1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Jawaban !
1. Istilah hemostasis berarti pencegahan hilangnya darah. Bila pembuluh darah
mengalami cidera atau pecah, hemostasis akan terjadi. Peristiwa ini terjadi
melalui beberapa cara yaitu : vasokonstriksi pembuluh darah yang cidera,
pembentukan sumbat trombosit, pembekuan darah, dan pertumbuhan jaringan
ikat kedalam bekuan darah untuk menutup pembuluh yang luka secara
permanen. Kerja mekanisme pembekuan in vivo ini diimbangi oleh reaksireaksi pembatas yang normalnya mencegah mencegah terjadinya pembekuan
di pembuluh yang tidak mengalami cidera dan mempertahankan darah berada
dalam keadaan selalu cair.
a. Vasokonstriksi pembuluh darah
Segera setelah pembuluh darah terpotong atau pecah, rangsangan dari
pembuluh darah yang rusak menyebabkan dinding pembuluh
berkontraksi sehingga aliran darah dari pembuluh darah yang pecah
barkurang. Kontraksi terjadi akibat refleks syaraf dan spasme miogenik
setempat. Refleks saraf dicetuskan oleh rasa nyeri atau lewat impuls lain
dari pembuluh darah yang rusak. Kontraksi miogenik yang sebagian
besar menyebabkan refleks saraf ini, terjadi karena kerusakan pada
dinding pembuluh darah yang menimbulkan transmisi potensial aksi
sepanjang pembuluh darah. Konstriksi suatu arterioul menyebabkan
tertutupnya lumen arteri.
b. Pembentukan sumbat trombosit
Perbaikan oleh trombosit terhadap pembuluh darah yang rusak
didasarkan pada fungsi penting dari trombosit itu sendiri. Pada saat
trombosit bersinggungan dengan pembuluh darah yang rusak misalnya
dengan serabut kolagen atau dengan sel endotel yang rusak, trombosit
akan berubah sifat secara drastis. Trombosit mulai membengkak,
bentuknya irreguler dengan tonjolan yang mencuat ke permukaan.
Trombosit menjadi lengket dan melekat pada serabut kolagen dan
mensekresi ADP. Enzimnya membentuk tromboksan A, sejenis
prostaglandin yang disekresikan kedalam darah oleh trombosit. ADP dan
tromboksan A kemudian mengaktifkan trombosit yang berdekatan
sehingga dapat melekat pada trombosit yang semula aktif. Dengan
demikian pada setiap lubang luka akan terbentuksiklus aktivasi trombosit
yang akan menjadi sumbat trombosit pada dinding pembuluh.
x/menit, akral dingin dan kulit pucat serta diuresis kurang dari 0,5 mL/
kgBB/jam.Pemeriksaanlaboratoriumyangperluadalahdarahfosfatlengkap,
hemostasis, analisis gas darah,
sertaureumdankreatinin.
Di fase awal DSS, dapat diberikan Ringer Laktat 20 mL/kgBB/jam,
dievaluasi dalam 30120 menit. Syok diharapkan dapat diatasi dalam 30
menitpertama.Jikasyoksudahdapatdiatasi,RingerLaktatselanjutnyadapat
diberikan10mL/kgBB/jamdandievaluasisetelah60120menitsesudahnya.
Jikastabil,dapatdiberikan500mLsetiap4jam.Pengawasandiniterhadap
risikosyokberulangdalam48jampertamamutlakkarenaprosespenyakit
masihberlangsung.Jikasyokbelumteratasi,diberikancairankoloid1020
mL/kgBB/jam,maksimal1.0001.500mLdalam24jam;jeniscairanyang
tidak memengaruhi mekanisme pembekuan darah. Saat ini, terdapat tiga
golongan cairan koloid, yaitu dextran, gelatin, dan hydroxyethyl starch
(HES).
Referensi : Lardo S. 2013. Penatalaksanaan Demam Berdarah Dengue dengan
Penyulit. Volume 40. Nomor 9. Viewed 15 Desember 2015. From
<http//:www.kalbemed.com>
5. Komplikasi.
a. Ensefalopati dengue, dapat terjadi pada DBD dengan syok ataupun tanpa
syok.
b. Kelainan ginjal, akibat syok berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal
akut.
c. Edema paru, seringkali terjadi akibat overloading cairan
Referensi : WHO Indonesia. 2008. Pedoman Pelayanan Kesehatan Anak di
Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. Alih bahasa: Tim
Adaptasi Indonesia. Jakarta: Depkes RI
6. Pencegahan
Pencegahan /pemberantasan DBD dengan membasmi nyamuk dan sarangnya
dengan melakukan tindakan 3M, yaitu:
Pelayanan
Pelayanan Medik.
Kesehatan.
Jakarta:
Direktorat
Jenderal
7. Patomekanisme :
Syok menunjukkan perfusi jaringan yang tidak adekuat. Hasil akhirnya
berupa lemahnya aliran darah yang merupakan petunjuk yang umum,
walaupun ada bermacam-macam penyebab. Syok dihasilkan oleh disfungsi
empat sistem yang terpisah namun saling berkaitan yaitu ; jantung, volume
darah, resistensi arteriol (beban akhir), dan kapasitas vena. Jika salah satu
faktor ini kacau dan faktor lain tidak dapat melakukan kompensasi maka akan
terjadi syok. Awalnya tekanan darah arteri mungkin normal sebagai
kompensasi peningkatan isi sekuncup dan curah jantung. Jika syok berlanjut,
curah jantung menurun dan vasokontriksi perifer meningkat.
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :
a. Fase Kompensasi
Penurunan curah jantung (cardiac output) terjadi sedemikian rupa
sehingga timbul gangguan perfusi jaringan tapi belum cukup untuk
menimbulkan gangguan seluler. Mekanisme kompensasi dilakukan
melalui vasokonstriksi untuk menaikkan aliran darah ke jantung, otak dan
otot skelet dan penurunan aliran darah ke tempat yang kurang vital.
Faktor humoral dilepaskan untuk menimbulkan vasokonstriksi dan
menaikkan volume darah dengan konservasi air. Ventilasi meningkat
untuk mengatasi adanya penurunan kadar oksigen di daerah arteri. Jadi
pada fase kompensasi ini terjadi peningkatan detak dan kontraktilitas otot
jantung untuk menaikkan curah jantung dan peningkatan respirasi untuk
memperbaiki ventilasi alveolar. Walau aliran darah ke ginjal menurun,
tetapi
karena
ginjal
mempunyai
cara
regulasi
sendiri
untuk
diperbaiki.
Kekurangan
oksigen
mempercepat
timbulnya