PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan berpikir dan kesadaran manusia akan diri dan dunianya, telah
mendorong terjadinya globalisasi. Situasi global membuat kehidupan semakin kompetitif
dan membuka peluang bagi manusia untuk mencapai status dan tingkat kehidupan yang
lebih baik. Dampak positif dari kondisi global telah mendorong manusia untuk terus
berfikir, meningkatkan kernampuan, dan tidak puas terhadap apa yang dicapainya pada
saat ini. Adapun dampak negatif dari globalisasi tersebut adalah (1) keresahan hidup di
kalangan masyarakat yang semakin meningkat karena banyaknya konflik, stress,
kecemasan, dan frustasi; (2) adanya kecenderungan pelanggaran disiplin, kolusi, dan
korupsi, makin sulit diterapkannya ukuran baik-jahat serta benar-salah secara. lugas; (3)
adanya ambisi kelompok yang dapatmenimbulkan konflik, tidak saja konflik psikis, tetapi
juga konflik fisik; dan (4) pelarian darimasalah melalui jalan pintas yang bersifat
sementara juga adiktif, seperi penggunaan obat-obat terlarang.
Carl R. Rogers mengembangkan terapi client-centered sebagai reaksi terhadap apa
yang disebutkannya keterbatasan-keterbatasan mendasar dari psikoanalisis. Pada
hakikatnya, pendekatan client-centered adalah cabang khusus dari terapi humanistik yang
menggaris bawahi tindakan mengalami klien berikutnya dunia subjektif dan
fenomenalnya. Terapis berfungsi terutarna sebagai penunjang pertumbuhan pribadi
kliennya dengan jalan membantu kliennya itu dalam menemukan kesanggupan
kesanggupan untuk memecahkan masalah-masalah. Pendekatan client-centered manaruh
kepercayaan yang besar pada kesanggupan klien untuk mengikuti jalan terapi dan
menemukan arahnya sendiri. Hubungan terapeutik antara terapis dan klien merupakan
katalisator bagi perubahan; klien menggunakan hubungan yang unik sebagai alat unuk
meningkatkan kesadaran dan untuk menernukan sumber-sumber terpendam yang bisa
digunakan secara konstruktif dalam pengubahan hidupnya.
B. Rumusan Masalah
1 | Client-Centered Theraphy
1. Apa saja prinsip dasar dan konsep dasar therapis client centered?
2. Bagaimana tujuan pendekatan psikoterapi client centered?
3. Bagaimana hubungan therapis dengan klien dalam client centered?
4. Bagaimana proses konseling dan teknik-teknik dalam pendekatan clien centered?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan therapis client centered?
2 | Client-Centered Theraphy
BAB II
PEMBAHASAN
A. Prinsip Dasar
1. Pandangan Tentang Sifat Manusia
Manusia dalam pandangan Rogers adalah bersifat positif. Ia mempercayai bahwa
manusia memiliki dorongan untuk selalu bergerak ke muka, berjuang untuk
berfungsi, kooperatif, konstrukstif dan memiliki kebaikan pada inti terdalam tanpa
perlu mengendalikan dorongan-dorongan agresifnya. Filosofi tentang manusia ini
berimplikasi dalam praktek terapi client centered dimana terapis meletakan tanggung
jawab proses terapi pada client, bukan terapis yang memiliki otoritas. Client
diposisikan
untuk
memiliki
kesnggupan-kesangguapan
dalam
membuat
Individu memiliki potensi untuk memahami apa yang terjadi dalam hidupnya yang
terkait dengan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan. Individu memiliki potensi
untuk mengatur ulang dirinya sedemikian rupa sehingga tidak hanya untuk
menghilangkan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan, tetapi juga untuk memenuhi
kebutuhan diri dan mencapai kebahagiaan.
4. Prinsip-prinsip Terapi Client Center
Kita berperilaku sesuai dengan persepsi kita terhadap realitas. Berkaitan dengan
hal ini, untuk memahami masalah klien, maka kita harus benar-benar memahami
bagaimana ia mempersepsikannya. Kita termotivasi oleh dorongan primer bawaan
lahir yang berupa dorongan untuk mengaktualisasikan diri. Secara otomatis individu
akan mengembangkan potensinya dalam kondisi-kondisi yang mendukung. Kondisikondisi ini dapat diciptakan dalam terapi dan oleh karena itu, terapis harus bersikap
nondirektif. Individu memiliki kebutuhan dasar akan cinta dan penerimaan. Dalam
terapi, hal ini diterjemahkan sebagai adanya kebutuhan untuk fokus pada hubungan
(antara terapis dan klien-red) dan pengkomunikasian empati, sikap menghargai, dan
ketulusan dari terapis.Konsep diri individu bergantung pada penerimaan dan
penghargaan yang ia terima dari orang lain. Konsep diri klien dapat ia ubah apabila ia
mengalami penghargaan positif tanpa syarat (unconditional positive regard) dalam
terapi.
masalah.
Lebih mengutamakan sasaran perasaan dari pada intelek.
Masa kini lebih banyak diperhatikan dari pada masa lalu.
Pertumbuhan emosional terjadi dalam hubungan konseling.
Proses terapi merupakan penyerasian antara gambaran diri klien dengan keadaan dan
C. Konsep Dasar
4 | Client-Centered Theraphy
menjadi
client-centered.
kehangatan,
5 | Client-Centered Theraphy
meningknya
keterbukaan
klien
terhadap
pengalaman-
suasana
yang
kondusif
diri
sehingga
dapat
bagi
klien
mengenal
untuk
hambatan
pertumbuhannya.
2) Membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan,
kepercayaanyang lebih besar kepada dirinya,keinginan untuk
menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan spontanitas
hidupnya.
3) Menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan
konseling sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan
hubungan konseling untuk self-exploration, menjadi sadar akan
blok/hambatan ke pertumbuhan.
4) Konseling cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka,
kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri
sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard
internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia
perlu menjadi.
7 | Client-Centered Theraphy
yang
selaras
dan
keaslian
(congruence
or
genuineness).
2. Orang pertama disebut client, ada dalam keadaan tidak selaras, peka dan cemas.
3. Orang kedua disebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam
berhubungan.
4. Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap client.
5. Terapis merasakan pengertian yang empatik terhadap kerangka acuan internal
client dan berusaha mengkomunikasikan perasaannya ini kepada terapis.
6. Komunikasi pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari
terapis kepada client setidak-tidaknya dapat dicapai.
Ada tiga ciri atau sikap terapis yang membentuk bagian tengan hubungan teraputik:
a. Keselarasana/ kesejatian. Konsep kesejatian yang dimaksud Rogers adalah
bagaimana terapis tampil nyata, utuh, otentik dan tidak palsu serta terinytgrasi
selama pertemuan terapi. Terapis bersikap secara spontan dan terbuka menyatakan
sikap-sikap yang ada pada dirinya baik yang positif maupun negatif. Terapis tidak
diperkenankan terlibat secara emosional dan berbagi perasaan-perasaan secara
impulsive terhadap client. Hal ini dapat menghambat proses terapi. Jelas bahwa
pendekatan client centered berasumsi bahwa jika terapi selaras/menunjukkan
kesejatiannya dalam berhubungan dengan client maka proses teraputic bisa
berlangsung.
b. Perhatian positif tak bersayarat. Perhatian tak bersayarat itu tidak dicampuri oleh
evaluasi atau penilaian terhadap pemikiran-pemikiran dan tingkah laku client
sebagai hal yang buruk atau baik. Perhatian tak bersyarat bkan sikap Saya mau
menerima asalkan..melainkan Saya menerima anda apa adanya. Perhatian tak
bersyarat itu seperti continuum. Semakin besar derajat kesukaan, perhatian dan
penerimaan hangat terhadap client, maka semakin besar pula peluang untuk
menunjung perubahan pada client.
c. Pengertian empatik yang akurat. Pada bagian ini merupakan hal yang sangat
krusial, dimana terapis benar-benar dituntut untuk menggunakan kemampuan
inderanya dalam berempati guna mengenali dan menjelajahi pengalaman subjektif
dari client. Konsep ini menyiratkan terapis memahami perasaan-perasaan client
yang seakan-akan perasaanya sendiri. Tugas yang makin rumit adalah memahami
perasaan client yang samar dan memberikan makna yang makin jelas. Tugas
terapis adalah membantu kesadaran client terhadap perasaan-perasaan yang
dialami. Regers percaya bahwa apabila terapis mampu menjangkau dunia pribadi
9 | Client-Centered Theraphy
client sebagaimana dunia pribadi itu diamati dan dirasakan oleh client, tanpa
kehilangan identitas dirinya yang terpisah dari client, maka perubahan yang
konstruktif akan terjadi.
F. Proses Konseling
Proses-proses yang terjadi dalam konseling dengan menggunakan pendekatan
Client Centered adalah sebagai berikut:
1. Konseling memusatkan pada pengalaman individual.
2. Konseling berupaya meminimalisir rasa diri terancam, dan memaksimalkan dan serta
menopang eksplorasi diri. Perubahan perilaku datang melalui pemanfaatan potensi
individu untuk menilai pengalamannya, membuatnya untuk memperjelas dan
mendapat tilikan pearasaan yang mengarah pada pertumbuhan.
3. Melalui penerimaan terhadap klien, konselor membantu untuk menyatakan, mengkaji
dan memadukan pengalaman-pengalaman sebelunya ke dalam konsep diri.
4. Dengan redefinisi, pengalaman, individu mencapai penerimaan diri dan menerima
orang lain dan menjadi orang yang berkembang penuh. Wawancara merupakan alat
utama dalam konseling untuk menumbuhkan hubungan timbal balik.
G. Teknik-teknik dalam Pendekatan Client Center
Rumusan-rumusan yang lebih dini dari pandangan Rogers tentang psikoterapi
memberi penekanan yang lebih besar pada tekhnik-tekhnik. Perkembangan pendekatan
Client-Centered disetai oleh peralihan dari penekanan pada teknik-teknik terapeutik
kepada penekanan pada kepribadian, keyakinan-keyakinan, dan sikap-sikap terapis, serta
pada hubungan terapeutik. Hubungan terapeutik, yang selanjutnya menjadi variabel yang
sangat penting, tidak identik dengan apa yang dikatakan atau yang dilakukan oleh terapis.
Dalam kerangka Client-Centered, tekhnik-tekniknya adalah pengungkapan dan
pengomunikasian penerimaan, respek, dan pengertian, serta berbagai upaya dengan klien
dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan, dan
mengeksplorasi. Menurut pandangan pendekatan Client-Centered, penggunaan teknikteknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasikan hubungan terapis klien.
Teknik-teknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa
digunakan secara sadar diri, sebab dengan demikian terapis tidak akan menjadi sejati.
Konkritnya, menurut Corey wawancara merupakan tekhnik utama dalam konseling.
10 | C l i e n t - C e n t e r e d T h e r a p h y
Bahkan penyembuhan diri konseling sendiri dilakukan melalui akibat tidak langsung dari
proses diskusi antara konselor dan konseling.
H. Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan Client Center
Pendekatan Client-Centered merupakan corak yang dominan yang digunakan
dalam pendidikan konselor, beberapa alasannya adalah:
1. Terapi Client-Centered memiliki sifat keamanan.
2. Terapi Client-Centered menitikberatkan mendengar aktif, memberikan respek
kepada klien, memperhitungkan kerangka acuan internal klien, dan menjalin
kebersamaan dengan klien yang merupakan kebalikan dari menghadapi klien
dengan penafsiran-penafsiran.
3. Para terapis Client-Centered secara khas mereflesikan isi dan perasaan-perasaan,
menjelaskan pesan-pesan, membantu para klient untuk memeriksa sumbersumbernya sendiri, dan mendorong klien untuk menemukan cara-cara
pemecahannya sendiri.
Jadi, terapi Client-Centered jauh lebih aman dibanding dengan model-model
terapi lain yang menempatkan terapis pada posisi direktif, membuat penafsiranpenafsiran, membentuk diagnosis, menggali ketaksadaran, menganalisis mimpi-mimpi,
dan bekerja ke arah pengubahan kepribadian secara radikal.
Pendekatan Client-Centered dengan berbagai cara memberikan sumbangansumbangan kepada situasi-situasi konseling individual maupun kelompok atau dengan
kata lain memiliki beberapa kelebihan, antara lain:
1. Memberikan landasan humanistik bagi usaha memahami dunia subyektif klien,
memberikan peluang yang jarang kepada klien untuk sungguh-sungguh didengar
dan mendengar.
2. Mereka bisa menjadi diri sendiri, sebab mereka tahu bahwa mereka tidak akan di
evaluasi dan dihakimi.
3. Mereka akan merasa bebas untuk bereksperimen dengan tingkah laku baru.
4. Mereka dapat diharapkan memikul tanggung jawab atas diri mereka sendiri, dan
merekalah yang memasang langkah dalam konseling
5. Mereka yang menetapkan bidang-bidang apa
yang
mereka
ingin
yang positif. Keotentikan dan keselarasan terapis demikian vital sehingga terapis yang
berpraktek dalam kerangka Client-Centered harus wajar dalam bertindak dan harus
menemukan suatu cara mengungkapkan reaksi-reaksinya kepada klien. Jika tidak
demikian, maka kemungkinan yang nyata adalah: terapi Client-Centered akan dikecilkan
menjadi suatu corak kerja yang ramah dan aman, tetapi tidak membuahkan hasil.
13 | C l i e n t - C e n t e r e d T h e r a p h y
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Terapi client-centered berlandaskan suatu filsafat tentang manusia yang
menekankan bahwa kita memiliki dorongan bawaan kepada aktualisasi diri. Selain itu,
Rogers memandang manusia secara fenomenologis, yakni ia baranggapan bahwa manusia
menyusun dirinya sendiri menurut persepsinya-persepsinya tentang kenyataan. Orang
termotivasi untuk mengaktualkan diri dalam kenyataan yang dipersepsinya.
Teori Rodgers berlandaskan dalil bahwa klien memiliki kesanggupan untuk
memahami faktor-faktor yang ada dalam hidupnya
15 | C l i e n t - C e n t e r e d T h e r a p h y
DAFTAR PUSTAKA
Corey, Gerald. 2003. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:
PT. Refika Aditama.
16 | C l i e n t - C e n t e r e d T h e r a p h y