Anda di halaman 1dari 5

Cekungan Sumatera Tengah

Pola struktur di Cekungan Sumatra Tengah merupakan hasil sekurangkurangnya tiga fase tektonik utama yang terpisah, yaitu Orogenesa
Mesozoikum Tengah, Tektonik Kapur Akhir-Tersier Awal, dan Orogenesa PlioPlistosen (De Coster, 1974). Heidrick dan Aulia (1993), membahas terperinci
tentang perkembangan tektonik di Cekungan Sumatra Tengah dengan
membaginya menjadi tiga fase tektonik, F1 (fase 1) berlangsung pada
Eosen-Oligosen, F2 (fase 2) berlangsung pada Miosen Awal-Miosen Tengah,
dan F3 (fase 3) berlangsung pada Miosen Tengah-Resen. Fase sebelum F1
disebut sebagai fase 0 (F0) yang berlangsung di Pra Tersier.
1.
Fase F0 (Pre-Tertiary)
Basemen Pra Tersier di Cekungan Sumatra Tengah terdiri dari lempenglempeng benua dan samudera yang berbentuk mozaik. Orientasi struktur
pada basemen memberikan efek menumpang pada lapisan sedimen Tersier
di atasnya dan kemudian mengontrol arah tarikan serta pengaktifan ulang
yang terjadi kemudian. Pola struktur tersebut disebut sebagai elemen
struktur F0.
Terdapat dua struktur utama pada basemen. Pertama kelurusan utara
selatan, merupakan sesar geser (Transform/Wrench Tectonic) berumur
Karbon dan mengalami reaktifisasi pada Permo-Trias, Jura, Kapur dan Tersier.
Tinggian yang terbentuk pada fase ini adalah Tinggian Mutiara, Kampar,
Napuh, Kubu, Pinang dan Ujung Pandang. Tinggian tersebut menjadi batas
penting pada pengendapan sedimen selanjutnya.
1. Fase F1 (26 50 Ma)
Fase F1 disebut juga Rift Phase berlangsung pada kala Eosen-Oligosen. Fase
F1 terjadi deformasi akibat Rifting dengan arah Strike timur laut, diikuti oleh
reaktifisasi struktur-struktur tua. Akibat aktifitas (tumbukan) Lempeng
Samudera Hindia dengan Lempeng Benua Asia pada 45 Ma terbentuklah
suatu sistem rekahan Transtensional yang memanjang ke arah selatan dari
Cina bagian selatan ke Thailand dan ke Malaysia hingga Sumatera dan
Kalimantan Selatan (Heidrick & Aulia, 1993). Aktifitas ini membentuk
rangkaian Horstdan Graben di Cekungan Sumatra Tengah. Horst-Graben ini

menjadi danau tempat diendapkannya sedimen-sedimen Kelompok


Pematang.
Pada akhir F1 terjadi peralihan dari perekahan ke penurunan cekungan
ditandai oleh pembalikan struktur yang relatif lemah, denudasi dan
pembentukan daratan Peneplain. Hasil dari erosi tersebut berupa paleosol
yang diendapkan di atas Formasi Upper Red Bed.
1. Fase F2 (13 26 Ma)
Fase F2 berlangsung pada Miosen Awal-Miosen Tengah. Pada kala Miosen
Awal terjadi fase amblesan (sagphase), diikuti Dextral Wrench Fault secara
regional dan Transtensional Fracture Zone. Pada struktur tua yang berarah
utara-selatan terjadi Release, sehingga terbentuk Listric Fault, Normal Fault,
Graben, dan Half Graben. Struktur baru yang terbentuk berarah barat lauttenggara. Pada Fase F2, sedimen-sedimen dari Kelompok Sihapas
diendapkan pada masa mengalami transgresi.
2. Fase F3 (13-Recent)
Fase F3 berlangsung pada Miosen Tengah-Resen disebut juga Barisan
Compressional Phase. Terjadi pembalikan struktur akibat gaya kompresi
menghasilkan reverse dan Thrust Fault sepanjang jalur Wrench Fault yang
relative lebih tua. Proses kompresi terjadi bersama dengan
pembentukan Dextral Wrench Fault di sepanjang Bukit Barisan. Struktur
yang terbentuk umumnya berarah barat laut-tenggara. Pada Fase F3
sedimen-sedimen Formasi Petani diendapkan, diikuti pengendapan sedimensedimen Formasi Minas secara tidak selaras pada saat mengalami regresi.
Cekungan Sumatera Selatan
Cekungan Sumatera Selatan merupakan cekungan busur belakang berumur
Tersier yang terbentuk akibat dari interaksi antara Paparan Sunda (sebagai
bagian dari lempeng kontinen Asia) dan lempeng Samudera India (Blake,
1989). Luas daerah cekungan mencapai 330 x 510 km2, sebelah barat daya
dibatasi oleh singkapan Pra-Tersier Bukit Barisan, di sebelah timur oleh
Paparan Sunda (Sunda Shield), sebelah barat dibatasi oleh Pegunungan Tiga
puluh dan ke arah tenggara dibatasi oleh Tinggian Lampung. Diperkirakan
telah terjadi 3 Fase orogenesa yang membentuk kerangka struktur daerah
Cekungan Sumatera Selatan yaitu orogenesa Mesozoik Tengah, tektonik
Kapur Akhir-Tersier Awal dan Orogenesa Plio-Plistosen (De Coster, 1974).

