Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH KIMIA ANALITIK

PEMICU-1
Potensiometri

Kelompok 4
Ghina Marsya N (1406608025)
Irfan Aditya (1406531800)
Naufal Syafiq M (1406607981)
Rizka Thalita (1406552912)
Saphira Nurina F (1406552875)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS INDONESIA
2015

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kehendakNya laporan yang berjudul Potensiometri ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya. Penulisan laporan ini bertujuan untuk pembuatan tugas penulisan laporan
pemicu1 mata kuliah Kimia Analitik Semester Pendek. Selain itu, tujuan penulis
dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui konsep potensiometri beserta
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam penyelesaian laporan ini, penulis banyak mengalami kesulitan, terutama
disebabkan oleh kurangnya ilmu pengetahuan. Namun, berkat bimbingan dari
berbagai pihak, laporan ini dapat terselesaikan walaupun masih banyak
kekurangannya. Karena itu, sepantasnya jika penulis mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Ibu Dianursanti yang telah memberikan kepercayaan dan kesempatan untuk
membuat laporan, juga memberikan pengarahan dan bimbingannya kepada
penulis,
2. Semua pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung, yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Sebagai mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih perlu
banyak belajar dalam penulisan laporan, penulis menyadari bahwa makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang positif agar laporan ini dapat menjadi lebih baik dan berdaya
guna di masa yang akan datang.
Penulis berharap laporan yang sederhana ini dapat menambah pengetahuan
pembaca mengenai potensiometri beserta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari,
serta bermanfaat bagi rekan mahasiswa dan semua kalangan masyarakat.
Depok, 4 Oktober 2015
Tim Penulis

BAB I
1

PENDAHULUAN
Potensiometri merupakan salah satu metode analisis elektrokimiawi untuk
menentukan konsentrasi larutan analit yang menggunakan reaksi reduksi-oksidasi
dan persamaan Nerst sebagai prinsip dasarnya. Analisis potensiometrik ini seringkali
dipakai dalam kehidupan sehari-hari disebabkan oleh beberapa kelebihannya jika
dibandingkan dengan metode analisis elektrokimiawi lainnya. Kelebihan dari analisis
potensiometrik ini adalah ekonomis (membutuhkan biaya yang kecil disebabkan
harga-harga komponen penyusunnya yang relatif murah), kompak, kuat, dan tahan
lama, mudah dirangkai, tidak merusak dan mempengaruhi komposisi larutan analit
yang ingin diuji, mudah dipantau dan diamati, dan bersifat stabil pada berbagai
tingkatan konsentrasi analit. Meskipun begitu, analisis potensiometrik ini cenderung
memiliki kekurangan dalam hal akurasi dan presisinya dikarenakan adanya potensial
sambungan cair yang muncul di antara pertemuan larutan elektroda acuan dan
larutan analit yang berkontribusi juga pada potensial sel yang terukur pada voltmeter.
Komponen sel potensiometri bersifat sederhana yaitu terdiri dari sebuah
elektroda acuan, elektroda indikator, rangkaian jembatan garam, dan pengukur
tegangan (voltmeter). Elektroda acuan merupakan elektroda yang telah diketahui
potensialnya secara pasti dan potensialnya bernilai konstan pada temperatur konstan
selama pengukuran berlangsung. Nilai potensial dari elektroda ini juga tidak
tergantung pada komposisi dari larutan uji. Elektroda acuan dapat berupa elektroda
hidrogen standar (standard hydrogen electrode), elektroda kalomel jenuh (saturated
calomel electrode), dan elektroda perak-perak klorida. Sementara itu, elektroda
indikator merupakan elektroda yang potensialnya merespons perubahan aktivitas
dalam larutan uji. Elektroda indikator dapat berupa elektroda membran, elektroda
inert, maupun elektroda logam. Rangkaian jembatan garam yang terdapat dalam sel
potensiometri berfungsi mencegah tercampurnya komponen dari larutan uji dengan
elektroda acuan. Jembatan garam ini juga berperan dalam meminimalisasi besarnya
nilai potensial sambungan cair yang terukur di voltmeter.
Dalam melaksanakan analisis potensiometrik, terdapat 4 metode yang
2

mungkin dipilih yaitu potensiometri langsung (direct potentiometry), titrasi


potensiometri, standard addition, dan sample addition. Masing-masing metode
memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Oleh sebab itu dalam memeilih
metode mana yang akan digunakan perlu dipertimbagkan metode yang akan
memaksimalkan kelebihan dan meminimalkan kekurangan pada situasi dan kondisi
pengukuran.
Potensiometri dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari baik dalam
kimia teoritis maupun praktikal. Penerapan secara teoritis dari potensiometri yaitu
penentuan tetapan kesetimbangan termodinamika seperti Ka, Kb, dan Ksp.
Sementara itu penerapan secara praktikal yaitu pembuatan pH meter, penentuan
kadar polutan dalam lingkungan, dan pemeriksaan pH produk industri.

BAB II
ISI

1. Menanggapi masalah di atas, sikap apa yang harus dikembangkan sebgai


seorang lulusan teknik kimia UI yang paham mengenai sifat-sifat bahan kimia,
agar dapat meredakan keresahan masyarakat sekitar terhadap isu yang
berkembang.
Jawab:
Sebagai sarjana lulusan Teknik Kimia UI, cara kita menanggapi permasalahan
yang sedang beredar di masyarakat adalah secara objektif dan bijaksana. Langkah
pertama adalah kita harus mendalami ilmu kimia analitik, untuk bisa menganalisis
kandungan garam beryodium dalam berbagai metode. Kita juga harus meluruskan
dan memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana cara penanganan yang tepat
dan akurat.

2. Dapatkan anda menjelaskan apakah yodium ini dari aspek kimianya dan
mengapa perlu ditambahkan ke dalam garam dapur? Bagaimana proses
yodisasi garam dilakukan?
Jawab:
Yodium adalah unsur nonlogam yang hampir hitam solid pada suhu kamar dan
memiliki penampilan kristal berkilauan. Kisi molekul mengandung molekul diskrit
diatomik, yang juga hadir dalam bentuk cair dan gas. Di atas 700 C (1.300 F),
disosiasi menjadi atom yodium menjadi cukup besar.
Konduktivitas listrik yodium cair telah sebagian dijelaskan dalam ionisasi
kesetimbangan:
3I2 I3 + + I3-.
Iodida alkali dapat larut dalam yodium cair dan memberikan larutan pada tipe
cairan elektrolit lemah. Iodida alkali bereaksi dengan senyawa yang mengandung
yodium dengan bilangan oksidasi +1, seperti yodium bromida, seperti dalam
persamaan berikut:
Kl3 + IBr KBr + 2I2Dalam reaksi seperti ini, iodida alkali dapat dianggap sebagai basis. Molekul
yodium dapat bertindak sebagai asam Lewis karena bergabung dengan berbagai basis
4

Lewis. Walaupun Interaksinya lemah, beberapa senyawa kompleks yang solid telah
diisolasi. Kerumitan mudah dideteksi dalam larutan dan disebut sebagai chargetransfer complexes. Yodium, misalnya, sedikit larut dalam air dan memberikan
larutan warna coklat kekuningan. Larutan Brown juga terbentuk dengan alkohol, eter,
keton, dan senyawa lain yang bertindak sebagai basa Lewis melalui atom oksigen,
seperti dalam contoh berikut:

di mana kelompok R mewakili berbagai kelompok organik.


Garam beryodium adalah garam yang mengandung atau yang dicampuri yodium.
Garam beryodium berasal dari garam biasa yang dicampur dengan zat yodium.
Istilahnya difortifikasi atau diyodisasi. Garam beryodium yang dianjurkan untuk
digunakan manusia adalah yang memenuhi Standar Nasional Indonesia, yaitu
kandungan yodiumnya lebih dari 30 ppm.
Proses Yodisasi garam :
1. KIO3 dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 4% dalam tangki berpengaduk
selama 1 jam (batas kelarutan KIO3 pada suhu ruangan kl. 9.1 gram per L air).
Iodat lebih mudah dilarutkan dengan air panas.
2. Air pelarut tidak boleh mengandung ion besi dan ion mangan
3. Bahan yang terkena larutan (tangki, pengaduk, pompa, pipa) harus terbuat
dari stainless steel atau plastik (PE)
4. Sebaiknya dosing Iodat menggunakan pompa dosing agar laju alir bisa diatur
dan konsisten
5. Laju alir larutan disesuaikan dengan laju alir garam untuk mendapatkan kadar
iodat 50 60 ppm.
6. Contoh untuk mendapatkan produk dengan kadar iodat 50 ppm, dengan
larutan 4% iodat, maka dosing diatur seperti tabel.
7. Laju alir garam 0.5 ton/jam maka laju alir larutan: 0.625 L/jam atau 625
cc/jam
8. Laju alir garam 1 ton/jam maka laju alir larutan: 1.25 L/jam atau 1250 cc/jam
9. Laju alir garam 2 ton/jam maka laju alir larutan: 2.5 L/jam atau 2500 cc/jam
3. Setujukan anda dengan pernyataan yang menyatakan bahwa penanganan yang
salah terhadap garam yodium dapat menghilangkan manfaatnya bahkan
berpotensi menghasilkan efek toksik pada makanan? Mengapa demikian? Hal
apa saja yang menurut anda merupakan kesalahan dalam penanganan garam
beryodium pada kehidupan sehari-hari?
5

Jawab:
Yodium memiliki tekanan uap moderat pada suhu kamar dan di tempat terbuka
perlahan menyublim menjadi uap ungu tua yang mengiritasi mata, hidung, dan
tenggorokan. (Yodium yang berkonsentrasi tinggi beracun dan dapat menyebabkan
kerusakan serius pada kulit dan jaringan.)
4. Dalam kegiatan analisis suatu komponen kimia, dahulu dikenal sebagai metode
yang klasik, seperti gravimetric dan volumetric. Apa yang anda ketahui tentang
keduanya? Dapatkah anda menentukan kandungan suatu yodium dalam suatu
larutan menggunakan kedua cara tersebut?
Jawab:
Metode analisis gravimetri adalah cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada
berat tetap-nya. Bagian besar analis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau
gugus dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan stabil,
sehingga dapat diketahui berat tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis
selanjutnya dihitung dari rumus senyawa serta berat atom penyusunnya. Tahap awal
dari analisis gravimetri adalah pemisahan komponen yang ingin diketahui dari
komponen-komponen lain yang terdapat dalam suatu sampel kemudian dilakukan
pengendapanyaitu transformasi konstituen ke dalam bentuksenyawa stabil dan murni
yang dapat diukur.
Pengukuran dalam metode gravimetri adalahdengan penimbangan.
Banyaknyakomponen yang dianalisis ditentukan darihubungan antara berat sampel
yang hendak dianalisis, massa atom relatif, massa molekul relatif dan berat endapan
hasil reaksi.
Suatu metode analisis gravimetri didasakan pada reaksi kimia seperti :
aA + bB > AaRr
Salah satu faktor penting dalam metode analisis gravimetri adalah harus
terpenuhinya syarat-syarat sebagai berikut,agar analisis suatu senyawa secara
gravimetri dapat dikatakan berhasil :
1

Proses pemisahan analit yang dituju harus berlangsung secara sempurna


sehingga banyaknya analit yang tidak terendapkan secara analitis tidak
terdeteksi

Zat yang ditimbang harus murni atau mendekati murni dan mempunyai
susunan yang pasti. Jika syarat ini tidak terpenuhi maka akan menimbulkan
kesalahan yang besar.

