Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini ketuban pecah dini (KPD) preterm masih merupakan
masalah di dunia termasuk Indonesia, yang terkait dengan prevalensi,
prematuritas, morbiditas dan mortalitas perinatal.
Pecahnya selaput ketuban secara spontan pada saat belum inpartu atau bila
diikuti satu jam kemudian tidak timbul tanda persalinan pada umur kehamilan 28
minggu sampai 37 minggu ini merupakan penyebab morbiditas dan mortalitas
pada persalinan preterm terbanyak. Diketahui prevalensi dari KPD preterm di
dunia adalah 3 - 4,5 % kehamilan dan merupakan penyumbang 6 - 40 %
persalinan preterm atau prematuritas.
Prematuritas yang diawali oleh KPD preterm menyebabkan 5 - 60 %
sepsis neonatorum, 12 - 15% gangguan pernafasan dan 3 - 22% kematian neonatal
serta 10,5 % kematian perinatal.
Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi KPD preterm melalui studi
faktor risiko.Beberapa faktor risiko KPD preterm terutama infeksi sebesar 29,4 %
selain faktor serviks dan riwayat KPD preterm sebelumnya. Sementara status
sosial ekonomi rendah, ras kulit hitam, merokok, defisiensi vitamin C dan zinc,
indeks massa tubuh rendah (<19,8 kg/m2), perdarahan pervaginam, kehamilan
multipel juga ikut berperan.
BAB II
: Ny. R
Jenis kelamin
: Perempuan
Tanggal lahir
: 23 febuari 1997
Alamat
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
Nomor RM
: 02236395
2.2 Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di bangsal Anggrek Atas pada tanggal
17 Februari 2016.
2.3 Keluhan utama
Keluar air ketuban sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit ( dirujuk puskesmas
cakung dengan ketuban pecah dini)
2.4 Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengaku hamil 9 bulan. HPHT 4 juni 2015 tapsiran persalinan 11
maret 2016 perkiraan kehamilan 38-39 minggu. ANC rutin di bidan dan puskemas
7 jatinegara. USG 1x saat usia kehamilan 36 minggu janin dalam keadaan baik.
Pasien mulai keluar air sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien
demam 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengatakan gerak janin
2
berkurang. Terdapat riwayat keputihan pada pasien selama kehamilan tapi tidak
berbau dan tidak gatal serta tidak pernah diobati. Nyeri buang air kecil disangkal.
2.5 Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, asma, alergi disangkal
2.6 Riwayat penyakit keluarga
Riwayat penyakit jantung, hipertensi, DM, asma, alergi disangkal
2.7 Riwayat Obstetri, Pekerjaan, Sosial Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan
Riwayat sosial
Pasien seorang ibu rumah tangga, pasien tidak merokok, tidak minum alkohol,
dan tidak ada riwayat berganti-gantipasangan.
2.8 Riwayat menstruasi :
Menstruasi pertama pada usia 12 tahun, siklus teratur tiap bulan, lama 4-5 hari,
ganti pembalut 2-3 x/hari
Riwayat pernikahan :
pasien menikah 1 kali, tahun 2015
Riwayat kehamilan :
G1
2.9 Pemeriksaan Fisik
Kesadaran / KU
: composmentis / baik
Status gizi
: BB 50 kg
Tekanan darah
: 120/70 mmHg
Nadi
: 140 x/menit
Suhu
: 38,70C
TB 146 cm
Pernafasan
: 22 x/menit
Paru
Jantung
Abdomen
: datar, hepar dan lien tidak teraba, bunyi usus + normal, massa (-)
Ektremitas
: V/U tenang
Io : Portio licin, OUE terbuka, flour (-), Fluxus (+), Air berwana hijau kental,
valsava (+)
VT : portio kenyal, posterior, t=3cm, 1 cm, ketuban (-), kepala di hodge 1
USG
Janin presentasi kepala tunggal hidup, plasenta di fundus
BDP
: 92,9
HL
: 342,1
AC
: 353
FL
: 75,9
EFW : 3647 gr
AFI
:3
: 17.08
ribu/mm3
5 - 10
Neutrofil
: 86,6
50 - 70
Limfosit
: 5.0
25 - 40
Monosit
: 8,1
2-8
Eosinofil
: 0,1
2-4
Basofil
: 0,2
0-1
Eritrosit
: 3,93
juta/uL
3,6 - 5,8
Hemoglobin
: 9.2
g/dL
12,0 - 16,0
Hematokrit
: 27
35 - 47
Hitung Jenis
MCV
69.5
fL
80 - 100
MCH
23.4
pg
26 - 34
MCHC
33,6
32 - 36
RDW-CV
: 18,9
11,5 -14,5
Trombosit
: 302
ribu/mm3
150 440
LED
: 30
mm
0-20
Hemostastis
Masa Perdarahan/BT
: 3.00
menit
<6
Masa Pembekuan/CT
: 7.00
menit
< 11
: 66
mg/dL
<180
Albumin
: 3.4
mg/dL
3.4-5
Kimia Klinik
Urine Lengkap
Kimia Urine
Warna urine
: kuning
kuning
Kejernihan
: jernih
jernih
: 1,010
1,005 - 1,030
pH urine
: 6,0
5,5 - 8,0
Protein urine
: neg (-)
Negatif
Glukosa urine
: neg (-)
Negatif
Keton urine
: neg (-)
Negatif
Bilirubin urine
: neg (-)
Negatif
Urobilinogen urine
: neg (-)
Nitrit urine
: neg (-)
Negatif
Negatif
Leukosit esterase
: neg (-)
Negatif
UE
0,1 - 1,0
Mikroskopis Urine
Leukosit
: 2-4
/lpb
3-6
Eritrosit
: 5-8
/lpb
0,1
Sel epitel
: pos (+)
/lpb
Positif
: -
/lpk
Negatif
Silinder Hyalin
: -
/lpk
Negatif
Bakteri
Kristal
:-
/lpk
Negatif
Negatif
2.12 Resume
Ny. R, 19 tahun G1, datang dengan keluhan keluar air dari vagina sejak 1
hari sebelum masuk rumah disertai demam.Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan kesadaran komposmentis, berat badan 50 kg TB 146cm, tekanan darah
120/70, nadi 140x/menit, suhu 38,7oC. status generalis dalam batas normal. Pada
pemeriksaan obsetri TFU 34 cm, tafsiran berat janin 3410 gr. Penurunan kepala
4/5, DJJ 178 dpm, his negatif.
Pada pemeriksaan USG di dapat oligohiroamnion ringan dengan IFA 6,925
dan usia kehamilan 39 minggu. Pada pemeriksaan ispekulo di dapatkan cairan
berwarna hijau pada forniks posterior. Pemeriksaan VT tidak didapatkan tandatanda inpartu. pada pemeriksaan lab di dapatkan leukositosis dan peningkatan
neutrofil.
Pasien menstruasi pada usia 12 tahun, siklus teratur tiap bulan dengan lama
4-5 hari dan ganti pembalut 2-3 x/hari. Riwayat pernikahan pasin menikah 1 kali
pada tahun 2015.
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga,. Riwayat hipertensi (-), diabetes
mellitus (+), penyakit jantung (-), batuk lama (-), alergi (-), asma (-), riwayat KB
(-).
Atasi infeksi
: ceftriaxone 1x2gr iv
Atasi demam
Terminasi kehamilan
: SC cyto
Nama perawat
: Jarwo
Tanggal pembedahan
Jumlah perdarahan
: 500cc
Uraian pembedahan
Dibuka lapis demi lapis, kulit, lemak dan fascia M. Rectus abdominis
Follow UP
1
10
KU: baik
TD: 120/70
N: 120x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,50c
St generalis : dbn
St obst: TFU 2 jari di bawah pusar, kontraksi
baik. I: V/U tenang
St lokalis: rembesan luka operasi tidak ada
A:
P1 post SC, anemia mormositik normokrom e.c
suspek defisiesi FE
P:
Profenid 3x100mg po
Ceftriaxone 1x2 gr iv
Metronidazole 3x 500 mg iv
Asam mefenamat 3x500 mg iv
Hemobion 1x 160 mg po
RL 500cc
11
KU: baik
TD: 120/70
N: 120x/menit
RR: 20x/menit
S: 36,50c
St generalis : dbn
St obst: TFU 2 jari di bawah pusar, kontraksi
baik. I: V/U tenang
St lokalis: rembesan luka operasi tidak ada
A:
P1 post SC, anemia mormositik normokrom e.c
suspek defisiesi FE
P:
Profenid 3x100mg po
Ceftriaxone 1x2 gr iv
Metronidazole 3x 500 mg iv
Asam mefenamat 3x500 mg iv
Hemobion 1x 160 mg po
RL 500cc
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
13
4.
5.
extraseluler kolagen.
Zona spongiosa langsung berhadapan dengan korion yang berfungsi
untuk mengurangi gesekan antara korion dengan amnion.
pecah
sebelumpersalinan
dimulai
(berupatetesanatau
14
dan
prostaglandin
,menghasilkan
kolagenese
jaringan,
sehingga
terjadi
uterus
berkontraksi,
15
16
berpengaruh pada kehamilan dan persalinan jarak antara pecahnya ketuban dan
persalinan disebut periode laten/PL/lag period. Makin muda umurkehamilan
makin panjang LP-nya. Sedangkan lamanya persalinan lebih pendek dari biasanya
yaitu permi 10 jam atau multipara 6 jam. Bila jarak antara pecahnya ketuban dan
partus 24 jam kematian perinatal meningkat menjadi 3 kali. Ketuban pecah dini
berhubungan erat dengan persalinan preterm karena adanya resiko peningkatan
morbidatas perinatal akbat imaturitas janin.
Bila kelahiran tidak terjadi dalam 24 jam maka terjadi resiko peningkatan
infeksi intra uterin. Pada ketuban pecah 6 jam resiko infeksi meningkat menjadi 1
kali,sedangkan ketuban yang pecah 24 jam resiko infeksi menjadi 2 kali.Protocol :
paling lama 1 x 24 jam setelah ketuban pecah sudah harus partus.
3.1.6 Diagnosa
Data subyektif : Anamnesa
Riwayat haid
Ketuban pecah sebelum taksiran kelahiran.Umur kelahiran diperkirakan
dari haid terakhir.
Data obyektif :
Pemerikasaan fisik:
17
Pemeriksaan umum : Tanda-tanda vital dapat seperti tensi, nadi, suhu dan
respirasi rate normal kecuali ada infeksi intra uterin
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan penunjang
USG : Untuk menilai jumlah air ketuban, menentukan umur kehamilan,
letak plasenta, letak janin dan berat janin
Amniosentesis : Cairan dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi
kamatangan paru janin (rasio L/S : fosfatidilgliserol, fosfatidi (kolin
jenuh). Pewarnaan gram dan hitung koloni kuantitatif membuktikan
adanya infeksi intra uterin
Protein C-reaktif : Serum menunjukkan peningkatan peringatan awal
korioamnionitis
Pada kasus ketuban pecah dini yang disertai infeksi intrauterine ditemukan :
18
ibu dan bayi.Olehkarena itu pemeriksaan dalam perlu dibatasi sehingga resiko
infeksi dapat dikurangidengan berbagai upaya menurunkan angka morbiditas
dan mortalitas ibu dan bayi.
Penilaian klinik
-
netuan cairan ketuban dapat ditentukan dengna tes lakmus menjadu biru
Tentukan usia kehamilan bila perlu dengn pemeriksaan USG
Tentukan dengan tidak adanya infeksi
Tentukan dengan tanda-tandanya inpartu
Tentukanadanyakontraksiyangteratur,periksadalamdilakukanbilaakan
Diagnosis banding
Diagnosis banding : inkontisia urine
Cara membedakan inkontinesia urin dengan ketuban pecah dini yaitu dengan
membandingkan PH urin dan PH vagina
PH urin biasanya asam, sedangkan pH vagina pada kasus ketuban pecah adalah
basa,yang disebabkan oleh cairan amnion pengubah PH asam normal vagian
menjadi basa.
Penatalaksanaan
-
Bedrest
19
Minum 2 liter air /hari sehingga sekresi adh dan oksitosin menurun
Antibiotika (untuk menghindari jika adanya infeksi)
Dexametason 3x5mg/ hari selama 2 hari untuk menantang paru
Antiprostagladin
Progesteron E
Jika terjadi infeksi (leukosit > 15000, suhu > 38 derajat celcius, air
ketuban keruh) akhiri kehamilan
21
BAB IV
ANALISA KASUS
23
DAFTAR PUSTAKA
24
25