PERANAN
NANO
PARTIKEL
PERAK
DALAM
MENCEGAH
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat)
perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (Q.s. Al-Rum
(30) : 41).
Apabila telah marak perzinaan dan praktek ribawi di suatu negeri, maka sungguh
penduduk negeri tersebut telah menghalalkan diri mereka untuk diadzab oleh
Allah (HR. Al- Thabarani dan Al Hakim).
Jalur penularan utama HIV/AIDS adalah melalui hubungan seksual dan
periaku seksual yang menyimpang seperti homoseksual. Dalam perspektif fiqih
Islam dapat dikaitkan dengan pengaturan Islam terhadap kesehatan secara umum,
khususnya mengenai hubungan seksual dan perzinaan. Berzina baik secara
heteroseksual maupun homoseksual sangat dilarang dalam Islam, termasuk dosa
besar dan diancam azab didunia dan akhirat. Zina merupakan perbuatan keji dan
seburuk-buruknya jalan kehidupan, seperti ditegaskan dalam firman Allah :
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk (Q.s.Al-Isra (17):32).
Islam juga mengutuk dan melarang tindakan homoseksual yang termasuk
salah satu penyebab penularan HIV/AIDS. Pelaku homoseksual merupakan orang
bodoh, seperti ditegaskan dalam ayat Alquran :
Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang
sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan (Q.s. AlAnbiya (21):35).
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar( Q.s. Al-Baqarah (2):155).
Musibah yang diberikan Allah tidak hanya khusus tertuju pada pelaku
kezaliman, tetapi berlaku umum, termasuk pada orang baik. Allah berfirman
dalam Alquran :
Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orangorang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya (Q.s. Al-Anfal (8): 25)
3.2. Tuntunan Islam Bagi Pengidap HIV/AIDS
Islam menekankan agar memperhatikan dan memperlakukan dengan baik
orang-orang sakit, meliputi segala jenisnya, termasuk sakit terkena HIV/AIDS.
Namun demikian perlakuan yang baik tidak sampai harus mengorbankan dirinya
atau orang lain yang tidak terkena HIV/AIDS menjadi tertular.
Bagi seseorang yang sudah terlanjur tertular atau mengidap virus
HIV/AIDS, ajaran Islam memberikan tuntunan umum sebagaimana dianjurkan
pada mereka yang sedang menunggu saat-saat kematian. Ada sejumlah tindakn
yang seharusnya dilakukan kepada mereka, baik yang kondisinya masih baru
diketahui positif,maupun yang sudah sampai pada stadium lanjut. Kepada orang
disekitarnya dituntut untuk membimbing pasien, antara lain agar tetap optimis ,
bersabar, bersyukur, Husnuzh Zhan, bertawakkal, bertobat, berwasiat, mentalqin,
membimbing beribadah, menjaga agar pakaiannya tetap bersih dan suci,
menjaganya agar tidak terganggu, dan sebagainya.
Membangkitkan rasa optimisme kepada pasien
Penjenguk, keluarga, atau yang merawat pasien penyakit terminal,
termasuk ODHA yang sudah ada tanda tanda kematiannya sudah dekat,
hendaknya berusaha membangkitkan rasa optimisnya untuk sembuh, jangan
sampai berputus asa dari rahmat Allah. Ucapan yang sebaiknya diucapkan,
seperti: insya Allah anda akan sembuh. Namun ,kepada orang yang sudah tidak
dapat diharapkan lagi kesembuhannya, hendaklah mengucapkan dalam hati
Apabila kamu menziarahi orang sakit, berilah peransang kepadanya untuk terus
hidup (atau hilangkan kesedihannya kerana memikirkan tentang ajalnya). Ia
(yakni ucapan peransang kamu itu) tidaklah dapat menolak sesuatu (yang telah
ditentukan Allah), namun ia memberi kegembiraan kepada pesakit (Riwayat
Imam at-Tirmizi dari Abi Said al-Khudri).
Dengan tetap memperhatikan kondisi pasien, bagi penjenguk, keluarga,
atau yang merawatnya, juga dianjurkan amar makruf nahi munkar. Misalnya,
pasien tidak mengerti atau malas mengerjakan shalat, hendaknya menuntunnya
sehingga mau mengerjakan shalat sesuai dengan kemampuan dan kondisi
sakitnya.
Bersabar dan bersyukur
Kiat- kiat Islami agar dapat selalu bersabar adalah dengan megetahui
hakikat kehidupan didunia, kesulitan, kesusahan yang ada, sebab manusia
memang diciptakan dalam susah payah. Beriman bahwa dunia seluruhnya adalah
milik Allah, Allah meberi dan menahannya dari orang yang disukai-Nya.
Jika sakit disikapi dengan sabar dan syukur, dibalik sakit ada rahmat,
sebagaimana disebutkan dalam hadis nabi :
Dari Abi Said al-Khudri dan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhumamenceritakan bahawa Nabi sallallahu alaihi wasallam- bersabda; Tidak ada
yang menimpa seorang muslim dari suatu kepayahan/kepenatan, kesakitan,
kekecewaan, kesedihan, tindakan yang menyakitkan dari orang lain dan
kedukacitaan hatta duri yang menusuknya melainkan Allah akan menghapuskan
dengannya sebahagian dari dosa-dosanya. (Soheh al-Bukhari, kitab al-Mardha).
Tidak hanya dosa-dosa yang akan terhapus, malah darjat dan kebajikan
juga akan diangkat dan ditambah oleh Allah sebagaimana sabda Nabi sallallahu
alaihi wasallam- dalam hadis yang lain;
Bertawakkal
Tawakkal berati menyerahkan, mempercayakan, atau mewakili urusan kepada
orang lain. Menurut istilah, tawakkal adalah menyerahkan segala urusan ,
berikhtiar dan berusaha, serta berserah diri sepenuhnya kepada-Nya guna
mendapatkan manfaat atau menolak mudarat.
dilakukan, minta maaf kepada orang yang pernah disalahinya dan mohon ampun
kepada Allah, memperbanyak ibadah dan amal kebajikan.
Berdoa dan taqarrub ilallah
pasien disarankan agar memperbanyak berdoa, memohon kepada Allah untuk
memperoleh rahmat dan segala sesuatu yang diridhainya, tercapai harapan yang
diinginkannya, serta mendapat perlindungan dari segala bencana. Allah
menganjurkan agar berdoa seperti terdapat dalam firman-Nya :
41. Hai orang-orang yang beriman, berzdikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya.
Perkawinan ODHA
Menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI), perkawinan antara dua
orang (laki-laki dan wanita) yang sama-sama menderita HIV/AIDS hukumnya
boleh. Hukum menikah bagi ODHA dengan sesama pengidap maupun bukan,
menurut Ljnah Bahsul Masail Nahdatul Ulama (NU) hukumnya sah, namun
makruh.
Wahbah al-Zuhaili dalam bukunya ,al- Fiqh al-Islamiy wa Adillatuh
menyatakan, menurut Mazhab Syafii, orang yang sakit seperti lanjut usia, sakit
kronis, penderita impotensi yang tidak bisa sembuh, lelaki yang hilang batang
zakar atau buah zakarnya sehingga tidak mempunyai nafsu birahi seksual lagi,
hukumnya makruh menikah. HIV/AIDS selan dianggap sebagai penyakit yang
sulit disembuhkan (maradh daim), juga diyakini membahyakan orang lain
(tayaqqun al-Idlar), maka hukumnya haram.
Apabila seorang laki-laki yang akan menikah yakin bahwa perkawinannya
akan mengzalimi dan menimpakan kemudaratan atas perempuan yang akan
dinikahinya, maka hukum pernikahannnya adalah haram. Dasarnya tercakup
dalam keumuman hadis Nabi yang menyebutkan :