Anda di halaman 1dari 32

MELAKSANAKAN PROSEDUR

KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA (K3)

Oleh

I Made Buda Astika, S.Pd., M.Pd

PEMERINTAH KOTA DENPASAR


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAH RAGA KOTA DENPASAR

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 1 DENPASAR


2009

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat, rahmat dan
hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan modul 02 dengan judul Melaksanakan Prosedur
Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini.
Industri di Indonesia saat ini tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sudah barang
tentu membutuhkan sumber daya manisia (SDM) yang banyak pula untuk menggerakan usaha di
industri-industri tersebut. Oleh karena itu perlu adanya perlindungan jaminan keselamatan dan
kesehatan kerja bagi para tenaga kerja.
Kecelakaan dan penyakit akibat kerja merupakan resiko yang harus dihadapi oleh tenaga kerja
dalam melakukan pekerjaannya. Untuk menanggulangi hilangnya sebagian atau seluruh
pengasilan yang diakibatkan oleh adanya resiko-resiko sosial seperti kematian atau cacat karena
kecelakaan kerja baik fisik maupun mental, maka diperlukan adanya jaminan akan keselamatan
dan kesehatan kerja. Hal ini merupakan tanggung jawab bersama, baik dari sisi perusahaan untuk
memberikan suasanan dan sistem kerja yang aman serta dari sisi tenaga kerja untuk bertindak
secara selamat.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang merupakan salah satu lembaga pendidikan yang
mencetak tenaga kerja tingkat menengah, perlu diberikan pengetahuan K3 dan keterampilan
tambahan untuk dapat menjaga kondisi kerja tetap sehat, menghindari resiko kecelakaan kerja
dan menguasai keterampilan melakukan pertolongan pertama bila dilingkungan kerjanya terjadi
resiko kecelakaan sebelum diberikan tindakan pertolongan lebih lanjut.
Modul ini disusun untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta membantu para siswa
yang mempelajari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Pada akhirnya, kami harapkan modul
ini bermanfaat dalam pembelajaran dan menambah keterampilan siswa dalam penerapan K3 saat
belajar di bangku sekolah maupun pada saat bekerja dimanapun. Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada semua pihak yang membantu terwujudnya modul ini, semoga Tuhan Yang
Maha Esa selalu memberikan perlindungan kepadanya.

Denpasar, Oktober 2009


Penyusun,
I Made Buda Astika, S.Pd., M.Pd
NIP. 19650703 198803 1 016

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
..
i
DAFTAR ISI

.
ii
TUJUAN AKHIR

.
iii
I. DESKRIPSI

.
1
II. PEMBELAJARAN
1. Prosedur K3
..
8
2. Kesehatan Lingkungan Kerja
.
15
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja .
16
4. Pencegahan Penyakit Akibat Kerja ..
19
5. Pengendalian Potensi Bahaya .
.
20
6. Analisis Kecelakaan Kerja
.
20
7. Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)
21
8. Pemeriksaan Kesehatan ..
.
22
9. Alat Pelindung Diri

23
III. PENILAIAN
1. Soal Esay

DAFTAR PUSTAKA

27

I. DESKRIPSI
Nama Modul
: Melaksanakan Prosedur Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kode Kompetensi
:
Standar Kompetensi
: Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Kompetensi Dasar
: Melaksanakan prosedur K3
Durasi Waktu
: 22 Jam (@45 meneit)
Indikator
:
a. Dapat mengetahui prosedur prosedur dari K3
b. Mengikuti dengan benar prosedur penanganan keadaan darurat
c. Menerapkan prosedur penggunaan APD
Mater
: 1. Prosedur prosedur K3
2. Pencegahan kecelakaan kerja
3. Pencegahan penyakit akibat kerja
4. Pengendalian potensi bahaya
5. Analisa kecelakaan kerja
6. PPPK
7. Pemeriksaan Kesehatan
8. Kewajiban untuk menyediakan dan memakai APD
9. APD pada pekerjaan konstruksi
10. Hal hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD
11. Acuan/standar yang digunakan
Tujuan Akhir
: Setelah pembelajaran selesai siswa dapat :
1. Menyebutkan dan menjelaskan prosedur-prosedur dari K3
2. Menjelaskan Peralatan K3 di Proyek
3. Menjelaskan Upaya Pencegahan Kecelakaan
4. Menjelaskan upaya-upaya pencegahan penyakait akibat kerja (Sustisi, Isolasi, Ventilasi, Alat
Pelindung Diri, Pemeriksaan Kesehatan, Latihan dan Informasi sebelum Kerja, Istirahat dalam
bekerja)
5. Menjelaskan cara mengenalisis pontensi bahaya
6. Menjelaskan meniadakan dan mengendalikan potensi bahaya
7. Menjelaskan kegunaan analisa kecelakaan kerja
8. Menjelaskan teknik-teknik menganalisa kecelakaan kerja
9. Menjelaskan jenis-jenis P3K di Proyek
10. Memperagakan/simulasi pelaksanaan P3K
11. Menjelaskan tujuan pemeriksaan kesehatan
12. Menjelaskan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 Tentang keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bab V, Bab III dan Bab X
13. Menjelaskan macam-macam dan fungsi APD
14. Meperagakan pengunaan APD
15. Menerapkan penggunaan APD
16. Menjelaskan Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD
17. Menjelaskan Acuan/standar yang dipakai dalam pengadaan APD

Cek Kemampuan :
Jawablah soal-soal di bawah ini dengan cara menulis oftion jawaban (a, b, c, d dan e) yang
dianggap paling benar !
1.
a.
b.
c.

Prosedur kerja untuk dipatuhi oleh pekerja untuk :


Mencegah kecelakaan kerja
d. Menjaga alat tidak cepat rusak
Meningkatkan keuntungan perusahaan
e. a, b, c dan d semua benar
Memperlancar pekerjaan

2.
a.
b.
c.
d.
e.

Prosedur K3 perlu dimengerti oleh :


Semua personal yang terlibat di perusaahan yang bersangkutan
Hanya pekerja yang melakukan pekerjaan tersebut saja
Oleh pengunjung proyek
Para manajmen perusahaan
Oleh petugas K3

3.
a.
b.
c.
d.
e.

Isi dari kotak P3K minimal adalah


Obat merah, perban, plester dan obat-obat generic
Obat merah, jarum suntik, termoneter
Makanan ringan
Alat-alat tukang
Alat tulis kantor

4. Pihak mana yang bertanggung jawab, jika salah seorang pekerja mengalami kecelakaan tanpa
disengaja pada saat bekerja ?
a. Keluarga pekerja
b. Orang yang mengakibatkan pekerja celaka
c. Perusahaan tempat dimana pekerja bekerja
d. Seluruh pekerja
e. Pemerintah
5. Seorang pekerja mengalami kecelakaan karena tidak atau lalai memakai APD, padahal
perusahaan ditempat dia bekerja menyediakan alat APD tersebut, dalam kejadian ini pihak mana
yang harus bertanggungjawab ?
a. Keluarga pekerja
b. Orang yang mengakibatkan pekerja celaka
c. Perusahaan tempat dimana pekerja bekerja
d. Seluruh pekerja
e. Pemerintah
6. Pekerja diharuskan memakai sabuk pengaman (safety belt) pada saat bekerja pada batas
ketinggian berapa ?
a. 2 meter
d. 3 meter
b. 4 meter
e. 5 meter
c. 6 meter

7. Ada berbagai sarung tangan pelindung yang digunakan pada saat bekerja, diantaranya sarung
tangan kulit, katun dan karet. Sarung tangan mana yang digunakan pada pekerjaan pengelasan ?
a. Sarung tangan kulit
d. Sarung tangan plastik
b. Sarung tangan karet
e. Sarung tangan katun
c. Sarung tangan kain
8. Sarung tangan yang dipakai untuk pekerjaan besi beton adalah :
a. Sarung tangan kulit
d. sarung tangan plastik
b. Sarung tangan karet
e. Sarung tangan katun
c. Sarung tangan kain
9. Pekerja pada waktu menaiki tangga untuk pekerjaan ketinggian sarung tangan yang digunakan
adalah :
a. Sarung tangan kulit
d. sarung tangan plastik
b. Sarung tangan karet
e. Sarung tangan katun
c. Sarung tangan kain
10. Untuk pekerjaan listrik agar tidak terjadi bahaya kena arus listrik, pekerja harus memakai :
a. Sarung tangan kulit
d. sarung tangan plastik
b. Sarung tangan karet
e. Sarung tangan katun
c. Sarung tangan kain
11. Untuk mengindari kecelakaan tersandung kayu, terhimpit benda berat diperlukan sepatu
keselamatan (safety sous), sebaiknya sepatu yang terbuat dari bahan apa yang nyaman dipakai :
a. Besi
d. kaca
b. Kain
e. karet
c. Kulit
12. Bagi kariawan baru, untuk mengindari kecelakaan kerja, pengusaha atau pengurus diwajibkan
menjelaskan tentang K3, kecuali :
a. Kondisi dan bahaya yang dapat timbul ditempat kerjanya
b. Semua pengaman dan alat-alat perlindungan dalam tempat kerja
c. Kondisi keuangan dalam perusahaan
d. APD bagi tenaga kerja yang bersangkutan
e. Rambu-rambu K3
13. Setelah pekerja selesai pekerjaan masing-masing, APD yang digunakan harus :
a. Dibawa pulang
d. Dibersihkan dan disimpan
b. Dibuang
e. dijual
c. Menjadi tanggung jawab perusahaan
14. Apakah pekerja berhak menyatakan keberatan atau menolak untuk melakukan pekerjaan jika
APD yang disiapkan tidak lengkap ?
a. Tidak
d. a,b,c semua benar
b. Ya
e. a,b,c semua salah
c. Ragu-ragu

15. Bagi para pengunjung proyek untuk mengindari kecelakaan diwajibkan memakai :
a. Sarung tangan
d. Topi keselamatan
b. Masker pelindung
e. Sabuk pengaman
c. Sepatu karet
16. Salah satu keuntungan pengusaha menyedikan APD untuk pekerja adalah, kecuali :
a. Waktu kerja tidak terganggu
d. Biaya pengobatan kariyawan berkurang
b. Keuntungan perusahaan semakin besar e. Pekerjaan semakin cepat diselesaikan
c. Berkurangnya aset nasional berupa tenaga kerja terampil
17. Kariyawan yang tiba-tiba meninggal dunia pada saat bekerja, tanpa diakibatkan sesuatu apapun.
Kejadian seperti ini apakah keluarga korban berhak mendapatkan Jasa Raharja dari perusahaan :
a. Ya
d. Tidak
b. Tergantung Kebijakan Perusahaan
e. No Comment
c. Diberikan setengah tanggungan
18. Pekerja yang perlu waktu menyelesaikan pekerjaan hanya 5-10 menit, apakah pekerja perlu
memakai APD ?
a. Tidak
d. a,b,c semua benar
b. Ya
e. a,b,c semua salah
c. Ragu-ragu
19. Bagian tubuh yang sering mendapatka kecelakaan, yaitu :
a. Kepala, tangan, kaki
d. Mata
b. Telinga
e. Hidung
c. Mulut
20. Bahaya yang ditimbulkan oleh pekerja yang menggunakan bahan peledak adalah :
a. Kepala pusing
d. Lemah syawat
b. Influenza
e. Keracunan
c. Keracunan terutama oleh asam nitrat
21. Di bawah ini cara pencegahan penyakit akibat kerja, kecuali :
a. Menggunakan APD
d. Latihan dan informasi sebelum bekerja
b. Istirat dalam bekerja
e. Mendengarkan music
c. Mentaati prosedur kerja
22. Penyebab penyakit akibat kerja dibidang konstruksi, khususnya untuk tukang kayu adalah :
a. Keluhan nyeri pinggang dan tulang belakang
d. Desentri
b. Malaria
e. Demam berdarah
c. Pusing-pusing
23. Apa yang perlu disediakan di proyek sebagai petunjuk pertolongan, bila terjadi kecelakaan atau
musibah :
a. Bahan dan alat-alat P3K
d. Radio
b. Walkman
e. Televisi

c.

Obat merah

24. Bagaimana cara pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh beberapa faktor manusia:
a. Kampanye dan penyuluhan K3 secara berkala untuk menumbuhkan kesadaran
ber- K3
b. Melaksanakan workshop K3
c. Membuat dan melengkapi rambu-rambu K3 di proyek
d. Menyipakan MCK
e. A, b, c dan d semua benar
25. Penyebab terjadinya kecelakaan terkena aliran listrik, kebakaran dan ledakan, yaitu :
a. Karena tidak memakai kaca mata
b. Karena adanya kabel-kabel listrik dan panel-panel yang rusak dan terpegang oleh pekerja
(karena terstrum listrik)
c. Tidak adanya perlengkapan P3K
d. Banyak bakteri dan virus
e. Ruang kerja yang tidak tertata dengan baik
26. Menurut saudara, apakah perlu K3 diterapkan ditempat pekerjaan :
a. Perlu
d. biasa-biasa saja
b. Tidak perlu
e. Ragu-ragu
c. Sangat perlu
27. Di bawah ini cara-cara pengelolaan potensi bahaya yang dianjurkan adalah :
a. Mempelajari dan mengenal standar atau prosedur
b. Membuat dan menyebarkan brosur-brosur, leaflet dan membuat rambu-rambu K3
c. Menggunakan daftar periksa (checklist) atau berdasarkan pengalaman pada unit/bagian sejenis
dan diskusi
d. Memakai metode identifikasi bahaya sekaligus analisisnya
e. A, b, c dan d benar semua
28. Salah satu tujuan menganalisis potensi bahaya (hazard analysis) dalah :
a. Seberapa seriusnya bahaya
d. Menentukan Prosedur K3
b. Mentukan APD
e. Menentukan P3K
c. a, b, c dan d semua salah
29. Tindakan-tindakan penanggulangan potensi bahaya (hazard recovery) adalah :
a. Penanganan bahaya jika upaya pengendalian bahaya mengalami kegagalan
b. Upaya mengurangi akibat
c. Rehabilitasi
d. Pemasangan rambu-rambu K3
e. a, b, c dan d semua benar
30. Pertolongan pertama perlu dilakukan pada saat terjadinya kecelakaan. Contoh pertolongan
pertama yaitu dengan member nafas buatan bila pernafasan terhenti. Pemberian nafas buatan
dilakukan dengan cara :

a. Membuka mulut korban dengan jari-jari


b. Tangan yang masuk kemulut korban harus bersih
c. Tekan sudut rahangnya kedepan dari belakang untuk menyakinkan bahwa lidahnya terjulur dan
nafasnya bebas.
d. Memegang tengkuk atau leher si korban dengan hati-hati dan membaringkannya sambil
kepalanya dibawahkan.
e. a, b, c dab d beanar semua

