Anda di halaman 1dari 6

LAPORAN AUDITOR

Laporan auditor adalah laporan yang berisi pendapat seorang auditor berupa pernyataan
kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan
arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Pendapat tersebut
sangat penting dalam proses audit atapun proses atestasi lainnya karena merupakan informasi
utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai mengenai apa yang dilakukan auditor dan
kesimpulan yang diperolehnya.
Laporan auditor tersebut harus memenuhi empat standar pelaporan, yaitu :
a) Standar pelaporan pertama :
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum.
b) Standar pelaporan kedua :
Laporan auditor harus menunjukkan keadaan yang di dalamnya prinsip akuntansi tidak
secara konsisten diterapkan dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dalam
hubungannya dengan prinsip akuntansi yang diterapkan dalam periode sebelumnya.
c) Standar pelaporan ketiga :
Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali
dinyatakan lain dalam laporan auditor.
d) Standar pelaporan keempat :
Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam semua hal yang nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan,
laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan auditor, jika
ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikulnya.
Keempat standar pelaporan dalam standar auditing dipenuhi dengan diterbitkannya
sebuah laporan auditor dalam bentuk yang sesuai dengan keadaannya (Laporan Bentuk Baku).
Laporan tersebut terdiri dari :
a) Paragraf pendahuluan (atau awal)
b) Paragaraf lingkup (atau tengah)
c) Paragraf pendapat (atau kesimpulan)

Kalimat dalam laporan menggunakan kalimat-kalimat standar (baku), namun bisa agak
sedikit bervariasi tergantung pada laporan keuangan yang diaudit, apakah untuk satu periode
akuntansi atau untuk laporan keuangan komparatif.
Meskipun pada umumnya auditor menerbitkan laporan bentuk baku, namun dalam
keadaan-keadaan tertentu auditor harus mengeluarkan laporan dengan bentuk menyimpang dari
laporan bentuk baku. Penyimpangan dari laporan bentuk baku terjadi apabila auditor
berkesimpulan bahwa :
a) Perlu ditambahkan paragraf penjelasan pada laporan auditor dengan tetap memberi
pendapat wajar tanpa pengecualian, atau
b) Harus diberikan jenis pendapat yang lain atas laporan keuangan.
A. JENIS-JENIS LAPORAN AUDITOR
Jenis-jenis laporan auditor dibedakan atas pendapat (opini) yang terkandung di dalamnya.
Jenis opini yang berlaku secara umum dapat dibagi dalam empat jenis, yaitu :
1) Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) - Unqualified Opinion
Jenis opini ini menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar dalam semua
hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
2) Wajar Dengan Pengecualian (WDP) - Qualified Opinion
Opini ini menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal
yang material, posisi keuangan, hasil usaha dan arus kas sesuai prinsip akuntansi yang
berlaku umum, kecuali untuk dampak hal-hal yang yang dikecualikan.
Hal-hal yang dimaksud antara lain :
a. Klien membatasi ruang lingkup audit
b. Kondisi-kondisi yang ada diluar kekuasaan klien ataupun auditor menyebabkan
auditor tidak dapat melaksanakan prosedur auditing
c. Laporan keuangan tidak disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan
d. Ketidak-konsistenan penerapan standar akuntansi keuangan yang digunakan
dalam menyusun laporan keuangan.
3) Tidak Wajar (TW) Adverse
Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan opini ini adalah ketika auditor, setelah
memperoleh bukti pemeriksaan yang cukup memadai, menyimpulkan bahwa

penyimpangan dari prinsip akuntansi (salah saji) yang ditemukan, baik secara individual
maupun agregat/bertingkat, adalah material dan pervasive (berdampak menyeluruh) pada
laporan keuangan.
4) Tidak Memberikan Pendapat (TMP) Disclaimer
Kondisi yang menyebabkan auditor menyatakan opini ini adalah adanya pembatasan
lingkup yang luar biasa sehingga auditor tidak dapat memperoleh bukti yang cukup
memadai sebagai dasar menyatakan opini.
B. PERSYARATAN MASING-MASING AUDITOR
1) Prinsip Akuntansi Berlaku Umum yang Ditetapkan IAI
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menetapkan sejumlah prinsip akuntansi yang
diumumkan sebagai Standar Akuntansi Keuangan (SAK), yang disebut juga sebagai
prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI. Apabia prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI
cocok untuk diterapkan pada laporan keuangan perusahaan, maka prinsip-prinsip tersebut
harus diikuti dalam memenuhi standar pelaporan.
2) Perubahan Akuntansi yang Mempengaruhi Konsistensi
Perubahan dalam suatu prinsip akuntansi timbul sebagai akibat penerapan prinsip
akuntansi berlaku umum yang berbeda dari prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
penyusunan laporan keuangan pada tahun sebelumnya.
Perubahan akuntansi yang mempengaruhi konsistensi, meliputi :
a. Perubahan dalam prinsip akuntansi itu sendiri
b. Perubahan dalam metode penerapan suatu prinsip
c. Perubahan dalam satuan usaha yang membuat laporan.
Sedangkan perubahan yang tidak mempengaruhi konsistensi meliputi :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Perubahan dalam estimasi akuntansi


