TIM PENYUSUN
Endang Triyanto, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Arif Setyo Upoyo, S.Kep.,Ns.,M.Kep
Dr.Saryono, S.Kp.,M.Kes
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Alloh SWT, yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga buku dengan judul Buku Pedoman Kader Bagi Penderita Hipertensi ini
dapat tersusun dengan baik. Buku ini berisi berbagai pedoman kader untuk memberikan pelayanan
bagi penderita hipertensi di tatanan masyarakat. Berbagai terapi untuk menurunkan tekanan darah
diuraikan dalam buku ini dengan pembahasan yang mudah dipahami dan dilaksanakan oleh
masyarakat.
Fokus
utama
pelayanan
adalah
dengan
memandirikan
penderita
melalui
pemberdayaan keluarga dan masyarakat bersama tenaga kesehatan. Semoga buku ini dapat
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan praktisi dan akademisi.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...............................................................................................................................
ii
iii
23
27
28
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit jantung dan pembuluh darah, termasuk hipertensi telah menjadi
penyakit yang mematikan banyak penduduk di negara maju dan negara
berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan gangguan
sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah di atas nilai
normal, yaitu melebihi 140/90 mmHg. Berdasarkan etiologi, hipertensi dibedakan
menjadi 2, yaitu; hipertensi primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer
adalah suatu kondisi dimana penyebab sekunder dari hipertensi tidak ditemukan.
Hipertensi sering disebut sebagai silent killer (pembunuh siluman), karena
seringkali
penderita
hipertensi
bertahun-tahun
tanpa
merasakan
sesuatu
tekanan
darah
bertambah
secara
perlahan
dengan
hipertensi dibanding perempuan. Dari umur 55 s/d 74 tahun, sedikit lebih banyak
perempuan dibanding laki-laki yang menderita hipertensi. Pada populasi lansia
(umur 60 tahun), prevalensi untuk hipertensi sebesar 65.4 %. Hipertensi ini pada
dasarnya memiliki sifat yang cenderung tidak stabil dan sulit untuk dikontrol, baik
dengan tindakan pengobatan maupun dengan tindakan-tindakan medis lainnya.
Lebih parahnya jika kondisi hipertensi ini tidak terkontrol, maka dapat
mengakibatkan terjadinya infark jantung, gagal jantung, gagal ginjal, stroke, dan
kerusakan mata.
B. Tujuan
Tujuan penyusunan buku pedoman kader ini adalah untuk memberikan
panduan bagi kader dalam melaksanakan penanganan penderita hipertensi di
daerahnya.
BAB 2
KONSEP HIPERTENSI
A. Definisi
Hipertensi
adalah
suatu
keadaan
dimana
seseorang
mengalami
Tekanan Darah
Diastolik
dibawah 85 mmhg
85-89 mmhg
90-99 mmhg
160-179 mmhg
100-109 mmhg
180-209 mmhg
110-119 mmhg
C. Penyebab
Menurut Smeltzer dan Bare (2000) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2,
yaitu :
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat
diketahui. Kurang lebih 90% penderita hipertensi tergolong hipertensi esensial
sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder. Onset hipertensi primer terjadi
pada usia 30-50 tahun. Hipertensi primer adalah suatu kondisi hipertensi dimana
penyebab lain dari hipertensi tidak ditemukan.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hpertensi yang penyebabnya dapat diketahui,
antara lain kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid),
penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme). Golongan terbesar dari penderita
hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih
banyak ditujukan ke penderita hipertensi esensial.
3. Faktor Resiko
a. Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka dugaan
hipertensi lebih besar.
b. Wanita lebih banyak menderita hipertensi.
c. Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi
d. Stres berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi.
e. Kegemukan
D. Tanda dan Gejala
Menurut Adinil (2004) gejala klinis yang dialami oleh para penderita
hipertensi biasanya berupa pusing, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur,
sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan
mimisan (jarang dilaporkan). Individu yang menderita hipertensi kadang tidak
menampakan gejala sampai bertahun-tahun.
E. Komplikasi Hipertensi
1. Stroke
2. Gagal Jantung
3. Gagal ginjal
4. Kaki bengkak.
5. Koma.
BAB 3
TERAPI BAGI PENDERITA HIPERTENSI
10
11
12
13
berikutnya
adalah
gerakan
keduabelas
dilakukan
untuk
melemaskan otot-otot dada. Pada gerakan ini, klien diminta untuk menarik nafas
14
15
B. Terapi Musik
Terapi musik menggunakan musik dan elemen-elemen musik untuk
meningkatkan, memelihara, memperbaiki kesehatan mental, fisik, emosi, dan
spiritual. Percobaan tentang efek musik dalam keseharian telah dikerjakan. Asrin
dan Triyanto (2007) berdasarkan risetnya telah menemukan pemanfaatan musik
yang memproduksi bunyi-bunyi frekuensi sedang (750-3000 hertz) ternyata
mampu secara signifikan mengendalikan tekanan darah penderita hipertensi.
Bunyi-bunyi frekuensi sedang cenderung merangsang jantung, paru, dan
emosi. Bunyi dari musik yang bergetar membentuk pola dan menciptakan medan
energi resonansi dan gerakan di ruang sekitarnya. Energi akan diserap oleh tubuh
manusia dan energi-energi itu secara halus mengubah pernafasan, detak jantung,
tekanan darah, ketegangan otot, temperatur kulit, dan ritme-ritme internal lainnya.
Musik merupakan stimulus yang unik yang dapat mempengaruhi respon
fisik dan psikologi pendengar serta merupakan intervensi yang efektif untuk
meningkatkan relaksasi fisiologis (yang diindikasikan dengan penurunan nadi,
respirasi dan tekanan darah). Lebih jauh, terkait dengan perubahan respon
emosional yang bisa diukur melalui perubahan suhu, nadi, respirasi, dan tekanan
darah dalam beberapa penelitian Asrin dan Triyanto (2007) menunjukkan adanya
efek yang positif terhadap pemberian terapi musik.
Hasil studi Asrin, Mulidah dan Triyanto (2007) menunjukkan mayoritas
pasien (79,8%) menyukai lagu kenangan. Sebagian kecil (8,3%) menyukai lagu
keroncong dan 11,9% menyukai lagu campur sari. Lama hari terapi music
terbanyak mencapai batas normal tekanan darah adalah dalam waktu perlakuan 1
hari sejumlah 17 responden (56,7%). Sedangkan yang paling sedikit adalah
sejumlah satu responden (3,3%) dalam waktu 3 hari.
Terapi musik dominan frekuensi sedang sangat signifikan untuk
mengendalikan respon tekanan darah pada pasien hipertensi. Prosedur terapi
musik dilaksanakan dengan mendengarkan lagu-lagu yang dipilih pasien yang
diputarkan dengan CD player dan disalurkan melalui earphone selama 20 30
menit. Sesi terapi diberikan sebanyak 3 kali dalam sehari yaitu pagi, siang dan
16
sore. Penderita hipertensi harus focus dan berada pada ruangan yang tenang
agar hasilnya maksimal.
17
18
2. Sekarang lemaskan seluruh tubuh anda sehingga terasa ringan tanpa bobot.
Metoda sederhana untuk melemaskan beberapa bagian tubuh dijelaskan di
bawah ini :
a. Mata : Buka dan tutup mata bergantian selama 10 menit, kemudian ulangi
3 sampai 4 kali. Dengan perlahan gerakan mata ke arah atas-bawah dan
lurus, ke arah kiri-kanan dan lurus. Ulangi gerakan tersebut 2 sampai 3 kali.
b. Mulut dan lidah : Buka mulut selebarnya tanpa dipaksakan. Lipat lidah ke
arah tenggorokan. Tutup mulut anda dengan posisi lidah tetap terlipat
kemudian tahan sampai 10 detik. Selanjutnya buka mulut dan kembalikan
lidah ke posisi normalnya. Tutup mulut anda kemudian ulangi 2 sampai 3
kali.
c. Seluruh tubuh : tutup mata anda dan rasakan secara pikiran bagian tubuh
tertentu rileks. Yakinkan anda tidak merasakan tegang atau kaku pada
bagian tubuh itu. Buat gerakan ringan jika terasa kaku atau tegang seperti
gerakan jari ke atas-bawah, goyangkan bahu atau putar kepala dari satu
sisi ke sisi lainnya sekali atau dua kali. Selanjutnya lemaskan tubuh secara
keseluruhan.
d. Konsentrasikan pikiran dan rasakan secara berurutan dari pinggang sampai
jempol kaki hingga terasa rileks.
e. Konsentrasikan dan rasakan secara berurutan dari pinggang sampai leher.
Kendurkan otot bagian perut, dada, pundak, punggung atas dan bawah.
Kendurkan jari-jari, telapak, pergelangan, lengan bawah dan lengan atas
secara berurutan satu persatu.
f. Konsentrasikan pikiran menuju bagian atas tubuh anda. Kendurkan otot
wajah, tulang rahang, bibir, pipi, alis, pelipis dan bagian kepala.
3. Sambil tetap menutup mata, sekarang tenangkan pikiran anda. Rasa tenang
dan
santai
dapat
dicapai
dengan
membayangkan
sesuatu
yang
19
perut mengembang saat menarik napas dan sebaliknya perut tertarik ke dalam
saat membuang napas. Lakukan selama 3 sampai 5 menit secara berirama.
5. Letakan tangan kanan kembali ke posisi semula di atas lantai. Bernapaslah
normal.
Rasakan
relaksasi
secara
utuh
seperti
anda
akan
tertidur.
ketenangan
yang
dicapai
dari
latihan
sesi
pertama
dapat
20
sampai habis. Rasakan getaran suara di sekitar pusar dan tubuh bagian
bawah. Lakukan sebanyak 3 kali pengulangan.
21
peredaran
darah,
mencegah
tekanan
darah
tinggi,
22
sepat. Untuk mengobati hipertensi diperlukan 20 lembar daun salam yang masih
segar, lalu dicuci dengan bersih dan direbus dengan tiga gelas air hingga menjadi
satu gelas. Selanjutnya disaring dan airnya diminum, sehari minum dua kali
sebelum makan.
23
24
25
saring dan dinginkan. Minum ramuan sehari dua kali, setiap minum sebanyak 100
ml. Jangan gunakan ramuan ini lebih dari 24 jam.
26
BAB 4
PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN HIPERTENSI
faktor-faktor
risiko
kepada
masyarakat
luas
dengan
masyarakat
sebagai
bentuk
pemberdayaan
untuk
memotivasi
masyarakat luas perlu dilakukan pada tahap pencegahan primer. Langkah ini
terbukti mampu merubah perilaku seseorang untuk melakukan tujuan yang
hendak dicapai (Triyanto, 2011). Iklan layanan masyarakat melalui pemasangan
baliho juga turut berperan dalam promosi kesehatan.
Modifikasi gaya hidup yang penting adalah mengurangi berat badan untuk
individu yang gemuk; mengadopsi pola makan; diet rendah natrium; aktifitas fisik;
dan mengkonsumsi alkohol sedikit saja. Pada sejumlah pasien dengan
pengontrolan tekanan darah cukup baik dengan terapi satu obat antihipertensi;
mengurangi
garam
dan
berat
badan
dapat
membebaskan
pasien
dari
menggunakan obat. Program diet yang mudah diterima adalah yang didisain untuk
menurunkan berat badan secara perlahan-lahan pada pasien yang gemuk dan
obes disertai pembatasan pemasukan natrium dan alkohol.
Pendidikan kesehatan dan promosi kesehatan merupakan strategi utama
dalam pencegahan hipertensi. Tujuan pendidikan kesehatan dan promosi
kesehatan dimaksudkan untuk perubahan perilaku seseorang dalam mencegah
terjadinya
kesakitan.
Penelitian
Triyanto,
Iskandar
&
Saryono
(2012),
27
rendah
garam
yang harus
mengandung cukup zatzat gizi, baik kalori, protein, mineral maupun vitamin dan
rendah sodium dan natrium.
2. Perubahan Gaya Hidup
a. Olahraga teratur
Olahraga sebaiknya dilakukan teratur dan bersifat aerobik, karena kedua
sifat inilah yang dapat menurunkan tekanan darah. Olahraga aerobik maksudnya
olah raga yang dilakukan secara terus-menerus Aktivitas fisik sebaiknya dilakukan
28
sekurang-kurangnya 30 menit perhari dengan baik dan benar. Salah satu manfaat
dari aktivitas fisik yaitu menjaga tekanan darah tetap stabil dalam batas normal.
Contoh dari aktivitas fisik yang dapat menjaga kestabilan tekanan darah
misalnya olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali seminggu. Olah raga juga dapat digunakan untuk mengurangi/
mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
b. Menghentikan rokok
Tembakau mengandung nikotin yang memperkuat kerja jantung dan
menciutkan arteri kecil hingga sirkulasi darah berkurang dan tekanan darah
meningkat. Berhenti merokok merupakan perubahan gaya hidup yang paling kuat
untuk mencegah penyakit kardiovaskular pada penderita hipertensi. Dalam rangka
menghentikan kebiasaan merokok memang tergolong langkah yang sulit pada
kebanyakan orang. Apalagi sekarang ini banyak sekali bermunculan pabrik rokok
yang menjamur di belahan nusantara.
Merokok sangat besar perananya meningkatkan tekanan darah, hal ini
disebabkan oleh nikotin yag terdapat didalam rokok yang memicu hormon
adrenalin yang menyebabkan tekanan darah meningkat. Nikotin diserap oleh
pembuluh-pembuluh darah didalam paru dan diedarkan keseluruh aliran darah
lainnya sehingga terjadi penyempitan pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kerja
jantung semakin meningkat untuk memompa darah keseluruh tubuh melalui
pembuluh darah yang sempit.
Berbagai iklan rokok di media masa baik cetak maupun elektronik
sangatlah gencar dilaksanakan. Peran pemerintah juga sangat minimal.
Pemerintah masih belum bisa mengambil kebijakan yang mendukung untuk
berhentinya merokok. Kebijakan yang dibuat masih setengah-setengah. Hal ini
terbukti dari anjuran larangan merokok yang tidak diimbangi dengan mengurangi
produksi rokok.
Oleh karena itu, hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah
dengan optimalisasi dukungan keluarga. Pendidikan dan promosi kesehatan
berbasis keluarga dapat menurunkan konsumsi rokok per hari. Pada pertemuan
masyarakat hendaknya dipasang poster larangan merokok di setiap rumah. Poster
29
bahaya rokok yang dipasang disetiap rumah terbukti mampu mengubah gaya
hidup merokok.
Kesan bahwa merokok sebagai bukti laki-laki sejati harus dihilangkan.
Sebagian besar merokok dilakukan oleh laki-laki, maka sebagai istrinya harus
mampu memotivasi pasangan laki-lakinya untuk berhenti merokok. Melalui
kegiatan promosi kesehatan dalam bentuk perilaku hidup bersih dan sehat yang
didalamnya terdapat indikator dilarang merokok di dalam rumah sebaiknya
ditegaskan menjadi dilarang merokok sama sekali. Kampanye anti rokok setiap
wilayah seharusnya dilakukan secara optimal. Hasil penelitian Triyanto, (2010),
dengan mengunakan pendekatan terapi perilaku didapatkan hasil yang efektif
dalam menurunkan konsumsi merokok.
c. Menghentikan konsumsi alkohol
Konsumsi alkohol dalam jumlah sedang sebagai bagian dari pola makan
yang sehat dan bervariasi tidak merusak kesehatan. Namun demikian, minum
alkohol secara berlebihan telah dikaitkan dengan peningkatan tekanan darah.
Pesta minuman keras sangat berbahaya bagi kesehatan karena alkohol berkaitan
dengan stroke. Menghindari konsumsi alkohol bisa menurunkan 2-4 mmHg.
3. Mengurangi Kelebihan Berat Badan
Semua faktor risiko yang dapat dikendalikan, berat badan adalah salah
satu yang paling erat kaitannya dengan hipertensi. Dibandingkan dengan yang
kurus, orang yang gemuk lebih besar peluangnya mengalami hipertensi.
Penurunan berat badan pada penderita hipertensi dapat dilakukan melalui
perubahan pola makan dan olah raga secara teratur. Tekanan darah turun 5-20
mmHg per 10 kg penurunan BB.
4. Kontrol Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan darah secara teratur sebagai bentuk skrining dan
juga kepatuhan berobat bagi orang yang sudah pernah menderita hipertensi.
Dalam pemeriksaan dilakukan pengukuran tekanan darah dua kali atau lebih
dengan jarak dua menit, kemudian diperiksa ulang.
30
BAB 5
PENUTUP
31
DAFTAR PUSTAKA
American Hypertension Association. (2006). Alternative Treatments Hypertension.
From : http://healthlibrary.epnet.com/print
Asrin, Triyanto, E. dan Siti, M. (2008). Upaya Pengendalian Respon Emosional
Pasien Hipertensi dengan Terapi Musik Dominan Frekuensi Sedang.
Soedirman Nursing Journal 4(2)
Chlan, L. (2008). Complementary Therapy in Nursing. New York : Springer
Publishing Company, Inc
Erviana, A. (2009). Pengaruh Pemberian Tehnik Relaksasi Terhadap Penurunan
Hipertensi Di Desa Tulangan Kecamatan Pracimantoro Kabupaten
Wonogiri Jawa Tengah. Jurnal Ners 1(2)
Kurniawan. (2002). Gizi Seimbang untuk Mencegah Hipertensi. Jakarta : FK Yarsi.
Lewis, Sharon, M., Margaret, M. H.,& Shanon R. D. (2000). Medical Surgical
Nursing Assesment and Management of Clinical Problems. St. Louis,
Missouri: Mosby Inc.
Putu, Ni Luh. (2009). Perbedaaan Tekanan Darah Penderita Hipertensi Pada
Wanita Dewasa Yang Melakukan Senam Yoga Dan Penderita Hipertensi
Padawanita Dewasa Yang Tidak Melakukan Senamyoga. Jurnal
Keperawatan Indonesia 7(2):12-21
Ramdhani, Neila. Putra, Adhyos, Aulia. (2006). Pengembangan terapi relaksasi
progresif. Jurnal Keperawatan Indonesia 4(2)
Sasmita, A. (2009). Pengaruh Senam Yoga Selama 12 Minggu Terhadap Tekanan
Darah Diastol dan Sistol Hipertensi. Media Keperawatan 1(1)
Setyoadi & Triyanto, E. (2012). Strategi Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita
AIDS. Yogyakarta : Graha Ilmu Press.
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2000). Medical surgical nursing (9th ed.).
Philadelphia: Lippincott William & Wilkins.
Triyanto, E., Iskandar, A., & Saryono. (2012) Pengaruh Aplikasi Health Promotion
Model Terhadap Peningkatan Kualitas Kelompok Peduli Hipertensi.
Soedirman Nursing Journal 7(2)125:134
WHO. (2009). Report of hypertensions. WHO/CDS/RBM/2001.35. Geneva 28-30
March 2009.
32
BIBLIOGRAFI PENULIS
Endang Triyanto, lahir di Kebumen, 2 Oktober 1978.
Lulus pendidikan Ners tahun 2005 di Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran, Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta. Tugas Belajar pada
Program Magister Keperawatan di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia mulai Tahun
2008 sampai Tahun 2010. Selanjutnya, sebagai
dosen di Jurusan Keperawatan Fakultas Kedokteran
dan ilmu-ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto pada tahun
2005 sampai sekarang. Kegiatan mengajar juga dilakukan pada perguruan tinggi
Keperawatan di Purwokerto. Berbagai penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat tentang hipertensi sudah dilakukan. Model Kelompok Peduli
Hipertensi telah dikembangkan secara terpadu bersama tenaga kesehatan di
Banyumas. Email endangtriyanto@yahoo.com.
33