Anda di halaman 1dari 21

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan


Pesatnya bisnis properti ini didorong oleh kebutuhan pokok terhadap

papan, disamping kebutuhan pangan serta kebutuhan sandang. Kebutuhan papan


merupakan kebutuhan terpenting setelah kebutuhan pangan yang harus terpenuhi.
Maka menjadi wajar bagi seseorang untuk menginginkan memiliki hunian sendiri.
Selain itu, properti juga dapat menjadi alternatif untuk berinvestasi, dengan alasan
harga dari tahun ke tahun akan mengalami kenaikan, dan dapat juga dijadikan
sebagai bisnis sewa yang mendatangkan keuntungan.
Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang diperuntukkan bagi
proses pelacakan, pencatatan, dan analisis terhadap biaya-biaya yang berhubungan
dengan aktivitas suatu organisasi untuk menghasilkan barang atau jasa. Biaya
didefinisikan sebagai waktu dan sumber daya yang dibutuhkan dan menurut
konvensi diukur dengan satuan mata uang.Penggunaan kata beban adalah pada
saat biaya sudah habis terpakai.Akuntansi Biaya juga dapat diartikan sebagai
kunci atau alat yang penting guna membantu manajemen dalam melakukan
pertimbangan, perencanaan, pengawasan serta sebagai penilaian terhadap kegiatan
perusahaan.
Menurut Carter dan Usry (2006:541), Akuntansi biaya (cost accounting)
adalah Perhitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan
pengendalian, perbaikan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan.
Menurut Mulyadi (2005:7), Akuntansi biaya (cost accounting) adalah
proses pencatatan,penggolongan,peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan
penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya.Menurut Schaum, Akuntansi biaya adalah suatu prosedur untuk
mencatat dan melaporkan hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau
jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya adalah Melakukan akumulasi biaya
untuk penilaian persediaan dan penentuan pendapatan.

Untuk menentukan besarnya biaya yang dikeluarkan harus tepat dan akurat
sehingga biaya-biaya yang ada atau dikeluarkan dalam proses produksi akan
menunjukkan harga pokok sesungguhnya. Penentuan harga pokok produksi
merupakan hal yang sangat penting mengingat manfaat informasi harga pokok
produksi adalah untuk menentukan harga jual produk serta penentuan harga pokok
persediaan produk jadi dan produk dalam proses yang akan disajikan dalam
neraca. Harga jual yang terlalu tinggi akan menjadikan produk kurang bersaing di
pasar, sementara harga jual yang terlalu rendah akan tidak memberikan
keuntungan bagi perusahaan.
Pada dasarnya tujuan penentuan harga pokok produksi adalah untuk
menentukan secara tetap jumlah biaya perunit produk jadi, sehingga dapat
diketahui laba atau rugi suatu perusahaan per periode. Menurut Mulyadi (2005)
manfaat dari penentuan harga pokok produksi secara garis besar adalah sebagai
berikut Menentukan Harga Jual Produk, Memantau Realisasi Biaya Produksi,
Menghitung Laba Rugi Periodik,Menentukan Harga Pokok Persediaan Produk
Jadi dan Produk Dalam Proses yang Disajikan dalam Neraca.
Salah satu cara yang mungkin dilakukan untuk mencapai tujuan
perusahaan adalah dengan melakukan efisiensi di bidang produksi. Dengan
efisiensi di bidang produksi, perusahaan dapat menekan biaya produksi yang
berpengaruh pada keunggulan daya saing perusahaan. Salah satunya dalam hal
harga jual serta pendapatan laba atau profit yang maksimal. Biaya produksi adalah
biaya yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk yang nantinya akan
digunakan untuk menetapkan harga pokok produk. Perhitungan harga pokok
produk yang tepat akan memberikan gambaran yang layak untuk mengambil
keputusan harga, menerima atau menolak pesanan.
PT. Jatim Grha Utama merupakan salah satu perusahaan properti,
pengembang, atau developer yang memproduksi unit rumah untuk dijual. Dalam
menjalankan aktivitasnya PT. Jatim Grha Utama menerapkan perhitungan harga
pokok produksi dengan menggunakan metode Full Costing yang diharapkan
mampu menentukan semaksimal mungkin keakuratan besar biaya produksi yang
dikeluarkan selama proses produksi agar menghasilkan laba yang maksimal, juga
dalam

pencatatan akuntansinya Dalam Laporan Praktek Kerja Lapangan ini

penulis membahas tentang penerapan perhitungan biaya produksi dengan metode


Full Costing pada PT. Jatim Grha Utama, karena ketertarikan penulis untuk
membandingkan teori biaya menggunakan metode full costing dengan
praktiknya

dalam

PERHITUNGAN

dunia

kerja.

HARGA

Penulis

POKOK

memilih

PRODUKSI

judul

PENERAPAN

PROYEK

GRAHA

MENGANTI PADA PT. JATIM GRHA UTAMA.


1.2
1.2.1

Landasan Teori
Definisi Akuntansi Biaya
Menurut Carter dan Usry (2006:541), Akuntansi biaya (cost accounting)

adalah Perhitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas perencanaan dan


pengendalian, perbaikan kualitas dan efisiensi, serta pembuatan keputusan.
Menurut Mulyadi (2005:7), Akuntansi biaya (cost accounting) adalah
proses pencatatan,penggolongan,peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan
penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadapnya.
Akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan
untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan
efisiensi, serta membuat keputusan-keputusan yang bersifat rutin maupun
strategis.
Tujuan akuntansi biaya adalah mengkomunikasikan baik informasi
keuangan

maupun

keuangan

perencanaan,pengendalian,dan

pada

manajemen

untuk

evaluasi

sumber

daya,serta

memudahkan
perbaikan

berkelanjutan. Akuntansi biaya menyediakan informasi yang digunakan dalam


perhitungan harga pokok produk,jasa dan tujuan lain yang diinginkan manajemen.

1.2.2

Definisi Biaya

Menurut Warren dan Reeve (2006:621), Cost (biaya) adalah pembayaran


tunai atau komitmen untuk membayar tunai di masa datang yang ditujukan untuk
menghasilkan pendapatan.
Menurut Hansen dan Mowen (2006:40), Biaya adalah kas atau nilai
ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang
diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa datang bagi organisasi .
Menurut (Mulyadi ,1999), mengartikan biaya sebagai pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau
kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Menurut Supriyono (1999:185) mendefinisikan biaya sebagai pengorbanan
ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang dan jasa.
1.2.3

Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar yang berarti atas

data biaya. Umumnya, macam biaya yang terjadi dan cara klasifikasi biaya
tergantung pada tipe organisasinya. Organisasi bisnis, nonbisnis, manufaktur,
eceran, dan jasa berbeda dalam mengklasifikasikan biaya sesuai dengan
karakteristik biaya yang terjadi.
Menurut Carter dan Usry (2006:40), klasifikasi biaya yang paling umum
digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini :
1. Produk (satu lot, batch, atau unit dari suatu barang jadi atau jasa).
2. Volume Produksi
3. Departemen proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari
manufaktur
4. Periode akuntansi
5. Suatu keputusan,tindakan,atau evaluasi

1.2.3.1 Biaya dalam Hubungannya dengan Produksi


Proses klasifikasi biaya dan beban dapat dimulai dengan menghubungkan
biaya ke tahap yang berbeda dalam suatu operasi bisnis. Total biaya operasi terdiri
atas dua elemen yaitu :
a. Biaya Manufaktur disebut juga biaya produksi atau biaya pabrik yang
biasa didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen yaitu :

1. Bahan Baku Langsung


2. Tenaga Kerja Langsung
3. Overhead Pabrik
b. Beban Komersial terdiri dari dua klasifikasi besar yaitu :
1. Beban Pemasaran
Beban pemasaran termasuk semua beban yang diperlukan untuk
menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa
untuk disampaikan kepada konsumen. Beban pemasaran termasuk
beban promosi,beban pengiriman,dan penjualan.
2. Beban Administratif
Beban administratif termasuk beban yang

terjadi

dalam

mengarahkan dan mengendalikan organisasi. Beban administrasi


termasuk gaji dari wakil presiden direktur yang bertanggung jawab
atas proses manufaktur.
1.2.3.2 Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi
Beberapa jenis biaya berubah secara proporsional terhadap perubahan
dalam volume produksi atau output, sedang biaya lainnya relatif tidak berubah.
Kecenderungan biaya untuk berubah terhadap output harus dipertimbangkan oleh
manajemen jika manajemen ingin sukses dalam merencakan dan mengendalikan
biaya.
a. Biaya Variabel
Menurut Nafarin (2004:203) Biaya variabel adalah suatu biaya yang
menigkat totalnya secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan
menurun totalnya secara proporsional terhadap penurunan aktivitas. Biaya
variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung.
Biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variabel antara lain
perlengkapan, bahan bakar, peralatan kecil, biaya penerimaan, royalti, biaya
komunikasi, upah lembur, dan penanganan bahan baku.
b. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah suatu biaya yang tidak berubah secara total pada saat
aktivitas bisnis meningkat atau menurun. Dengan kata lain, biaya per unit semakin
kecil seiring dengan meningkatnya aktivitas dalam rentang yang relevan.
Tanggung jawab pengendalian untuk biaya tetap biasanya berada pada tingkat
manajemen menengah atau manajemen eksekutif dibandingkan dengan supervisor
operasi. Biaya overhead pabrik yang biasanya diklasifikasikan sebagai biaya tetap

antara lain gaji eksekutif produksi,depresiasi, pajak properti, amortisasi paten, gaji
supervisor, asuransi, gaji satpam dan pegawai kebersihan, pemeliharaan dan
perbaikan gedung dan bangunan, dan sewa.
c. Biaya Semivariabel
Menurut Mulyadi (2005:16) ,Biaya semivariabel adalah suatu biaya yang
memperlihatkan baik karakteristik biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh
dari biaya overhead semivariabel antara lain inspeksi, jasa departemen biaya, jasa
departemen penggajian, jasa departemen personalia, jasa kantor pabrik, jasa bahan
baku dan persediaan, air dan limbah, pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin
pabrik, asuransi kompensasi, dan asuransi kecelakaan.
1.2.3.3 Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi atau
Segmen Lain
Suatu bisnis dapat dibagi menjadi segmen-segmen yang memiliki berbagai
nama. Pembagian pabrik menjadi departemen, proses-proses, unit kerja, pusat
biaya, atau kelompok biaya juga berfungsi sebagai dasar untuk mengklasifikasi
dan mengakumulasi biaya dan membebankan tanggung jawab untuk pengendalian
biaya. Produk saat melalui suatu departemen atau pusat biaya,unit tersebut
dibebankan dengan biaya yang dapat ditelusuri langsung (biasanya bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung) dan sebagian biaya tidak langsung (biaya
overhead pabrik).
Untuk mencapai tingkat pengendalian tertinggi dapat dilakukan manajer
departemen dengan berpartisipasi dalam pengembangan anggaran untuk
departemen atau pusat biaya mereka masing-masing.Anggaran tersebut sebaiknya
dengan jelas mengidentifikasikan biaya-biaya yang keputusannya berada di
tangan manajer tersebut dan manajer tersebut menerima tanggung jawab atas
biaya tersebut. Pada akhir periode pelaporan,efisiensi dari suatu departemen dan
keberhasilan manajer dalam mengendalikan biaya dapat diukur dengan cara
membandingkan hasil aktual dengan anggaran.
a. Departemen Produksi dan Departemen Jasa
Departemen Produksi yaitu operasi manual dan operasi mesin dilakukan
secara langsung pada produk atau bagian-bagian dari produk. Biaya yang muncul
dalam departemen ini akan dibebankan ke produk tersebut. Jika dalam operasi
kerja atas sebuah produk dalam suatu departemen menggunakan dua atau lebih

mesin, maka ketetapan biaya produk dapat ditingkatkan dengan membagi


departemen tersebut ke dalam dua atau lebih pusat biaya.
Departemen Jasa yaitu jasa diberikan untuk keuntungan departemen lain.
Meskipun departemen jasa tidak terlibat langsung dalam proses produksi, namun
biayanya merupakan bagian dari total overhead pabrik oleh karena itu harus
dimasukkan dalam biaya produk.
b. Biaya Langsung Departemen dan Biaya Tidak Langsung Departemen
Biaya langsung departemen yaitu jika suatu biaya dapat ditelusuri
darimana biaya tersebut berasal contohnya gaji dari supervisor departemen.
Sedangkan Biaya tidak langsung departemen yaitu jika suatu biaya digunakan
bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya
tersebut,contohnya sewa gedung dan penyusutan gedung.
c. Biaya Bersama dan Biaya Gabungan
Biaya bersama yaitu Biaya yang berasal dari penggunaan fasilitas atau jasa
oleh dua operasi atau lebih.Biaya bersama pada umumnya terjadi pada organisasi
yang mempunyai banyak departemen atau segmen.Biaya ini merupakan jenis
biaya tidak langsung. Makin banyak segmentasi dalam organisasi tersebut,makin
besar kecenderungan biaya untuk menjadi biaya bersama. Contoh, jika
departemen pemasaran memberikan jasanya

ke beberapa segmen dari

perusahaan,maka biaya tersebut dapat dianggap sebagai biaya bersama yang


dibagi dengan segmen-segmen tersebut.
Biaya Gabungan terjadi ketika produksi dari suatu produk menghasilkan
satu atau beberapa produk lain pada waktu yang sama tanpa dapat dihindari.
Contoh biaya gabungan adalah industri minuman keras,industri minyak dan gas.
1.2.3.4 Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi
Menurut Mulyadi (2005:16), Pengeluaran modal (Capital Expenditure)
ditujukan untuk memberikan manfaat dimasa depan dan dilaporkan sebagai
aktiva.
Menurut

Mulyadi

(2005:16),

Pengeluaran

pendapatan

(Revenue

Expenditure) memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai


beban. Perbedaan antara pengeluaran modal dan penelusuran pendapatan adalah
penting untuk membandingkan biaya dengan pendapatan dan mengukur laba
periodik.

1.2.3.5 Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan,Tindakan,atau


Evaluasi
Ketika suatu pilihan harus dibuat di antara tindakan atau alternatif yang
mungkin dilakukan adalah penting untuk mengidentifikasikan biaya (dan
pendapatan,pengurangan biaya,penghematan) yang relevan terhadap pilihan
tersebut.
Biaya diferensial adalah salah satu nama dari biaya yang relevan untuk
suatu pilihan diantara banyak alternatif, seringkali disebut biaya marginal atau
biaya inkremental. Biaya diferensial adalah biaya yang harus terjadi untuk
menyelesaikan suatu usulan proyek atau untuk memperluas suatu aktivitas yang
telah dilakukan.Biaya tertanam (sunk cost) adalah biaya yang telah dikeluarkan
dan kemudian tidak relevan dengan keputusan tertentu.
1.2.4

Harga Pokok Produksi


Menurut Garrison dan Norren (2000:61), Harga Pokok Produksi adalah

biaya manufaktur yang berkaitan dengan barang-barang yang diselesaikan dalam


periode tertentu.
Menurut Hansen dan Mowen (2006:556). Harga Pokok Produksi (cost
of goods manufactured) adalah total harga pokok produk yang diselesaikan
selama periode berjalan.
Menurut Blocher et al (2007:122), Harga Pokok Produksi (cost of
goods manufactured-COGM) yaitu biaya dari produk yang selesai diproduksi
dan dipindahkan keluar dari barang dalam proses pada periode ini.
Menurut Hanggana (2006:4), Harga pokok produksi adalah semua biaya
yang dikeluarkan untuk membuat satu unit barang jadi yang meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik.
Harga Pokok Produksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
harga jual sebagai dasar penentuan kebijakan-kebijakan yang berhubungan
dengan

pengelolaan

perusahaan.Harga

Pokok

juga

diperlukan

dalam

menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh perusahaan.


1.2.5

Biaya Produk
Biaya dikelompokkan ke dalam dua kategori fungsional utama : (1)

produksi dan (2) nonproduksi. Biaya produksi adalah biaya yang berkaitan
dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa.Biaya nonproduksi adalah biaya

yang berkaitan dengan fungsi perencanaan, pengembangan, pemasaran,


distribusi layanan pelanggan, dan administrasi umum.
Menurut Carter dan Usry (2005:42) ,Biaya

produksi

dapat

diklasifikasikan lebih lanjut sebagai bahan baku langsung, tenaga kerja


langsung, dan overhead.
Menurut Mulyadi (2005:16) ,Biaya produksi adalah biaya-biaya yang
dikeluarkan dalam pengolahan baku menjadi produk, yang digunakan untuk
menghitung biaya produk jadi dan biaya produk yang pada akhir periode
akuntansi masih dalam proses.

Hanya tiga unsur biaya itu yang dapat

dibebankan ke produk, dalam pelaporan kuangan eksternal yaitu bahan baku


langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik.
1.2.6

Unsur-Unsur Biaya Produksi


Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk membuat sejumlah

barang dalam suatu periode (Hanggana, 2006:3). Ada 3 kelompok biaya produksi:
a.

