Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Oksigen merupakan kebutuhan fisiologis yang paling penting. Tubuh bergantung pada
oksigen dari waktu ke waktu untuk bertahan hidup. Oksigen sangat penting dalam
kelangsungan hidup sel dan juga jaringan tubuh.oksigen diperlukan oleh jaringan untuk
proses metalbolisme tubuh secara terus menerus, melalui metabolisme aerob yang
prosesnya membentuk energy dengan adanya oksigen, bergantung secara total pada
oksigen untuk bertahan hidup. Namun ada beberapa jaringan yang dapat bertahan
tanpa oksigen melalui metabolism anaerob, sebuah proses dimana jaringan ini
menyediakan energy mereka sendiri tanpa adanya oksigen.
Oksigen dapat diperoleh dari atmosfer melalui proses bernafas. Di atmosfer, selain
oksigen juga terdapat karbon dioksida ( CO2 ),nitrogen (N2), dan unsur-unsur lain
seperti argon dan helium.
B. Tujuan
1. Mengetahui System pernapasan
2. Mengetahui mekanisme pernapasan
3. Mengetahui otot - otot pernapasan
4. Mengetahui pengaturan pernapasan
5. Mengetahui sistem hematologi
6. Mengetahui faktor yang mempengaruhi oksigenasi
7. Mengetahui tipe kekurangan oksigen dalam tubuh
8. Mengetahui terapi oksigen
9. Mengetahui perubahan fungsi pernapasan

BAB II
TINJAUAN TEORITIS
1

A. Pengertian Oksigenasi
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara terusmenerus, gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Kekurangan oksigen akan menimbulkan dampak yang bermakna bagi
tubuh,salah satunya kematian. Karenanya, berbagai upaya selalu dilakukan untuk
menjamin agar kebutuhan dasar ini terpenuhi dengan baik. Sebagai hasilnya ,
terbentuklah karbon dioksida, energi dan air. Akan tetapi, penambahan CO 2 yang
melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna
terhadap aktivitas sel. Oksigen diperoleh dari atmosfer melalui proses bernapas. Di
atmosfer,gas selain oksigen juga terdapat CO2 , N2, dan unsur lain seperti argon dan
helium. Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia/fisika).
Dalam pelaksanaannya, pemenuhan kebutuhan dasar masuk ke dalam bidang
garapan perawat. Karenanya, setiap perawat harus paham dengan manifestasi tingkat
pemenuhan oksigen pada kliennya serta mampu mengatasi berbagai masalah yang
terkait dengan pemenuhan kebutuhan tersebut. Untuk itu, perawat perlu memahami
konsep oksigenasi pada manusia.
B. Konsep Dasar Oksigenasi
1. System pernapasan
Sistem pernapasan (respirasi) berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Melalui peran
sistem respirasi oksigen diambil dari atmosfer, ditranspor masuk ke paru-paru dan
terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida di alveoli, selanjutnya
oksigen akn di difusi masuk kapiler darah untuk dimanfaatkan oleh sel dalam
proses metabolisme.
Proses oksigenasi dimulai dari pengambilan oksigen di atmosfer, kemudian oksigen
masuk melalui organ pernapasan bagian atas seperti hidung atau mulut, faring,
laring, dan selanjutnya masuk ke organ pernapasan bagian bawah seperti trakea,
brokus utama, brokus sekunder, bronkus tersier (segmental), terminal bronkiolus,
dan selanjutnya masuk ke alveoli. Selain untuk jalan masuknya udara ke organ
pernapasan bagian bawah, organ pernapasan bagian atas juga berfungsi untuk
pertukaran gas, proteksi terhadap benda asing yang akan masuk ke pernapasan
bagian bawah, menghangatkan, filtrasi, dan melembapkan gas. Sedangkan fungsi
organ pernapasan bagian bawah, selain sebagai tempat masuknya oksigen, berperan
juga dalam proses difusi gas.

a. Respirasi
Respirasi adalah proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida baik yang
terjadi di paru-paru mapun di jaringan. Fungsi utama yaitu untuk memperoleh
O2 agar dapat digunakan oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang
dihasilkan oleh sel.
2

1) Respirasi eksternal
Merupakan proses pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida di paru-paru
dan kapiler pulmona dengan lingkungan luar. Pertukaran gas ini terjadi
karena adanya perbedaan tekanan dan konsentrasi antara udara lingkungan
dengan paru-paru. Konsentrasi gas di atmosfer terdiri atas nitrogen
(78,62%), oksigen (20,84%), karbon dioksida (0,04%), dan air (0,5%).
Adanya konsentrasi gas menimbulkan tekanan parsial dari masing-masing
gas tersebut.
Tekanan parsial gas adalah tekanan yang diberikan oleh gas dalam suatu gas
campuran (hukum gas). Dengan demikian, perbedaan konsentrasi gas
mengakibatkan perbedaan tekanan parsial gas. Misalnya, konsentrasi
oksigen di alveoli lebih tinggi dari konsentrasi di kapiler pulmonal ,
sehingga tekanan parsial gas juga lebih tinggi pula. Keadaan ini
mengakibatkan pergerakan oksigen masuk ke kapiler pulmonal. Sementara
itu, tekanan parsial karbon dioksida di alveoli lebih rendah dibandingkan di
kapiler pulmonal sehingga karbon dioksida akan bergerak ke luar kapiler.
Respirasi eksternal melibatkan kegiatan-kegiatan berikut ini.
a) Pertukaran udara dari luar atau atmosfer dengan udara alveoli melalui aksi
mekanik yang disebut ventilasi
b) Pertukaran oksigen dan karbon dioksida antara alveoli dengan kapiler
pulmonal melalui proses difusi.
c) Pengangkutan oksigen dan karbon dioksida oleh darah dari paru-paru ke
seluruh tubuh dan sebaliknya.
d) Pertukaran oksigen dan karbon dioksida darah dalam pembuluh kapiler
jaringan dengan sel-sel jaringan melalui proses difusi.
Respirasi eksternal tergantung dari perbedaan tekanan parsial, luas area
permukaan untuk pertukaran gas, jarak difusi melewati membran alveoli
dengan kapiler, dan kecepatan aliran udara masuk dan keluar paru-paru.
2) Respirasi internal
merupakan proses pemanfaatan oksigen dalam sel yang terjadi di
mitokondria untuk metabolisme dan produksi karbon dioksida. Proses
pertukaran gas pada respirasi internal hampir sama dengan proses respirasi
eksternal. Adanya peranan tekanan parsial gas dan proses difusi untuk
pertukaran gas antara kapiler sistematik dengan ke jaringan.Tekanan parsial
oksigen (pO2) di jaringan selalu lebih rendah dari darah arteri sistemik
dengan perbandingan 40 mmHg dan 104 mmHg.Dengan demikian,oksigen
akan masuk dari kapiler sistemik ke jaringan sampai terjadi
keseimbangan,sedangkan karbon dioksida akan bergerak dengan cepat
masuk ke aliran vena dan kembali ke jantung.
b. Mekanisme pernapasan
Pernapasan atau ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan udara dari
dan ke paru-paru. Proses bernapas terdiri atas dua fase, yaitu : inspirasi (periode
ketika aliran udara luar masuk ke paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara
meninggalkan paru-paru keluar ke atmosfer).

