Anda di halaman 1dari 10

BAB III

PERANAN

NANO

PARTIKEL

PERAK

DALAM

MENCEGAH

PENULARAN HIV/AIDS DITINJAU DARI ISLAM

3.1. Pandangan Islam Tentang HIV/AIDS


Terdapat stigma di masyarakat bahawa HIV/AIDS merupakan kutukan
Tuhan. Stigma tersebut mungkin ada benarnya di satu sisi, namun tidak dapat
digeneralisir. Sebab terdapat penderita HIV/AIDS memang akibat perbuatan
mereka, namun ada pula penderita yang menjadi korban, akibat ketidaktelitian dan
tertular karena kesalahan orang lain. Dampak dari stigma ini sering berlanjut pada
perlakuan yang tidak adil pada ODHA, padahal dalam Islam manusia harus
dihormati secara proporsional, termasuk pada ODHA.
Dalam pandangan Islam, HIV/AIDS dapat merupakan musibah atau dapat
pula merupakan cobaan atau ujian. HIV/AIDS dianggap sebagai kutukan dan azab
Allah jika diderita oleh pelaku kemaksiatan, perzinaan, homoseksual, dan yang
melanggar firman Allah, seperti yang tercakup dalam firman Allah :

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.s. Al-Rum
(30) : 41).

Dalam hadits Nabi, jika perzinaan yang merupakan sebab utama


berjangkitnya virus HIV/AIDS telah merajalela dimasyarakat, maka Allah akan
menurunkan azab-Nya :

Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh
penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh
Allah (HR. Al- Thabarani dan Al Hakim).
Jalur penularan utama HIV/AIDS adalah melalui hubungan seksual dan
periaku seksual yang menyimpang seperti homoseksual. Dalam perspektif fiqih
Islam dapat dikaitkan dengan pengaturan Islam terhadap kesehatan secara umum,
khususnya mengenai hubungan seksual dan perzinaan. Berzina baik secara
heteroseksual maupun homoseksual sangat dilarang dalam Islam, termasuk dosa
besar dan diancam azab didunia dan akhirat. Zina merupakan perbuatan keji dan
seburuk-buruknya jalan kehidupan, seperti ditegaskan dalam firman Allah :

Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (Q.s.Al-Isra (17):32).
Islam juga mengutuk dan melarang tindakan homoseksual yang termasuk
salah satu penyebab penularan HIV/AIDS. Pelaku homoseksual merupakan orang
bodoh, seperti ditegaskan dalam ayat Alquran :

"Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu(mu), bukan


(mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui
(akibat perbuatanmu)"( Q.s. Al-Naml (27):55).
HIV/AIDS dapat dianggap sebagai cobaan jika diderita oleh orang-orang
yang beriman dan shaleh, seperti tertulari melalui jarum suntik, donor darah,
menikah dengan ODHA, dan sebagainya. Mereka harus bersabar atas musibah itu,
seperti yang tercakup dalam ayat Alquran :

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan (Q.s. AlAnbiya (21):35).

Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar( Q.s. Al-Baqarah (2):155).
Musibah yang diberikan Allah tidak hanya khusus tertuju pada pelaku
kezaliman, tetapi berlaku umum, termasuk pada orang baik. Allah berfirman
dalam Alquran :

Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orangorang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya (Q.s. Al-Anfal (8): 25)
3.2. Tuntunan Islam Bagi Pengidap HIV/AIDS
Islam menekankan agar memperhatikan dan memperlakukan dengan baik
orang-orang sakit, meliputi segala jenisnya, termasuk sakit terkena HIV/AIDS.
Namun demikian perlakuan yang baik tidak sampai harus mengorbankan dirinya
atau orang lain yang tidak terkena HIV/AIDS menjadi tertular.
Bagi seseorang yang sudah terlanjur tertular atau mengidap virus
HIV/AIDS, ajaran Islam memberikan tuntunan umum sebagaimana dianjurkan
pada mereka yang sedang menunggu saat-saat kematian. Ada sejumlah tindakn
yang seharusnya dilakukan kepada mereka, baik yang kondisinya masih baru
diketahui positif,maupun yang sudah sampai pada stadium lanjut. Kepada orang
disekitarnya dituntut untuk membimbing pasien, antara lain agar tetap optimis ,
bersabar, bersyukur, Husnuzh Zhan, bertawakkal, bertobat, berwasiat, mentalqin,
membimbing beribadah, menjaga agar pakaiannya tetap bersih dan suci,
menjaganya agar tidak terganggu, dan sebagainya.
Membangkitkan rasa optimisme kepada pasien
Penjenguk, keluarga, atau yang merawat pasien penyakit terminal,
termasuk ODHA yang sudah ada tanda tanda kematiannya sudah dekat,
hendaknya berusaha membangkitkan rasa optimisnya untuk sembuh, jangan
sampai berputus asa dari rahmat Allah. Ucapan yang sebaiknya diucapkan,
seperti: insya Allah anda akan sembuh. Namun ,kepada orang yang sudah tidak
dapat diharapkan lagi kesembuhannya, hendaklah mengucapkan dalam hati

mudah-mudahan Allah meringankan penderitaannya dan senantiasa mendapatkan


rahmat-Nya.

Apabila kamu menziarahi orang sakit, berilah peransang kepadanya untuk terus
hidup (atau hilangkan kesedihannya kerana memikirkan tentang ajalnya). Ia
(yakni ucapan peransang kamu itu) tidaklah dapat menolak sesuatu (yang telah
ditentukan Allah), namun ia memberi kegembiraan kepada pesakit (Riwayat
Imam at-Tirmizi dari Abi Said al-Khudri).
Dengan tetap memperhatikan kondisi pasien, bagi penjenguk, keluarga,
atau yang merawatnya, juga dianjurkan amar makruf nahi munkar. Misalnya,
pasien tidak mengerti atau malas mengerjakan shalat, hendaknya menuntunnya
sehingga mau mengerjakan shalat sesuai dengan kemampuan dan kondisi
sakitnya.
Bersabar dan bersyukur
Kiat- kiat Islami agar dapat selalu bersabar adalah dengan megetahui
hakikat kehidupan didunia, kesulitan, kesusahan yang ada, sebab manusia
memang diciptakan dalam susah payah. Beriman bahwa dunia seluruhnya adalah
milik Allah, Allah meberi dan menahannya dari orang yang disukai-Nya.
Jika sakit disikapi dengan sabar dan syukur, dibalik sakit ada rahmat,
sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi :

Dari Abi Said al-Khudri dan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhumamenceritakan bahawa Nabi sallallahu alaihi wasallam- bersabda; Tidak ada
yang menimpa seorang muslim dari suatu kepayahan/kepenatan, kesakitan,
kekecewaan, kesedihan, tindakan yang menyakitkan dari orang lain dan
kedukacitaan hatta duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan
dengannya sebahagian dari dosa-dosanya. (Soheh al-Bukhari, kitab al-Mardha).
Tidak hanya dosa-dosa yang akan terhapus, malah darjat dan kebajikan
juga akan diangkat dan ditambah oleh Allah sebagaimana sabda Nabi sallallahu
alaihi wasallam- dalam hadis yang lain;

Dari Aisyah radhiyallahu anha- menceritakan; Rasulullah sallallahu alaihi


wasallam- bersabda; Tidak mengena seorang mukmin satu duri atau yang lebih
besar darinya melainkan Allah akan mengangkat dengan kerananya satu darjat
atau menggugurkan darinya satu dosa. (Soheh Muslim, kitab al-Birr wa asSilah).

Bertawakkal
Tawakkal berati menyerahkan, mempercayakan, atau mewakili urusan kepada
orang lain. Menurut istilah, tawakkal adalah menyerahkan segala urusan ,
berikhtiar dan berusaha, serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya guna
mendapatkan manfaat atau menolak mudarat.

Terhadap ODHA, jika penyakitnya diderita akibat tertular bukan karena


kesalahannya, hendaknya bersabar dan bertawakkal kepada Allah dan
menerimanya sebagai cobaan, musibah, dan ujian atas kualitas keimanannya.
Segera bertobat dan beramal shalih
Bagi ODHA dianjurkan agar segera bertobat dengan bentuk tobat nasuha
( tobat yang sungguh-sungguh), dengan cara meyucikan diri dari kekhilafan,
kesalahan, dan dosa yang pernah dilakukannya, sebagaimana yang dianjurkan
dalam ayat Alquran :

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan


nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan
menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan
Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka
memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan:
"Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami;
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu".at tahrim 31
Realisasi bentuk tobat dibuktikan dengan mengingat kesalahan dan dosa
masa lalu,menyesal atas kesalahan dan dosa yang pernah dilakukan, berjanji
dalam hati untuk tidak akan mengulangi kesalahan dan dosa yang pernah

dilakukan, minta maaf kepada orang yang pernah disalahinya dan mohon ampun
kepada Allah, memperbanyak ibadah dan amal kebajikan.
Berdoa dan taqarrub ilallah
pasien disarankan agar memperbanyak berdoa, memohon kepada Allah untuk
memperoleh rahmat dan segala sesuatu yang diridhainya, tercapai harapan yang
diinginkannya, serta mendapat perlindungan dari segala bencana. Allah
menganjurkan agar berdoa seperti terdapat dalam firman-Nya :

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),


bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.albaqarah 186
Selain berdoa, juga disarankan banyak Tqarrub Ilallah, yang berarti
mendekatkan diri kepada Allah, antara lain dengan memperbanyak ibadah sunnah,
shalat, zikir, membaca istighfar, tasbih, tahmid, membaca Alquran, dan
sebagainya. Sebagai mana dianjurkan dalam firman Allah :

41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya.

42. Dan bertasbihlah kepada-Nya diwaktu pagi dan petang.

43. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan


ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang
beriman.qs alahzab

Tetap husnuzh zhan dan berusaha menjadi husnul khatimah


Pasien HIV/AIDS disarankan untuk tetap berprasangka baik ( husnuzh
zhan) kepada Allah SWT, dalam arti perngharapannya kepada rahmat Allah
melebihi perasaan takutnya kepada azab. Diupayakan kepaa ODHA, bila ajal akan
tiba tetap alam keadaan iman dan Islam, penghujung kehidupan yang baik (husnul
khatimah), sebagaimana ditekankan dalam firman Allah :

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa


kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam.ali imran 102

Perkawinan ODHA
Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), perkawinan antara dua
orang (laki-laki dan wanita) yang sama-sama menderita HIV/AIDS hukumnya
boleh. Hukum menikah bagi ODHA dengan sesama pengidap maupun bukan,
menurut Ljnah Bahsul Masail Nahdatul Ulama (NU) hukumnya sah, namun
makruh.
Wahbah al-Zuhaili dalam bukunya ,al- Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh
menyatakan, menurut Mazhab Syafii, orang yang sakit seperti lanjut usia, sakit
kronis, penderita impotensi yang tidak bisa sembuh, lelaki yang hilang batang
zakar atau buah zakarnya sehingga tidak mempunyai nafsu birahi seksual lagi,
hukumnya makruh menikah. HIV/AIDS selan dianggap sebagai penyakit yang
sulit disembuhkan (maradh daim), juga diyakini membahyakan orang lain
(tayaqqun al-Idlar), maka hukumnya haram.
Apabila seorang laki-laki yang akan menikah yakin bahwa perkawinannya
akan mengzalimi dan menimpakan kemudaratan atas perempuan yang akan
dinikahinya, maka hukum pernikahannnya adalah haram. Dasarnya tercakup
dalam keumuman hadis Nabi yang menyebutkan :

Anda mungkin juga menyukai