PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh bergantung pada
oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Oksigen sangat penting dalam
kelangsungan hidup sel dan juga jaringan tubuh.oksigen diperlukan oleh jaringan untuk
proses metalbolisme tubuh secara terus menerus, melalui metabolisme aerob yang
prosesnya membentuk energy dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada
oksigen untuk bertahan hidup. Namun ada beberapa jaringan yang dapat bertahan
tanpa oksigen melalui metabolism anaerob, sebuah proses dimana jaringan ini
menyediakan energy mereka sendiri tanpa adanya oksigen.
Oksigen dapat diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas. Di atmosfer, selain
oksigen juga terdapat karbon dioksida ( CO2 ),nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain
seperti argon dan helium.
B. Tujuan
1. Mengetahui System pernapasan
2. Mengetahui mekanisme pernapasan
3. Mengetahui otot - otot pernapasan
4. Mengetahui pengaturan pernapasan
5. Mengetahui sistem hematologi
6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi oksigenasi
7. Mengetahui tipe kekurangan oksigen dalam tubuh
8. Mengetahui terapi oksigen
9. Mengetahui perubahan fungsi pernapasan
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1
A. Pengertian Oksigenasi
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terusmenerus, gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi
tubuh,salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya selalu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Sebagai hasilnya ,
terbentuklah karbon dioksida, energi dan air. Akan tetapi, penambahan CO 2 yang
melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Di
atmosfer,gas selain oksigen juga terdapat CO2 , N2, dan unsur lain seperti argon dan
helium. Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia/fisika).
Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar masuk ke dalam bidang
garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, perawat perlu memahami
konsep oksigenasi pada manusia.
B. Konsep Dasar Oksigenasi
1. System pernapasan
Sistem pernapasan (respirasi) berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran
sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan
terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya
oksigen akn di difusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam
proses metabolisme.
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen
masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring,
laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea,
brokus utama, brokus sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus,
dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udara ke organ
pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk
pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan
bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembapkan gas. Sedangkan fungsi
organ pernapasan bagian bawah, selain sebagai tempat masuknya oksigen, berperan
juga dalam proses difusi gas.
a. Respirasi
Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida baik yang
terjadi di paru-paru mapun di jaringan. Fungsi utama yaitu untuk memperoleh
O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang
dihasilkan oleh sel.
2
1) Respirasi eksternal
Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di paru-paru
dan kapiler pulmona dengan lingkungan luar. Pertukaran gas ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan dan konsentrasi antara udara lingkungan
dengan paru-paru. Konsentrasi gas di atmosfer terdiri atas nitrogen
(78,62%), oksigen (20,84%), karbon dioksida (0,04%), dan air (0,5%).
Adanya konsentrasi gas menimbulkan tekanan parsial dari masing-masing
gas tersebut.
Tekanan parsial gas adalah tekanan yang diberikan oleh gas dalam suatu gas
campuran (hukum gas). Dengan demikian, perbedaan konsentrasi gas
mengakibatkan perbedaan tekanan parsial gas. Misalnya, konsentrasi
oksigen di alveoli lebih tinggi dari konsentrasi di kapiler pulmonal ,
sehingga tekanan parsial gas juga lebih tinggi pula. Keadaan ini
mengakibatkan pergerakan oksigen masuk ke kapiler pulmonal. Sementara
itu, tekanan parsial karbon dioksida di alveoli lebih rendah dibandingkan di
kapiler pulmonal sehingga karbon dioksida akan bergerak ke luar kapiler.
Respirasi eksternal melibatkan kegiatan-kegiatan berikut ini.
a) Pertukaran udara dari luar atau atmosfer dengan udara alveoli melalui aksi
mekanik yang disebut ventilasi
b) Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dengan kapiler
pulmonal melalui proses difusi.
c) Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah dari paru-paru ke
seluruh tubuh dan sebaliknya.
d) Pertukaran oksigen dan karbon dioksida darah dalam pembuluh kapiler
jaringan dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi.
