Anda di halaman 1dari 4

DEFINISI

Periode postpartum adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada
keadaan tidak hamil, serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga baru.
Asuhan keperawatan pada postpartum dibagi atas tiga periode:
1. Immediate postpartum, adalah masa 24 jam postpartum
2. Early postpartum, adalah masa pada minggu pertama postpartum
3. Late postpartum, adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenem
postpartum.
Tujuan asuhan keperawatan selama masa postpartum
1. Mencegah hemoragi
2. Memberikan kenyamanan fisik, nutrisi, hidrasi, keamanan dan eliminasi.
3. Memberikan motivasi pada ibu dan keluarga untuk mulai mengintregasikan
proses kelahiran menjadi pengalaman hidup mereka.
4. Memelihara proses kedekatan dengan neonatus.

ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Dimulai dengan pemeriksaan dan observasi sebagai berikut
1. Temperature
Periksa 1 kali pada 1 jam petama sesuai dengan peraturan rumah sakit, suhu
tubuh akan meningkat bila terjadi dehidrasi atau keletihan
2. Nadi
Periksa setiap 15 menit selama 1 pertama atau sampai stabil, kemudian setiap 30
menit pada jam jam berikutnya. Nadi kembali normal pada 1 jam berikutnya,
mungkin sedikit terjadi bradikardi.
3. Pernafasaan
Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah I jam
postpartum.
4. Tekanan darah
Periksa setiap 15 menit selama 1 jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30
menit untuk setipa jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit meningkat

karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan normal kembali 1 jam setelah
berikutnya.
5. Kandung kemih
Kandung kemih ibu cepat terisi karena dieresis postpartum dan cairan intravena.
6. Fundus uteri
Periksa setiap 15 menit selam satu jam pertama kemudian setiap 30 menit, fundus
harus berada dalam midline , keras, dan 2 cm di bawah atau pada umbilicus. Bila
uterus lunak, lakukan masase hingga keras dan pijatan hingga berkontraksi ke
pertengahan.
7. System gastrointestinal
Pada minggu pertama postpartum fungsi usus besar kembali normal.
8. Kehilangan berat badan
Pada masa postpartum ibu biasanya akan kehilanga berat badan lebih kurang 5-6
kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat lebih kurang 750 gram,
darah dan cairan amnion lebih kurang 1000 gram, sisanya berat badan bayi.
9. Lokea
Periksa setiap 15 menit, aliranya harus sedang. Bila darah mengalir dengan cepat,
curigai terjadinya robekan serviks.
10. Perineum
Perhatikan luka episiotomy jika ada dan perineum harus bersih, tidak berwarna,
tidak edema dan jahitan harus utuh.
11. System musculoskeletal
Selama kehamilan otot tot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi
penurunan tonus otot. Pada periode postpartum penurunan tonus otot jelas terlihat.
Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah, serta muskulus rektus abdominis
memisah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan yang khas bagi wanita selama periode ini.
1. Resiko terjadinya hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri atau trauma.
2. Resiko terjadinya retensi urine yang berhubungan dengan proses persalinan.
3. Gangguan rasa nyama yang berhubungan dengan afterpain.
4. Kurangnya perawatan diri: mandi/kebersihan diri yang berhubungan dengan
keletihan.
5. Resiko kuranganya volume cairan yang berhubungan dengan pembatasan
masukan selam proses persalinan.
6. Resiko disstres spirit yang berhubungan dengan kurangnya system dukungan
keluarga.

Selama persalinan kala IV ibu membutuhkan istirahat untuk menyiapkan tubuh


dalam proses penyembuhan. Tirah baring amat diajurkan pada periode ini. Pada
kenyataannya, banyak ibu jadi tertidur.
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
1. Resiko terjadinya hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri atau trauma.
a. Masase lembut secara intermiten fundus uteri dapat membantu
mengeluarkan darah dan bekuan yang menumpuk, sehingga uterus dapat
berkontraksi kembali.
b. Kaji jumlah darah yang keluar yang terdapat pada pembalut. Pembalut
yang basah keseluruhannya mengandung sekitar 100 ml darah. Kehilangan
100 ml darah setiap 15 menit dipertimbangan sebagi aliran yang hebat.
c. Pantau tanda tanda vital dan observasi warna kulit, apakah ibu
mengalami sianosis.
d. Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta didalam
uterus.
e. Bila perdarahan terjadi tiba tiba kemungkinan laserasi pada serviks atau
vagina.
f. Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta didalam
uterus kemungkinan dilakukan tindakan perbaikan denga operasi.
2. Resiko terjadinya retensi urine yang berhubungan dengan proses persalinan.
Kandung kemih yang penuh menekan uterus keatas dan ke samping.
Posisi yang demikian dapat mengganggu kontraksi uterus, sehingga mengarah
pada terjadinya hemoragia. Hal ini menambah ketidaknyamanan dan dapat
mengakibatkan atonia uteri dinding kandugng kemih, retensi urine, dan bahkan
infeksi.
Akibat terjadinya trauma dan pembengkakan yang terjadi pada ibu
mungkin didapati adanya kesulitan berkemih. Air hangat dipancurka diatas vulva
dan air dibiarkan mengalir akan membantu relaksasi sfingter. Bila gagal maka
dianjurkan kateterisasi.
3. Gangguan rasa nyama yang berhubungan dengan nyeri persalinan (afterpain) dan
trauna jalan lahir.
Selama beberapa hari setalah melahirkan, kotraksi uterus mungkin akan sangat
kuat dan menyakitkan, terutama pada multipara. Intervensi keperawatan meliputi
hal hal berikut ini:
a. Menjelaskan fisiologi afterpain normal pada ibu.

b.
c.
d.
e.

Berikan motivasi pada ibu untuk berkemih secara teratur.


Tutupi abdomen ibu denga selimut.
Berikan analgetik sesuai dengan resep dokter
Berikan dorongan untuk melakukan tehnik relaksasi yang dipelajari pada
periode prenatal.

Episiotomy dan hemoroid dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan.


Intervensi keperwatan yang dilakukan adalah sebgai berikut:
a. Memberikan dorongan pada ibu untuk berbaring pada posisi miring
sambil gunakan kantong es selama 2 jam.
b. Menggunakan salep seperti yang diresepkan.
c. Berikan analgetik seperti yang diresepkan.
d. Ajarkan ibu untuk melakukan tehnik relaksasi.
4. Kurangnya perawatan diri: mandi/kebersihan diri yang berhubungan dengan
keletihan selam proses persalinan.
Oleh karena keletihan atau efek analgetik selama melahirkan, ibu tidak
dapat membersihkan atau menghangatkan dirinya sendiri. Ketika perawat mulai
membasuh wajah ibu dan lengannya serta menyelimutinya denga selimut hangat,
ibu merasa diperhatikan dan merasa aman serta memungkinkan ia beristirahat
denga lebih nyaman.
5. Resiko kuranganya volume cairan yang berhubungan dengan pembatasan
masukan selam proses persalinan
Oleh karena cairan per oral biasanya dibatasi selama persalinan, banyak
ibu haus dan membutuhkan cairan segera setelah melahirkan. Biasanya air putih
dalam jumlah sedang dianjurkan untuk diberikan. Namun, minum yang terlalu
banyak dan terlalu cepat dapat menyebabkan muntah. Satu jam pertama setelah
melahirkan biasanya ibu dapat menyesuaikan diet ringan tanpa kesulitan. Sebagai
tindakan kewaspadaan, catatan asupan dan pengeluaran yang akurat harus
diperhatikan.

Anda mungkin juga menyukai