Jakarta, Kompas - Hujan deras berdurasi pendek disertai angin kencang dan halilintar diperkirakan masih akan terjadi hingga bulan Mei 2007. Dalam kondisi normal, hujan dengan kuantitas seperti itu semestinya tidak lagi turun. "Sekarang masih banyak uap air yang berpotensi hujan di atas Pulau Jawa, sekalipun tidak melimpah," kata Kepala Subbidang Informasi Iklim dan Agroklimat Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Soetamto ketika dihubungi di Lampung, Selasa (24/4). Prakiraan senada diungkapkan peneliti Lembaga Penerbangan dan Antariksa (Lapan) Erna Sri Adiningsih, yang sebelumnya aktif memantau penginderaan jauh. Ada dua kondisi yang melatarbelakangi prakiraan musim, masing-masing suhu permukaan laut dan awan hujan. Saat ini, suhu permukaan laut perairan Indonesia (Samudra Hindia dan Laut Jawa) masih hangat di atas normal. Kondisi itu memungkinkan penguapan yang membentuk awan hujan secara intensif di atas Pulau Jawa dan Sumatera bagian selatan. Sementara, melihat kondisi pergerakan awan di zona konvergensi antartropis, curah hujan tinggi sangat mungkin terjadi di kawasan dekat garis ekuator, seperti Riau, Sumatera Barat, dan Kalimantan. Zona konvergensi antartropis (intertropical convergen zone/ITCZ) merupakan zona pertemuan massa udara dari utara dan selatan di atas kawasan tropis yang ditandai terbentuknya awanawan vertikal (kumulunimbus). Daerah-daerah yang berada di bawah zona tersebut bercurah hujan tinggi. Bahkan, kawasan itu memiliki dua puncak musim hujan. "Kalau melihat dari ITCZ yang sudah mendekati ekuator, Jawa dan wilayah selatan memang saat ini seharusnya sudah kurang hujan. Namun, bila melihat suhu permukaan laut di perairan Samudra Indonesia dan Laut Jawa yang masih hangat, hujan masih akan turun hingga Mei," kata Erna. Secara umum, cuaca di wilayah Jawa dan Sumatera bagian selatan pekan-pekan ini, pada pagi hari akan terasa panas. Kondisi tersebut berangsur-angsur mendung sejak siang hingga malam hari. Awan mendung berbentuk seperti bunga kol yang tidak merata. Apabila hujan, angin kencang akan turun vertikal bersama hujan pada sore hari. "Tak jarang diselingi halilintar," tutur Soetamto. Itulah yang beberapa hari terjadi di kawasan Jakarta dan Tangerang. Hujan disertai angin kencang menerbangkan dedaunan. Bagi para petani sawah, hujan hingga Mei justru memberi harapan, seperti petani di kawasan pantai utara (pantura) Jawa, karena sawah tercukupi air. Akan tetapi, berarti bencana bila hujan masih terus mengguyur hingga Juni-Juli karena berpotensi merusak padi. Adapun kecepatan angin pada masa peralihan musim seperti sekarang diprakirakan 30-60 kilometer per jam. Dalam hitungan lebih dari sepuluh menit, angin seperti itu berpotensi menumbangkan pohon atau merubuhkan papan reklame.
Peralihan dan perubahan
Dihubungi terpisah, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMG Mezak A Ratag menegaskan bahwa masa peralihan musim seperti saat ini diikuti perubahan arah angin di utara dan selatan khatulistiwa. Perubahan arah angin biasa terjadi pada peralihan musim. "Kecepatan angin di atas 30 kilometer per jam bisa berbahaya bila berlangsung lama. Itulah yang sekarang terjadi," ungkap dia. Badai tropis juga masih dimungkinkan muncul pada masa peralihan musim seperti saat ini. Peringatan dini Dalam pengumumannya, Pusat Sistem Data dan Informasi (Sisdatin) Meteorologi BMG memberi peringatan dini mewaspadai kawasan rentan banjir dan longsor. Antara 24-26 April, hujan lebat selama 1-5 jam diprakirakan akan mengguyur kawasan Jabodetabek, Banten, Jawa Barat bagian barat dan selatan, Jawa Tengah bagian barat dan selatan, Jawa Timur bagian barat dan tengah, Sumatera bagian tengah dan selatan, Kalimantan Timur, Maluku tengah, dan Papua bagian barat dan tengah. Pencitraan satelit tanggal 24 April menunjukkan terjadinya pertemuan angin di atas perairan Samudra Indonesia, Laut Jawa, dan utara pulau Biak. Adapun kecepatan angin di atas daratan berkisar 10-25 knot. Kepala Direktorat Lingkungan Hidup Departemen Luar Negeri Indonesia, Dewi Savitri Wahab, mengemukakan, pemanasan global telah menimbulkan perubahan iklim yang merugikan manusia. Dampaknya terhadap kehidupan manusia, seperti sosial-ekonomi, sangat besar. "Perubahan musim telah menyebabkan perubahan pola musim hujan. Ini berpengaruh pada pola penanaman dan pertanian lainnya, bahkan bisa menimbulkan bencana alam," ujarnya dalam diskusi Perubahan Iklim dan Pemanasan Global di Kantor PP Muhammadiyah di Jakarta, Senin (23/4). Muhjidin Mawardi, Wakil Ketua Lembaga Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, mengatakan bahwa krisis lingkungan dunia sebenarnya sudah pada tahap mengancam eksistensi planet Bumi. "Perusakan akibat ulah manusia telah menyebabkan degradasi lahan yang sangat nyata, tanah longsor, kualitas dan ketersediaan air berkurang, kepunahan spesies kehidupan, dan sebagainya," ujar Muhjidin. (GSA/MAM)
LAYANAN BERITA SMS 5454 TELKOMSEL
Layanan Langganan Berhenti berita nasional reg kcm nas unreg kcm nas berita politik reg kcm pol unreg kcm pol breaking news 3 reg kcm bn 3 unreg kcm bn 3 breaking news 5 reg kcm bn 5 unreg kcm bn 5 breaking news 10 reg kcm bn 10 unreg kcm bn 10 reg kcm headline kompas unreg kcm hlkompas hlkompas LAYANAN BERITA SMS 9858 FLEXI & FREN Layanan Langganan Berhenti berita nasional reg nas unreg nas berita politik reg pol unreg pol breaking news 3 reg bn 3 unreg bn 3 breaking news 5 reg bn 5 unreg bn 5 breaking news 10 reg bn 10 unreg bn 10 headline kompas reg hlkompas unreg hlkompas