Koreksi kesalahan yang tidak melibatkan prinsip akuntansi
Perubahan dalam klasifikasi dan klasifikasi kembali
Transaksi atau kejadian yang sangat berbeda
Perubahan atas kondisi perusahaan
Perubahan berupa adanya produk baru
Bencana alam

3) Pengungkapan Informatif
Pengungkapan informatif menyangkut hal-hal material yang berkaitan dengan
bentuk, susunan, dan isi laporan keuangan serta catatan atas laporan keuangan yang
menyertainya.
3

4) Pernyataan Suatu Pendapat


Syarat ini mengharuskan auditor untuk menyatakan suatu pendapat atau
pernyataan bahwa suatu pendapat tidak dapat diberikan. Apabila pernyataan pendapat
tidak dapat diberikan, alasannya harus dinyataka dalam laporan auditor.
5) Laporan Keuangan
Laporan keuangan bisa berupa laporan yang diterbitkan oleh sebuah perusahaan
secara individual atau berupa laporan konsolidasi. Selain itu laporan bisa diterbitkan
untuk satu periode akuntansi atau bisa juga disajikan secara komparatif.
Pendapat auditor harus dinyatakan (atau menolak untuk menyatakan pendapat)
atas laporan keuangan yang disebutkan dengan jelas dalam paragraf pendahuluan dalam
laporan auditor.
6) Karakter Suatu Audit
Dalam melakukan auditing, auditor diminta untuk menunjukkan dalam
laporannya petunjuk yang jelas mengenai karakter suatu audit. Suatu audit meliputi :
a. Pemeriksaan bukti-bukti berdasarkan pengujian
b. Menilai prinsip akuntansi yang digunakan, estimasi signifikan yang digunakan
manajemen, dan penyajian laporan keuangan sebagai keseluruhan.
7) Keterkaitan dengan Laporan Keuangan
Seorang akuntan publik terkait dengan laporan keuangan auditan apabila ia telah
ditunjuk untuk mengaudit laporan keuangan berdasarkan standar auditing yang
ditetapkan IAI dan telah menerapkan prosedur-prosedur auditing atas laporan keuangan
tersebut.
8) Tingkat Tanggungjawab
Auditor harus menunjukkan tingkat tanggung jawabnya atas audit dan pendapat
yang diberikannya.
C. KRITERIA WAJAR DALAM LAPORAN AUDITOR
Ada beberapa kondisi laporan keuangan yang harus dipenuhi untuk menilai laporan
keuangan yang dianggap menyajikan secara wajar, yaitu:
a. Standar akuntansi keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan
keuangan,
b. Perubahan standar akuntansi keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.
4

c. Informasi dalam catatan-catatan yang mendukungnya telah digambarkan dan


dijelaskan dengan cukup dalam laporan keuangan, sesuai dengan standar akuntansi
keuangan.
Suatu paragraf penjelas dalam laporan audit diberikan oleh auditor dalam keadaan
tertentu yang mungkin mengharuskannya melakukan hal tersebut, meskipun tidak mempengaruhi
pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan. Keadaan tertentu yang di maksud
adalah :
a) Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan audit lain.
b) Untuk mencegah agar laporan keuangan tidak menyesatkan karena keadaan yang luar
biasa, laporan disajikan menyimpang dari prinsip akuntansi.
c) Adanya kesangsian terhadap kelangsungan hidup entitas/organisasi.
d) Diantara dua periode terdapat perubahan yang material dalam penggunaan prinsip
akuntansi.
e) Keadaan tertentu yang berhubungan dengan laporan audit atas laporan keuangan
komparatif.
f) Data keuangan yang diharuskan Bapepam tidak disajikan.
g) Informasi tambahan yang diharuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia yang
penyajiannya menyimpang jauh dari pedoman dan auditor tidak dapat menghilangkan
keraguan yang besar apakah informasi tambahan tersebut sesuai dengan panduan.
h) Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit
secara material tidak konsisten dengan informasi yang disajiakan dalam laporan
keuangan.

DAFTAR PUSTAKA
AL. Haryono Jusup. 2001. Auditing Buku I. Yogyakarta : BP.STIE YKPN.
Ngurah, Arya. 1982. Internal Auditing Buku I. Yogyakarta : Penerbit Ananda.
Teuku Radja Shahnan. Hubungan dengan Auditor Eksternal.
http://www.akuntansi.pemerintahan.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai