Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana telah memberikan
kami semua kekuatan serta kelancaran dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang berjudul Sistem Kebudayaan Islam dapat selesai
seperti waktu yang telah penulis rencanakan.
Tersusunnya makalah ini tentunya tidak lepas dari peran serta berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan secara materil dan spiritual, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak dosen pengasuh mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI).
2.

Orang tua yang telah memberikan bantuan kepada penulis sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

3. Teman-teman yang telah membantu dan memberikan dorongan semangat agar makalah
ini dapat penulis selesaikan.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang membalas budi baik yang tulus
dan ikhlas kepada semua pihak yang penulis sebutkan di atas.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu penulispun menyadari bahwa makalah
yang telah penulis susun dan kami kemas masih memiliki banyak kelemahan serta
kekurangan-kekurangan baik dari segi teknis maupun non-teknis. Untuk itu penulis
membuka pintu yang selebar-lebarnya kepada semua pihak agar dapat memberikan saran
dan kritik yang membangun demi penyempurnaan penulisan-penulisan mendatang. Dan
apabila di dalam makalah ini terdapat hal-hal yang dianggap tidak berkenan di hati
pembaca mohon dimaafkan.

Makassar, 8 Januari 2016

Penulis

DAFTAR ISI
COVER.................................................................................................................................
KATA PENGANAR............................................................................................................. I
DAFTAR ISI......................................................................................................................... II
BAB I ENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A. Latar Belakang..................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................

C. Tujuan..................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN SISTEM KEBUDAYAAN ISLAM...........................................

A. Konsep Kebudayaan dalam Islam....................................................................................

B. Prinsip Prinsip Kebudayaan dalam Islam....................................................................

C. Sejarah Intelektual dalam Islam.......................................................................................

D. Budaya yang boleh dan tidak boleh dalam Islam.............................................................

E. Masjid Sebagai Pusat Peradaban dalam Islam................................................................

F. Nilai Nilai Islam Dalam Budaya Indonesia....................................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan...........................................................................................................................
B. Saran.....................................................................................................................................

9
9

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 10

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sudah mulai berkembang lagi sejak abad ke-7 dan berkembang secara pesat ke
seluruh dunia dari waktu ke waktu. Dalam penyebarannya secara otomatis Islam telah
meletakkan nilai-nilai kebudayaannya.
Kebudayaan Islam adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang
berlandaskan pada nilai-nilai tauhid. Islam sangat menghargai akal manusia untuk berkiprah dan
berkembang. Hasil olah akal,budi,rasa,dan karsa yang telah terseleksi oleh nilai-nilai
kemanusiaan

yang

bersifat

universal

berkembang

menjadi

sebuah

peradaban.

Dalam perkembangannya perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang mengikat agar
tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber pada nafsu hewani, sehingga akan merugikan
dirinya sendiri. Di sini agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam mengembangkan
akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab atau perdaban Islam.
B. Rumusan Masalah
a.

Bagaimana Konsep Kebudayaan dalam Islam?

b. Prinsip prinsip kebudayaan dalam islam?


c.

Bagaimana Sejarah Intelektual dalam Islam?

d. Budaya yang boleh dan tidak boleh dalam islam ?


e.

Bagaimana Masjid sebagai Pusat Peradaban dalam Islam?

C. Tujuan
Yang menjadi tujuan pembuatan makalah ini yaitu :
1. Untuk menambah wawasan bagi pembaca tentang Sistem Kebudayaan Islam.
2. Untuk membimbing manusia dalam mengembangkan Sistem Kebudayaan Islam.
3. Dan sebagai pelengkap tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI).

BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM KEBUDAYAAN ISLAM
A. Konsep Kebudayaan dalam Islam
Dari segi etimologis, kata kebudayaan adalah kata dalam bahasa Indonesia yang berasal
dari bahasa Sansekerta buddhi yang berarti intelek (pengertian). Kata buddhi berubah menjadi
budaya yang berarti yang diketahui atau akal pikiran. Budaya berarti pula pikiran, akal budi,
kebudayaan,

yang

mengenai

kebudayaan

yang

sudah

berkembang,

beradab,

maju

(Poerwadarminta,1982:157).
Dari pengertian budaya di atas, dapat diutarakan dengan bahasa lain bahwa kebudayaan
merupakan gambaran dari taraf berpikir manusia. Tinggi-rendahnya taraf berpikir manusia akan
terlihat pada hasil budayanya. Kebudayaan merupakan cetusan isi hati suatu bangsa, golongan,
atau individu. Tinggi-rendahnya, kasar-halusnya pribadi manusia, golongan, atau ras, akan
terlihat pada kebudayaan yang dimiliki sebagai hasil ciptaannya. Maka dapat juga dikatakan
bahwa kebudayaan merupakan orientasi dan pola pikir manusia, golongan, atau bangsa.
Kebudayaan merupakan suatu konsep yang sangat luas ruang lingkupnya. Hal ini tidak terlepas
dari latar belakang timbulnya suatu kebudayaan itu sendiri. Dawson (1993:57) memberikan
empat faktor yang menjadi alasan pokok yang menentukan corak suatu kebudayaan, yaitu faktor
geografis, keturunan atau bangsa, kejiwaan, dan ekonomi.
Dalam Islam , memang tidak ada suatu rumusan yang kongkret mengenai suatu
kebudayaan. Berkaitan dengan masalah kebudayaan. Islam memberi kerangka asas atau prinsip
yang bersifat hakiki atau esensial. Dengan kata lain, Islam hanya memberikan konsep dasar yang
dalam perwujudannya tergantung pada pemahaman pendukungnya.Dalam keadaan atau waktu
yang berbeda, esensinya diwujudkan oleh aksidensi yang sangat ditentukan oleh aspek ekonomi,
politik, sosial budaya, teknik, seni, dan mungkin juga oleh filsafat.
Ciri-ciri yang membedakan antara kebudayaan Islam dengan budaya lain, diungkapkan
oleh Sibai bahwa ciri-ciri kebudayaan Islam adalah yang ditegakkan atas dasar aqidah dan
tauhid, berdimensi kemanusiaan murni, diletakkan pada pilar-pilar akhlak mulia, dijiwai oleh
semangat ilmu (Zainal, 1993:60).

Dari paparan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kebudyaan Islam dapat dipahami
sebagai hasil olah akal, budi, cipta, karya, karsa, dan rasa manusia yang bernafaskan wahyu ilahi
dan sunnah Rasul. Yakni suatu kebudayaan akhlak karimah yang muncul sebagai implementasi
Al-Quran dan Al-Hadist dimana keduanya merupakan sumber ajaran agama Islam, sumber
norma dan sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Dengan demikian kebudayaan Islam
dapat dipilah menjadi tiga unsur prinsipil, yaitu kebudayaan Islam sebagai hasil cipta karya
orang Islam, kebudayaan tersebut didasarkan pada ajaran Islam, dan merupakan pencerminan
dari ajaran Islam.
Ketiga unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh dan tidak dapat terpisah satu dengan
yang lainnya. Dengan demikian, sebagus apapun kebudayaannya, jika itu bukan merupakan
produk kaum Mslimin tidak bisa dikatakan dan diklaim sebagai budaya Islam. Demikian pula
sebaliknya, meskipun budaya tersebut merupakan produk orang-orang Islam, tetapi substansinya
sama sekali tidak mencerminkan norma-norma ajaran Islam. Dengan kata lain, Al-Faruqi (2001)
menegaskan bahwa sesungguhnya kebudayaan Islam adalah Kebudayaan Al-Quran, karena
semuanya berasal dari rangkaian wahyu Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW pada abad
ketujuh. Tanpa wahyu kebudayaan Islami Islam, filsafat Islam, hukum Islam, masyarakat Islam
maupun organisasi politik atau ekonomi Islam.
B. Prinsip-Prinsip Kebudayaan dalam Islam
Islam, datang untuk mengatur dan membimbing masyarakat menuju kepada kehidupan
yang baik dan seimbang. Dengan demikian Islam tidaklah datang untuk menghancurkan budaya
yang telah dianut suatu masyarakat, akan tetapi dalam waktu yang bersamaan Islam
menginginkan agar umat manusia ini jauh dan terhindar dari hal-hal yang yang tidak bermanfaat
dan membawa madlarat di dalam kehidupannya, sehingga Islam perlu meluruskan dan
membimbing kebudayaan yang berkembang di masyarakat menuju kebudayaan yang beradab
dan berkemajuan serta mempertinggi derajat kemanusiaan.
Prinsip semacam ini, sebenarnya telah menjiwai isi Undang-undang Dasar Negara
Indonesia, pasal 32, walaupun secara praktik dan perinciannya terdapat perbedaan-perbedaan
yang sangat menyolok. Dalam penjelasan UUD pasal 32, disebutkan : Usaha kebudayaan harus
menuju ke arah kemajuan adab, budaya dan persatuan, dengan tidak menolak bahan-bahan baru
dari kebudayaan asing yang dapat memperkembangkan atau memperkaya kebudayaan bangsa
sendiri, serta mempertinggi derajat kemanusiaan bangsa Idonesia .

Dari situ, Islam telah membagi budaya menjadi tiga macam :


Pertama : Kebudayaan yang tidak bertentangan dengan Islam. seperti ; kadar besar kecilnya
mahar dalam pernikahan, di dalam masyarakat Aceh, umpamanya, keluarga wanita biasanya,
menentukan jumlah mas kawin sekitar 50-100 gram emas.
Kedua : Kebudayaan yang sebagian unsurnya bertentangan dengan Islam, Contoh yang paling
jelas, adalah tradisi Jahiliyah yang melakukan ibadah haji dengan cara-cara yang bertentangan
dengan ajaran Islam , seperti lafadh talbiyah yang sarat dengan kesyirikan, thowaf di Kabah
dengan telanjang.
Ketiga : Kebudayaan yang bertentangan dengan Islam. Seperti, budaya ngaben yang
dilakukan oleh masyarakat Bali.
C. Sejarah Intelektual dalam Islam
Ada banyak faktor penyebab proses pertumbuhan peradaban Islam. Namun secara garis
besar dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab tumbuh berkembangnya peradaban Islam,
hingga

mencapai

lingkup

mondial,

yaitu

faktor

internal

dan

faktor

eksternal.

Faktor pertama (internal) berasal dari dalam norma-norma atau ajaran Islam sendiri.
Faktor kedua(eksternal) pada hakikanya merupakan implikasi dari faktor pertama. Motivasi
internal yang begitu kuat telah mengkristal dalam kehidupan umat Islam sejalan dengan
perkembangan sejarah, dan nilai-nilai atau norma-norma ajaran Islam menjiwai dalam setiap
kehidupannya.
Tonggak-tonggak sejarah peradaban Islam, tak pernah lepas dari sejarah intelektual
Islam. Untuk memahami dengan baik perkembangan tersebut, idealnya diperlukan pemahaman
yang memadai tentang periodisasi sejarah perkembangan Islam. Dengan menggunakan teori
yang dikembangkan oleh Harun Nasution, dilihat dari segi perkembangannya, sejarah intelektual
Islam dapat dikelompokkan ke dalam tiga masa, yaitu: masa klasik antara 650-1250 M, masa
pertengahan antara tahun 1250-1800 M, dan masa modern antara tahun 1800 sampai sekarang.
Pada masa klasik, lahir ulama mahzab, seperti: Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam
Syafii , dan Imam Maliki. Sejalan dengan itu lahir pula filosof muslim pertama,Al-Kindi 801 M.
Diantara pemikirannya, ia berpendapat bahwa kaum Muslimin menerima filsafat sebagai bagian
dari kebudayaan Islam. Selain, Al-Kindi, pada abad itu lahir pula filosof besar seperti: Al-Razi
(865 M) dan Al-Farabi (870 M). keduanya dikenal sebagai pembangun agung sistem filsafat.
Pada abad berikutnya, lahir filosof agung Ibn Miskawaih 930 M. Pemikirannya yang terkenal

tentang pendidikan akhlak. Kemudian Ibn Sina tahun 1037 M, Ibn Bajjah tahun 1138 M, Ibn
Tufail tahun 1147 M,dan Ibn Rusyd tahun 1126 M.
Masa pertengahan dalam catatan sejarah pemikiran Islam masa kini, merupakan fase
kemunduran karena filsafat mulai dijauhkan dari umat Islam sehingga ada kecenderungan akal
dipertentangkan dengan wahyu, iman dengan ilmu, dunia dengan akhirat. Pengaruhnya masih
ada sampai sekarang. Sebagai pemikir muslim kontemporer sering melontarkan tuduhan pada AlGhazali sebagai orang pertama yang menjauhkan filsafat dari agama. Sebagaimana tertuang
dalam tulisannya Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Filsafat). Tulisan Al-Ghazali dijawab oleh
Ibn Rusyd dengan tulisan Tahafut al-Tahafut (Kerancuan di atas kerancuan).
D. Budaya yang Boleh dan Tidak Boleh dalam Islam
Ajaran Islam yang berkembang di Indonesia mempunyai tipikal yang spesifik bila
dibandingkan dengan ajaran Islam di berbagai negara Muslim lainnya. Menurut banyak studi,
Islam di Indonesia adalah Islam yang akomodaatif dan cenderung elastis dalam berkompromi
dengan situasi dan kondisi yang berkembang di Indonesia, terutama situasi sosial politik yang
sedang terjadi pada masa tertentu. Muslim Indonesia pun konon memiliki karakter yang khas,
terutama dalam pergumulannya dengan kebudayaan lokal Indonesia. Disinilah terjadi dialog dan
dialektika antara Islam dan budaya lokal yang kemudian menampilkan wajah Islam yang khas
Indonesia, sehingga dikenal sebagai Islam Nusantara atau Islam Indonesia dimaknai sebagai
Islam yang berbau kebudayaan Indonesia. Islam yang bernalar Nusantara, Islam yang
menghargai pluralitas, Islam yang ramah kebudayaan lokal, dan sejenisnya. Islam Nusantara
atau Islam Indonesia bukan foto copy Islam Arab, bukan kloning Islam Timur Tengah, bukan
plagiasi Islam Barat, dan bukan pula duplikasi Islam Eropa.
Meskipun Islam lahir di negeri Arab, tetapi dalam kenyataannya Islam dapat tumbuh dan
berkembang dengan kekhasannya dan pada waktu yang sama sangat berpengaruh di bumi
Indonesia yang sebelumnya diwarnai animisme dan dinamisme, serta agama besar seperti Hindu
dan Budha. Dengan demikian, wajah Islam yang tampil di Indonesia adalah wajah Islam yang
khas Indonesia, wajah Islam yang berkarakter Indonesia, dan Islam yang menyatu dengan
kebudayaan masyarakat Indonesia, tetapi sumbernya tetap al-Quran dan al-Sunnah.
Oleh karena itulah, wajah Islam di Indonesia merupakan hasil dialog dan dialektika
antara Islam dan budaya lokal yang kemudian menampilkan wajah Islam yang khas Indonesia.
Dalam kenyataannya, Islam di Indonesia memanglah tidak bersifat tunggal, tidak monolit, dan

tidak simple, walaupun sumber utamanya tetap pada al-Quran dan al-Sunnah. Islam Indonesia
bergelut dengan kenyataan negara-negara, modernitas, globalisasi, kebudayaan likal, dan semua
wacana kontemporer yang menghampiri perkembangan zaman dewasa ini.
Tulisan ini ditulis dalam konteks sebagaimana tersebut diatas dalam memandang event
peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw. Dalam realitanya memang terdapat berbagai tradisi
umat Islam dibanyak Negara Muslim seperti Indonesia, Malasyia, Brunai, Mesir, Yaman,
Aljazair, Maroko, dan lain sebagainya yang menimbulkan kontroversi dari perspektif hukum
tentang boleh atau tidaknya atau halal atau haramnya untuk mengamalkannya. Di Antara tradisi
yang menimbulkan kontroversi itu Antara lain melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti
peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw, peringatan Isra Miraj, peringatan Muharram, dan
lain-lain.
Oleh karena kontroversi-kontroversi yang menyelimuti peringatan-peringatan tersebut,
maka tulisan ini berupaya menjelaskan posisi peringatan Maulid Nabi Saw, perspektif hukum
Islam, akan tetapi tidak bersifat tunggal, namun memberikan horizon pilihan yang
memungkinkan kita untuk bersikap arif dan bijaksana terhadap pihak yang berbeda pahamnya.
Dari riwayat Rasulullah Saw, Islam membiarkan beberapa adat kebiasaan manusia yang
tidak bertentangan dengan syariat dan adab-adab Islam atau sejalan dengannya. Oleh karena itu,
Rasulullah Saw tidak menghapus seluruh adat dan budaya masyarakat Arab (pada masa itu) yang
ada sebelum datangnya Islam. Akan tetapi Rasulullah Saw melarang budaya-budaya yang
mengandung unsur syirik, seperti pemujaan terhadap leluhur dan nenek moyang, dan budayabudaya yang bertentangan dengan adab-adab Islami.
Jadi, selama adat dan budaya itu tidak bertentangan dengan Islam, silahkan
melakukannya. Namun jika bertengan dengan ajaran Islam, seperti memamerkan aurat pada
sebagian pakaian adat daerah, atau budaya itu berbau syirik atau memiliki asal-usul ritual syirik
dan pemujaan atau penyembahan kepada dewa-dewa atau Tuhan-Tuhan selain Allah, maka
budaya seperti itu hukumnya haram.
E. Masjid sebagai Pusat Peradaban dalam Islam
Dalam sejarah perkembangan Islam, Masjid memiliki fungsi yang sangat vital dan
dominan bagi kaum Muslimin, di antaranya:
1. Mesjid pada umumnya dipahami masyarakat sebagai tempat ibadah khusus, seperti sholat.

2. Sebagai prasasti atas berdirinya masyarakat Muslim. Jika dewasa ini bendera sebagai simbol
sebuah Negara yang telah merdeka, maka kaum Muslimin pada tempo dulu jika berhasil
menaklukkan sebuah Negara, mereka menandainya dengan membangun sebuah masjid sebagai
pertanda bahwa wilayah tersebut menjadi bagian dari Negara Islam (Shini,T.T:158)
3. Masjid merupakan sumber komunikasi dan informasi antar warga masyarakat Islam.
4. Di zaman Nabi SAW masjid sebagai pusat peradaban
5. Sebagai simbol persatuan umat Islam.
6. Sebagai pusat gerakan.
7.

Di Masjid kaum tua-muda Muslim mengabdikan hidup untuk belajar ilmu-ilmu Islam,
mempelajari Al-Quran dan Al-Hadist , kritisme, tafsir, cabang-cabang syariat, sejarah,
astronomi, geografi, tata bahasa, dan sastra arab.

F. Nilai-Nilai Islam dalam Budaya Indonesia


Islam masuk ke Indonesia lengkap dengan budayanya. Karena Islam berasal dari jazirah
Arab,

maka

Islam

masuk

ke

Indonesia

tidak

terlepas

dari

budaya

Arabnya.

Kedatangan Islam dengan segala komponen budayanya di Indonesia secara damai telah menarik
simpati sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari situasi politik yang
tengah terjadi saat itu.
Dalam pandangan Nurcholis Majid (1988:70) bahwa daya tarik Islam yang pertama dan
utama adalah besifat psikologis, Islam yang secara radikal bersifat egaliter dan mempunyai
semangat keilmuan merupakan konsep revolusioner yang sangat memikat dalam membebaskan
orang-orang lemah (mustadhafin) dari belenggu hidupnya.
Dalam perkembangan dakwah Islam di Indonesia, para dai mendakwahkan ajaran Islam
melalui bahasa budaya, sebagaimana dilakukan oleh Wali Songo di tanah Jawa. Karena
kehebatan para wali Allah SWT itu dalam mengemas ajaran Islam dengan bahasa budaya
setempat sehingga masyarakat tidak sadar bahwa nilai-nilai Islam telah masuk dan menjadi
tradisi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

1. Kebudayaan yang Islami adalah hasil olah akal, budi, cipta, rasa, karsa, dan karya manusia yang
tidak terlepas dari nilai-nilai ketuhanan. Hasil olah yang universal berkembang menjadi sebuah
peradaban. Dalam perkembangannya, perlu dibimbing oleh wahyu dan aturan-aturan yang
mengikat agar tidak terperangkap pada ambisi yang bersumber dari nafsu hewani sehingga akan
merugikan diri manusia sendiri. Di sinilah, agama berfungsi untuk membimbing manusia dalam
mengembangkan akal budinya sehingga menghasilkan kebudayaan yang beradab.
2. Pada masa klasik hidup ulama mahzab dan filosuf-filosuf besar dan agung.
3. Masjid selain sebagai tempat ibadah, juga berfungsi sebagai salah satu simbol bagi Islam, tempat
pusat komunikasi dan informasi, tempat belajar tentang ajaran Islam.
4. Nilai Islam yang beraroma Negara Arab secara tidak langsung masuk meresap ke dalam budaya
Indonesia, seperti ejaan, kebiasaan, dsb.
B. Saran
1.

Semoga makalah ini dapat menjadi referensi bagi semua pihak untuk dapat lebih
mengembangkan Sistem Kebudayaan Islam di Indonesia dan dapat pula mengerti dan paham

tentang konsep kebudayaan islam di indonesia.


2. Penulisan makalah ini tidak lepas dari yang namanya konsep dan sebuah rujukan yang dijadikan
bahan penulisan makalah. Untuk itu kami mohon kepada Bapak pembimbing mata kuliyah
pendidikan agama islam (PAI) agar mengajarkan kepada para pelajar khususnya bagi mahasiswa
agar tidak melanggar dari norma-norma agama yang sudah ditetapkan, karena selain merugikan
diri sendiri juga akan merugikan orang lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. Tim Dosen PAI UNM.2006.Reorientasi Pendidikan Islam: Menuju Pengembangan
Kepribadian Insan Kamil.Malang:Hilal Pustaka

2. Tim Dosen PAI UB.2006.Buku Daras Pendidikan Agama Islam.Malang:PPA UB


3. Gazalba,Sidi.1975.Mesjid: Pusat Ibadat dan Kebudayaan Islam.Jakarta:Pustaka Antara
4. http://sahrul-media.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai