PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
BMI (Body mass index) [berat badan dibagi kuadrat tinggi badan]) yang rendah
Faktor resiko yang dapat diubah
a. Merokok
b. Defisiensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada
makanan, perokok berat, peminum alkohol dan kopi yang berat. Nikotin dalam
rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah
ke tulang. Oleh karena itu, proses pembentukan tulang oleh osteoblas menjadi
melemah. Dampak konsumsi alkohol pada osteoporosis berhubungan dengan
jumlah alkohol yang dikonsumsi. Konsumsi alkohol yang berlebihan akan
menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke
tulang. Mengkonsumsi atau minum kopi lebih dari tiga cangkir perhari
menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut menyebabkan
kalsium banyak terbuang bersama air kencing. Kekurangan protein dan
kalsium pada masa anak-anak dan remaja menyebakan tidak tercapainya massa
yang maksimal pada waktu dewasa.
c. Gaya hidup. Aktivitas fisik yang kurang dan imobilisasi dengan penurunan
penyanggah berat badan merupakan stimulus penting bagi resorpsi tulang.
Beban fisik yang terintegrasi merupakan penentu dari puncak massa tulang
d. Gangguan makan (Anoreksia Nervosa)
e. Menopause Dini (menopause yang terjadi pada usia 46 tahun) dan hormonal,
yaitu kadar estrogen plasma yang kurang. Disini kadar estrogen menurun.
Dengan menurunnya kadar estrogen, resorpsi tulang menjadi lebih cepat
sehingga akan terjadi penurunan massa tulang yang banyak.bila tidak segera
diintervensi, akan cepat terjadi osteoporosis.
f. Penggunaan obat-obatan tertentu seperti (diuretik, glukokortikoid, anti
konvulsan, hormon tiroid berlebihan, kortikosteroid)
2.2 Klasifikasi Osteoporosis
Klasifikasi osteoporosis kedalam dua kelompok yaitu osteoporosis primer dan
osteoporosis sekunder. Osteoporosis primer terdapat pada wanita postmenopause
(postmenopause osteoporosis) dan pada laki-laki lanjut usia ( senile osteoporosis)
penyebab osteoporosis belum diketahui. Sedangkan osteoporosis sekunder disebabkan
oleh penyakit yang berhubungan dengan cushings disseases, hipertiroidisme,
hiperparatiroidisme, hipogonadisme, kelainan hepar, gagal ginjal kronis, kurang gerak,
kebiasaan minum alkohol, pemakaian obat-obatan atau kortikosteroid, kelebihan kafein,
dan merokok.
Djuwantoro D, membagi osteoporosis menjadi osteoporosis postmenopause (tipe
I), osteoporosis juvenil, dan osteoporosis sekunder.
1. Osteoporosis Postmonopouse (Tipe 1)
Merupakan bentuk yang paling sering ditemukan pada wanita kulit putih
dan asia. Bentuk osteoporosis ini disebabkan oleh percepatan resorpsi
tulang yang berlebihan dan lama setelah penurunan sekresi hormon
estrogen pada massa monopause
2. Osteoporosis involutional (Tipe 2)
Terjadi pada usia diatas 75 tahun pada perempuan maupun laki-laki. Tipe
ini diakibatkan oleh ketidakesimbangan yang samar dan lama antara
kecepatan resorpsi tulang dengan kecepatan pembentukan tulang.
3. Osteoporosis idiopatik
Adalah tipe osteoporosis primer yang jarang terjadi pada wanita
premonopause dan pada laki-laki yang berusia dibawah 75 tahun. Tipe ini
(paratirod