Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan Kasus
Estina Sisthaningsih, Endang Suprastiwi
Dep. Ilmu Konservasi Gigi
Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia
Re-root canal treatment due to restorative failure
Abstract
The failure of endodontic treatment commonly because of errors in preoperative, during operative and postoperative
endodontic treatment. Inadequate final restoration of post endodontic treatment would impact the success of the treatment. The
loose restoration was one example of failing restoration caused by inadequate retention which lead to penetration of saliva along
the root canal, that could dissolve the luting cement and microleakage constantly reached periradicular areas. If neglected, this
situation resulted in periradicular lesion. Endodontic retreatment was performed to resolve the failing restoration which loose after a
long time because of inadequate retention. The treatment was needed to prevent more problem to occur sometime in the future.
Abstrak
Kegagalan perawatan saluran akar dapat disebabkan oleh kesalahan pra perawatan, selama perawatan dan pasca perawatan
Kegagalan pembuatan restorasi akhir akan berdampak pada kegagalan perawatan saluran akar .Salah satu bentuk kegagalan
restorasi adalah lepasnya restorasi yang disebabkan retensi yang tidak adekuat dan akibat yang lebih lanjut akan terjadinya
perembesan cairan mulut kedalam saluran akar yang menyebabkan semen larut ,dan menimbulkan kebocoran sampai ke daerah
periapikal. Akibatnya apabila didiamkan akan menimbulkan kelainan periapikal.Perawatan ulang saluran akar dilakukan karena
lepasnya restorasi yang sudah cukup lama akibat retensi yang tidak adekuat. Perawatan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya
masalah dimasa yang akan datang dan dilakukan sebelum pembuatan restorasi .
Pendahuluan
Kegagalan perawatan saluran akar kebanyakan disebabkan oleh kesalahan diagnosa,
1
seleksi kasus dan prosedur perawatan. Ketiga tahap ini saling berkaitan; kesalahan pada
salah satu tahap dapat menyebabkan kegagalan. Kegagalan dapat ditanggulangi dengan
perawatan ulang, bedah apeks, atau pencabutan.
1,2
terhadap perkusi dan palpasi, mobilitas normal, tidak ada sinus tract atau penyakit
periodontium, gigi dapat berfungsi dengan baik, tidak ada tanda-tanda infeksi atau
pembengkakan, dan tidak ada keluhan pasien yang tidak menyenangkan. Berdasarkan
gambaran radiografis, suatu perawatan dianggap berhasil bila ligamen periodontium
normal atau sedikit menebal (kurang dari 1mm), radiolusensi di apeks hilang, lamina dura
normal, tidak ada resorbsi, dan pengisian terbatas pada ruang saluran akar, padat
5
mencapai kurang lebih 1 mm dari apeks. Keberhasilan perawatan saluran akar dapat
dilihat dari beberapa faktor antara lain adanya lesi periradikular sebelum dan sesudah
perawatan, kualitas pengisian dan efektifitas penutupan bagian korona.
tahapan
perawatannya,
kegagalan
perawatan
saluran
akar dapat
digolongkan dalam kegagalan pra perawatan, selama perawatan, dan pasca perawatan.
Kegagalan yang terjadi sebelum perawatan biasanya disebabkan oleh diagnosis dan
seleksi kasus yang salah. Prognosis gigi yang akan dirawat sebetulnya buruk akan tetapi
perawatan tetap dilakukan sehingga dalam waktu yang tidak lama akan timbul lagi gejala
yang merupakan kegagalan perawatan.
menangani inflamasi periapeksnya. Preparasi yang tidak melebihi saluran akar akan
memberikan
prognosis
yang
baik.
Instrumentasi
yang melewati
apeks
(over
menimbulkan masalah.2
Kegagalan pasca perawatan dapat disebabkan oleh penutupan bagian korona gigi
yang tidak baik karena restorasi yang tidak adekuat Gigi pasca perawatan saluran akar
mempunyai sifat fisik yang berbeda dengan gigi vital, yaitu rentan terhadap fraktur
1
karena struktur gigi yang hilang akibat karies atau prosedur perawatan. Restorasi pasca
perawatan saluran akar harus mempunyai retensi dan berfungsi, serta dapat melindungi
sisa jaringan gigi terhadap fraktur dan mempunyai kerapatan (seal) yang baik. Apabila
salah satu persyaratan tidak dipenuhi dapat menyebabkan lepasnya restorasi atau
terjadinya fraktur pada gigi atau restorasi sehingga perawtan menjadi gagal
adalah terjadinya karies sekunder yang dapat berlanjut ke dasar kavitas dan melarutkan
semen sehingga akan mencapai daerah apeks.
7,8,9,10
pemilihan jenis restorasi.Restorasi dipilih yang sesuai dengan kondisi sisa jaringan gigi
dan posisinya. Struktur restorasi disesuaikan dengan sisa jaringan gigi agar dapat
mencegah gigi fraktur atau dicabut.Kegagalan restorasi pasca perawatan saluran akar
7
7,11,12
ini sangat berhubungan dengan retensi dan kebocoran tepi dari restorasi.
Penanggulangan kegagalan perawatan saluran akar dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu perawatan ulang secara konvensional atau ortograd dan bedah atau retrograd.
Perawatan ulang saluran akar dilakukan dengan mengulang perawatan melalui akses
mahkota dengan tujuan untuk membuang iritan pada saluran akar yang sebagian besar
terdiri atas mikroorganisme yang tinggal atau berkembang setelah perawatan.
Penanggulangan dengan bedah apeks (retrograd) dimaksudkan untuk menutup
rapat saluran akar pada apeksnya.
1,2
saluran akar berlawanan dengan prinsip biologis, oleh karena itu bedah apeks merupakan
pilihan kedua jika akses mahkota pada perawatan ulang saluran akar tidak dapat
dilakukan.
Dengan demikian ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan sebelum
perawatan ulang dilakukan.Riwayat penyakit mengenai adanya kegagalan perawatan
ulang dan kegagalan bedah apeks maka kasus ini tidak di indikasikan untuk perawatan
ulang.
Demikian juga kondisi klinis pasien. Ada beberapa kondisi klinis yang dapat di
indikasikan sebagai kegagalan yaitu adanya gejala periodontitis yang menetap sesudah
1, 13
dengan perawatan saluran akar, ada lesi periapeks yang tidak mengalami penyembuhan
setelah perawatan dan fraktur pada akar. Keadaan tersebut tidak dapat ditanggulangi
dengan perawatan ulang
.13
Sedangkan kegagalan akibat adanya saluran akar yang tidak terdeteksi pada saat
perawatan saluran akar perlu dipertimbangkan. Pada saluran akar yang bengkok,
kalsifikasi dan menyebar akan sangat sulit apabila dilakukan perawatan ulang saluran
akar.
1,14
Sama seperti pengisian saluran akar yang sangat padat dan menggunakan bahan
logam. Pembuangan bahan restorasi atau semen sangat sulit dilakukan perlu
1
Faktor iatrogenik meliputi adanya sumbatan pada saluran akar akibat instrumen
patah, bahan pengisi yang sangat keras, perforasi, birai dan prognosis yang meragukan
Untuk melakukan perawatan ulang saluran perlu kerja sama yang baik dengan pasien
,karena kemungkinan
1,14
.1,14
Kasus
Kasus 1
Pasien wanita umur 47 tahun datang ingin membuat restorasi yang telah lepas 2 tahun
yang lalu. Tidak ada keluhan secara klinis. Pada pemeriksaan gigi 35 ada kavitas yang