oksida maka
akan semakin tebal bagian lekukan sehingga lama kelamaan pori di tengah
terbentuk dan menjadi semakin dalam.
Selain itu, perlu untuk diketahui bahwa dari 100% Al 3+ yang terbentuk dan
ingin bereaksi, 40% nya akan larut pada larutan elektrolit dan hanya 60% nya saja
yang berikatan dengan O2- dan membentuk lapisan oksida.
Prosedur yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah:
Rinsing
Etching
Rinsing
Anodizing
Rinsing
Dyeing
Sealing
Proses- proses tersebut sudah dijelaskan pada bab II(teori dasar). Pada percobaan
ini kedua pelat dilakukan prosedur yang berbeda, ada yang di etching ada yang
tidak. Etsa sangat penting karena seperti yang kita ketahui bahwa oksida
alumunium yang terbentuk secara alamiah berstruktur amorf, tetapi yang kita
inginkan kristalin. Melalui etsa ini kita dapat menghilangkan oksida alumunium
tersebut agar dibentuk oksida alumunium yang seragam.
Proses Seealing menggunakan air panas. Air panas disini bertujuan untuk
mempercepat reaksi. Karena seperti yang kita ketahui, adanya aliran panas akan
membuat ion-ion aktif bergerak sehingga perpindahan akan semakin cepat.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses anodisasi, yaitu:
1) Volt/arus
Semakin tinggi arus atau tegangan yang diberikan artinya semakin cepat
dan besar aliran listrik tersebut, maka lapisan oksida yang terbentuk akan
semakin tebal.
2) Konsentrasi elektrolit
Semakin tinggi konsentrasi pada larutan elektrolit, maka akan semakin
tebal lapisan yang terbentuk. Semakin rendah pH larutan elektrolit maka
akan semakin asam larutan elektrolit tersebut. Seperti yang kita ketahui
larutan yang digunakan pada anodisasi adalah larutan yang bersifat asam.
Asam ini lah yang mempercepat proses pengikisan pori lapisan oksida.
Maka, semakin rendah pH maka akan semakin banyak lapisan oksida/pori
yang terbentuk.
3) Waktu
Semakin lama proses anodisasi maka otomatis semakin tebal lapisan
oksida yang terbentuk. Semakin lama waktu, semakin banyak kesempatan
untuk bisa bereaksi dan berikatan membentuk lapisan oksida.