Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi Hernia
Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari
dinding rongga bersangkutan.
Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bwaan atau congenital dan
hernia dapatan atau akuisita. Bedasarkan letaknya, hernia diberi nama sesuai dengan
lokasi anatominya, seperti hernia diafragma, inguinal, umbilikalis, femoralis, dll.
Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, berupa hernia inguinal direk,
indirek, serta hernia fermolaris, hernia insisional 10%, hernia ventralis 10%, hernia
umbilikalis 3%, dan hernia lainnya sekitar 3%. Pada hernia di abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskul-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.
Menurut sifatnya, hernia sisebut hernia roponibel bila isi hernia dapat keluarmasuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika berbaring atau
bila didorong masuk perut. Selama henia masih peronibel, tidak ada keluhan nyeri atua
gejala obstruksi asus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga
perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh pelekatan isi
kantong kepada peritoneum kanyong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Masih tidak
B.
C.
D.
E.

ada keluhan nyeri, tidak juga tanda sumbatan usus.


Etiologi
Anotomi fisologi
Manifestasi klinis
Patofiologi
Secara patofisiologi, peninggian tekanan intraabdomen akan mendorong lemak
preperitonetal ke dalam kanalis femolaris yang akan menjadi pembuka jalan terjadinya
henia. Factor penyebab lainnya adalah kehamilan multipara, obisitas dan degenerasin
jaringan ikat karena usia lanjut. Hernia femolaris sekunder dapat terjadi sebagai
komplikasi herniorafi pada hernia ingunalis, terutama yang memakai teknik Bassini atau
Shouldice yang menyeabkan fasia transversa dan ligamentum iguinale lebih tergeser ke
ventrokranial sehingga kanalis femolaris lebih luas.

Komplikasi yang paling sering terjadi adalah strangulasi dengan segala akibatnya.
Hernia femolaris keluar di sebelah bawah ligamentum inguinale pada fosa ovalis. Kadang
kadang henia femolaris tidak teraba dari luar, terutama bila merupakan hernia Richter.
F. Patway
G. Pemerikasaan penunjang
H. Diagnosa banding
Diagnosis banding hernia fermolis, antara lain hernia inguinalis, limfadenopati
femoral, lomfadenitis yang disertai tanda radang lokal umum dengan sumber infeksi di
tinggal bawah, perenium, anus atau kulit tubuh kaudul dari tingkat umbilikus. Lipoma
kadang tidak dapat dibedakan dari benjolan jaringan lemak praperitoneal pada hernia
femolaris.
Diagnosis banding lain adalah variks tunggal di muara vena safena magna dengan
atau tanpa varises pada tungkai. Konsistensis variks tunggal di fosa ovalis lunak. Ketika
batuk atau mengedan, benjolan variks membesar dengan gelombang dan mudah
dihilangkan dengan takanan.
Abses dingin yang bersal dari spondilitis torakolumbalis dapat menonjol di fosa
ovalis. Tidak jarang, hernia Richter dengan strangulasi yang telah mengalami gangguan
vitalitas isi hernia, memberikan gambaran seperti abses. Setelah dilakukan tindakan
insisi, ternyata yang keluar adalah isi usus, bukan nanah. Untuk membedakannya. Perlu
diketahui bahwa munculnya hernia erat hubungannya dengan aktivitas, seperti mengedan,
batu dan gerak lain yang disertai dengan peninggian tekanan intraabdomen, sedangkan
penyakit lain, seperti torsio testis atau limfadenitisfemlaris, tidak berhungan dengan
aktifitas demikian.
I. Penatalakasanaan
Pengobatan konserfatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien anak.
Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia sambil membentuk
corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit
tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi. Pada anank anak, inkarserasi lebih