II. PEMBELAJARAN
1. Prosedur K3
Prosedur K3 memiliki fungsi yang sama namun keadaannya berbeda beda karena kondisi dan
keadaan yang berbeda beda, oleh karena itu setiap jenis pekerjaan memiliki prosedur yang
berbeda-beda pula. Sehingga prosedur k3 tidak sembarangan ditetapkan dalam suatu pekerjaan,
karena harus sesuai prosedur di lapangan.
Prosedur kerja adalah Aturan-aturan atau cara kerja yang berlaku saat melakukan suatu pekerjaan
dalam bidang pekerjaan tertentu. Biasanya prosedur kerja ditunjukkan kepada pekerja yang akan
memulai suatu pekerjaan.
Prosedur kerja yang lengkap dan benar akan dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja,
sehingga akan menjamin keefektifan dan evisiensi dalam suatu pekerjaan. Oleh karena itu para
pekerja dimanapun dan jenis pekerjaan apapun wajib mentaati prosedur kerja yang ditetapkan.
Resiko kerja akan ada di setiap pekerjaan, hanya dibedakan besar kecil resiko ditentukan oleh
jenis pekerjaan, besar pekerjaan, pekerja yang terlibat, fasilitas alat pelindung diri (APD) dan
kompetensi pekerja.
a.

Di bawah ini beberapa prosedur kerja yang biasa dihadapi sehari-hari.


Prosedur Berlalu lintas dengan kendaraan roda dua:
Sebelum menggunakan motor, periksalah kembali kondisi motor mulai dari mesin, spion, ban
motor, rem, rating, bensin, lampu, dll.
Setelah itu, siapkan peralatan keselamatan berkendara sepeda motor seperti : helm, sarung
tangan, masker, kacamata, dll dan juga surat-surat motor seperti STNK (Surat Tanda Nomor
Kendaraan), dan juga SIM (Surat Ijin Mengemudi).
Motorpun siap digunakan, dan jangan lupa juga untuk membawa surat-surat motor.
Ingatlah selalu mematuhi aturan lalu lintas seperti traffic light (lampu lalu lintas), marka jalan,
juga kecepatan berkendara. Maka kita akan sampai di tempat tujuan dengan aman.

b. Mesin Uap
STANDARD OPERATING PROCESS (SOP) Keselamatan Kerja Peralatan
Uap Panas Bertekanan

Standar operasi peralatan ini digunakan pada kegiatan sterilisasi pada


pengalengan, sterilisasi media, peralatan gelas dengan menggunakan suhu
121 C dengan tekanan 15 Psi. Resiko yang dapat ditimbulkan dari
kecerobohan mengoperasikan alat akan menyebabkan ledakan, kerusakan
bahan dan kerusakan alat.

Langkah Kerja
Berikut adalah langkah kerja yang harus diikuti untuk keselamatan
kerja:Periksa kondisi alat sehingga siap untuk dioperasikan meliputi : ?
Pemeriksaan aliran listrik pada stop kontak, steker dan panel.? Pemeriksaan
voltage ? Pemeriksaan kabel dan kelengkapan alat

Periksa kebersihan alat yang akan digunakan meliputi pencucian dan


penggantian air sebelum digunakan sesuai volume yang diprasyartakan.

Masukkan bahan/alat yang akan disterilisasi ke dalam alat kemudian


tutup dan kunci dengan benar Tutup ketel dan kunci dengan rapat. Caranya
tempatkan posisi penutup rata dengan bibir ketel uap, pasang skrup
pengaman kemudian putar kanan dan kiri bersamaan sampai betul betul
rapat.
Ingat! Pemasangan skrup pengaman tidak benar, uap akan keluar
lewat celah celah penutup. Lubang pengeluaran uap yang tertutup
bahan dan tidak terkontrol akan sangat membahayakan karena tutup ketel
bisa lepas dan terjadi semburan liar uap panas
Operasikan alat sesuai dengan prosedur. Lakukan pengaturan panas dan
waktu operasi dengan mengatur instrumen yang ada. Jangan sekali-kali
anda mengoperasikan alat tersebut sebelum anda dilatih. Akhir dari
proses ditandai dengan bunyi alarm berarti tercapainya suhu, tekanan dan
waktu sesuai yang telah ditentukan.
Uap dan tekanan yang terbentuk pada alat dibuang dengan cara membuka
saluran pembuangan uap sampai indikator menunjukkan angka 0. Ingat !
Uap yang terbuang sangat panas hati-hati jangan mengenai
anggota tubuh anda.

Buka tutup dan kunci dengan hati hati pastikan uap dan tekanan telah
habis serta pada waktu membuka posisi badan berada disamping. Hindari
uap panas yang keluar menerpa wajah anda.
Gunakan sarung tangan anti panas. Angkat bahan yang sudah disterilisasi
bersama keranjang dengan hati hati karena bahan masih keadaan panas
Setelah alat dalam keadaan dingin bersihkan alat yang digunakan dengan
cara membuang dan mencuci sisa air pada alat dan keringkan. Cabut steker
dari stop kontak. Lakukan perawatan secara berkala khususnya saluran
pengeluaran uap, pembuangan air dan kabel.
Perhatian !!
Jangan sekali-kali membuka tutup dan skrup pengaman sebelum uap panas
dan tekanan dikeluarkan sampai manometer ke posisi 0. Resiko kecelakaan
akan terjadi jika uap panas menyembur keluar dan mengenai anggota badan
anda.

c.

Pemadaman Kebakaran
STANDARD OPERATING PROCESS (SOP) Keselamatan Kerja
Penanggulangan Kebakaran

Standar operasi peralatan ini digunakan pada kegiatan penanggulangan


kebakaran, yang ditimbulkan oleh kayu, minyak, kain, kertas, gas, konslet
listrik dan kecorobohan. Resiko yang dapat ditimbulkan dari kebakaran akan
menyebabkan kerugian baik materi maupun nyawa anda. Pencegahan yang
harus dilakukan meliputi dilarang merokok, dilarang
membawa/menggunakan korek api, dilarang menggunakan kalkulator yang
tidak flame proof, dilarang memindahkan atau mempermainkan alat
pemadam kebakaran kecuali keperluan kebakaran/pengecekan.

Berikut adalah langkah kerja penanggulangan kebakaran yang harus diikuti :


Bila sendiri, segera padamkan api dengan alat pemadam terdekat. Bila
mungkin beritahu orang lain dulu baru memadamkan api. Bila berdua atau
lebih seorang membunyikan alarm yang lainnya memadamkan.
Selamatkan material atau dokumen.
Ingat ! keselamatan diri.
Bila ada korban celaka, lakukan P3K sesuai prosedur
Segera hubungi dinas kebakaran apabila tidak dapat menanggulangi
kebakaran sebutkan identitas, nama lokasi, kondisi dan korban
Ikuti prosedur darurat dan evakuasi
Lakukan Prosedur Kerja Penanggulangan Kebakaran :
No
1

Penanggulangan
Apakah semua bahan bahan
yang mudah terbakar dan
meledak disimpan dan
digunakan dengan aman ?
Apakah tersedia tempat yang
tertutup untuk untuk bahan
buangan yang mudah