Sedangkan metode volumetric adalah metode yang didasarkan pada pengukuran


volume larutan atau berat zat yang diketahui konsentrasinya, yang dibutuhkan untuk
bereaksi secara kuantitatif dengan larutan zat yang dibutuhkan tadi. Dalam volumetri,
penentuan bisa dilakukan dengan dua jalan. Yang pertama adalah titrasi yaitu, suatu
proses di mana larutan baku (dalam bentuk larutan yang telah diketahui
konsentrasinya) ditambahkan sedikit demi sedikit dari sebuah buret pada larutan yang
ditentukan atau yang dititrasi sampai keduanya bereaksi sampai sempurna dan
mencapai jumlah equivalen larutan baku sama dengan nol equivalen larutan yang
dititrasi dan titik titrasi ini dinamakan titik equivalen atau titik akhir titrasi. Untuk
mengetahui kesempurnaan berlangsungnya reaksi antara larutan baku dan larutan
yang dititrasi digunakan suatu zat kimia yang dikenal sebagai indikator, yang dapat
membantu dalam menentukan kapan penambahan titran harus dihentikan.
Yang kedua adalah gasometri, pada metode ini analat direaksikan sehingga
terbentuk suatu gas atau terpakai perekasi berbentuk gas. Jumlah zat / komponen
yang dicari dihitung dari volume gas tersebut. Jadi gasometri didasarkan pada
pengukuran volume gas yang dibebaskan atau diserap dalam suatu reaksi kimia.
Kedua cara diatas, yaitu gravimetri dan volumetri dapat digunakan untuk
mengukur kadar yodium yang ada pada garam. Pada metode gravimetric tahapannya
adalah:
1

Cuplikan ditimbang dan dilarutkan sehingga partikel yang akan diendapkan


menjadi ion ionnya

Ditambahkan pereaksi agar terjadi endapan, hal yang harus diperhatikan pada
tahapan ini adalah: reaksi yang terjadi, keadaan optimum untuk pengendapan,
kemurnian endapan, proses terjadinya kopresipitasi, terjadinya endapan yang
mudah disaring, endapan yang mudah dicuci.

Proses penyaringan endapan, hal yang harus diperhatikan adalah: memilih


kertas saring yang sesuai, cara menyiapkan kertas saring pada corong, dan
cara memelihara cairan dalam corong saat menyaring

Mencuci endapan, hal yang harus diperhatikan adalah: cairan pencuci, cara
mengerjakan pencucian, cara memeriksa dan mengeringkan endapan.

Mengabukan kertas saring dan memijarkan endapan hingga beratnya konstan

Menimbang hasil endapan

Sedangkan pada metode volumetri, tahapan metodenya adalah:


1

Menimbang contoh garam ke dalam labu Erlenmeyer

Menambahkan aquades untuk melarutkan garam

Memasukkan laruran pentitran ke dalam buret. Larutan pentitran ini sudah


ditambah sedikit indicator asam basa, sehingga saat titik equivalen dicapai,
larutan akan berubah warna sehingga mudah diamati. Larutan ini juga sudah
diketahui molaritasnya, sehingga dapat dibandingkan dengan titran yang diuji.

Menambahkan sedikit demi sedikit pentitran ke dalam titran sampai tercapai


titik equivalen yang terlihat dari perubahan warna.

5
5.

Menghitung konsentrasi titran setelah titik equivalen tercapai.

Jika dalam suatu tim riset ilmiah anda diputuskan untuk menggunakan potensiometri untuk
mengukur kandungan yodium dalam air secara instrumental, apa yang dapat anda jelaskan
mengenai metode tersebut?

Jawab:
Metode Potensiometri Langsung beradasarkan pada adanya perbedaan
potensial yang terjadi saat suatu elektroda indikator dicelupkan ke dalam larutan uji
dan saat elektroda indikator dicelupkan ke dalam larutan standar. Berdasarkan
persamaan Nerst dan data hasil pengukuran kedua potensial tersebut makan dapat
ditentukan aktivitas atau konsentrasi spesi kimia dalam larutan uji. Dibandingkan
metode analisis potensiometri lainnya, metode analisis potensiometri langsung ini
memiliki kelebihan yaitu pemberian perlakuannya tak merusak komposisi larutan uji.
8

Meskipun begitu, terkadang metode ini sulit untuk diberlakukan sebab sangat sulit
mendapatkan potensial stabil dari pengukuran dengan voltmeter.
6. Dalam teknik potensiometri, digunakan berbagai jenis elektroda. Dapatkah
anda menjelaskan tentang penggunaan berbagai jenis elektroda tersebut?
Jawab:
Elektroda Kerja (Working Electrode)
Elektroda ini yang berkontak dengan sampel dan mengukur potensial sampel
tersebut. Dalam pengukuran, elektroda ini yang nilainya berubah-ubah terhadap
elekroda pembanding. Elektroda kerja terdiri dari logam-logam inert seperti perak,
emas dan platinum, karbon inert serta merkuri. Elektroda kerja terbagi menjadi tiga
yaitu elektroda logam,elektroda membran, dan elektroda inert.
Elektroda logam dapat dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu :

Tipe 1 : adalah elektroda yang langsung berkeseimbangandengan kation yang


berasal dari logam tersebut. Digunakan untuk mengukur aktivitas ion logam yang
sesuai dengan logam logamnya yang berfungsi sebagai elektroda. Contoh,
elektroda tembaga.
Cu2+ + 2e == Cu(s)
sehingga,
E = E0Cu- (0,059/2) log [1/Cu2+]
E = E0Cu- (0,059/2) pCu
dengan pCu adalah - log [Cu2+], jadi elektroda tembaga mengukur langsung pCu.
Logam lain yang mempunyai sifat dapat balik (reversibel) meliputi, perak,raksa,
kadmium, seng dan timbal.

Tipe 2 : digunakan untuk mengukur anion-anion denganc ara bereaksi dengan


anion yang diukur membentuk endapan, atau ion kompleks yang stabil. Contoh
elektroda ion selektif klorida yang dibuat dari Ag yang dijenuhkan dengan lapisan
AgCl.
AgCl(s)+ e == Ag(s)+ Cl-

sehingga,
9

E = E0- (0,059/1) log [Cl-]


E = E0- 0,059 pCl
Contoh lain, elektroda raksa untuk mengukur konsentrasi anion EDTA(disingkat
Y4-). Pengukurannya didasarkan pada sifat elektroda raksa dalam larutan
kompleks stabil Hg(II)-EDTA encer. Reaksi pada elektroda adalah,
HgY2-+ 2 e-== Hg(l)+ Y4- E = 0,21 V
Untuk reaksi tersebut berlaku,
E = 0,21 - (0,059/2) log { [Y4-] / [HgY2-] }
Untuk menggunakan sistem elektroda ini perlu ditambahkan sedikit HgY 2- ke
dalam larutan. Karena kompleks ini sangat stabil (untuk HgY2-, Kf = 6,3 x 1021),
maka konsentrasi HgY2-diangap tetap. Sehingga persamaannya menjadi,
E = K - (0,059/2) log [Y4-]
E = K - (0,059/2) pY
dengan K = 0,21 - (0,059/2) log {1 / [HgY2-] }

Tipe 3 : adalah elektroda logam yang harga potensialnya bergantung pada


konsentrasi ion logam lain. Contoh, elektroda Hg dapatdigunakan untuk
menentukan konsentrasi Ca2+, Zn2+, atau Cd2+ yang terdapat dalam larutan.
Digunakan untuk mengukur kation yang berbeda dengan logam sebagai elektroda
indikator melalui reaksi tidak langsung. Contoh elektroda Hg bisa digunakan
untuk mengukur Ca2+
Untuk elektroda Hg dengan kompleks EDTA seperti pada elektroda kedua,
potensial elektrodanya dapat ditulis kembali,
E = K - (0,059/2) log [Y4-]
Bila ditambahkan sedikit kompleks Ca(II)-EDTA, maka kesetimbangan baru akan
terbentuk,
CaY2-== Ca2++ Y4Kf = [Ca2+] [Y4-] / [CaY2-]
Dengan menggabungkan harga konstanta pembentukan kompleks CaY2- dengan
persamaan sebelumnya didapat,
10

E = K - (0,059/2) log { Kf [CaY2-] / [Ca2+] }


Elektroda Membran
Pada elektroda membran, tidak ada elektron yang diberikan oleh atau kepada
membran tersebut. Sebagai gantinya, suatu membran membiarkan ion-ion jenis tertentu
menembusnya, namun melarang ion-ion lainnya sehingga elektroda ini sering disebut
sebagai elektroda ion selektif (ISE).
Elektroda membran dibagi tiga macam yaitu elektroda membran kaca, elektroda
membran cair, dan elektroda padat.
1

Elektroda Kaca untuk Pengukuran pH


Elektroda kaca atau elektroda gelas adalah sensor potensiometrik yang terbuat
dari selaput kaca dengan komposisi tertentu. Ketika elektroda dicelupkan ke dalam
larutan berair, maka pada bagian luar dari membran akan terhidrat sampai 10nm
sampai beberapa jam. Hasil hidrasi dari membran menghasilkan muatan negatif, hal
ini merupakan bagian dari fungsi kerja membran silika. Ion natrium, yang mampu
bergerak menembus lapisan hidrat berfungsi sebagai ion penghitung. Ion hidrogen dari
larutan berdifusi kedalam membran dan membentuk ikatan yang lebih kuat dengan
membrane, sehingga mampu menggeser keberadaan ion Na+ yang mengakibatkan
konsentrasi ion H+ meningkat pada membran.
Elektroda kaca memiliki kelebihan istimewa terhadap elektroda-elektroda pH
lainnya. Kelebihan tersebut antara lain adalah sebagai berikut:
a

Larutan uji tidak terkontaminasi dan tersedia untuk digunakan sebagai suatu

reagen,
Zat zat yang tidak mudah teroksidasi & tereduksi tidak berinteferensi
(Meskipun terdapat kemungkinan bereaksi dengan H2 ataupun dengan

komponen-komponen quinhidron).
Elektroda kaca dapat dibuat cukup kecil untuk disisipkan dalam volume
larutan yang sangat kecil pula. Hal ini dikarenakan pada umumnya potensial

tidak tergantung pada ukuran fisik.


Tidak ada permukaan katalitis

yang

kehilangan

aktivitasnya

oleh

kontaminasi, seperti yang mungkin terjadi dengan platina pada elektroda


hidrogen.

11

Dapat digunakan untuk memonitor pH secara kontinu pada jangka waktu


yang lama karena nilai-nilai pH dari larutan yang kurang tersangga dapat
diukur secara akurat.

Walaupun elektroda kaca memiliki beberapa kelebihan, namun elektroda kaca


juga tidak dapat dipakai pada semua kondisi, atau dengan kata lain memilki limit atau
batasan kondisi tertentu. Contohnya pada larutan dengan kondisi pH yang sangat
tinggi (misalnya, NaOH 0,1 M dengan pH ~ 13, di mana [H +] sekitar 10-13 M dan [Na+]
sekitar 0,1 M) akan mengakibatkan;

Spesifisitas untuk H+ hilang


Ketergatungan tegangan pH berkurang
Potensial menjadi tergantung pada aNa+

Batas atas pH tergantung pada kation lainnya (misalnya, Na + atau K+) serta tipe
kaca yang digunakan.
Gelas atau kaca yang kering, sebelum digunakan sebagai elektroda, awalnya
dikondisikan melalui proses perendaman. Pada proses tersebut akan berlangsung
penyerapan air pada bagian permukaan luarnya. Sedangkan permukaan dalamnya telah
terhidrasi terlebih dahulu oleh larutan pengisi. Kedalaman dari perendaman air ini
bervariasi sesuai dengan komposisi kacanya. Proses pertukaran kation seperti yang
telah disinggung sebelumnya berlangsung dengan mengganti beberapa Na + dalam
lapisan permukaan terhidrasi luar dengan H+. Lapisan permukaan sendiri biasa
digambarkan sebagai gel asam silikat.
Lihat gambar skema dibawah ini:

Terdapat suatu daerah interior yang tebal dari kaca kering dimana Na + menjadi kation
utama yang berpindah. Kaca kering tersebut terhubungkan antara dua lapisan gel yang
sangat tipis. Kedua lapisan gel tersebut dapat ditembus hingga batas tertentu H+.
2

Elektroda Membran Cair


12

Elektroda membran cair adalah suatu fasa cair spesifik yang dibatasi oleh suatu
dinding yang berpori inert. Cairan spesifik tersebut terdiri atas senyawa organik
dengan berat molekul yang tinggi, tidak larut dalam air dan memiliki struktur yang
memungkinkan terjadinya pertukaran ion antara ion bebas dalam larutan yang diukur
dengan ion-ion yang terletak pada pusat kedudukan molekul cairan spesifik tersebut.
Beberapa contoh elektroda membrane cair yang tersedia secara komersial antara lain
seperti K+, Ca2+, Cl-, BF4-, NO4-, dan ClO4-. Untuk ketahanan, membran cair ditahan di
antara pelat-pelat kaca berpori atau dengan suatu membrane plastik yang hanya
3

melewatkan ion.
Elektroda Membran Padat
Elektroda ini menggunakan polikristal yang terdiri dari satuan kristal garam
anorganik. Elektroda selektif ion polikristal ini dibentuk dari pelet tipis Ag 2S atau
campuran dari Ag2S dan garam perak atau logam sulfida.

Elektroda redoks ( inert )


Elektroda inert merupakan elektroda yang tidak masuk ke dalam reaksi. Salah satu
contohnya adalah platina. Elektroda ini bekerja baik sebagai elektroda indikator untuk
pasangan redoks seperti
Fe3+ + e F2+
Logam mulia seperti platina, emas, dan paladium bertindak sebagai elektroda indikator
pada reaksi redoks. Fungsi logam semata-mata untuk membangkitkan kecenderungan
system tersebut dalam mengambil atau melepaskan electron; logam itu sendiri tidak ikut
serta secara nyata dalam reaksi redoks, potensialnya merupakan fungsi Nersnt dari rasio
aktivasi

aFe2+/aFe3+.
Tentu saja, inert merupakan ukuran relatif, dan platina tidak kebal dari serangan-seranga
oksidator kuat, terutama dalam larutan dimana kompleksasi bias menstabilkan Pt(II)
melalui pembentukan spesies. Platina juga bisa menimbulkan masalah dengan reduktorreduktor yang sangat kuat: reduksi H+ (atau H2O) kadang-kadang berlangsung sedemikian
lambat sehingga analit-analit bias direduksi lebih dahulu dalam larutan air tanpa
interfensi dari pelarutnya, tetapi karena H + e = H2 dikatalis oleh platina, keuntungan
kinetik ini mungkin hilang.
Contoh potensial elektroda platina di dalam larutan yanfg mengandung ion-ion Ce 3+ dan
Ce4+adalah,
E = E0 0,059 log [Ce3+]/[Ce4+]
Dengan demikian elektroda platina dapat bertindak sebagai elektroda indikator di dalam
13

titrasi cerimetri.
7. Laboratorium di tempat anda memiliki sebuah pH meter/voltmeter, sebuah
elektroda standar kalomel jenuh, serta berbagai elektroda indikator untuk
beberapa jenis kation. Karena tim ahli akan menilai proposal ini, dapatkah
anda menjelaskan usulan tentang metode analisis untuk menentukan
kandungan yodium dalam air mineral dengan menggunakan peralatan yang
ada? Lengkapi dengan informasi yang cukup jelas, baik dari segi instrumentasi
maupun prinsip dasar teoritis tentang metode analisis ini.
Jawab:
Metode yang digunakan untuk menentukan kandungan yodium dalam air adalah
potensiometri langsung. Metode potensiometri langsung dapat digunakan untuk
menentukan kandungan ion dalam suatu larutan atau air dengan menggunakan alatalat yang disebutkan dalam soal. PH meter diperlukan untuk mengukur nilai pH dari
larutan sementara voltmeter digunakan untuk mengukur nilai E (voltase) dari larutan.
Elektroda standar kalomel jenuh digunakan sebagai elektroda pembanding yang nilai
potensialnya diketahui dan tetap konstan selama penetapan dilakukan. Elektroda
kalomel jenuh merupakan elektroda yang terdiri dari lapisan Hg yang ditutupi dengan
pasta merkuri, merkuri klorida (Hg2Cl2), dan kalium klorida (KCl). Elektroda ini
tersedia banyak di pasaran dan konsentrasi klorida tidak akan mempengaruhi harga
potensial elektroda. Elektroda indikator adalah elektroda yang merespon ion secara
spesifik, sehingga nilai potensialnya bergantung kepada aktivitas ion yang
diukur. Metode potensiometri langsung termasuk metode yang tidak terlalu kompleks
dalam mendeteksi sampel. Penggunaan metode ini tidak akan menimbulkan
kerusakan pada sampel, sehingga sampel masih dapat digunakan lagi.
8. Mengapa dibeberapa literature dikatakan bahwa bila menggunakan teknik
potensiometri, kondisi pH sampel larutan yang akan dianalisis tidak boleh
terlalu asam? Mengapa diperlukan larutan yang mengandung elektrolit tinggi?
Bagaimana kalau banyak senyawa lain seperti ion besi ada dalam sampel yang
dianalisis?
Jawab:
suatu senyawa kimia dalam suatu sistem dapat menerima dan memberikan
elektron atau menerima dan memberikan proton sehingga mereka bermuatan. Karena
kemampuan mengikat elektron atau mengikat proton berbeda maka perbedaan
14

potensial antara 2 sistem akan terjadi. Perbedaan potensial inilah yang akan terukur
melalui elektroda-elektroda dari sebuah alat potensiometri. Potensiometri merupakan
aplikasi langsung dari persamaan Nernst dengan cara pengukuran potensial dua
elektroda tidak polarisasi pada kondisi arus nol.
Persamaan Nernst :
E = Eo + K log (c)
Dimana :

E = sel potensial yang diukur

Eo = konstan selama pemberian suhu


C = konsentrasi yang ditentukan
K = RT log ( 10 ) / n F
Persamaan Nernst memberikan hubungan antara potensial relatif suatu elektroda
dan konsentrasi spesies ioniknya yang sesuai dalam larutan. Dengan pengukuran
potensial reversible suatu elektroda, maka perhitungan aktivitas atau konsentrasi
suatu komponen dapat dilakukan.
Susunan alat pada potensiometri meliputi elektroda pembanding (reference
electrode), elektroda indikator (indicator electrode), dan alat pengukur potensial.
Elektroda Pembanding adalah elektroda yang nilai potensialnya sudah diketahui.
Elektroda pembanding ini memiliki nilai tetapan yang konstan. Elektroda
pembanding disebut juga dengan elektroda standar. Elektroda Indikator adalah
elektroda yang berkontak dengan sampel dan mengukur potensial sampel tersebut.
Dalam pengukuran, elektroda ini yang nilainya berubah-ubah terhadap elekroda
pembanding.
Jika kita memiliki larutan yang sangat asam maka kita bisa melakukan analisis
potensiometri dengan elektroda gelas, secara umum elektroda ini mampu merespon
melebihi rentang pH yang Nernstian. Akan tetapi pada keadaan tersebut pengukuran
pH akan mengalami dua jenis kesalahan pengukuran, yaitu yang disebut kesalahan
basa dan asam.
Kesalahan asam sering disebut sebagai kesalahan aktivitas air. Ketika menuliskan
persamaan Nernst, kita tidak memperhatikan aktivitas air yang merupakan bagian
larutan tersebut. Hal ini karena air merupakan bagian utama dari larutan, maka
aktivitasnya akan memberikan kontribusi secara keseluruhan. Akan tetapi pada
15

larutan sangat asam, aktivitas air jauh lebih kecil dibandingkan dengan asamnya.
Secara keseluruhan, dimana bentuk konsentrasi spesies pengganggu yang sangat
tinggi akan timbul, menimbulkan potensial cairan penghubung antara larutan yang
diukur dengan elektroda pembanding dan juga akan meningkatkan pengukuran emf.
Hal ini semua akan menyebabkan kesalahan pengukuran.
Pada sistem potensiometri dibutuhkan larutan elektrolit tinggi karena metode
potensiometri berdasarkan pada reaksi reduksi dan oksidasi sehingga selalu
melibatkan spesies atau ion yang bermuatan. Larutan elektrolit tinggi adalah larutan
yang mengandung ion-ion yang dakan menghantarkan listrik sehingga pempermudah
penggunaan metode potensiometri.
Untuk sampel yang masih terdapat banyak senyawa lain di dalamnya, maka
langkah yang harus dilakukan adalah memilih elektroda indicator yang sesuai dengan
keadaan sampel. Karena sampel yang digunakan terdapat banyak senyawa lain yang
dapat mempersulit analisis, maka tidak dianjurkan untuk menggunakan elektroda
logam, baik jenis prtama, jenis kedua, jenis ketiga, maupun elektroda inert sebagai
elektroda indicator.
Hal ini dikarenakan sifat elektroda tersebut yang kurang selektif, yaitu tidak
hanya mereduksi kation yang perlu direduksi, tetapi juga mereduksi ion ion lain
yang jauh lebih mudah untuk direduksi. Hal ini tentu akan mempengaruhi tingkat
keakuratan pengukuran. Elektroda indicator yang lebih baik digunakan pada keadaan
sampel yang kompleks adalah elektroda selektif membrane. Elektroda selektif
membrane cocok digunakan pada keadaan ini karena elektroda membran
menggunakan membran untuk membiarkan ion-ion jenis tertentu menembusnya dan
melarang ion lain untuk masuk.
9. Dengan menggunakan teknik potensiometri langsung, anda memperoleh data
potensial dari sampel dan larutan standa. Bila hasil kurva kalibrasi E terhadap
log Konsentrasi adalah seperti pada gambar 1. Bagaimana anda menentukan
konsentrasi yodium dalam sampel? Apakah elektroda telah bekerja dengan baik
dalam sistem tersebut?
Jawab:
Metode Potensiometri Langsung dilakukan berdasarkan pada adanya perbedaan
potensial yang terjadi saat suatu elektroda indikator dicelupkan ke dalam larutan uji
dan saat elektroda indikator dicelupkan ke dalam larutan standar.
16

Berdasarkan persamaan Nerst dan data hasil pengukuran kedua potensial tersebut
makan dapatditentukan aktivitas atau konsentrasi spesi kimia dalam larutan uji.
Dibandingkanmetode analisis potensiometri lainnya, metode analisis potensiometri
langsung ini memiliki kelebihan yaitu pemberian perlakuannya tak merusak
komposisi larutan uji.Meskipun begitu, terkadang metode ini sulit untuk diberlakukan
sebab sangat sulitmendapatkan potensial stabil dari pengukuran dengan voltmeter.
Perbedaan metode potensiometri langsung dengan metode potensiometri tidak
langsung atau titrasi potensiometri adalah pada potensiometri tidak langsung atau
yang lebih dikenal sebagai titrasi potensiometri, komponen yang akan ditentukan
konsentrasinya dititrasi cengan titran yang sesuai dan elektroda indicator digunakan
untuk mengikuti perubahan potensial akibat titrasi. Titik akhir titrasi dalam titrasi
potensiometri dideteksi dengan menetapkan volume pada saat terjadi perubahan
potensial yang relatif besar ketika ditambah titran.
Pengukuran konsentrasi sejauh ini merupakan prosedur analisis yang paling
banyak digunakan. Keuntungannya sistem ini persiapannya dengan mudah hanya
dengan penimbangan zat standar primer. Larutan standar yang lain hanya cukup
dibuat dengan pengenceran. Meskipun ada beberapa cara untuk memperoleh
konsentrasi pada elektroda ion selektif, namun pada kali ini hanya akan dibahas
penyiapan standar dengan kurva kalibrasi. Analisis secara potensiometri dengan
standar konsentrasi didasarkan atas hubungan bahwa:
E(sel) = E* (0,0591/n) log ci
Dengan membuat grafik hubungan antara emf (Esel) dan konsentrasi analit akan
diperoleh persamaan garis lurus. Metode ini dapat digunakan untuk mengukur
konsentrasi yodium, namun karena kurva kalibrasi pada pemicu adalah kurva fluorida
maka kita akan menggunakan fluorida sebagai contoh. Untuk analisis ion fluorida
dengan larutan standar dengan konsentrasi dan besarnya emf yang dapat dilihat pada
grafik. Salah satu cara untuk menghitung konsentrasi pada analit adalah dengan
sistem perhitungan matematis dengan menghitung persamaan garis linier. Dari
persamaan dasar Nernst, dapat dihitung dari persamaan umum garis linier Y = ax + b.
Dengan mengacu pada persamaan Nernst, maka dapat dinyatakan bahwa Y = emf, a
= konstanta, x = konsentrasi dan b = intersep. Oleh sebab itu hubungan dari
persamaan garis regresi untuk ion F- adalah:
E(sel) = E* + (0,0591/n) log F17

Dengan persamaan diatas maka berdasarkan grafik, diperoleh garis regresi


sebagai berikut
Y = -59,377x + 100,59 dengan R2 = 0,9999
Dengan persamaan tersebut apabila kita mempunyai analit yang mengandung ion
F- kemudian diukur nilai emf, maka besarnya nilai emf tinggal dimasukkan dalam
persamaan garis regresi tersebut. Dengan demikian akan diperoleh nilai konsentrasi x
dari suatu analit yang kita punyai.
Jika kita ingin mengukur kosentrasi yodium dengan metode potensiometri
langsung, maka cara diatas dapat diikuti, namun larutan standar yang digunakan harus
diganti dengan larutan standar yang mengandung ion I- . Jika kita lihat kurva pada
gambar 1 penggunaan metode potensiometri ini belum menghasilkan hasil yang tepat
karena seharusnya kurva hubungan antara emf dan konsentrasi adalah linear positif.
10. Bila digunakan potensiometri dengan metode adisi standar maka kesalahan
pengukutan karena adanya kemungkinan pembentukkan komples ion lain dapat
dihindari. Walaupun dengan penggunaan buffer sejenis TISAB pembentukkan
kompleks ini dapat dicegah. Hasil pengukuran potensial dapat dilihat pada
gambar 2. Bagaimana cara anda menjelaskan penentuan konsetrasi Yodium
pada sampek larutan dengan metode adisi standar? Bandingkan hasil yang
diperoleh pada kedua cara diatas.
Jawaban:
Jika dalam bentuk grafik untuk mengetahui konsetrasi sampel didapatkan:

Pada masing-masing metode memberikan kadar Yodium terlarut yang berbda-beda


dengan hasil metode kurva kalibrasi dan adisi standar. Dari segi hasil lineritas kurva,
metode adisi standar lebih baik dari pada kurva kalibrasi.
Dalam banyak hal

metode penambahan standar ini disebut metode standar adisi.

Dalam hal ini kita mulai dengan suatu larutan dan potensial sel yang dirumuskan
sebagai berikut:
E1 = E* S log c
18

Yang mana c adalah konsentrasi ion. Jika sekarang kita tambahkan suatu
reagen padat dan terlarutkan dalam sistem tersebut, maka terjadi penambahan
konsentrasi ion sejumlah x, maka besarnya emf yang terukur akan menjadi:
E2 = E* S log (c + x)
Pengurangan kedua persamaan kedua dan pertama akan diperoleh selisih potensial
sel sebagai berikut:
E2 E1 = S log (c + x) S log c
= S log [(c + x) / c ]
Dengan cara penyusunan ulang akan didapatkan besarnya konsentrasi sebagai
berikut:
c = x / {antilog [ (E2 E1) / S ] 1 }
TISAB adalah sebuah reagen yang ditambahkan pada larutan sampel dan standar yang
berfungsi untuk menjaga pH, aktifitas ion, dan kekuatan ion dari larutan standar. Hal
ini disebabkan karena TISAB memiliki koefisien aktifitas ion yang sama, tetapi
memiliki aktifitas ion yang lebih tinggi sehingga aktifitas ion sampel akan terabaikan.
TISAB merupakan senyawa yang berfungsi untuk mengatasi adanya perbedaan yang
signifikan antara konsentrasi dan aktivitas dari suatu spesi kimia.
11. Dalam kegiatan analisis seringkali dikaitkan dengan istilah larutan
baku/standard an kurva kalibrasi, apa yang anda ketahui tentang keduanya dan
mengapa diperlukan dalam kegiatan ini?
Jawab:
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan
pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
a.

Larutan baku primer


Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya

diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat


digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai
konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan
19

teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :

Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu
110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini
biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk
menghilangkan

air-permukaan

dengan

lengkap

tanpa

menimbulkan

pernguraian parsial.)
Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini

menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara

atau dipengaruhi karbondioksida.


Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan

kepekaan tertentu.
Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen

yang besar.
Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan
langsung.

b. Larutan baku sekunder


Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena
berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan

menggunakan

larutan

baku

primer,

biasanya

melalui

metode

titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2


Syarat-syarat larutan baku sekunder :

Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer


Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan

penimbangan
Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.

12. Untuk mendapatkan hasil analisis yang akurat, hal-hal apa sajakah yang harus
diperhitungkan?
Jawab:
1. Rasa Ingin Tahu
20

Rasa ingin tahu merupakan awal atau sebagai dasar untuk melakukan penelitianpenelitian demi mendapatkan sesuatu yang baru.
2. Jujur
Dalam melakukan penelitian, seorang sainstis harus bersikap jujur, artinya selalu
menerima kenyataan dari hasil penelitiannya dan tidak mengada-ada serta tidak boleh
mengubah data hasil penelitiannya.
3. Tekun
Tekun berarti tidak mudah putus asa. Dalam melakukan penelitian terhadap suatu
masalah tidak boleh mudah putus asa. Seringkali dalam membuktikan suatu masalah,
penelitian harus diulang-ulang untuk mendapatkan data yang akurat. Dengan data
yang akurat maka kesimpulan yang didapat juga lebih akurat.
4. Teliti
Teliti artinya bertindak hati-hati, tidak ceroboh. Dengan tindakan yang teliti dalam
melakukan penelitian, akan mengurangi kesalahan-kesalahan sehingga menghasilkan
data yang baik.
5. Objektif
Objektif artinya sesuai dengan fakta yang ada. Artinya, hasil penelitian tidak boleh
dipengaruhi perasaan pribadi. Semua yang dikemukakan harus berdasarkan fakta
yang diperoleh. Sikap objektif didukung dengan sikap terbuka artinya mau menerima
pendapat yang benar dari orang lain.
6. Terbuka Menerima Pendapat Yang Benar
Artinya bahwa kita tidak boleh mengklaim diri kita yang paling benar atau paling
hebat. Kalau ada pendapat lain yang lebih benar/tepat, kita harus menerimanya.
13. Bagaimana anda membuat 500 ml larutan H 2SO4 0,25 M yang berasal dari
asam sulfat pekat 21,8% (w/w) dengan densitas 159 g/ml di laboratorium?
Jawab:
Dengan mengencerkan asam sulfat pekat sehingga konsentrasi nya turun,
pengenceran dilakukan dengan cara penambahan H2O sebanyak V ml sehingga
konsentrasi asam sulfat menjadi konsentrasi yang diinginkan. Secara matematis,
dapat dituliskan melalui persamaan:
VM1 = VM2
21

Dimana M1 ialah molaritas awal asam sulfat dan M2 adalah molaritas tujuan.
Maka, bila kita mempunyai asam sulfat pekat 21.8% dengan densitas 159 g/ml, dan
menginginkan asam sulfat 0,25 M dengan volume 500 ml, harus ditambahkan air
sebanyak V ml. Pencarian Molaritas awal (M1) untuk asam sulfat dapat dicari dengan
cara membagi densitas nya dengan Mr nya. Yaitu:
M = 159 g/ml : 98
M = 1,622 mol/ml
untuk menjawabnya, subtitusikan data ke dalam persamaan.
V x 1,622 = 500 x 0,25
V = 77,06 ml
Maka, untuk mendapatkan 500 ml H2SO4 0,25 M dari asam sulfat pekat 21,8%
dengan densitas 159 g/ml, harus diencerkan dengan penambahan H2O sebanyak 77,06
ml.
14. Tentukan konsentrasi larutan KMnO4 bila perubahan warna terjadi sewaktu
43,31 ml larutan tersebut dititrasi oleh larutan garam Na 2C2O4 yang berasal dari
padatnya seberat 0,2121 gram. Diketahui Mr Na2C2O4 adalah 134 g/mol
Jawab:
Tujuan daripada proses ini ialah untuk menetralkan larutan KMnO4 Dengan
menggunakan rumus redoks, kita dapat menuliskan reaksi yang terjadi pada titrasi
dengan mengionkan kedua senyawa tersebut, menjadi
MnO4- + 8H+ + 5e- --> Mn2+ + 4 H2O (reduksi)
C2O42- --> CO2 + 2e- (Oksidasi)
Subtitusikan dan setarakan reaksi oksidasi dan reduksi diatas, maka kita akan
mendapatkan rx redoks seperti di bawah ini:
2 MnO4- + 16H+ + 5 C2O42---> 2 Mn2+ + 10 CO2 + 4 H2O
Untuk mendapatkan konsentrasi KMnO4 kita harus terlebih dahulu mencari mol
daripada Na2C2O4 yaitu:
n = m / Mr = 0,2121 / 134
n = 0,00158
setelah mendapatkan n daripada Na2C2O4 , gunakan perbandingan koefisien untuk
mencari mol KMnO4 yaitu:
22

mol KMnO4 = mol Na2C2O4 x koef KMnO4 / koef Na2C2O4


mol KMnO4 = 0,00158 x 2 / 5
mol KMnO4 = 6,33 x 10-4
dari data mol, kita dapat mencari M dengan cara membaginya dengan volume nya
sendiri yaitu:
M KMnO4 = mol KMnO4 / vol KMnO4
M KMnO4 = 6,33 x 10-4 / 43,31 x 10 -3 L
M KMnO4 = 1,461 x 10-2 mol/L
15. Bagaimana anda menentukan nilai potensial sel berikut ini:
Ag/AgCl(jenuh/s), HCl (0,02 M)//KCl (jenuh), Hg2Cl2(Jenuh)/Hg(l)
Jawab:
Pertama cari nilai potensial sel untuk tiap reaksi
Elektroda kalomel jenuh
Hg2Cl2 + 2 e- --> 2 Hg + 2 Cl-

ESCE =

Hg

C l 2

; (Persamaan Nernst)

Hg2 Cl 2

0 RT
E+
ln
2F

ESCE =

C l 2

RT
0
E
ln
F

Dengan penggunaan KCl jenuh 1M, didapatkan harga potensial sel konstan sebesar:
ESCE = +0,244 V pada suhu 250C
Elektroda Ag-AgCl jenuh
Ag + Cl- --> AgCl + e-

23

E=

EAg =

C l 1

[ Ag]1

0 0.592
E+
ln
n

C l 1

0.592
0
E
ln
1

EAg/AgCl = -0.22 v (0,592)(-1.6)


EAg/AgCl = -0,22 V + 0,952 V
EAg/AgCl = 0,732 V pada suhu 250C
Maka, dengan rumus
E = Ered - Eoks
E = 0,244 V 0,732 V
E = -0,488 V
16. Untuk sel berikut ini, bagaimana anda tentukan besarnya konstanta
kesetimbangan
2 Ag+ + Cu == 2 Ag + Cu2+
Jawab:
Konstanta kesetimbangan (K) dapat dihitung menggunakan persamaan Nernst,
apabila diketahui nilai E0sel nya, maka dari itu, pertama kita harus melihat tabel data
E0sel standar dan menuliskan reaksi kesetimbangannya:
2 Ag+ + 2 e- --> 2 Ag E0sel = +0,80 V
Cu --> Cu2+ + 2 e-

E0sel = -0,34 V

2 Ag+ + Cu == 2 Ag + Cu2+ E0sel = -0,46 V


Lalu, dengan menggunakan persamaan Nernst;
K = 10(n DE)/0.0592
K = 10(2x-0,46)/0,0592
K = 10-15,54
K =2,88 x 10-16
24

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan jawaban pertanyaan pemicu
adalah sebagai berikut :
1. Potensiometri merupakan salah satu metode analisis dalam cabang ilmu
kimia analitik yang menggunakan reaksi reduksi-oksidasi sebagai prinsip
dasarnya.
2. Sel potensiometri terdiri dari empat bagian penting yaitu elektrode acuan,
elektrode indikator, jembatan garam, dan voltmeter.
3. TISAB adalah sebuah reagen yang ditambahkan pada larutan sampel dan
standar yang berfungsi untuk menjaga pH, aktifitas ion, dan kekuatan ion dari
larutan standar.
4. TISAB tidak terlalu diperlukan pada keadaan-keadaan berikut: ketika larutan
sampel dan larutan standar berada pada kondisi sangat encer, ketika larutan
sampel dan larutan standar diencerkan, dan ketika konsentrasi larutan
melebihi 0.1 M.
5. Penentuan kemiringan (slope) kurva kalibrasi, dilakukan dengan cara
membuat hubungan antara log10 C dan potensial sel, di mana C adalah
konsentrasi ion pada larutan yang digunakan dalam mol/L.
6. Pada sampel yang memiliki konsentrasi yang tinggi metode penambahan
yang dilakukan adalah sample addition method. Dengan menggunakan
25

sedikit sampel yang akan ditambahkan pada larutan standar, dapat dihasilkan
perubahan beda potensial yang cukup signifikan dan terlihat jelas.

26

Daftar Pustaka

Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar: Jilid 2. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Day R.A. dan A.L. Underwood. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif (terjemahan).
Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Skoog. 1988. Fundamentals of Analytical Chemistry. London : Saunders College


Publishing.

27

Anda mungkin juga menyukai