sering terjadi pada usia di bawah 2 tahun. Reposisi spontan lebih sering terjadi dan,
sebaliknya, gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan orang
dewasa. Hal ini sebabkan oleh cincin hernia pada anak lebih elastic. Reposisi dilakukan
dengan menidurkan anak mengunakan sedative dan konfres es di atas hernia. Bila
reposisi behasil, anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia
tidak berhasil, operasi harus segera dilakukan dalam waktu enam jam.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan untuk menahan hernia yang telah
direposisi dan tidak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai
sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara
lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak, cara ini dapat menimbulakan atropi testis
karena funikulus spermatikus yang mengandung pembuluh darah testis tertekan.
Pengobatan operatif merupakan satu satunya pengobatan hernia ingunalis yang
rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasr operasi
hernia atas herniotomi dan hrnioplasti.
Pada herniotomi, dikulakan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya.
Kantong dibuak, dan isi henia dibebaskan kalau ada pelekatan, kemudian direposisi.
Kantong hernia dijahit-ikat setinggi mungkin lalu dipotong.
Pada hernoplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan
memperkuat dinding belakang kanalis ingunalis. Hernioplati lebih penting dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal dengan berbagai
metode hernioplasti, seperti memperkecil annulus inguinakis internus dengan jahitan
terputus, menutup dan memperkuat fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan otot
transversus internus abdominis dan otot oblikus internus abdominis, yang dikenal dengan
nama conjoint tendon, ke ligamentum inguinale pouparti menurut metode bassini, atau
menjahitkan fasia transversa, otot transversus abdominis, dan otot oblikus internus
abdominis ke ligamentum cooper pada metode Lotheisen-McVay.
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dioerkenalkan tahun
1887. Setelah disekresi kanalis iguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan
cara mendekatkan muskulus oblikus internus abdominis, muskulus transversus
abdominis, dan fasia transversalis ke traktus iliopubik dan ligamentum iguinale. Teknik
ini dapat diterapkan baik pada hernia direk maupun indirek.

Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang beruapa variasi teknik herniotomi
Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan pada otot otot yang di jahit. Untuk
mengatasi masalah ini, pada tahun 1980-an, dipopulerkan pendekatan operasi bebas
pegangan, yaitu tehnik hernioplasti bebas renggangan menggunakan mesh (hernioplasti
bebas rengangan), dan sekarang tehnik ini banyak dipakai. Pada tehnik ini, digunakan
mesh prostestis untuk memperkuat fasiatransfersalis yang membentuk dasar kanalis
inguinalis tanpa menjahitkan otot otot ke ligamentum inguinale.
Pada hernia konginital bayi dan anak anak yang penyebabnya adalah prosesus
vaginalis yang tidak menuptup, hanya di lakukan herniotomi karena anulusinguinalis
internus cukup elastic dan dinding belakang kanalis cukup kuat. Terapi operatif hernia
bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap. Mengingat kejadian hernia
bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi kontralateral secara rutin,
terutama pada hernia inguinalis sinistra pada hernia bilateral orang dewasa, dianjurkan
melakukan dalam satu tahap, kecuali jika ada kontra indikasi. Kadang ditemukan
insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia inguinalis medialis besar
yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan herniaplasti yang dilakukan secara
cermat dan teliti. Tidak satupun teknik yang dapat menjamin bahwa tidak akan terjadi
residik. Yang paling diperhatikan ialah mencegah terjadinya renggangan dan kerusakan
pada jaringan. Umumnya dibutuhakan bahan mesh prosthesis untuk memperkuat defek
dinding yang lemah.
Angka kekambuhan setelah perbaikan hernia iguinalis indirek pada dewasa
dilaporakan berkisar 0,6 3%. Pada hernia inguinalis lateralis, penyebab residik yang
paling sering ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya
karena di sekresi kantong yang tidak memadai dan tidak terindentifikasinya hernia
femolaris atau hernia inguinal direk. Semantara itu, kekambuhan dari perbaikan dari
hernia direk adalah 1 28%. Pada hernia iguinalis medialis, penyebab residik umumnya
karena renggangan yang berlebihan pada jahitan plastic atau akibat relaxing incision pada
sarung rektus. Penggunaan mesh pada perbaikan hernia menurunkan resiko kekambuhan
50 75%.
Pada operasi hernia, secara laparoskopik, mesh protesis diletakkan di bawah
peritoneum secara intraperitoneal on-lay mesh prosedur (IPOM) pada dinding perut atau
technique (TAPP) atau total extraperitoneal mesh placement (TEP).

J. Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponibel. Hal ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau
merupakan hernia aktera. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Isi
hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia inkarserata yang
menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau
parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku seperti pada hernia femolaris dan hernia obturatoria, lebuh sering terjadi jepitan
parsial. Jarang terjadi inkarserasi retrograde, yaitu dua segmen usus terperangkap di
dalam kantong hernia dan satu segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti
huruf W.
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan
jepitan pada cinicin hernia makin bertambah sehingga akhirnya peredaran darah jaringan
terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan berisi
transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses loka, fistel, atau peritonitis jika terjadi
hubungan dengan rongga perut.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang berisi usus dimulai dengan gambaran
obstruksi usus disertai gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, asam basa. Bila terjadi
gengreng sehingga gambaran klinis menjadi toksit, suhu tubuh meninggi, dan terdapat
leukositosis. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan
menetapkan karena rangsangan peritoneal.
Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan disertai
nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses
local. Hernia strangulate merupakan keadaan gawat darurat yang perlu mendapat
pertolongan segera.

Anda mungkin juga menyukai