Bahan Baku (Direct Material)

Bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian tak terpisahkan dari produk
jadi,dan dapat ditelusuri secara fisik dan mudah ke produk tersebut (Garrison,
2006:51).
Menurut Carter dan Usry (2006:40), Bahan baku langsung adalah
semua bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan
dimasukkan secara eksplisit dalam perhitungan biaya produk.
Menurut Hansen dan Mowen (2006:50).Bahan baku langsung adalah
bahan yang dapat ditelusuri ke barang atau jasa yang sedang diproduksi.
Biaya bahan ini dapat langsung dibebankan ke produk karena
pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur kuantitas yang dikonsumsi
oleh setiap produk. Contoh dari bahan baku langsung adalah tebu sebagai bahan
baku langsung dalam produksi gula.
b. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor)
Tenaga kerja langsung adalah biaya yang dapat ditelusur dengan mudah ke
produk jadi. Tenaga kerja langsung biasanya disebut juga dengan tenaga kerja

10

manual (touch labor) karena tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan atas
produk pada saat produksi (Garrison, 2006:51).
Menurut Carter dan Usry (2006:40), Tenaga kerja langsung adalah
Tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi
dan dapat dibebankan secara layak ke produk tertentu.
Menurut Hansen dan Mowen (2006:50), Tenaga kerja langsung adalah
Tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang sedang diproduksi.
Karyawan yang mengubah bahan baku menjadi produk atau menyediakan jasa
kepada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung.
c.Overhead Pabrik (Manufacturing Overhead)
Overhead pabrik mencakup seluruh biaya produksi yang tidak termasuk
dalam bahan langsung dan tenaga kerja langsung (Garrison, 2006:51).
Menurut Hansen dan Mowen (2006:411). Semua biaya produksi selain
dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung dikelompokkan ke dalam
satu kategori yang disebut ongkos overhead.
Menurut Blocher et al (2007:106), Semua biaya tidak langsung biasanya
digabungkan ke dalam suatu penampungan biaya yang disebut overhead.
1.2.7

Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi


Metode pengumpulan harga pokok produksi dapat digolongkan
menjadi 2, yaitu:
a. Metode Harga Pokok Produksi Proses (Process Costing)
Metode harga pokok proses adalah pengumpulan harga pokok produksi
dan membaginya sama rata pada produk yang dihasilkan pada periode tersebut
(Supriyono, 1999:217).
Karakteristik pengumpulan harga pokok produksi dengan metode proses
menurut Hanggana (2006:68-70) antara lain:
1) Jenis produksinya sejenis, homogen dan diproduksi secara
kontinyu.
2) Biaya produksi dikelompokkan per periode dan per pusat biaya.
3) Waktu perhitungan harga pokok produksi setiap akhir periode dan pembebanan
BBB, BTKL dan BOP ke harga pokok produksi langsung ke setiap periode.

11

4) Menggunakan laporan harga pokok produksi dan persediaan dicatat dengan


menggunakan metode fisik.

b. Metode Harga Pokok Produksi Pesanan (Job Order Costing)


Metode harga pokok pesanan adalah cara pengumpulan harga pokok
produksi dimana biaya produksi dikumpulkan untuk sejumlah produk tertentu
atau suatu jasa yang dapat dipisahkan identitasnya dan yang perlu ditentukan
harga pokoknya secara individual (Supriyono, 1999:217). Job order costing
ditetapkan dalam situasi produknya yang heterogen dan sifat produksinya
terputus-putus.
Menurut Garrison dan Norren (2009 : 292), Harga pokok pesanan (Job
Order Costing) adalah cara perhitungan harga pokok produksi untuk produk yang
dibuat berdasarkan pesanan. Apabila suatu pesanan diterima segera dikeluarkan
perintah untuk membuat produk sesuai dengan spesifikasi masing-masing
pesanan. Untuk mempermudah perhitungan biaya produksi tiap-tiap pesanan
maka masing-masing produk yang dikerjakan diberi nomor identitas..
Menurut Carterdan Usry (2006 : 145), Perhitungan biaya berdasarkan
pesanan (job order costing) mengakumulasikan biaya bahan baku langsung,
tenaga kerja langsung, dan overhead yang dibebankan ke setiap pesanan.
Sebagai akibatnya, perhitungan biaya berdasarkan pesanan dapat
dipandang dalam tiga bagian yang saling berhubungan. Akuntansi bahan baku
memelihara catatan persediaan bahan baku,membebankan bahan baku langsung
ke pesanan, dan membebankan bahan baku tidak langsung ke overhead. Akuntansi
tenaga kerja memelihara akun akun yang berhubungan dengan beban gaji,
membebankan tenaga kerja langsung ke pesanan, dan membebankan tenaga kerja
tidak langsung ke overhead.Akuntansi overhead mengakumulasikan biaya
overhead, memelihara catatan terinci atas overhead, dan membebankan sebagian
dari overhead ke setiap pesanan. Dasar dari perhitungan biaya berdasarkan
pesanan melibatkan hanya delapan tipe ayat jurnal akuntansi, satu perhitungan
biaya untuk setiap akun berikut :

12

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.2.8

Pembelian Bahan Baku


Pengakuan Biaya Tenaga Kerja
Pengakuan Biaya Overhead
Penggunaan Bahan Baku
Distribusi Beban Gaji Tenaga Kerja
Pembebanan Estimasi Biaya Overhead
Penyelesaian Pesanan
Penjualan Produk.

Kartu Harga Pokok Pesanan ( Job Order Cost Sheet )


Kartu harga pokok merupakan catatan yang penting dalam metode harga

pokok pesanan.Berfungsisebagai ekening pembantu,yang digunakan untuk


mengumpulkan biaya produksi tiap pesanan produk.Biaya produksi untuk
mengerjakan pesanan tertentu dicatat secara rinci di dalam kartu harga
pokokpesanan yang bersangkutan.
Biaya produksi dipisahkan menjadi biaya produksi langsung (biaya bahan
baku dan biayatenaga kerja) dan biaya produksi tidak langsung (BOP). Biaya
produksi langsung dicatat dalam kartubiaya pesanan yang bersngkutan secara
langsung, sedangkan biaya produksi tidak langsung dicatatdalam kartu biaya
pesanan

berdasarkan

suatu

tarif

tertentu.

Contoh

kartu

sebagaiberikut:
Gambar 1.1 Kartu Harga Pokok Pesanan

Sumber

: Data Intern PT. Jatim Grha Utama

harga

pokok

13

Sumber : Data Intern PT. Jatim Grha Utama

1.2.9

Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

14

Menurut Mulyadi (2009:26), penentuan harga pokok produksi


dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Full Costing
Full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang
membebankan seluruh biaya produksi, baik yang berperilaku tetap maupun
variabel kepada produk. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan
full costing terdiri unsur harga pokok produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel, dan biaya overhead pabrik tetap)
ditambah dengan biaya non produksi (biaya pemasaran, biaya administrasi dan
umum).
b. Variable Costing
Variable costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang
hanya membebankan biaya-biaya variabel saja ke dalam harga pokok produksi.
Harga pokok produk yang dihitung dengan pendekatan variable costing yang
terdiri dari unsur harga pokok produksi variabel (biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel) ditambah dengan biaya
nonproduksi variabel (biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum
variabel) dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran tetap,
biaya administrasi dan umum tetap).
Tabel 1.1 - Menurut Metode Full Costing dan Variabel Costing
KLASIFIKASI
Biaya Produksi

FULL COSTING
Biaya bahan Baku
Biaya TKL
BOP variabel
BOP tetap

VARIABLE COSTING

Rp 000
Rp 000
Rp 000
Rp 000 +

Biaya bahan Baku Rp 000


Biaya TKL
Rp 000
BOP variabel
Rp 000 +

Rp 000

Rp 000
BOP tetap
Rp 000
Biaya Pemasaran Rp 000
Biaya Administrasi Rp 000+

Biaya Periode
Biaya Pemasaran Rp 000
Biaya Administrasi Rp 000+
Rp 000

Rp 000

15

1.2.10 Laporan Harga Pokok Produksi


Format laporan harga pokok produksi dapat berbeda diantara berbagai
perusahaan, demikian juga dalam buku akuntansi biaya. Berikut ini salah satu
bentuk format laporan harga pokok produksi yang dibuat Hanggana (2006:85).
PT. XXX
Laporan Biaya Produksi
Data Produksi
Produk dalam proses awal

XXX Kg

Dimasukkan dalam proses

XXX Kg
XXX Kg

Produk jadi

XXX Kg

Produk dalam proses akhir

XXX Kg

Jumlah produk yang dihasilkan

XXX Kg

Biaya yang dibebankan


BDP Awal

Maret

Total

(Rp)

(Rp)

(Rp)

Biaya bahan baku

XXX

XXX XXX

Biaya tenaga kerja langsung

XXX

XXX XXX

Biaya overhead pabrik

XXX

XXX XXX

Jumlah

XXX

XXX XXX

Perhitungan harga pokok produksi per satuan


Unsur Biaya

Total Biaya Unit

Biaya produksi

16

(Rp)

Ekuivalen

per satuan

Biaya bahan baku

XXX

XXX

XXX

Biaya tenaga kerja langsung

XXX

XXX

XXX

Biaya overhead pabrik

XXX

XXX

XXX

Total

XXX

XXX

XXX

Perhitungan biaya:
Harga pokok produk jadi (XXX Kg x Rp XXX)

XXX

Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir :


Biaya bahan baku

XXX

Biaya tenaga kerja langsung

XXX

Biaya overhead pabrik

XXX
XXX

Jumlah biaya produksi yang dibebankan bulan Maret

XXX

Gambar 1.3 format laporan biaya produksi

1.2.11 Pengalokasian Biaya Overhead Pabrik


Menurut Carter dan Usry (2006:413), faktor yang diukur sebagai
denominator dari tarif overhead disebut sebagai dasar tarif overhead,dasar alokasi
overhead,

atau

dasar.

Dasar

yang

digunakan

yang

digunakan

untuk

mengalokasikan biaya overhead pabrik adalah sebagai berikut :


a) Dasar Output Fisik
Output fisik atau unit produksi adalah dasar yang paling sederhana untuk
membebankan overhead pabrik. Penggunaannya diilustrasikan sebagai berikut :
Estimasi overhead pabrik
Estimasi unit produksi

= Overhead pabrik per unit

b) Dasar Biaya Bahan Baku Langsung


Dalam beberapa perusahaan,suatu studi kasus atas biaya masa lampau
menunjukkan korelasi yang tinggi antara biaya bahan baku langsung dan
overhead. Hal ini mungkin, misalnya, ketika banyak pekerjaan produksi terdiri
atas penerimaan, inspeksi, penyimpanan, pengambilan dan penanganan banyak lot

17

bahan baku yang mahal. Dalam kasus semacam ini,suatu tarif berdasarkan biaya
bahan baku mungkin sesuai. Tarif tersebut dihitung dengan cara membagi estimasi
total overhead dengan estimasi total biaya bahan baku langsung sebagai berikut
Estimasi overhead pabrik

x 100 = Overhead pabrik sebagai presen

Estimasi bahan baku

c)

presentase dari biaya BBL

Dasar Biaya Tenaga Kerja Langsung (TKL)


Menggunakan suatu dasar biaya tenaga

kerja

langsung

untuk

membebankan overhead pabrik ke pesanan atau ke produk memerlukan


pembagian estimasi overhead dengan estimasi biaya tenaga kerja langsung untuk
menghitung suatu presentase.
Estimasi Overhead Pabrik x 100
Estimasi biaya TKL

= Overhead pabrik sebagai


presentase dari biaya TKL

d) Dasar Jam Tenaga Kerja Langsung


Dasar jam tenaga kerja langsung didesain untuk mengatasi kelemahan
kedua dari penggunaan dasar biaya tenaga kerja langsung. Tarif overhead pabrik
yang didasarkan pada jam tenaga kerja langsung dihitung sebagai berikut :
Estimasi Overhead Pabrik
Estimasi Jam Tenaga Kerja Langsung

= Overhead Pabrik Per Jam


Tenaga Kerja Langsung

e) Dasar Jam Mesin


Ketika mesin digunakan secara ekstensif, maka jam mesin mungkin
merupakan dasar yang paling sesuai untuk pembebanan overhead.Metode ini
didasarkan pada waktu yang diperlukan untuk melakukan operasi yang identik
oleh suatu mesin atau sekelompok mesin. Total jam mesin yang diperkirakan akan
digunakan, diestimasi, dan tarif per jam mesin ditentukan sebagai berikut :

18

Estimasi Overhead Pabrik

= Overhead Pabrik Per jam mesin

Estimasi Jam Mesin


f) Dasar Transaksi
Sekelompok biaya mungkin dapat diasosiasikan dengan suatu aktivitas
tertentu

yang

terwakili

oleh

dasar

manapun

yang

telah

dibahas

sebelumnya.Misalnya, biaya persiapan dapat dibebankan secara lebih sesuai ke


produk berdasarkan tarif per persiapan.Setiap persiapan dengan demikian
dipandang sebagai suatu transaksi, dengan biaya dibebankan ke sutu produk atau
batch berdasarkan jumlah transaksi yang diperlukan.Pendekatan berdasarkan
transaksi atas lokasi overhead lebih dikenal sebagai perhitungan biaya
berdasarkan aktivitas (Activity Based Costing ABC).
1.2.12 Tujuan Praktik Kerja Lapangan
Adapun tujuan melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) ini adalah
sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi beban satuan kredit semester (SKS) yang harus
2. Kerja yang sesungguhnya mengenai penerapan perhitungan ditempuh
sebagai persyaratan akademis (kelulusan) di Jurusan DIII Akuntansi
Universitas Airlangga.
3. Terwujudnya pola hubungan yang jelas dan terarah antara Universitas
Airlangga dan PT. Jatim Grha Utama Propertindo
4. Memperoleh data,keterangan-keterangan, dan ilmu pengetahuan yang
dibutuhkan sehubungan dengan masalah yang diangkat.
5. Membandingkan antara praktek yang sesungguhnya di lapangan
dengan teori yang telah diperoleh dalam perkuliahan.
6. Mengetahui praktik biaya produksi pada PT. Jatim Grha Utama
Propertindo.
1.2.13 Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Hasil Praktik Kerja Lapangan ini diharapkan disamping bermanfaat secara
teoritis juga memiliki manfaat praktis. Adapun manfaat dari pelaksanaan PKL ini
antara lain:
1.2.13.1

Bagi Penulis

19

1. Untuk mengembangkan wawasan terhadap ilmu akuntansi baik


secara teori maupun praktik khususnya dalam penerapan
perhitungan biaya produksi per unit rumah pada PT. Jatim Grha
Utama Propertindo.
2. Untuk memperoleh pengalaman tentang dunia kerja secara
nyata di perusahaan.
3. Mengetahui secara langsung masalah-masalah yang berkaitan
langsung dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivitas
utamanya pada kasus-kasus yang nyata yang terjadi di
perusahaan.
1.2.13.2
Bagi Perusahaan
Melalui kegiatan magang kerja ini diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi perusahaan antara lain :
1. Memberikam masukan dan pertimbangan perihal metodemetodr akuntansi yang diterapkan perusahaan.
2. Menunjukkan kepedulian dan peran aktif perusahaan terhadap
kualitas pendidikan khususnya Perguruan Tinggi.
3. Untuk meningkatkan kerjasama antara perusahaan dengan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya.
1.2.13.3
Bagi Almamater
1. Menjadi suatu tolak ukur pembelajaran dan sarana peningkatan
kualitas pengajaran di masa yang akan datang.
1.2.13.4
Bagi Pembaca
1. Sebagai bahan bacaan yang diharapkan dapat memperoleh
pengetahuan mengenai sistem perhitungan biaya produksi dan
khasanah perbendaharaan buku, karena laporan ini dibuat dari
beberapa referensi buku.
2. Sebagau sarana penambah pengetahuan dan diharapkan dapat
dijadikan acuan dalam pelaksanaan kegiatan sejenis di masa
yang akan datang.
1.2.14 Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
a) Obyek Praktik Kerja Lapangan
Bidang
: Akuntansi Biaya

20

Topik

: Penerapan Perhitungan Harga Pokok


Produksi Proyek Graha Menganti pada
PT. Jatim Grha Utama
b) Subyek Praktik Kerja Lapangan
PT. Jatim Grha Utama
Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan di PT. Jatim Grha Utama
Propertindo, jalan Musi no 1 Surabaya mulai 9 Februari 2015 hingga 6 Maret
2015. Bidang yang diambil dan diminati penulis adalah Akuntansi Biaya dengan
topik Penerapan Perhitungan Harga Pokok Produksi Proyek Grha Menganti
pada PT. Jatim Grha Utama Propertindo.

Tabel 1.2 Rencana Kegiatan Praktik Kerja Lapangan

Sumber : Buku Pedoman Penulisan Laporan PKL

21

Anda mungkin juga menyukai