Proses bernapas merupakan proses yang kompleks dan tergantung pada


perubahan volume yang terjadi pada rongga toraks dan perubahan tekanan.
Hubungan antara tekanan dan volume gas dinyatakan dalam hukum Boyle, yang
menyatakan bahwa volume suatu gas bervariasi ,berlawanan, atau berbanding
terbalik dengan tekanan pada temperatur konstan tekanan. Tekanan yang
berperan dalam proses bernapas adalah tekanan atmosfer, tekanan intrapulmonal
atau intraalveoli , dan tekanan intrapleura. Adanya perbedaan tekanan yang
terjadi mengakibatkan perubahan rongga toraks menjadi leih besar atau
mengecil.

1) Tekanan atmosfer, yaitu tekanan udara luar, besarnya sekitar 760 mmHg.
Tekanan ini diakibatkan oleh kandungan gas yang berada di atmosfer.
2) Tekanan intrapulmonal atau intraalveoli, yaitu tekanan yang terjadi dalam
alveoli paru-paru. Ketika bernapas normal atau biasa terjadi perbedaan
tekanan dengan atmosfer. Pada saat inspirasi, tekanan intrapulmonal 759
mmHg, lebih rendah 1 mmHg dari atmosfer dan pada saat ekspirasi
tekanannya menjadi lebih tinggi +1 mmHg menjadi 761 mmHg. Tekanan
intrapulmonal akan meningkat ketika bernapas maksimum, pada inspirasi
perbedaan tekanan dapat mencapai -30 mmHg dan ekspirasi + 100 mmHg.
3) Tekanan intrapleura, adalah tekanan yang terjadi pada rongga pleura yaitu
ruang antara pleura pleura parietalis dan viselaris. Besarnya tekanan ini
kurang dari tekanan pada alveoli atau atmosfer sekitar -4 mmHg atau sekitar
756 mmHg pada pernapasan biasa dan dapat mencapai -18 mmHg pada
inspirasi dalam atau kuat.

c. Inspirasi
Inspirasi terjadi ketika tekanan alveoli dibawah tekanan atmosfer. Otot yang
paling penting dalam inspirasi adalah diafragma, bentuknya melengkung dan
melekat pada iga paling bawah dan otot interkosta eksterna. Ketika diafragma
4

berkontrasi, bentuknya menjadi datar dan menekan bagian bawahnya yaitu isi
abdomen dan mengangkat iga. Keadaan ini menyebabkan pembesaran rongga
toraks dan paru-paru. Meningkatnya ukuran dada menurunkan tekanan
intrapleura sehingga paru-paru mengembang. Mengembangnya paru-paru
berakibat pada turunnya tekanan alveolus sehingga udara bergerak menurut
gradien tekanan dari atmosfer ke paru-paru. Hal ini terus berlangsung sampai
tekanan menjadi sama dengan tekanan atmosfer, demikian seterusnya. Sebelum
inspirasi dimulai, tekanan intraalveolus sama dengan tekanan atmosfer atau
selisihnya 0.
d. Ekspirasi
Selama pernapasan biasa, ekspirasi merupakan proses pasif, tidak ada
kontraksi otot-otot aktif. Pada akhir inspirasi, otot-otot respirasi relaks,
membiarkan elastisitas paru dan rongga dada untuk mengisi volume paru.
Ekspirasi terjadi ketika tekanan alveolus lebih tinggi dari tekanan atmosfer.
Relaksasi diafragma dan otot interkosta eksterna mengakibatkan recoil elastis
dinding dada dan paru sehingga terjadi penekanan tingkatan alveolus dan
menurunkan volume paru. Dengan demikian, udara bergerak dari paru-paru ke
atmosfer.
e. Otot - Otot Pernapasan
Perubahan volume paru-paru terjadi karena kontraksi otot-otot skeletal,
khususnya otot-otot sela iga dan diafragma yang merupakan pembatas rongga
toraks dan rongga abdomen. Otot-otot utama pernapasan adalah diafragma dan
otot-otot interkosta eksterna pada keadaan pernapasan normal. Otot-otot
tambahan atau aksesori juga berperan dalam pernapasan kuat, peningkatan
pernapasan seperti otot interkosta eksterna, sternokleidomastoideus, seratus
anterior, pektoris minor, transversus thoracis, eksternal dan internal obliquus,
dan rektus abdominalis.
1) Otot-otot yang digunakan pada inspirasi
Inspirasi adalah proses aktif dengan peran satu atau lebih otot-otot berikut.
a) Otot diafragma, otot ini berbentuk lengkung pada keadaan tidak
berkontraksi. Pada saat kontraksi diafragma menjadi datar dan
menekan isi abdomen sehingga rongga toraks menjadi membesar.
Diafragma memegang perasaan besar kira-kira 75% dalam pernapasan
normal.
b) Kontraksi dari otot-otot interkosta eksterna, membantu dalam inspirasi
dengan mengangkat iga-iga sehingga rongga toraks menjadi membesar.
Otot ini memegang peranan sekitar 25% dari volume udara masuk ke
paru-paru pada pernapasan normal.
c) Otot-otot
aksesori,
seperti
otot
interkosta
interna
,
sternokleidomastoideus, seratus anterior, pektoris minor, tranversus
thoracis, obliquus eksternal dan internal, serta rektus abdominalis,
memegang peranan dalam peningkatan kecepatan dan jumlah
pergerakan iga.
2) Otot-otot ekspirasi

Ekspirasi merupakan proses pasif atau aktif,tergantung aktivitas


pernapasan. Ketika ekspirasi, otot-otot yang berperan adalah otot-otot
berikut ini.
a) Otot interkosta interna dan transversus untuk menurunkan iga dan
rongga toraks.
b) Otot intraabdominalis, termasuk obliquus eksterna dan interna,
transversus abdominalis, dan rektus abdominalis, berperan dalam
membantu otot interkosta internal untuk ekspirasi dengan menekan
abdomen dan mengangkat diafragma.
f. Pertukaran dan transpor gas pernapasan
Pertukaran gas terjadi antara udara luar dengan darah dalam membran
respiratori. Pernapasan adalah pertukaran gas oksigen dan karbon dioksida pada
alveolus dan tingkat kapiler (pernapasan eksternal) dan sel dalam jaringan
(pernapasan internal). Selama pernapasan,jaringan tubuh membutuhkan oksigen
untuk metabolisme dan karbon dioksida untuk dikeluarkan.
Udara yang kita butuhkan dari atmosfer untuk dapat dimanfaatkan oleh tubuh
membutuhkan proses yang kompleks, yang meliputi proses ventilasi, perfusi,
difusi ke kapiler , dan transportasi.
Tabel Peranan otot-otot respirasi
Otot

Hasil kontraksi otot

Waktu dan stimulasi


kontraksi

Otot-otot inspirasi
Diafragma

Interkosta eksterna

Otot leher(skalenus
sternokleidomastoideus)

Menurunkan posisi dan


menekan ke bawah rongga
perut,meningkatkan ruang
toraks pada posisi vertikal.
Mengangkat tulang-tulang
iga keatas dan keluar ,
membesarkan rongga
toraks ke depan , belakang
dan kesamping/sisi.
Mengangkat
sternum,meningkatkan
iga,dan meningkatkan
rongga toraks pada posisi
vertikal.

Setiap inspirasi merupakan


otot utama pada inspirasi.

Setiap inspirasi,merupakan
peran sekunder membantu
otot diafragma.

Hanya pada inspirasi


kuat,merupakan otot
aksesori.

Otot-otot Ekspresi

Otot abdominal

Interkosta interna

Meningkatkan tekanan
intraabdomen dengan
mendesak diafragma ke
atas dan menurunkan
rongga toraks pada posisi
vertikal.
Mendatarkan toraks
dengan menarik iga ke
bawah, menurunkan
dimensi depan belakang,
dan sisi rongga toraks.

Hanya selama ekspirasi


aktif, dengan kekuatan.

Hanya selama ekspirasi


aktif.

Sumber: Sherwood,2001
1) Ventilasi, adalah pergerakan udara masuk dan keluar dari paru-paru. Ada tiga
kekuatan yang berperan dalam ventilasi, yaitu : compliance ventilasi dan
dinding dada, tegangan permukaan yang disebabkan oleh cairan alveolus, dan
dapat diturunkan oleh adanya surfaktan serta pengaruh otot-otot inspirasi.
a) Compliance atau kemampuan untuk meregang merupakan sifat dapat
diregangkannya paru-paru dan dinding dada, hal ini terkait dengan volume
dan tekanan pada paru-paru. Struktur paru-paru yang elastis
memungkinkan paru-paru dapat meregang dan mengempis menimbulkan
perbedaan tekanan dan volume, sehingga udara dapat keluar masuk paruparu.
b) Tekanan surfaktan. Perubahan tekanan permukaan alveolus memengaruhi
kemampuan compliance paru. Tekanan surfaktan disebabkan oleh adanya
cairan pada lapisan alveolus yang dihasilkan oleh sel tipe II. Pada bayi
prematur surfaktan berkurang dan dapat menyebabkan infant respiratory
distress syndrome.
c) Otot-otot pernapasan.Ventilasi sangat membutuhkan otot-otot pernapasan
untuk mengembangkan rongga toraks.
2) Difusis adalah proses pertukaran oksigen dan karbon dioksida dari alveolus ke
kapiler pulmonal melalui membran, dari area dengan konsentrasi tinggi ke
area dengan konsentrasi rendah. Proses difusi dari alveolus ke kapiler paruparu antara oksigen dan karbon dioksida melewati 6 rintangan (barier), yaitu :
melewati surfaktan , membran alveolus, cairan interstitial, membran kapiler,
plasma, dan membran sel darah merah. Oksigen berdifusi masuk dari alveolus
ke darah dan karbon dioksida berdifusi keluar dari darah ke alveolus. Karbon
dioksida didifusi 20 kali lipat lebih cepat dari difusi oksigen, karena CO2 daya
larutnya lebih tinggi. Beberapa faktor yang memengaruhi keempatan difusi
adalah sebagai berikut.
a) Perbedaan tekanan pada membran. Semakin besar perbedaan tekanan
maka semakin cepat pula proses difusi.
b) Besarnya area membran. Semakin luas area membran difusi makasemakin
cepat difusi melewati membran.
7

c) Keadaan tebal tipisnya membran. Semakin tipis maka semakin cepat


proses difusi.
d) Koefisien difusi, yaitu kemampuan terlarut suatu gas dalam cairan
membran paru.Semakin tinggi koefisien maka semakin cepat pula difusi
terjadi.Misalnya,karbon dioksida koefisiennya 20,3; oksigen 1; dan
nitrogen 0,53; maka karbon dioksida adalah gas yang paling cepat terjadi
difusi.
3) Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi pulmonal. Darah
dipompakan masuk ke paru-paru melalui ventrikel kanan kemudian masuk ke arteri
pulmonal. Arteri pulmonal kemudian bercabang dua (kanan atau kiri) selanjutnya
masuk ke kapiler paru untuk terjadi pertukaran gas.
Sirkulasi pulmonal mempunyai tekanan sistemik yang rendah,
sehingga memungkinkan banyak terjadi pertukaran gas sebelum masuk ke
atrium kiri. Kekuatan utama distribusi perfusi dalam paru-paru adalah
gravitasi, tetapi juga dipengaruhi oleh tekanan arteri pulmonal dan tekanan
alveolus.
Adekuatnya pertukaran gas tergantung pada keadekuatan ventilasi dan
perfusi, yang diukur dengan perbandingan atau rasio antara ventilasi alveolar
(V) dan perfusi (Q). Pada orang dewasa yang normal, sehat dan dalam
keadaan istirahat; ventilasi alveolar sekitar 4,0 liter/menit dan perfusinya
sekitar 5,0 liter/menit. Dengan demikian,rasio ventilasi dan perfusi adalah :
Ventilasi (V) = 4,0 liter/menit
0,8
Perfusi

(Q) =5,0 liter/menit

Besarnya rasio ini menunjukkan adanya keseimbangan pertukaran gas.


Apabila terjadi penurunan ventilasi karena sebab tertentu, maka rasio V/Q
meningkat, berarti proses pertukaran gas akan meningkat. Ketidakseimbangan
ventilasi dan perfusi (V/Q) dapat terjadi karena tidak adekuatnya ventilasi atau
perfusi atau keduanya.
g. Volume dan Kapasitas Paru-Paru
Pengukuran volume dan kapasitas paru menunjukkan adekuatnya pertukaran
gas dan fungsi paru.

1) Volume paru
pengukuran volume paru menunjukkan jumlah udara dalam paru-paru
selama berbagai siklus pernapasan. Aliran udara yang masuk dan keluar
paru-paru memberikan ukuran nyata volume paru-paru. Volume udara yang
masuk dan keluar paru-paru sekali bernapas disebut volume tidal. Besarnya
8

total volume pertukaran udara antara sistem pernapasan dengan udara


luar/atmosfer selama satu menit disebut ventilasi pulmonal. Dengan
demikian, volume ventilasi pulmonal tergantung pada volume tidal dan
jumlah pernapasan per menit. Jika rata-rata volume tidal sekitar 500ml dan
jumlah pernapasan 12 kali per menit maka besarnya ventilasi pulmonal 500
ml x 12 sama dengan 6000 ml/menit. Namun demikian, tidak semua udara
yang masuk ke alveolus terjadi pertukaran gas. Sekitar 150 ml dari volume
tidal terperangkap dalam ruang mati dan dikeluarkan kembali pada saat
ekspirasi.
Jumlah pernapasan per menit x (volume tidal ruang mati).
Jika pernapasan 12x/menit x (500 ml-150 ml) =4200 ml/menit.
Dengan demikian, dari besarnya ventilasi pulmonal 6000 ml/menit,hanya
4200 ml yang mengalami pertukran gas di alveolus. Pengukuran jumlah
pertukaran udara selama bernapas di ukur dengan menggunakan
spirometer. Volume paru-paru terdiri atas berikut ini.
a) Volume tidal (vt), yaitu volume udara yang masuk dan keluar saat sekali
bernapas normal, besarnya sekitar 500 ml atau 5-10 ml/kg BB.
b) Volume dengan cadangan inspirasi (VCI), yaitu jumlah udara yang dapat
dihirup sekuat-kuatnya setelah inspirasi normal jumlahnya sekitar 3000
ml.
c) Volume cadangan ekspirasi (VCE), merupakan jumlah udara yang dapat
dikeluarkan sekuat-kuatnya setelah ekspirasi normal, besarnya sekitar
1100 ml.
d) Volume resitu (VR), merupakan volume udara yang masih dapat tersisa
setelah ekspirasi kuat, besarnya sekitar 1200 ml.
2) Kapasitas Paru
Pengukuran kapasitas paru merupakan kombinasi volume-volume paru, terdiri
atas kapasitas inspirasi, kapasitas residual fungsional, kapasitas vital, dan
kapasitas total paru.
a) Kapasitas Vital (KV), adalah total jumlah udara maksimum yang dapat
dikeluarkan dengan kuat setelah inspirasi maksimum. Jumlahnya
penambahan Volume Tidal (TV), volume cadangan inspirasi (vci), dan
volume cadangan respirasi = 500 ml + 3000 ml + 1100 ml= 4600 ml.
b) Kapasitas Inspirasi (KI), merupakan total jumlah Volume Tidal (VT) dan
Volume Cadangan Inspirasi (VCI), jumlahnya sekitar 3500 ml/
c) Kapasitas Residual Fungsional (KRF), merupakan jumlah udara sisa
setelah ekspirasi normal, besarnya jumlah volume residual (VR) dengan
volume cadangan ekspirasi (VCE) sekitar 2300 ml.
d) Kapasitas Total Paru (KTP), merupakan jumlah total udara yang dapat
ditampung dala paru-paru. Besarnya sama dengan kapasitas vital (KV)
ditambah dengan volume residual (VR) sekitar 5800 ml.
h. Pengaturan Pernapasan

Pengendalian dan pengaturan pernapasan dilakukan sistem persarafan,


mekanisme kimia,dan mekanisme non-kimia.
1) Pengendalian pernapasan oleh sistem persarafan
Pengaturan pernapasan oleh persarafan dilakukan oleh korteks serebri,
medulla oblongata, dan pons.
a) Korteks Serebri
Korteks serebri berperan dalam pengaturan pernapasan yang bersifat
volunter, sehingga memungkinkan kita dapat mengatur napas dan
menahan napas, misalnya pada saat bicara atau makan.
b) Medulla Oblongata
Terletak pada batang otak, berperan dalam pernapasan otomatis atau
spontan. Pada medulla oblongata terdapat dua kelompok neuron, yaitu :
Dorsal Respiratory Group (DRG) yang terletak pada bagian dorsal
medulla, dan Ventral Respiratory Group (VRG) yang terletak pada
ventrolateral medulla. Kedua kelompok neuron ini berperan dalam
pengaturan irama pernafasan. Kedua kelompok neuron ini dibedakan
saat pernafasan tenang dan pernafasan kuat. Saat pernafasan tenang atau
normal aktivitas DRG meningkat sekitar 2 detik dan memberikan
stimulasi pada otot inspirasi sehingga terjadi proses inspirasi. Setelah 2
detik, neuron DRG kembali tidak aktif dan otot inspirasi rileks dan
ekspirasi terjadi. Saat pernafasan kuat terjadi peningkatan aktivitas
neuron yang kemudian menstimulasi untuk mengaktifkan otot aksesori
inspirasi. Setelah inspirasi selesai, secara otomatis terjadi ekspirasi
dengan menstimulasi otot-otot aksesori.
c) Pons
Pada pons terdapat dua pusat pernapasan, yaitu pusat apneutik dan pusat
pneumotaksis. Pusat apneutik terletak di formasio retikularis pons bagian
bawah. Fungsi pusat apneutik adalah mengoordinasi transisi antara
inspirasi dan ekspirasi dengan cara mengirimkan rangsangan implus
pada area inspirasi dan menghambat ekspirasi. Sedangkan pusat
pneumotaksis terletak di pons bagian atas. Impuls dari pusat
penumotaksis menghambat aktivitas neuron inspirasi, sehingga inspirasi
dihentikan dan terjadi ekspirasi. Fungsi dari pusat pneomotaksis
membatasi durasi inspirasi, tetapi meningkatkan frekuensi respirasi
sehingga irama respirasi menjadi halus dan teratur, proses inspirasi dan
ekspirasi berjalan secara teratur pula.
2) Kendali kimiawi
Ada banyak faktor yang mempengaruhi laju dan ke dalam pernapasan yang
sudah di set oleh pusat pernapasan yaitu adanya perubahan kadar oksigen,
karbon dioksida, dan ion hidrogen dalam darah arteri. Perubahan tersebut
menimbulkan perubahan kimia dan menimbulkan respon dari sensor yang
disebut kemoreseptor. Ada dua jenis kemoreseptor, yaitu kemoreseptor
pusat yang berada di medulla, dan kemoreseptor perifer yang berada di
badan aorta dan karotid pada sistem arteri.
10

a) Kemoreseptor pusat, dirangsang oleh peningkatan kadar karbon


dioksida dalam darah arteri, cairan serebrospinal, peningkatan ion
hidrogen dengan merespon peningkatan frekuensi dan ke dalam
pernapasan.
b) Kemoreseptor perifer, reseptor kimia ini peka terhadap perubahan
konsentrasi oksigen, karbon dioksida, dan ion hidrogen. Misalnya
adanya penurunan oksigen, peningkatan karbon dioksida, dan
peningkatan ion hidrogen, maka pernapasan menjadi meningkat.
3) Pengaturan oleh mekanisme non- kimiawi
Beberapa faktor non-kimiawi yang mempengaruhi peraturan pernapasan
diantaranya pengaruh baroreseptor, peningkatan temperatur tubuh, hormon
epinefrin, dan reflek Hering- Breuer.
a) Baroreseptor, berada pada sinus kortikus, arkus aorta-atrium, ventrikel,
dan pembuluh darah besar. Baroreseptor berespon terhadap perubahan
tekanan darah. Peningkatan tekanan darah arteri akan menghambat
respirasi. Menurutnya, tekanan darah arteri di bawah tekanan arteri
rata-rata akan akan menstimulasi pernapasan.
b) Peningkatan temperatur tubuh, misalnya karena demam atau olahraga,
maka secara otomatis tubuh akan mengeluarkan kelebihan panas tubuh
dengan cara meningkatkan ventilasi.
c) Hormon epinefrin, peningkatan hormon epinefrin akan meningkatkan
rangsangan simpatis yang juga akan merangsang pusat respirasi untuk
meningkatkan ventilasi.
d) Refleks Hering-Breuer, yaitu refleks hambatan inspirasi dan ekspirasi.
Pada saat inspirasi mencapai batas tertentu terjadi stimulasi pada
reseptor renggangan dalam otot polos paru untuk menghambat aktivitas
neuron inspirasi. Dengan demikian, refleks ini mencegah terjadinya
overinflasi paru-paru saat aktivitas berat.

C. Sistem Hematologi
Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah, karena di
dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen.
1. Transpor oksigen
Setelah didifusi dari kapiler pulmonal, oksigen dibawah ke seluruh tubuh melalui
sistem sirkulasi sistematik. Setiap 100 ml darah yang meninggalkan kapiler alveolus
membawa 20 ml oksigen. Molekul oksigen dibawah dalam darah melalui dua jalur
yaitu melalui ikatan dengan hemoglobin (HB) sekitar 97% dan larut melalui plasma
sekitar 3%. Hemoglobin merupakan molekul yang mengandung empat subunit

11

protein globular dan unit heme.setiap molekul hb dapat mengikat empat molekul
oksigen dan membentuk ikatan oxy-hemoglobin (Hb O2) dengan reaksi :
Hb+O Hb O
2

Setiap sel darah merah mempunyai kira-kira 280 juta hemoglobin, sehingga
kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen sangat besar.presentasi
hemoglobin yang mengandung oksigen disebut satu rasi hemoglobin. Jika semua
melokul hb dapat mengikat oksigen, maka satu rasinya menjadi 100%. Jika rata-rata
setiap hb membawa dua molekul oksigen,maka satu rasinya menjadi 50%. Ada
beberapa faktor yang memperngaruhi ikatan hemoglobin dengan oksigen,
diantaranya tekanan parsial oksigen dalam darah(pO2), Ph darah, temparatur, dan
aktivitas metabolisme dalam sel darah merah.
a. Hemoglobin dengan pO2
Peningkatan dan penguraian oksigen dengan hemoglobin merupakan reaksi
yang refersibel. Jika Po2 meningkat, maka reaksi akan bergeser ke kanan, ini
berarti makin banyak oksigen yang terikat dengan hemoglobin. Jika po 2
menurun maka reaksi akan bergeser ke kiri, berarti banyak oksigen yang
dilepaskan oleh hemoglobin dengan demikian jika po 2 meningksat maka satu
rasi Hb juga meningkat, tetapi jika po2 menurun maka satu rasi Hb menurun
karena banyaknya oksigen yang dilepas. Misalnya pada tekanan oksigen di
alveolus sekitar 100 mmHg, sehingga satu rasi Hb di kapiler pulmonal sangat
tinggi sekitar 97,5%. Hubungan antara po2 dengan satu rasi hemoglobin
memberikan mekanis regulasi otomatis dari kebutuhan oksigen tubuh. Jaringan
yang tidak aktif membutuhkan lebih sedikit oksigen dibandingkan jaringan yang
aktif.
Pada hemoglobin fetal, ikatan oksigen dengan hemoglobin sangat kuat dan pada
po2 yang sama Hb fetal mengikat oksigen lebih banyak. Oksigen masuk ke fetal
melalui pembuluh darah plsental ibunya.darah dari ibu mempunyai po 2 relatif
lebih rendah antara 35-50 mmHg. Jika sampai ke plasenta, po 2 menjadi 40
mmHG dengan satu rasi hemoglobin 75%. Satu rasi hemoglobin pada ibu hamil
kurang dari 60%, dan satu rasi Hb fetal lebih dari 80%.
b. Hemoglobin dan pH
Keadaan ph darah memengaruhi saturasi hemoglobin. Jika ph nya turun atau
dalam keadaan asam, maka saturasinya menjadi turum.misalnya pada ph 7,4-7,2,
maka saturasinya menjadi sekitar 75-60 %, berarti molekul hb akan melepaskan
20% lebih oksigen pada jaringan perifer.
c. Hemoglobin dan temperatur
Perubahan temperatur berakibat pada saturasi hemoglobin. Pada temperatur yang
meningkat, Hb melepaskan lebih banyak oksigen. Namun demikian, efek
temperatur hanya signifikan pada jaringan aktif yang menghasilkan panas,
seperti pada otot skeletal aktif, darah menjadi hangat dan hemoglobin
melepaskan banyak oksigen.
d. Hemoglobin dan aktifitas metabolisme sel

12

Peningkatan metabolisme sel akan mempengaruhi peningkatan konsumsi


oksigen, karena oksigen sangat dibutuhkan untuk metabolisme. Misalnya pada
peningkatan hormon tiroid, hormon pertumbuhan, epinefrin, dan androgen.
2. Transpor karbon dioksida
Karbon dioksida merupakan metabolisme aerob pada jaringan perifer. Normalnya
sekitar 200 ml karbon dioksida diproduksi setiap menit. Telah masuk ke peredaran
darah, CO2 ditransportasikan melalui tiga jalur,yaitu :
a. terlarut dengan plasma sekitar 7-8%.
b. berikatan dengan hemoglobin membentuk karbaninohemoglobin atau (HbCO2 )
sekitar 25-30%.
c. Sekitar 60-70% berikatan dengan air membentuk asam karbonat, lalu dengan
cepat akan dipecah menjadi ion hidrogen(H+) dan ion dikarbonat dengan bantuan
enzim karbonik anhidrase.
D. Faktor yang Mempengaruhi Oksigenasi
1. Faktor fisiologi
Faktor fisiologi terdari dari :
a. Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas.
c. Hipovelemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O 2
terganggu.
d. Meningkatnya metabolime seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil dan lainlain .
e. Kondisi yang memengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan,
obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB
paru.
2. Faktor Perkembangan
Faktor perkembangan terdiri dari :
a. Bayi prematur, yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b. Bayi dan toddler, adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c. Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok.
d. Dewasa muda dan pertengahan,diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan
stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
e. Dewasa tua, adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.

3. Faktor Perilaku
Faktor perilaku mempengaruhi kebutuhan oksigenisasi, antara lain :
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru,gizi
yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang
tinggi lemak menimbulkan arteriosklerosis.
b. Latihan : dapat meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan
koroner.

13

d. Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan) : menyebabkan intake


nutrisi-Fe menurun mengakibatkan penurunan hemoglobin, alkohol
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
e. Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat.
4. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang mempengaruhi kebutuhan oksidasi, antara lain :
a. Tempat kerja (polusi).
b. Temperatur lingkungan.
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut.
E. Tipe Kekurangan Oksigen dalam Tubuh
Jika oksigen dalam tubuh berkurang, maka ada beberapa istilah yang dipakai sebagai
manifestasi kekurangan oksigen tubuh, yaitu hipoksemia, hipoksia, dan gagal napas.
Status oksigenasi tubuh dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan analisa gas
darah (AGD) dan oksimetri.
1. Hipoksemia
Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen
dalam darah arteri (PaO2) atau saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah normal. Pada
keadaan hipoksemia, tubuh akan melakukan kompensasi dengan cara
meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh
darah ,dan peningkatan nadi. Tanda dan gejala hopoksemia diantaranya sesak
napas, frekuensi napas 35 x/menit, nadi cepat dan dangkal, serta sianosis.
2. Hipoksia
Merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya
pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi
atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi
setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan.penyebab lain hipoksia adalah :
a. Menurunnya hemoglobin.
b. Berkurangnya konsentrasi oksigen, misalnya jika kita berada pada puncak
gunung.
c. Ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, seperti pada keracunan sianida.
d. Menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah seperti pada
pneumonia
e. Menurunnya perfusi jaringan seperti pada syok.
f. Perusakan atau gangguan ventilasi
Tanda-tanda hipoksia diantaranya kelelahan, kecemasan, menurunnya kemampuan
konsentrasi, nadi meningkat, pernapasan cepat dan dalam, sianosis, sesak napas,
serta clubbing finger.
3. Gagal napas
Merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh memenuhi kebutuhan oksigen
karena pasien kehilangan kemampuan ventilasi secara adekuat sehingga terjadi
kegagalan pertukaran gas karbon dioksida dan oksigen. Gagal napas ditandai oleh
adanya peningkatan CO2 dan penurunan O2 dalam darah secara signifikan. Gagal
napas dapat disebabkan oleh gangguan sistem saraf pusat yang mengontrol sistam
penapasan, kelemahan neuromuskular, keracunan obat, ganggun metabolisme,
kelmahan otot pernapasan, dan obstruksi jalan napas.
4. Perubahan pola napas
14

Pada keadaan normal, frekuensi penapasana pada orang dewasa sekitar 18-22
x/menit, dengan irama teratur, serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernapasan normal disebut eupnea. Perubahan pola napas daapat berupa :
a. Dispnea, yaitu kesulitan napas, misalnya pada pasien dengan asma.
b. Apnea, yaitu tidak bernapas, berhenti bernapas.
c. Takipnea, yaitu pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari
24x/menit.
d. Bradipnea, yaitu pernapasan lebih lambat (kurang) dari normal dengan frekuensi
kurang dari 16 x/menit.
e. Kussmaul, yaitu pernapasan dengan panjang ekspirasi dan inspirasi sma,
sehingga pernapaan menjadi lambat dan dalam, misalnya pada penyakit diabetes
melitus dan uremia.
f. Cheyne stokes, merupakan pernapasan cepat dan dalam kemudia berangsur
angsur dangkal dan diikuti periode apnea yang berulang secara teratur. Misalnya
pada keracunan obat bius, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.
g. Biot, adalah pernapasan dalam dan dangkal disertai masa apnea dengan periode
yang tidak teratur, misalnya pada meningitis.
F. Perubahan Fungsi Pernapasan
1. Hiperventilasi
Merupakan upaya tubuh dalam meningkatkan jumlah O 2 dalam paru-paru agar
pernapasan lebih cepat dan dalam. Hiperventilasi dapat disebabkan oleh :
a. Kecemasan;
b. Infeksi atau sepsis;
c. Keracunan obat-obatan;
d. Ketidakseimbangan asam basa seperti pada asidosis metabolik.
Tanda tanda dan gejala hiperventilasi adalah takikardia, napas pendek, nyeri dada
(chest pain), menurunnya konsentrasi, disorientasi, dan tinitus.

2. Hipoventilasi
Hipoventilasi terjadi ketika ventilasi alveolar tidak adekuat untuk memenuuhi
penggunaan O2 tubuh atau untuk mengeluarkan CO2 dengan cukup. Biasanya
terjadi pada keadaan atelektasis (kolaps paru).
Tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan
kesadaran, disorientasi, kardiak disritma, ketidakseimbangan elektrolit, kejang dan
kardiak arrest.
G. Terapi Oksigen
Terapi okesigen pertama kali dipakai dalam bidang kedokteran pada tahun 1800 oleh
Thomas Beddoes, kemudian dikembangkan oleh Alvan Barach pada tahun 1920 untuk
pasien dengan hipoksemia dan penyakit paru obstruktif kronik. Terapi oksigen adalah
pemberian oksigen lebih dari udara atmosfer atau FiO 21 Tujuan terapi oksigen
2

adalah mengoptimalkan oksigenasi jaringan dan mencegah asidosis respiratorik,


15

mencegah hipoksia jaringan, menurunkan kerja napas dan kerja otot jantung, serta
mempertahankan PaO 60 mmHg atau SaO 90%.
2

Indikasi terapi ksigen diberikan pada :


1. perubahan frekuensi atau pola napas;
2. perubahan atau gangguan pertukaran gas atau penurunan (V/G);
3. hipoksemia;
4. menurunnya kerja napas;
5. menurunnya kerja miokard;
6. trauma berat.
Pemberian oksigen/terapi oksigen dapat dilakukan melalui metode berikut ini.
1. Sistem aliran rendah
Pemberian oksigen dengan menggunakan sistem ini ditunjukan pada pasien yang
membutuhkan oksigen tetapi masih mampu bernapas normal, karena teknik sistem
ini menghasilkan FiO2 yang bervariasi atau tidak konstan, sangat dipengaruhi oleh
aliran, reservoir, dan pola napas pasien. Contoh pemberian oksigen dengan aliran
rendah adalah sebagai berikut.
a. Nasal kanula, diberikan dengan kontinu aliran 1-6 liter/menit dengan
konsentrasi oksigen 24-44%.
b. Sungkup muka sederhana(simple mask), diberikan kontinu atau selang-seling 510 liter/menit dengan konsentrasi oksigen 40-60%.
c. Sungkup muka dengan kantong rebreathing. Sungkup ini memiliki kantong
yang terus mengembang baik pada saat inspirasi dan ekspirasi. Pada saat pasien
inspirasi, oksigen masuk dari sungkup melalui lubang antara sungkup dan
kantong reservoir, ditambah oksigen dari udara kamar yang masuk dalam
lubang ekspirasi pada kantong. Aliran oksigen 8-12 liter/menit, dengan
konsentrasi 60-80%.
d. Sungkup muka dengan kantong non rebreathing. Sungkup ini mempunyai dua
katup; 1 katup terbuka pada saat inspirasi dan tertutup pada saat ekspirasi, dan 1
katup yang fungsinya mencegah udara kamar masuk pada saat inspirasi dan
akan membuka pada saat ekspirasi. Pemberian oksigen dengan aliran 10-12
liter/menit, dengan konsentrasi oksigen 80-100%.
2. Sistem Aliran Tinggi
Sistem ini memungkinkan pemberian oksigen dengan FiO 2 lebih stabil dan tidak
terpengaruh oleh tipe pernapasan, sehingga dapat menambah konsentrasi oksigen
yang lebih tepat dan teratur. Contoh dari sistem aliran tinggi adalah dengan ventury
mask atau sungkup muka dengan ventury dengan aliran sekitar 2-15 liter/menit.
Prinsip pemberian oksigen dengan ventury adalah oksigen yang menuju sungkup
diatur dengan alat yang memungkinkan konsentrasi dapat diatur sesuai dengan warna
alat, misalnya; warna biru 24%, putih 28%, jingga atau orange 31%, kuning 35%,
merah 40% dan hijau 60%.

16

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Masalah pernapasan yang pernah dialami
1) Pernah mengalami perubahan pola pernapasan
2) Pernah mengalami batuk dengan sputum
3) Pernah mengalami nyeri dada
4) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala diatas
b. Riwayat penyakit pernapasan
1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB, dll?
2) Bagaimana frekuensi setiap kejadian?
c. Riwayat kardiovaskuler
1) Pernah mengalami penyakit jantung atau peredaran darah
d. Gaya hidup
17

1) Merokok, keluarga perokok, atau lingkungan kerja dengan perokok


2. Pemeriksaan fisik
a. Mata
1) Konjungtiva pucat (karena anemia)
2) Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3) Konjungtiva terdapat pethechial (karena emboli lemak atau endocarditis)
b. Kulit
1) Sianosis periver (vasokonstriksi dan menurunnya aliran darah periver)
2) Sianosis secara umum (hipoksemia)
3) Penurunan turgor (dehidrasi)
4) Edema
5) Edema periorbital
c. Jari dan kuku
1) Sianosis
2) Clubbing finger
d. Mulut dan bibir
1) Membran mukosa sianosis
2) Bernapas dengan mengerutkan mulut
e. Hidung
1) Pernapasan dengan cuping hidung
f. Vena leher
1) Adanya distensi atau bendungan

g. Dada
1) Retrasi otot bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas pernapasan,
dyspnea, atau obstruksi jalan pernapasan)
2) Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan
3) Taktil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara atau suara melewati
saluran atau rongga pernapasan)
4) Suara napas normal (vesicular bronkovesikular, bronkial)
5) Suara napas tidak normal (crakles/rales, ronki, wheezing,
frictionrub,/pleural friction)
6) Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan,dullness)
h. Pola pernapasan
1) Pernapasan normal
2) Pernapasan cepat
3) Pernapasan lambat
3. Pemeriksaan penunjang
a. Tes untuk menentukan keadekuatan system konduksi jantung
1) EKG
2) Exercise stress test
b. Tes untuk menentukan kontraksi miokardium aliran darah
1) Echocardiography
2) Kateterisasi jantung
3) Angiografi
c. Tes untuk mengukur ventilasi dan oksigenasi
18

1) Tes fungsi paru-paru dengan spirometri


2) Tes astrup
3) Oksinetri
4) Pemeriksaan darah lengkap
d. Melihat struktur system pernapasan
1) Foto toraks (X-ray)
2) Bronkoskopi
3) CT Scan paru
e. Menentukan sel abnormal atau infeksi system pernapasan
1) Kultur apus tenggorok
2) Sitology
3) Specimen sputum (BTA)
B. Diagnosa Keperawatan Dan Intervensi
1. Tidak efektifya pola pernapasan
Definisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu mempertahankan pola inhalasi dan
ekshalasi karena adanya gangguan fungsi paru.
Kemungkinan berhubungan dengan:
a. Obstruksi trakeal
b. Perdarahan aktif
c. Menurunnya ekspansi paru
d. Infeksi paru
e. Depresi pusat pernapasan
f. Kelemahan otot pernapasan
Kemungkinan data yang ditemukan:
a. Perubahan irama pernapasan dan jumlah pernapasan
b. Dispnea
c. Penggunaan otot tambahan pernapasan
d. Suara pernapasan tidak normal
e. Batuk disertai dahak
f. Menurunnya kapasitas vital
g. Kecemasan
Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
a. Penyakit kanker, infeksi pada dada;
b. Pengguanaan obat dan keracunan alcohol;
c. Trauma dada
d. Myasthenia gravis, Guillian Barre Syndrome.
Tujuan yang diharapkan
a. Pasien dapat mendemonstrasikan pola pernapasan yang efektif.
b. Data objektif menunjukkan pola pernapassan yang efektif.
c. Pasien merasa lebih nyaman dalam bernapas.

N
o
1.
2.

INTERVENSI

RASIONAL

Berikan oksigen sesuai program


Monitor jumlah pernapasan, penggunaan otot
bantu pernapasan, batuk, bunyi paru, tanda

Mempertahankan oksigen arteri


Mengetahui status pernapasan
19

3.
4.
5.
6.
7.

vital, warna kulit, AGD


Laksanakan program pengobatan
Posisi psien lowler
Bantu dalam terapi inhalasi
Alat-alat emergensi disiapkan dengan baik
Pendidikan kesehatan:
a. Perubahan gaya hidup
b. Menghindari alergen
c. Teknik bernapas
d. Teknik relaksasi

Meningkatkan pernapasan
Meningkatkan pengembangan paru
Membantu mengeluarkan secret
Kemungkinan terjadi kesulitan bernapas yang
akut
Perlu adaptasi baru dengan kondisi sekarang

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Oksigen merupakan gas yang sangat vital dalam kelangsungan hidup sel dan
jaringan tubuh karena oksigen diperlukan untuk proses metabolisme tubuh secara
terus-menerus, gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Oksigen dapat diperoleh dari atmosfer melalui proses
bernafas. Di atmosfer, selain oksigen juga terdapat karbon dioksida ( CO2 ),nitrogen
(N2), dan unsur-unsur lain seperti argon dan helium.
Sistem pernapasan (respirasi) berperan dalam menjamin ketersediaan oksigen
untuk kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh dan pertukaran gas. Pernapasan atau
ventilasi pulmonal merupakan proses pemindahan udara dari dan ke paru-paru.
Proses bernapas terdiri atas dua fase, yaitu : inspirasi (periode ketika aliran udara luar
masuk ke paru-paru) dan ekspirasi (periode ketika udara meninggalkan paru-paru
keluar ke atmosfer).
Sel darah yang sangat berperan dalam oksigenasi adalah sel darah merah,
karena di dalamnya terdapat hemoglobin yang mampu mengikat oksigen, yang
berperan yaitu: transpor oksigen dan transpor karbon dioksida.
Adapun tipe kekurangan oksigen dalam tubuh yaitu: Hipoksemia, yaiut
keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri (PaO2) atau
saturasi O2 arteri (SaO2) dibawah normal. Hipoksia, merupakan keadaan kekurangan
oksigen di jaringan. Gagal napas, merupakan keadaan dimana terjadi kegagalan tubuh
memenuhi kebutuhan oksigen dan perubahan pola napas.

20

21

Anda mungkin juga menyukai