1. Fase pertama
Endapan Paleozoik dan Mesozoik termetamorfosa, terlipat dan terpatahkan
menjadi bongkah struktur dan diintrusi oleh batolit granit serta membentuk
pola dasar struktur cekungan. Menurut Pulunggono, 1992 (dalam Wisnu dan
Nazirman ,1997), fase ini membentuk sesar berarah barat laut-tenggara
yang berupa sesar sesar geser.
2. Fase kedua
Fase kedua terjadi pada Kapur Akhir berupa fase ekstensi menghasilkan
gerak-gerak tensional yang membentuk graben dan horst dengan arah
umum utaraselatan. Dikombinasikan dengan hasil orogenesa Mesozoik dan
hasil pelapukan batuan-batuan PraTersier, gerak gerak tensional ini
membentuk struktur tua yang mengontrol pembentukan Formasi PraTalang
Akar.
3. Fase ketiga
Berupa fase kompresi pada PlioPlistosen yang menyebabkan pola
pengendapan berubah menjadi regresi dan berperan dalam pembentukan
struktur perlipatan dan sesar sehingga membentuk konfigurasi geologi
sekarang. Pada periode tektonik ini juga terjadi pengangkatan Pegunungan
Bukit Barisan yang menghasilkan sesar mendatar Semangko yang
berkembang sepanjang Pegunungan Bukit Barisan. Pergerakan horisontal
yang terjadi mulai Plistosen Awal sampai sekarang mempengaruhi kondisi
Cekungan Sumatera Selatan dan Tengah sehingga sesar -sesar yang baru
terbentuk di daerah ini mempunyai perkembangan hampir sejajar dengan
sesar Semangko. Akibat pergerakan horisontal ini, orogenesa yang terjadi
pada Plio-Plistosen menghasilkan lipatan yang berarah barat laut-tenggara
tetapi sesar yang terbentuk berarah timur laut-barat daya dan barat lauttenggara. Jenis sesar yang terdapat pada cekungan ini adalah sesar naik,
sesar mendatar dan sesar normal. Kenampakan struktur yang dominan
adalah struktur yang berarah barat laut-tenggara sebagai hasil orogenesa
Plio-Plistosen. Dengan demikian pola struktur yang terjadi dapat dibedakan
atas pola tua yang berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara serta pola
muda yang berarah barat laut-tenggara yang sejajar dengan Pulau
Sumatera.

Cekungan Sumatera Utara


Cekungan Sumatera Utara terletak diantara paparan sunda yang berada di
daerah lepas pantai sebelah timur laut, dan pegunungan barisan yang
terletak di sebelah barat daya. Cekungan Sumatera Utara terbentuk pada
waktu Tersier Awal. Lapisan lapisan Tersier Bawah terutama terdiri dari pasir
kuarsa mika berikut beberapa lapisan lapisan karbonat asal genang laut
yang terletak pada lapisan atas batuan Pra-Tersier. Selama kala Miosen
Tengah sebagian besar dari daerah ini digenangi lautan yang mengakibatkan
adanya pengendapan serpih Baong marin setebal 1500 m. Pada
akhir kala Miosen Tengah pegunungan barisan terangkat dan menyalurkan
bahan-bahan klastik ke cekungan busur belakang Sumatra Utara dan
mengakibatkan terbentuknya Formasi Ketapang dan Formasi Seurula yang
sebagian besar litologinya terdiri dari batupasir dan serpih hasil susut laut.
Pengisian berakhir pada kala Pliosen Atas dengan diendapkannya Formasi
Julu Rayeu yang terdiri dari lapisan lapisan terrestrial dan asal danau.
Seluruh daerah tersebut dipengaruhi oleh perlipatan Plio-Plistosen yang
mengakibatkan adanya konfigurasi struktur dewasa sesar yang memotong
daerah ini memperlihatkan bagian cekungan yang menurun terhadap pantai
sebelah timur. Batas barat dari cekungan ini dibentuk oleh kaki Pegunungan
Barisan.
Cekungan Sumatera Bagian Utara merupakan cekungan synrift yang
pertama sekali menghasilkan cadangan minyak yang komersil di Indonesia
yang ditemukan Belanda tahun 1885 dan dikenal dengan nama Lapangan
Telaga Said dan cekungan Sumatera Utara tersebut menghasilkan gas Arun
yang besar. Cekungan tersebut merupakan bagian dari mergui microplate
yang berbatasan dengan Malaka mikroplate (Malaka Platform).
Secara regional cekungan tersebut merupakan cekungan belakang busur
yang merupakan mergui terrace yang terbentuk akibat dari tubrukan
pemekaran Laut Andaman disebelah Utara, Lempeng Samudera Hindia di
sebelah Timur dan Lempeng Benua dari Sunda Land dari sebelah Barat.
Aktivitas tektonik yang meningkat pada masa Miosen mengakibatkan
orogenesa Bukit Barisan yang implikasinya pembentukan depresian yang
dalam. Orogenesa yang terbentuk juga diikuti dengan meningkatnya

sedimentasian yang mengisi cekungan yang diakibatkan oleh proses


transgresian. Sedimentasian yang terbentuk sejak awal Miosen berkontribusi
terhadap pembentukan sistem minyak Bumi, karena
potensial petroleum system hidrokarbon di Cekungan Sumatera Bagian Utara
terdapat pada rangkaian periode Neogen.
Referensi:
http://www.scribd.com/doc/91867425/CEKUNGAN-BUSUR-BELAKANG
IATMI SM-UNDIP, 2012, Perkembangan Tektonik Pulau
Sumatera, http://smiatmiundip.wordpress.com/2012/05/17/perkembangantektonik-pulau-sumatra/
http://dinawan24geo.wordpress.com/2013/08/19/37/
http://www.iagi.or.id/paper/kontrol-tektonik-periode-neogen-padaketerbentukan-minyak-bumi-cekungan-sumatera-bagian-utara-di-daerahtakengon-nangroe-aceh-darussalam
Diakses 22 Februari 2014

Anda mungkin juga menyukai