Respirasi eksternal tergantung dari perbedaan tekanan parsial, luas area
permukaan untuk pertukaran gas, jarak difusi melewati membran alveoli
dengan kapiler, dan kecepatan aliran udara masuk dan keluar paru-paru.
2) Respirasi internal
merupakan proses pemanfaatan oksigen dalam sel yang terjadi di
mitokondria untuk metabolisme dan produksi karbon dioksida. Proses
pertukaran gas pada respirasi internal hampir sama dengan proses respirasi
eksternal. Adanya peranan tekanan parsial gas dan proses difusi untuk
pertukaran gas antara kapiler sistematik dengan ke jaringan.Tekanan parsial
oksigen (pO2) di jaringan selalu lebih rendah dari darah arteri sistemik
dengan perbandingan 40 mmHg dan 104 mmHg.Dengan demikian,oksigen
akan masuk dari kapiler sistemik ke jaringan sampai terjadi
keseimbangan,sedangkan karbon dioksida akan bergerak dengan cepat
masuk ke aliran vena dan kembali ke jantung.
b. Mekanisme pernapasan
Pernapasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan udara dari
dan ke paru-paru. Proses bernapas terdiri atas dua fase, yaitu : inspirasi (periode
ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara
meninggalkan paru-paru keluar ke atmosfer).
1) Tekanan atmosfer, yaitu tekanan udara luar, besarnya sekitar 760 mmHg.
Tekanan ini diakibatkan oleh kandungan gas yang berada di atmosfer.
2) Tekanan intrapulmonal atau intraalveoli, yaitu tekanan yang terjadi dalam
alveoli paru-paru. Ketika bernapas normal atau biasa terjadi perbedaan
tekanan dengan atmosfer. Pada saat inspirasi, tekanan intrapulmonal 759
mmHg, lebih rendah 1 mmHg dari atmosfer dan pada saat ekspirasi
tekanannya menjadi lebih tinggi +1 mmHg menjadi 761 mmHg. Tekanan
intrapulmonal akan meningkat ketika bernapas maksimum, pada inspirasi
perbedaan tekanan dapat mencapai -30 mmHg dan ekspirasi + 100 mmHg.
3) Tekanan intrapleura, adalah tekanan yang terjadi pada rongga pleura yaitu
ruang antara pleura pleura parietalis dan viselaris. Besarnya tekanan ini
kurang dari tekanan pada alveoli atau atmosfer sekitar -4 mmHg atau sekitar
756 mmHg pada pernapasan biasa dan dapat mencapai -18 mmHg pada
inspirasi dalam atau kuat.
c. Inspirasi
Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli dibawah tekanan atmosfer. Otot yang
paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, bentuknya melengkung dan
melekat pada iga paling bawah dan otot interkosta eksterna. Ketika diafragma
4
berkontrasi, bentuknya menjadi datar dan menekan bagian bawahnya yaitu isi
abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran rongga
toraks dan paru-paru. Meningkatnya ukuran dada menurunkan tekanan
intrapleura sehingga paru-paru mengembang. Mengembangnya paru-paru
berakibat pada turunnya tekanan alveolus sehingga udara bergerak menurut
gradien tekanan dari atmosfer ke paru-paru. Hal ini terus berlangsung sampai
tekanan menjadi sama dengan tekanan atmosfer, demikian seterusnya. Sebelum
inspirasi dimulai, tekanan intraalveolus sama dengan tekanan atmosfer atau
selisihnya 0.
d. Ekspirasi
Selama pernapasan biasa, ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada
kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirasi, otot-otot respirasi relaks,
membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi volume paru.
Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfer.
Relaksasi diafragma dan otot interkosta eksterna mengakibatkan recoil elastis
dinding dada dan paru sehingga terjadi penekanan tingkatan alveolus dan
menurunkan volume paru. Dengan demikian, udara bergerak dari paru-paru ke
atmosfer.
e. Otot - Otot Pernapasan
Perubahan volume paru-paru terjadi karena kontraksi otot-otot skeletal,
khususnya otot-otot sela iga dan diafragma yang merupakan pembatas rongga
toraks dan rongga abdomen. Otot-otot utama pernapasan adalah diafragma dan
otot-otot interkosta eksterna pada keadaan pernapasan normal. Otot-otot
tambahan atau aksesori juga berperan dalam pernapasan kuat, peningkatan
pernapasan seperti otot interkosta eksterna, sternokleidomastoideus, seratus
anterior, pektoris minor, transversus thoracis, eksternal dan internal obliquus,
dan rektus abdominalis.
1) Otot-otot yang digunakan pada inspirasi
Inspirasi adalah proses aktif dengan peran satu atau lebih otot-otot berikut.
a) Otot diafragma, otot ini berbentuk lengkung pada keadaan tidak
berkontraksi. Pada saat kontraksi diafragma menjadi datar dan
menekan isi abdomen sehingga rongga toraks menjadi membesar.
Diafragma memegang perasaan besar kira-kira 75% dalam pernapasan
normal.
b) Kontraksi dari otot-otot interkosta eksterna, membantu dalam inspirasi
dengan mengangkat iga-iga sehingga rongga toraks menjadi membesar.
Otot ini memegang peranan sekitar 25% dari volume udara masuk ke
paru-paru pada pernapasan normal.
c) Otot-otot
aksesori,
seperti
otot
interkosta
interna
,
sternokleidomastoideus, seratus anterior, pektoris minor, tranversus
thoracis, obliquus eksternal dan internal, serta rektus abdominalis,
memegang peranan dalam peningkatan kecepatan dan jumlah
pergerakan iga.
2) Otot-otot ekspirasi
Otot-otot inspirasi
Diafragma
Interkosta eksterna
Otot leher(skalenus
sternokleidomastoideus)
Setiap inspirasi,merupakan
peran sekunder membantu
otot diafragma.
Otot-otot Ekspresi
Otot abdominal
Interkosta interna
Meningkatkan tekanan
intraabdomen dengan
mendesak diafragma ke
atas dan menurunkan
rongga toraks pada posisi
vertikal.
Mendatarkan toraks
dengan menarik iga ke
bawah, menurunkan
dimensi depan belakang,
dan sisi rongga toraks.
Sumber: Sherwood,2001
1) Ventilasi, adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Ada tiga
kekuatan yang berperan dalam ventilasi, yaitu : compliance ventilasi dan
dinding dada, tegangan permukaan yang disebabkan oleh cairan alveolus, dan
dapat diturunkan oleh adanya surfaktan serta pengaruh otot-otot inspirasi.
a) Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat dapat
diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini terkait dengan volume
dan tekanan pada paru-paru. Struktur paru-paru yang elastis
memungkinkan paru-paru dapat meregang dan mengempis menimbulkan
perbedaan tekanan dan volume, sehingga udara dapat keluar masuk paruparu.
b) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus memengaruhi
kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan disebabkan oleh adanya
cairan pada lapisan alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II. Pada bayi
prematur surfaktan berkurang dan dapat menyebabkan infant respiratory
distress syndrome.
c) Otot-otot pernapasan.Ventilasi sangat membutuhkan otot-otot pernapasan
untuk mengembangkan rongga toraks.
2) Difusis adalah proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke
kapiler pulmonal melalui membran, dari area dengan konsentrasi tinggi ke
area dengan konsentrasi rendah. Proses difusi dari alveolus ke kapiler paruparu antara oksigen dan karbon dioksida melewati 6 rintangan (barier), yaitu :
melewati surfaktan , membran alveolus, cairan interstitial, membran kapiler,
plasma, dan membran sel darah merah. Oksigen berdifusi masuk dari alveolus
ke darah dan karbon dioksida berdifusi keluar dari darah ke alveolus. Karbon
dioksida didifusi 20 kali lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO2 daya
larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang memengaruhi keempatan difusi
adalah sebagai berikut.
a) Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan tekanan
maka semakin cepat pula proses difusi.
b) Besarnya area membran. Semakin luas area membran difusi makasemakin
cepat difusi melewati membran.
7
1) Volume paru
pengukuran volume paru menunjukkan jumlah udara dalam paru-paru
selama berbagai siklus pernapasan. Aliran udara yang masuk dan keluar
paru-paru memberikan ukuran nyata volume paru-paru. Volume udara yang
masuk dan keluar paru-paru sekali bernapas disebut volume tidal. Besarnya
8
C. Sistem Hematologi
Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah, karena di
dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen.
1. Transpor oksigen
Setelah didifusi dari kapiler pulmonal, oksigen dibawah ke seluruh tubuh melalui
sistem sirkulasi sistematik. Setiap 100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveolus
membawa 20 ml oksigen. Molekul oksigen dibawah dalam darah melalui dua jalur
yaitu melalui ikatan dengan hemoglobin (HB) sekitar 97% dan larut melalui plasma
sekitar 3%. Hemoglobin merupakan molekul yang mengandung empat subunit
11
protein globular dan unit heme.setiap molekul hb dapat mengikat empat molekul
oksigen dan membentuk ikatan oxy-hemoglobin (Hb O2) dengan reaksi :
Hb+O Hb O
2
Setiap sel darah merah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin, sehingga
kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen sangat besar.presentasi
hemoglobin yang mengandung oksigen disebut satu rasi hemoglobin. Jika semua
melokul hb dapat mengikat oksigen, maka satu rasinya menjadi 100%. Jika rata-rata
setiap hb membawa dua molekul oksigen,maka satu rasinya menjadi 50%. Ada
beberapa faktor yang memperngaruhi ikatan hemoglobin dengan oksigen,
diantaranya tekanan parsial oksigen dalam darah(pO2), Ph darah, temparatur, dan
aktivitas metabolisme dalam sel darah merah.
a. Hemoglobin dengan pO2
Peningkatan dan penguraian oksigen dengan hemoglobin merupakan reaksi
yang refersibel. Jika Po2 meningkat, maka reaksi akan bergeser ke kanan, ini
berarti makin banyak oksigen yang terikat dengan hemoglobin. Jika po 2
menurun maka reaksi akan bergeser ke kiri, berarti banyak oksigen yang
dilepaskan oleh hemoglobin dengan demikian jika po 2 meningksat maka satu
rasi Hb juga meningkat, tetapi jika po2 menurun maka satu rasi Hb menurun
karena banyaknya oksigen yang dilepas. Misalnya pada tekanan oksigen di
alveolus sekitar 100 mmHg, sehingga satu rasi Hb di kapiler pulmonal sangat
tinggi sekitar 97,5%. Hubungan antara po2 dengan satu rasi hemoglobin
memberikan mekanis regulasi otomatis dari kebutuhan oksigen tubuh. Jaringan
yang tidak aktif membutuhkan lebih sedikit oksigen dibandingkan jaringan yang
aktif.
Pada hemoglobin fetal, ikatan oksigen dengan hemoglobin sangat kuat dan pada
po2 yang sama Hb fetal mengikat oksigen lebih banyak. Oksigen masuk ke fetal
melalui pembuluh darah plsental ibunya.darah dari ibu mempunyai po 2 relatif
lebih rendah antara 35-50 mmHg. Jika sampai ke plasenta, po 2 menjadi 40
mmHG dengan satu rasi hemoglobin 75%. Satu rasi hemoglobin pada ibu hamil
kurang dari 60%, dan satu rasi Hb fetal lebih dari 80%.
b. Hemoglobin dan pH
Keadaan ph darah memengaruhi saturasi hemoglobin. Jika ph nya turun atau
dalam keadaan asam, maka saturasinya menjadi turum.misalnya pada ph 7,4-7,2,
maka saturasinya menjadi sekitar 75-60 %, berarti molekul hb akan melepaskan
20% lebih oksigen pada jaringan perifer.
c. Hemoglobin dan temperatur
Perubahan temperatur berakibat pada saturasi hemoglobin. Pada temperatur yang
meningkat, Hb melepaskan lebih banyak oksigen. Namun demikian, efek
temperatur hanya signifikan pada jaringan aktif yang menghasilkan panas,
seperti pada otot skeletal aktif, darah menjadi hangat dan hemoglobin
melepaskan banyak oksigen.
d. Hemoglobin dan aktifitas metabolisme sel
12
3. Faktor Perilaku
Faktor perilaku mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi, antara lain :
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
b. Latihan : dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.
13
Pada keadaan normal, frekuensi penapasana pada orang dewasa sekitar 18-22
x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernapasan normal disebut eupnea. Perubahan pola napas daapat berupa :
a. Dispnea, yaitu kesulitan napas, misalnya pada pasien dengan asma.
b. Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
c. Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari
24x/menit.
d. Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16 x/menit.
e. Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sma,
sehingga pernapaan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada penyakit diabetes
melitus dan uremia.
f. Cheyne stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudia berangsur
angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur. Misalnya
pada keracunan obat bius, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
g. Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode
yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.
F. Perubahan Fungsi Pernapasan
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O 2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh :
a. Kecemasan;
b. Infeksi atau sepsis;
c. Keracunan obat-obatan;
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik.
Tanda tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada
(chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, dan tinitus.
2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya
terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, kardiak disritma, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan
kardiak arrest.
G. Terapi Oksigen
Terapi okesigen pertama kali dipakai dalam bidang kedokteran pada tahun 1800 oleh
Thomas Beddoes, kemudian dikembangkan oleh Alvan Barach pada tahun 1920 untuk
pasien dengan hipoksemia dan penyakit paru obstruktif kronik. Terapi oksigen adalah
pemberian oksigen lebih dari udara atmosfer atau FiO 21 Tujuan terapi oksigen
2
mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO 60 mmHg atau SaO 90%.
2
16
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Masalah pernapasan yang pernah dialami
1) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan
2) Pernah mengalami batuk dengan sputum
3) Pernah mengalami nyeri dada
4) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas
b. Riwayat penyakit pernapasan
1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB, dll?
2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian?
c. Riwayat kardiovaskuler
1) Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah
d. Gaya hidup
17
g. Dada
1) Retrasi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dyspnea, atau obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
3) Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara atau suara melewati
saluran atau rongga pernapasan)
4) Suara napas normal (vesicular bronkovesikular, bronkial)
5) Suara napas tidak normal (crakles/rales, ronki, wheezing,
frictionrub,/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan,dullness)
h. Pola pernapasan
1) Pernapasan normal
2) Pernapasan cepat
3) Pernapasan lambat
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung
1) EKG
2) Exercise stress test
b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah
1) Echocardiography
2) Kateterisasi jantung
3) Angiografi
c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi
18
N
o
1.
2.
INTERVENSI
RASIONAL
3.
4.
5.
6.
7.
Meningkatkan pernapasan
Meningkatkan pengembangan paru
Membantu mengeluarkan secret
Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang
akut
Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara
terus-menerus, gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Oksigen dapat diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernafas. Di atmosfer, selain oksigen juga terdapat karbon dioksida ( CO2 ),nitrogen
(N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium.
Sistem pernapasan (respirasi) berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Pernapasan atau
ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan udara dari dan ke paru-paru.
Proses bernapas terdiri atas dua fase, yaitu : inspirasi (periode ketika aliran udara luar
masuk ke paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara meninggalkan paru-paru
keluar ke atmosfer).
Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah,
karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen, yang
berperan yaitu: transpor oksigen dan transpor karbon dioksida.
Adapun tipe kekurangan oksigen dalam tubuh yaitu: Hipoksemia, yaiut
keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau
saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah normal. Hipoksia, merupakan keadaan kekurangan
oksigen di jaringan. Gagal napas, merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh
memenuhi kebutuhan oksigen dan perubahan pola napas.
20
21