Ya

Tidak

terbakar ?
3

10

Apakah instruksi instruksi


yang telah dipasang ditempat
penyimpanan maupun
pembuangan bahan bahan
yang mudah terbakar dan
meledak ?
Apak alat pemadam kebakaran
tersedia dengan jumlah dan
jenis yang memadai serta
dengan penempatan yang baik
dan mudah terlihat ?
Apakah telah ditunjuk petugas
darurat yang cukup dan
diberikan pelatihan dan
penanggulangan kebakaran
dan keadaan darurat ?
Apakah disediakan
gelandangan selang (hose rell)
yang cukup jumlahnya dan
dalam penggunaan dapat
memenuhi kebutuhan seluruh
bangunan setiap saat serta
dihubungkan dengan hydrant ?
Hidran kebakaran apakah
cukup dan baik dan secara
permanen dihubungkan dengan
persediaan air yang selalu ada
untuk digunakan dalam
keadaan dibutuhkan atau
darurat oleh petugas serta regu
pemadam kebakaran lokal ?
Bila terdapat resiko kebakaran
khsus misalnya menggunakan
magnesium, sodium dll. Apakah
tersedia peralatan khusus
untuk memadamkannya ?
Apakah terdapat sistem
peringatan kebakaran (alarm)
yang baik, terdengar dan
terlihat dengan jelas ?
Apakah secara teratur diadakan
latihan evakuasi atau
penyelamatan bagi seluruh

tenaga kerja ?
11
12

13

14

15

16

d.
a.
b.
c.

Apakah sistem alarm dan alat


pemadam diuji secara teratur
dan diberikan label ?
Apakah tanda Dilarang
merokok dipasang ditempat
kerja yang mempunyai resiko
bahaya kebakaran ?
Apakah terdapat prosedur
evakuasi penyelamatan secara
terltulis dan terpasang secara
tepat ?
Apakah disediakan sarana
penyelamatan diri dengan
cepat dan atau jalan
penyelamatan diri dengan
cepat yang bebas rintangan ?
Apakah terdapat sistem
komunikasi dan pemanggilan
regu kebakaran lokal yang
amdal ?
Apakah terpasang instruksi
instruksi dan nomor nomor
telepon dalam keadaan
bahaya ?

Prosedur dalam Memasang Tabung Gas Elpiji dan Menggunakan Kompor Gas.
Lepaskan segel plastik pada Tabung Elpiji terlebih dahulu.
Selanjutnya pasang regulator pada katup tabung Elpiji.
Setelah regulator terpasang, putar knopnya searah jarum jam sebesar 90ohingga posisinya
horizontal. Pastikan regulator tidak kendur atau dapat terlepas.

d.

Ruangan harus mempunyai sirkulasi udara yang baik, disarankan untuk membuat ventilasi udara
dibagian bawah dekat lantai ruangan. Letakkan kompor dibagian yang datar dan jauh dari bahan
yang mudah terbakar.

e.

Eratkan klem pada kedua ujung selang sebelum memasang regulator pada tabung Elpiji. Posisi
tabung Elpiji harus selalu berdiri tegak dan terhindar dari panas matahari. Pastikan

pemutar/tombol kompor harus dalam keadaan mati (off) saat menghubungkan kompor dengan
tabung Elpiji.

f. Putar knop kompor berlawanan arah jarum jam untuk menyalakan pemantik api dan atur posisi
knop untuk mengatur nyala api sesuai kebutuhan.

g.

Atur aliran udara hingga nyala api berwarna biru


h. Hindarkan tumpahnya bahan yang dimasak kedalam kompor.
i. Gunakan petunjuk atau buku panduan yang telah didapat pada saat membeli kompor baca
kembali dan pahami apabila dari pernyataan diatas yang kurang jelas atau kurang dipahami.
2.

Kesehatan Lingkungan Kerja


Pekerjaan konstruksi merupakan pekerjaan yang mengandung atau yang mempunyai potensi
terjadinya kecelakaan kerja yang cukup besar. Berbagai macam kecelakaan ditempat kegiatan
konstruksi antara lain akibat benda yang jatuh dari atas, karena terpukul, terkena benda tajam ,
terkena aliran listrik atasu kebakaran, twerpeleset, dan lain-lain.
Dari data yang ada prosentasi kecelakaan pada pekerjaan konstruksi adalah sbb:

30% - pengangkutan dan lalu lintas


29% - kejatuhan benda
5% - kebaran
26% - tergelincir, terpukul
10% - jatuh dari ketinggian
Sumber laporan ASTEK tahun 1981 1987
Bagian tubuh yang sering mendapat kecelakaan adalah : kepala, tangan, kaki padahal bagi para
pekerja bagian tubuh itu sangat penting dalam melakukan tugasnya sehari-hari.
Data tentang kecelakaan kerja ditempat kegiatan konstruksi disemua Negara pada umumnya
menunjukkan angka yang tinggi. Di Jepang kecelakaan kerja konstruksi rata-rata 42% dari total
kecelakaan kerja pada tahun 1989 dengan jumlah yang meninggal sebanyak 2412 orang. Disisi
lain gangguan akibat kerja cukup banyak, apalagi pada pekerja konstruksi yang sifat pekerjanya
keras dan dilasksanakan pada lingkungan kerja yang umumnya terbuka. Pekerjaan konstruksi
terkadang harus dilakukan dalam cuaca yang kurang bersahabat, terkadang dingin terkadang
panas, hujan, atau angin kencang. Disamping pekerjaan konstruksi harus dilakukan pada tempat

yang berair, lembab gelap dan sebagainya.Bahan yang dipergunakan pada pekerja konstruksi
disamping berasal dari bahan-bahan alami juga banyak dari bahan buatan yang tidak jarang
mengandung bahan kimia yang mempunyai efek berbahaya bagi para pekerja.
Hal-hal seperti itu merupakan sumber penyakit akibat kerja atau juga dapat disebut sebagai
penyakit jabatan, karena pekerja sakit akibat kerja atau sakit yang diperoleh pada waktu
melakukan pekerjaan.
Menurut undang-undang, penyakit akibat kerja adalah penyakit yang timbul karena hubungan
kerja dalam hal ini juga termasuk kecelakaan kerja.

Penyakit akibat kerja harus mendapatkan perhatian secara khusus karana:


1. Penyakit yang terjadi dapat menimbulkan cacat
2. Penyebabnya adalah akibat perbuatan manusia, peralatan atau bahan yang dipergunakan.
3. Penyakit akibat kerja akan menurunkan produktivitas dan kemampuan pekerja
3. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Telah diurikan pada modul 1, bahwa penyebab terjadinya kecelakaan adalah faktor manusia dan
faktor konstruksi, alat dan lingkungan. Kunci pencegahan terjadinya kecelakaan adalah
mendorong adanya ketertiban dan disiplin kerja serta menjaga agar keadaan lapangan tertata
dengan baik, teratur dan bersih.
Perencanaan K3 adalah program yang harus diperhitungkan oleh kontraktor sebelum
pelaksanaan tender. Hal ini harus dilakukan agar tercipta lingkungan kerja yang aman serta
tercapainya kesejahteraan dalam bekerja baik bagi pekerja, lingkungan maupun property.
Perencanaan K3 meliputi:
1. Pemilihan sistim dan peralatan
a. Metode kerja
b. Penggunaan peralatan berat (crane, excavater, shovel,dll)
2. Perhitungan kekuatan dan stabilitas dari sarana kerja seperti:
a. Platform
b. Jaring pengaman
c. Tangga darurat
d. Penutup lubang, dll
3. Penentu prosedur kerja
4. Penempatan prasarana kerja baik bahan maupun peralatan
5. Mengidentifikasi potensi bahaya dengan mengantisipasinya:
a. Terjatuhnya dari ketinggian
b. Kebakaran
c. Peledakan akibat mesin atau listrik
d. Benda yang jatuh dari atas
e. Merencanakan biaya yang diperlukan

Kunci utama yang harus dilakukan pekerja untuk menghindari terjadinya krecelakaan kerja yaitu
disiplin dalam bekerja serta selalu menjaga tempat kerjanya agar tetap bersih, rapi dan tertata
dengan baik. Selain itu hal lain yang dapat dilakukan untuk terus menumbuhkan kesadaran
pekerjaan adalah :
1. Mengadakan Kampanye dan penyuluhan K3 secara teratur untuk menumbuhkan
kesadaran mengenai arti penting K3.
2. Mengadakan latihan dan demonstrasi K3 bagi para pekerja maupun staf kontraktor.
3. Melakukan pengecekan secara teratur.
4. Memasang poster-poster dan tanda-tanda K3 pada tempat-tempat yang strategis.
5. Memberikan sanksi yang tegas bagi mereka yang tidak disiplin dan mematuhi peraturan
K3 serta memberi penghargaan bagi mereka yang disiplin dan patuh melaksanakan K3.
6. Usahakan adanya pertemuan, diskusi dan dialog tentang K3 baik dengan pekerja maupun
staf, sebelum mulai atau setelah selesai bekeraja, selama proyek berjalan dan dilakukuan
secara berkala.
Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh factor teknis yang meliputi konstruksi,
penggunaan alat, bahan dan factor lingkungan telah secara rinci diuraikan dalam buku Pedoman
Keselamatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi yang merupakan Surat Keputusan
Bersama Mentri Tenaga Kerja dan Mentri Pekerjaan Umum dan dijadikan buku acuan di tempat
kegiatan konstruksi.
Pada buku ini disajikan beberapa hal yang penting berupa suatu ilustrasi dan contoh-contoh yang
didasarkan pada praktik lapangan anatra lain :
d.

Pencegahan kecelakaan akibat angkutan, penggunaan alat dan lalu lintas.

Kecelakaan yang disebabkan oleh angkutan lalu lintas termasuk sebanyak (30%). Pengaturan
lalu lintas, pengangkutan bahan, alat serta cara penggunaan alat perlu mendapat perhatian.
Penempatan bahan, alat pada lokasi proyek perlu diencanakan sebaik-baiknya, agar pada waktu
bahan dan alat tersebut akan diangkut dan digunakan tidak membahayakan para pekerja dan
tidak mengganggu lalu lintas di tempat kerja.
Sebagai contoh ketentuan penggunaan peralatan perpindahan tanah,dirinci dalam :
e. Ketentuan persyaratan alat pemindahan tanah itu sendiri. Alat harus dalam keadaan baik
untuk digunakan, perlengkapan peralatan diantaranya data dan informasi alat, lampu sain,
lampu sinyal, alat peredam dan lain-lain harus lengkap dan dalam keadaan baik;

f. Ketentuan persyaratan operatornya, antara lain keterampilannya, alat perlindungannya,


perlemgkapan dan lain-lain;
g. Cara penggunaan dari cara menghidupkan mesin, cara mengoperasikan, cara memarkir
dan lain-lain.
h. Pencegahan kecelakaan yang disebabkan oleh kejatuhan benda (29%) antara lain :
Untuk menghindari benda-benda yang jatuh dari bangunan perlu dipasang jaring/jala.
Benda-benda yang tidak terpakai tidak boleh dibuang dengan cara menjatuhkan ke bawah.
Bila memindahkan benda yang berat dan sulit harus ada alat pengaman agar tidak menimbulkan
bahaya.
i. Bangunan bantu seperti perancah harus dibuat yang kokoh agar tidak roboh.
j. Pekerja harus menggunakan helm
k. Pencegahan kecelakaan yang disebabkan tergelincir, terpukul, terkena benda tajam/keras
antara lain :

Jalan kerja dan injakan kaki, harus dijaga agar tetap bersih dan tidak licin.
Cara kerja harus dalam posisi dan sikap yang betul.
Jangan menggunakan alat kerja yang bukan semestinya, misalnya pahat untuk memukul kayu.
Pakailah sepatu kerja, sarung tangan kerja dan helm.
l.
Pencegahan kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi.
Kecelakaan jatuh dari tempat yang tinggi sering terjadi pada pekerjaan atap, pembuatan dinding
yang tinggi seperti plesteran maupun keramik dinding, pekerja langit-langit dan lain-lain
sehingga perlu menggunakan perancah.
Pencegahan kecelakaan karena jatuh dari tempat yang tinggi, antara lain :
a. Perancah harus dibuat yang baik dam kokoh, tidak ada perancahyang dibuat secara
darurat.
b. Perancah harus terkait pada bangunan sehingga tidak roboh.
c. Perancah tidak boleh dimuati melampaui kekuatanya.
d. Papan untuk injakan kait dibuat dari papan kayu yang kuat dan harus lebih dari satu
papan.

Maksudnya bila ada satu papan yang patah masih ada papan yang lain:
1) Papan injakan/plat form agar diberi tanda maximum kemampuan atau 80% x kemampuan.
2) Injakan harus diberi pegangan.

e. Lantai perancah harus tetap bersih dan tidak licin.


f. Pekerja menggunakan sabuk dan tali pengaman.
m. Pencegahan akibat terkena lairan listrik, kebakaran dan ledakan.
Kecelakaan akibat terkena aliran listrik dan kebakaran jarang terjadi tetapi berakibat fatal. Orang
terkena kecelakaan ini mengalami luka parah bahkan meninggal. Oleh karena itu pencegahan
dilakukan.
a. Aliran listrik.
Aliran listrik perlu ditangani oleh orang yang trampil dan ahli.
Tempat-tempat yang ada aliran listrik/kabel-kabel harus diberi tanda yang jelas. Pada waktu
pemasangan diawasi oleh pengawas yang berkompeten dan sampai uji coba penggunaanya.
b. Kebakaran.
Kebakaran biasanya dimulai dari api kecil dan api menjadi besar bila disekeliling sumber api
terdapat bahan-bahan yang mudah terbakar. Oleh karena itu hindari api sekecil apapun.
Bahan yang mudah terbakar, seperti persediaan minyak, minyak cat, kayu harus jauh dari sumber
api. Di tempat bahan-bahan yang mudah terbakar harus diberi tanda dilarang merokok.
Bila di lokasi ada bedeng tempat menginap, harus dikontrol secara rutin. Aliran listrik perlu
mendapat pengamanan yang baik dan pengecekan secara rutin.
c.

Ledakan.
Pada proyek besar kadang kadang perlu meledakkan bagian lapangan yang terlalu keras. Untuk
meledakkan lapangan itu perlu ada ijin dan harus mengikuti prosedur yang ditetapkan.
Untuk mencegah terjadinya kecelakaan sekitar daerah yang akan diledakkan harus diamankan
denga cara memberi tanda dilarang masuk. Pada saat akan memberi peledakan perlu diadakan
penjagaan

a.
b.
c.
d.
e.

n. Bagian tubuh yang perlu dilindungi


Bagian tubuh yang sering mendapat kecelakaan adalah kepala, tangan dan kaki. Oleh karena itu,
bagian tubuh tersebut perlu mendapat perlindungan secukupnya, sesuai dengan sifat pekerjaan
yang dilakukan. Alat perlindungan bagian tubuh tersebut adalah sebagai berikut:
helm
sepatu
sarung tangan
pelindung pernafasan
sabuk pengamanan & tali pengaman.

4.Pencegahan Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja merupakan suatu hambatan pada tingkat pengamanan
maupun keamanan dalam bekerja. Hal ini tentu dapat menghambat produktivitas kerja. Untuk itu

perlu adanya pengenalan terhadap lingkungan kerja, pengendalian lingkungan kerja, pengertian
serta usaha pencegahan, baik untuk keselamatan maupun kesehatan kerja, serta perlu adanya
hubungan baik antara sesama tenaga kerja maupun pimpinan.
Usaha pencegahan akibat kekurangan segi teknis dibidang konstruksi dapat dilakukan dengan
desain kerja yang baik, serta organisasi/pengaturan kerja.
Pencegahan penyakit akibat kerja dapat dilakukan dengan:
a. Substitusi
Mengganti bahan-bahan yang membahayakan tubuh manusia dengan bahan yang tidak
berbahayakan tanpa mengurangi hasil dan mitos.
b. Isolasi
Menjauhkan atau memisahkan suatu proses pekerjaan yang mengganggu atau membahayakan
pekerja.
c. Ventilasi
Membuat ventilasi ditempat kerja , sehingga sirkulasi udara dapat terjaga.
d. Alat pelindung diri (APD)
Alat pelindung diri berupa aksesoris yang telah dirancang agar mampu melindungi pekerja dari
penyakit atau kecelakaan kerja. Alat ini berbentuk pakaian, topi pelindung kepala, sarung tangan,
sepatu yang dilapisi baja bagian depan untuk menahan beban yang berat, masker khusus untuk
melindungi alat pernafasan terhadap debu astau gas yang berbahaya, kacamata khusus dan
sebagainya.
e. Latihan informasi sebelum bekerja
Agar pekerja mengetahui dan lebih berhati-hati terhadap kemungkinan adanya bahaya
kecelakaan kerja maka dianjurkan sebelum bekerja diberi pengetahuan tentang pendidikan
keselamatan dan kesehatan kerja secara teratur sehingga para pekerja sadar akan resiko dari
pekerjaan yang mereka jalani dan mampu bekerja secara lebih berhati hati.
f. Pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja.
Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerjadan secara berkala untuk mengetahui faktor
penyebab dari gangguan kesehatan yang timbul pada pekerja.
g. Istirahat dalam bekerja
dianjurkan pada saat bekerja semua pekerja diberi waktu untuk istirahat lebih kurang sepuluh
menit secara serentak
5.Pengendalian Potensi Bahaya
Dalam lingkungan kerja, sering kali manusia dihadapkan dengan berbagai macam hazard dan
resiko yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Manifestasi dari bahaya industri
tidak hanya terjadi pada tenaga kerja, melainkan pada masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Potensi bahaya ini perlu dikelola melalui empat tahap yaitu:
1. Mengenal potensi bahaya (hazard identification)
a. Mempelajari dan mengenal standar atau prosedur misalnya pada petunjuk teknis, brosur,leaflet,
MSDS dan sebagainya
b. Menggunakan daftar periksa(check list) atau berdasarkan pada pengalaman pada unit/bagian
sejenis dan diskusi
c. Memakai metode identifikasi bahaya, sekaligus analisisnya

2. Menganalisis potensi bahaya (hazard analysis)


a. Menentukan besarnya bahaya
b. Seberapa seriusnya bahaya
c. Seberapa besar kemungkinan hazard akan terjadi.
3. Meniadakan dan mengendalikan potensi bahaya (hazard elimination and control)
a. Upaya menemukan solusi untuk mencegah bahaya
b. Upaya penanggulangan potensi bahaya
4. Tindakan penanggulangan potensi bahaya (hazard recovery)
a. Penanganan bahaya jika upaya pengendalian bahaya mengalami kegagalan
b. Upaya mengurangi akibat
c. Rehabilitasi
6.Analisis Kecelakaan Kerja
Analisa kecelakaan kerja dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi, menentukan
penyebab kecelakaan, mengukur resiko kecelakaan, menentukan kecendrungan kecelakaan serta
mengembangkan pengawasan yang harus dilakukan. Analisis ini sangat diperlukan sehingga
kecelakaan yang sama tidak terulang kembali. Kecelakaan yang perlu dianalisis yaitu :
o. 1. Setiap kecelakaan baik yang membawa kerugian maupun tidak membawa kerugian.
p. 2. Keadaan nyaris celaka (near-miss)
Untuk menganalisis kecelakaankerja yang harus dilakukan adalah :
q. Analisa dilakukan oleh petugas yang berwenang dan terlatih, pengawas kerja, atau menejer
madya
r. Mengumpulkan semua informasi terkait dengan kecelakaan kerja, serta melengkapinya
dengan laporan teknis.
s. Semua informasi yang telah didapat kemudian dianalisa dengan mencari hubungan yang
logis.
7.Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK)
Pada setiap lokasi pekerjaan konstruksi perlu disiapkan kemampuan untuk dapat melakukan
pertolongan pertama pada kecelakaan (PPPK) serta tindak lanjutnya. Untuk dapat melakukan
PPPK dan tindak lanjutnya di proyek, perlu adanya orang yang dapat melakukan PPPK, alat dan
bahan PPPK, daftar nama, alamat, nomor telepon dari orang, instansi yang harus dihubungi
apabila terjadi kecelakaan atau musibah, seperti klinik, rumah sakit, pemadam kebakaran, dan
lain-lain.
Di proyek perlu disediakan petunjuk pertolongan, bila terjadi kecelakaan atau musibah.
1. Orang yang dapat melakukan PPPK.
Orang ini dapat sebagai petugas khusus tentang PPPK ataupun mereka yang pernah mengikuti
latihan PPPK. Mereka itu boleh staf kontraktor maupun para tukang yang pernah mengikuti
kursus PPPK. Bila dipandang perlu dapat mengutus orang untuk mengikuti latihan PPPK.

2. Alat dan bahan.


Alat, bahan dan alat-alat PPPK dilokasi proyek harus disediakan oleh pihak kontraktor. Setidaktidaknya tersedia kotak PPPK beserta isi yang lengkap. Kotak PPPK harus dikontrol setiap saat,
jangan sampai terjadi pada saat yang diperlukan, isi kotak PPPK kurang atau jumlahnya tinggal
sedikit.
3. Daftar nama, alamat, nomor telepon.
Pada kantor proyek harus tersedia daftar nama, alamat, nomor kantor, nomor instansi yang harus
dihubungi bila terjadi keadaan darurat yang perlu bantuan pihak lain.
4. Petunjuk.
Petunjuk yang jelas, berupa poster ataupun papan-papan petunjuk yang dipasang dikantor proyek
atau ditempat tempat yang strategis harus dilakukan dalam jumlah yang memadai. Petunjuk
mengingatkan kepada semua pihak untuk berhati-hati. Petunjuk yang ditempelkan pada papan
yang menghalangi sering sangat membantu bahwa sekitar tempat tersebut berbahaya.
5. Cara memberikan petolongan pertama.
Berikut ini akan disampaikan contoh pertolongan pertama, yaitu memberikan nafas buatan bila
terjadi pernafasan terhenti, maka dapat dicoba dengan memberika pernafasan buatan ke mulut
korban dengan cara :
a. Mengindarkan suatu hambatan dari mulut, dengan jalan membuka mulut si korban denan jarijari;
b. Tangan yang masuk ke dalam mulut si korban harus bersih, untuk menghindari kuman dan
benda asing;
c. Memegang tengkuk atau leher si korban dengan hati-hati dan membaringkannya sambil
kepalanya dibawahkan;
d. Tekan sudut rahangnya ke depan dari belakang untuk meyakinkan bahwa lidahnya terjulur dan
nafasnya bebas;
e. Buka mulutnya lebar-lebar dan tarik nafas dalam-dalam. Pijit lubang hidungnya dan padukan
dengan mulutnya. Hembuskan dengan keras ke dalam paru-parunya sampai penuh. Lepaskan
mulutnya dan perhatikan gerakan si korban. Ulangi lagi cara di atas sampai si korban bernafas
kembali.

a.
b.
c.
d.
e.

a.

Bila bekerja sendirian, pijitan jantung masih dapat diterapkan sambil melakukan pernafasan dari
mulut ke mulut.
Berlutut di samping korban dekat dadanya;
Lakukanlah beberapa kali pernafasan buatan seperti yang telah diuraikan sebelumnya;
Gantilah dengan cara pijitan jantung dan tekanlah lima kali selang satu detik;
Berilah hembusan lagi;
Ulangi pijitan lima kali, lanjutkan pernafasan buatan ini berganti-ganti, yaitu satu kali hembusan
dan lima kali penekanan dada sampai pertolongan datang.
Bila memingkinkan ada seseorang yang membantu, yakni dengan melakukan pemijitan jantung
guna mebantu meningkatkan peredaran darah yakni:
Berlutut samping korban dekat dadanya;

b.
c.
d.

Letakkan tangan pada tulang rusuk dada korban;


Tekan kedua tanganmu dengan kuat kedepan si korban sampai kira-kira 5 cm (tidak boleh lebih
dari 5 cm);
Ulangi gerakan ini terus menerus selang satu detik dan lakukan dengan hati-hati, karena bila
dikerjakan dengan kekerasan akan berbahaya.

8. Pemeriksaan Kesehatan
Pemeriksaan kesehatan kerja perlu dilakukan secara teratur, lebih-lebih bila diketahui adanya
penyakit berjangkit secara cepat di tempat kerja. Misalnya sakit mata yang biasanya dianggap
sakit ringan itu, bila terjadi pada pekerja maka sakit mata tersebut sebaiknya mendapat perhatian
karena penyakit tersebut mudah atau cepat menular. Bayangkan sebagian pekerja sakit mata, bisa
menimbulkan pekerjaan terganggu. Untuk pekerja yang bertugas pada pekerjaan yang berpolusi
menimbulkan penyakit, perlu dilakukan pengobatan secara kontinu.
Bila pekerjaan dilaksankan bertahun-tahun, bahkan sampai purna bakti, pemeriksaan kesehatan
secara berkala sangat dianjurkan. Ini dilakukan agar penyakit akibat kerja dapat dicegah sedini
mungkin, sehingga tenaga kerja selalu keadaan sehat dalam bekerja. Maka akan terjadi
efektivitas dan efisiensi baiaya akhirnya perusahaan akan menuai keuntungan yang berlipat.
Pemeriksaan kesehatan secara berkala ditangani oleh petugas yang diberikan wewenang untuk
mengatur pengelolaannya dan memberikan informasi kepada setiap staf/kariawan yang telah tiba
waktunya untuk mengontrol kesehatan serta memberikan rekomendasi/rujukan pada
tempat/rumah sakit yang dituju.
9.Alat Pelindung Diri
Sejak dahulu para pengusaha dan para pekerja sudah berusaha untuk melindungi diri mereka dari
terjadinya kecelakaan yang mungkin dapat menimpa mereka. Alat pelindung diri itu dapat
berupa pakaian, topi untuk melindungi diri dari serangan cuaca atau sepatu yang kuat agar
meraka dapat bekerja dengan nyaman tanpa terganggu.
Seiring dengan kemajuan teknologi, alat pelindung diri (APD) semakin beragam bentuk dan
fungsinya dan ini sangat membantu menurunkan jumlah pekerja yang cidera atau meninggal
akibat kecelakaan kerja.
Di Negara berkembang seperti Indonesia, kesadaran akan penggunaan APD relative masih sangat
kurang. Menurut data yang ada pada jamsostek, lebih dari 8000 kecelakaan kerja yang terjadi di
Indonesia atau hampir 30 kali setiap hari terjadi kecelakaan kerja. Angka tersebut baru dari
laporan PT. Jamsostek untuk keperluan pemberian santunan, belum lagi kecelakaan yang
didiamkan, atau tidak berakibat fatal yang terkadang memang sengaja ditutup-tutupi oleh
kontraktor untuk menghindari masalah dengan pihak yang berwajib (polisi dan departemen
tenaga kerja).
Kerugian yang ditimbulkan akibat kecelakaan kerja ini cukup besar, disamping pengeluara biaya
untuk berobat juga kerugian waktu yang hilang serta berkurangnya asset nasional berupa tenga
terampil di bidang jasa konstruksi.

Banyak kontraktor secara sengaja mengelak dalam kewajibannya untuk menyediakan APD yang
memadai dengan alasan tidak dianggarkan dalam proyek dan tujuan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya. Sebenarnya dengan penyedian APD yang cukup, kontraktor
justru telah menjaga dirinya untuk tidak mengeluarkan biaya yang tak terduga yang timbul akibat
kecelakaan kerja sehingga target keuntungan yang akan diraih tak kan berkurang.
Pemerintah dengan Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan
kerja telah mewajibkan kepada para pengelola pekerjaan untuk menyediakan APD dan
mewajibkan para pekerja untuk memakainya. Undang-undang ini diperkuat dengan peraturanperaturan dari menteri yang terkait seperti peraturan menteri tenaga kerja dan menteri pekejaan
umum dengan terbitnya pedoman keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kegiatan konstruksi
Penggunaan APD yang standar sangat diperlukan, karena banyak kasus dimana pekerja yang
sudah menggunakan APD masih bisa terkena kecelakaan akibat alat yang dipakainya tidak
memenuhi standar.
Kewajiban Untuk Menyediakan dan Memakai APD
Ketentuan untuk menyediakan dan memakai APD bagi pengusaha bagi pengusaha dan pekerja
konstruksi tertuang dalam Undang-undang tahun 1970 tentang keselamatan dan kesehatan kerja.
Di bawah ini adalah kutipan sebagian isi undang-undang tersebut :

(1)
a.
b.
c.

1.
2.
3.

BAB V
Pembinaan
Pasal 9
Pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang :
kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta yang dapat timbul ditempat kerja
semua pengaman dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerjanya
alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan
BAB VIII
Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja
Pasal 12
Dengan Peraturan dan Perundangan diatur hak dan kewajiban tenaga kerja untuk :
Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan
Semua dan memntaati semua syarat-syarat keselamatan dan kesehatan kerja yang diwajibkan
Menyatakan keberatan kerja pada pekerjaan dimana keselamatan kerja yang diwajibkan
diragukan olehnya dst.
BAB X
Kewajiban Pengurus
Pasal 14
Menyediakan secara Cuma-cuma Alat Perlindungan Diri yang diwajibkan kepada tenaga kerja
yang berada di bawah pimpinannya .dst
Alat Perlindungan Diri pada Pekerjaan Konstruksi
Hampir semua APD dipkai pada bidang industri dan jasa lain dipakai dan digunakan juga dalam
dunia konstruksi, karena dunia konstruksi bukan hanya membangun fasilitas baru tetapi juga
memelihara dan memperbaiki suatu fasilitas yang masih berjalan.

Alat-alat yang lazim dipakai dlam jasa konstruks antara lain :


1.Topi keselamatan (Safety Helmet) untuk bekerja di tempat beresiko karena benda jatuh atau
melayang, dan dilengkapi dengan ikatan kedagu untuk menghalangi terlepasnya helmet dari
kepala akibat menunduk atau karena benda jatuh
2.Sepatu keselamatan (safety booth) untuk mengindari kecelakaan yang diakibatkan tersandung
bahan keras seperti logam atau kayu, terinjak atau terhimpit beban berat atau mencegah luka
bakar pada waktu mengelas. Sepatu boot karet bila bekerja pada pekerjaan tanah dan pengecoran
beton.
3.Sabuk pengaman (safety belt) untuk mencegah cedera yang lebih parah pada pekerja yang bekerja
di ketinggian (tinggi > 2m)
4.Kaca mata pelindung (protective goggles) untuk melindungi meta dari percikan logam cair,
percikan bahan kimia, seta kacamata pelindung untuk pekerjaan menggerinda dan pekejaan
berdebu.
5.Masker gas dan masker debu adalah alat perlindungan untuk melindungi pernafasan dari gas
beracun dan berdebu.
6.Masker pelindung pengelasan yang dilengkapi kaca pengaman (shade of lens) yang disesuaikan
dengan diameter las (welding rod). Untuk welding rod 1/16 sampai 5/32 gunakan shade no 10.
untuk welding rod 3/16 sampai 1/4 gunakan shade no 13
7.Pelindung pendengaran untuk mencegah rusaknya pendengaran akibat suara bising di atas ambang
aman seperti pekerjaan plat logam
8.Sarung tangan untuk pekerjaan yang dapat menimbulkan cedera lecet atau terluka pada tangan
seperti pekerjaan pembesian fabrikasi dan penyetelan, pekerjaan les, membawa barang-barang
berbahaya dan korosif seperti asam dan alkali.
Ada berbagai sarung tangan yang dikenal antara lain :
a. Sarung tangan kulit
b. Sarung tangan katun
c. Sarung tangan karet untuk isolasi
Sarung tangan kulit digunakan untuk pekerjaan pengelasan, pemindahan pipa dll.
Sarung tangan katun digunakan pada pekerja besi beton, pekerjaan bobokan dan batu,
pelindung pada waktu harus menaiki tangga untuk pekerjaan ketinggian.
Sarung tangan karet untuk pekerjaan listrik yang dijaga agar tidak ada yang dirobek supaya
tidak terjadi bahaya kena arus listrik
Disamping alat pelindung diri diatas, pekerja harus berpakaian yang komplit sesuai dengan jenis
pekerjaan yang ditanganinya seperti tukang las harus dilengkapi jaket/rompi kulit atau minimal
harus memekai kaos dan celana panjang.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan APD
APD akan berfungsi dengan sempurna apabila telah sesuai dengan standar yang ditentukan dan
dipakai secara baik dan benar. Hal-hal yang perlu diperhatikan :
1. Sediakanlah APD yang telah teruji dan telah memiliki SNI atau standar Internasional lainnya
yang diakui.
2. Pakailah APD yang sesuai dengan jenis pekerjaan walaupun pekerjaan tersebut hanya
memerlukan waktu yng singkat.
3. APD harus dipakai dengan tepat dan benar

4. Jadikanlah kebiasaan memakai APD menjadi budaya. Ketidaknyamanan dalam memakai APD
jangan dijadikan alas an untuk menolak memakainya
5. APD tidak boleh diubah-ubah pemakaiannya , kalau memang terasa tidak nyaman dipakai harus
dilaporkan kepada atasan atay pemberi kewajiban pemakaian alat tersebut.
6. APD dijaga agar tetap berfungsi dengan baik.
7. Semua pekerja, pengunjung dan mitra kerja yang ada dilokasi proyek konstruksi harus memakai
APD yang diwajibkan , seperti topi keselamatan,
Standar yang dipakai
Apabila akan membeli APD kita harus berpedoman kepada standar industri yang berlaku. Belilah
hanya barang yang telah mencentumkan kode SNI (STANDAR NASIONAL INDONESIA) atau
JIS untuk barang buatan Jepangn ANSI , BP dsb. Tergantung dari Negara asal berang kebutuhan
proyek dan dinyatakan layak untuk pekerjaan di maksud.
a.
b.
c.
d.

Di bawah ini beberapa contoh standar APD dengan SNI dam standar internasional lainnya.
Helmet (topi pengaman) : ANZI Z 89,1997 standar
Sepatu pengaman (safety boot) : SII-0645-82, DIN 4843,
Australian standard AS/NZS 2210.3.2000.ANZI Z 41PT 99,SS 105,1997
Sabuk pengaman : EN 795 Class C ANZI OSHA
Banyak lagi standard-standard yang diberlakukan di Negara maju, tetapi yang lebih penting
kalau kita memakai produk dalam negeri ujilah ketahanannya terhadap suatu beban yang akan
diberikan kepadanya dengan toleransi minimal 50%. Hal ini penting karena mungkin bagi
kontraktor kecil dan menengah apabila harus menyediakan pridu impor akan menjadi beban yang
berat bagi keuangan perusahaan. Perlu juga dipertimbangkan daya tahan dan kualitas barang
yang ada untuk pemakaian beberapa proyek pekerjaan atau beberapa periode pekerjaan sehingga
akan menghemat pengeluaran.

BAB III
PE N I LAIAN
Soal Esay :
1. Buatlah 5 Prosedur Kerja yang anda ketahui untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja bila
prosedur tersebut diterapkan !
2. Jelaskan minimal 3 upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah kecelakaan kerja !
3. Pencegahan penyakit akibat kerja bidang konstruksi dapat dikalukan dengan beberapa upaya.
Sebutkan dan jelaskan !
4. Sebutkan dan Jelaskan potensi-potensi yang mengakibatkan kecelakaan kerja pada pekerjaan
konstruksi !
5. Bila terjadi kecelakaan kerja di lokasi kerja, anda wajib melakukan tindakan PPPK pada si
korban. Buatlah satu contoh pertolongan pertama yang anda lakukan bila seseorang pekerja
mengalami kecelakaan jatuh dari tempat ketinggian !
6. Jelaskan fungsi-fungsi APD dibawah ini :
a. Safety helmet
b. Safety Belt
c. Safty Booth
d. Sarung tangan kulit
e. Sarung tangan katun
f. Sarung tangan karet

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1982. Keselamatan Kerja dalam Tatalaksana Bengkel 1, Jakarta:
Direkturat Pendidikan Menengah Kejuruan
Departemen Pekerjaan Umum, 2005. Pedoman Penyelenggaraan Pemberdayaan Penanggungjawab Teknik
Badan Usaha Jasa Konstruksi Kualifikasi Kecil, Jakarta: Badan Pembinaan Konstruksi dan
Sumber Daya Manusia
Ervianto Wulfran I, 2005. Manajemen Proyek Konstruksi, Yogyakarta: CV. Andi Offset
John Ridley, 2008. Kesehatan dan Keselamatan Kerja Ikhtisar, Jakarta: Penerbit Erlangga
Manahara R. Siahaan, 2006. K3 dan Lingkungan, Jakarta: Asosiasi Tenaga Ahli Konstruksi Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai