Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Rumusa Masalah

1.3. Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi

Kelompok kerja World Health Organisation (WHO) dan konsensus ahli


mendefinisikan osteoporosis sebagai: penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa
tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, menyebabkan kerapuhan
tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur.1 Dimana keadaan tersebut tidak
memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah terjadi fraktur (thief in the night).
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/ massa tulang,
peningkatan porositas tulang, dan penurunan proses mineralisasi disertai dengan
kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan
tulang sehingga tulang menjadi mudah patah. Osteoporosis hasil interaksi kompleks yang
menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan.
1.
Faktor resiko yang tidak dapat diubah
a. Usia, lebih sering terjadi pada lansia
b. Jenis kelamin, tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh faktor hormon dan rangka tulang yang
lebih kecil
c. Ras, kulit putih mempunyai resiko paling tinggi
d. Riwayat keluarga atau keturunan, sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit
ini. Pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-anak yang
dilahirkannnya cenderung mempunyai penyakit yang sama
e. Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis vertebra
menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutama terjadi pada wanita antara usia
50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70 tahun dengan
2.

BMI (Body mass index) [berat badan dibagi kuadrat tinggi badan]) yang rendah
Faktor resiko yang dapat diubah
a. Merokok
b. Defisiensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada
makanan, perokok berat, peminum alkohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam
rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah
ke tulang. Oleh karena itu, proses pembentukan tulang oleh osteoblas menjadi
melemah. Dampak konsumsi alkohol pada osteoporosis berhubungan dengan
jumlah alkohol yang dikonsumsi. Konsumsi alkohol yang berlebihan akan
menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke
tulang. Mengkonsumsi atau minum kopi lebih dari tiga cangkir perhari
menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut menyebabkan
kalsium banyak terbuang bersama air kencing. Kekurangan protein dan

kalsium pada masa anak-anak dan remaja menyebakan tidak tercapainya massa
yang maksimal pada waktu dewasa.
c. Gaya hidup. Aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan
penyanggah berat badan merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang.
Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang
d. Gangguan makan (Anoreksia Nervosa)
e. Menopause Dini (menopause yang terjadi pada usia 46 tahun) dan hormonal,
yaitu kadar estrogen plasma yang kurang. Disini kadar estrogen menurun.
Dengan menurunnya kadar estrogen, resorpsi tulang menjadi lebih cepat
sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.bila tidak segera
diintervensi, akan cepat terjadi osteoporosis.
f. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti (diuretik, glukokortikoid, anti
konvulsan, hormon tiroid berlebihan, kortikosteroid)
2.2 Klasifikasi Osteoporosis
Klasifikasi osteoporosis kedalam dua kelompok yaitu osteoporosis primer dan
osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terdapat pada wanita postmenopause
(postmenopause osteoporosis) dan pada laki-laki lanjut usia ( senile osteoporosis)
penyebab osteoporosis belum diketahui. Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan
oleh penyakit yang berhubungan dengan cushings disseases, hipertiroidisme,
hiperparatiroidisme, hipogonadisme, kelainan hepar, gagal ginjal kronis, kurang gerak,
kebiasaan minum alkohol, pemakaian obat-obatan atau kortikosteroid, kelebihan kafein,
dan merokok.
Djuwantoro D, membagi osteoporosis menjadi osteoporosis postmenopause (tipe
I), osteoporosis juvenil, dan osteoporosis sekunder.
1. Osteoporosis Postmonopouse (Tipe 1)
Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih
dan asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resorpsi
tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi hormon
estrogen pada massa monopause
2. Osteoporosis involutional (Tipe 2)
Terjadi pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupun laki-laki. Tipe
ini diakibatkan oleh ketidakesimbangan yang samar dan lama antara
kecepatan resorpsi tulang dengan kecepatan pembentukan tulang.
3. Osteoporosis idiopatik
Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita
premonopause dan pada laki-laki yang berusia dibawah 75 tahun. Tipe ini

tidak berkaitan dengan penyebab sekunder atau faktor resiko yang


mempermudah timbulnya penurunan densitas tulang.
4. Osteoporosis Juvenil
Merupakan bentuk yang jarang terjadi dan bentuk osteoporosis yang
terjadi pada usia anak-anak prepubertas.
5. Osteoporosis sekunder
Penurunan denstitas tulang yang cukup berat untuk menyebabkan fraktur
atraumatik akibat faktor ekstrinsik seperti kelebihan kortikosteroid, atritis
reumatoid, kelainan hati atau gijal kronis, sindrom malabsortsi,
mastostisotis sistemik, hiperparatiroidisme, hepertiroidisme, varian status
hipogonade, dan lain-lain.
2.3 Etiologi Osteoporosis
Osteoporosis post menopouse terjadi karena kekurangan estrogen (hormon
utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan karsium kedalam tulang
pada wanita biasanya gejala timbul pada wanita yang berusia di antara 51-75 tahun, tetapi
bisa muncul lebih cepat ataupun lebih lambat. Tidak semua wanita memiliki resiko yang
sama untuk menderita osteoporosis post menaupouse, pada wanita kulit putih dan daerah
timur paling mudah mengalami penyakit ini dari pada wanita berkulit hitam.
Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang
berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan kecepatan hancurnya tulang dan
pembetukan tulang yang baru. Sinilis yaitu keadaan penurunan masa tulang yang hanya
terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada usia 70 tahun dan dua kali
lebih sering terjadi pada wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis sinilis dan
post menaupouse. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis
sekunder yang di sebabkan oleh gagal ginjal kronik dan kelainan hormonal

(paratirod

dan adrenal) dan obat-obatan (misalnya kartikosteroid,bartiturat,anti kejang,dan hormon


tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan kebiasaan merokok bisa
memperburuk keadaan ini.
Osteoporosis jufenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang menyebabkan tidak
di ketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dang
fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab
yang jelas dari rapuh nya tulang.
2.4 Manifestasi Klinis Osteoporosis

Kepadatan tulang berkurang secara (terutama pada penderita osteoporosis sinilis),


sehingga pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala pada beberapa penderita. Jika
kepadatan tulang sangat berkurang yang menyebabkan tulang menjadi kolaps atau hancur,
maka akan timbul nyeri tulang dan kelainan bentuk. Tulang tulang yang terutama terpengaruh
pada osteoporosis adalah radius distal, korpus vertebra terutama mengenai T8-L4, dan kollum
fermoris.
Kolaps tulang belakaang menyebabkan nyeri punggung menahun. Tulang belakang
yang rapuh bisa mengalami kolaps secara spontan atau karena cedera ringan. Biasanya nyeri
timbul secara tiba-tiba dan dirasakan didaerah tertent9u dari punggung, yang akan bertambah
nyeri jika penderita berdiri atau berjalan. Jika disentuh, daerah tersebut akan terasa sakit,
tertapi biasanya rasa sakit ini akan menghilang secara bertahap setelah beberapa minggu atau
beberapa bulan. Jika beberapa tulang belakang hancur, maka akan terbentuk kelengkungan
abnormal dari tulang belakang (punuk dowager), yang menyebabkan terjandinya ketegangan
otot dan rasa sakit.
Tulang lainnya bisa patah, yang sering kali disebabkan oleh tekanan yang ringan atau
karena jatuh. Salah satu patah tulang yang paling serius padalah patah tulang panggul. Selain
itu, yang sering terjadi adalah patah tulang lengan (radius) didaerah persambungannya dengan
pergelangan tangan, yang disebut fraktur colles. Pada penderita osteoporosis, patah tulang
cenderung mengalami penyembuhan secara perlahan.

Anda mungkin juga menyukai